“Di ruang Kepala Sekolah,” mata besar Sandy berbinar-binar. Dia memberi jeda untuk membuat efek dramatis. “Ada anak baru yang lagi ngamuk!”
“Hah?” Aku menarik Sandy mendekat ke arahku. Ini gosip kelas atas!
“Iya, beneran. Waktu aku lewat ruang Kepala Sekolah, suaranya kedengeran jelas! Dan tahu, nggak, sih? Kata bapak di ruang administrasi, anak baru itu pindahan dari SMA Saint Francis!”
Sebentar. Anak baru pindahan dari Saint Francis yang berani berteriak-teriak pada orang yang lebih tua? Sepertinya, di dunia ini hanya ada satu jenis orang yang seperti itu....
Tidak naik kelas, tinggal di asrama yang seperti penjara, terlibat cinta segitiga, dan harus bersaing dengan sahabatnya di lomba tari. Trix pikir hidupnya tidak bisa lebih rumit lagi dari ini. Namun kedatangan Jo, sepupunya, membuat hidup Trix jadi lebih kacau berpuluh kali lipat. Trix pontang-panting membantu orangtua Jo untuk mengawasi cewek itu agar tidak membuat masalah dan berbaikan dengan ibu tirinya. Yang Trix inginkan hanyalah menjalani masa SMA dengan tenang dan membuat hidupnya lebih berharga. Tapi ketika Trix mulai mengambil langkah, keinginan sederhananya malah berubah menjadi mimpi buruk yang membuatnya kehilangan banyak hal.
Bukunya pahe turning banget dan konfliknya berlayer parah wkwkwk. Baru beres satu, ada konflik lagi, trus muncul lagi. Tpi bacanya nggak yang bikin cape juga.
Selain konflik, karakterisasinya juga okeee. Definisi grey characters yang sesungguhnya karena semua tokohnya jahat tapi semua tokohnya juga baik, wkwk. Awalnya benci banget ama Ramona, pas tahu kenyataannya jadi benci juga ama Trix. In the end, nggak bisa benci dua2nya juga, wkwkwk. Tapi mereka berdua ini bisa kupahami kenapa pada begitu. Aku juga kayaknha kalau jadi Ramona bakalan sekecewa itu sama Trix.
Dan sebetulnya aku paling suka Jo. Dia ini galak di luar padahal ya sebaik itu sih dia. Terus aku malah kesel juga sama bapaknya Jo dan Tante Ellie. Pling nggak suka sama ortu yang maksa anak buat memahami mereka dan alihin semua kesalahan ke anaknya. Aku ya jdinya kesel gitu. Kek mending pergi aja deh Jo, wkwkwk.
Ini juga nggak maksa harus ada romance-nya. Walaupun di blurb ada kesan romance tapi sebetulnya cuman setitik sih.
Waaa ternyata trix punya kelebihan tersendiri. Dia baik, suka menolong, perhatian sama teman2nya. Walau dia nggak percaya diri dan merasa dirinya kecil. Tapi, ya karena dirinya juga membuat kecewa beberapa temannya
Tapi, ya, namanya juga trix, dia nggak mudah menyerah. Akhirnya bisa berdamai dan menyelesaikan masalahnya
Aku suka sama gaya tulisannya. Sama karakter tokoh2nya. Sebal sama Jo tapi dia aslinya baikkkk. Cover manis warna pink. Dan konfliknya anak remaja banget. Sayang ada sedikit typo dalam penulisan nama. Yang mestinya Kelvin jadi Ricky. Overall sukak dan bagus
Gemes abies baca buku ini. Pola pikir Trix ini lho, 'ajaib' banget, setengah dalam artian baik dan setengahnya lagi dalam artian buruk.
Mengusung tema persahabatan, All I (N)ever Wanted merupakan novel dari seri YARN yang akan mengajak kalian melihat kehidupan Trix di asrama Fiore yang penuh dengan masalah. Sepanjang baca buku ini, kayaknya gak ada hari di mana Trix menjalani hidupnya di asrama dengan tenang. Selalu, aku ulangi, selalu aja ada masalah. Dan yang bikin gemes adalah Trix ini kayaknya gak bisa dibuat jera sama masalah yang dia hadapi. Memang, sih tujuannya baik, tapi Trix ini "menjerumuskan dirinya dalam masalah dan sebelum masalah itu selesai, dia menceburkan diri lagi ke masalah lain". Gak heran, sih kalau nilai akademisnya jadi berantakan sampai gak naik kelas. Wong waktunya lebih banyak dihabiskan untuk menyelesaikan masalahnya daripada belajar. Omong-omong, si Trix ini mirip kayak Spongebob, deh. Terlalu ingin menolong dan membahagiakan semua orang, tapi pada akhirnya justru menciptakan masalah dan membuat dirinya sendiri susah.
Bicara tentang gemes, aku gemes banget waktu Trix mulai dijahati sama Ramona. Si Trix ini kesannya pasrah abies. Sampai di suatu saat, aku bergumam sendiri: sampai kapan kamu mau jadi manusia baik dan lembek kayak gini, Trix? Fight back! FIGHT THE HELL BACK! Tapi, setelah baca twist tentang kenapa Ramona sampai jahati Trix, aku maklumi sikap Trix yang lembek. Eniwei, ketika baca twist-nya, aku langsung keingat dengan twist di Dream High 2. Pembaca yang pernah nonton Dream High 2 pasti tahu maksudku. Dan eniwei lagi, aku suka dengan pilihan penulis dalam menyelesaikan masalah Trix dan Ramona. Realistis banget.
Selain membuat gemes, membaca buku ini juga membuat kezel. Trix buat kezel. Tante Ellie juga buat kezel (dia pengen berhubungan baik dengan Jo, tapi kelihatannya malah dia yang buat semua runyam). Ramona juga! Tipe-tipe antagonis yang bitchy abies!
Yang aku jabarin di atas itu boleh dibilang poin plus buku ini. Buku ini berhasil membuatku terbawa perasaan. Poin minusnya? Ada, sih. Tapi, aku gak peduli dan gak mau repot-repot mengetiknya di sini karena aku sangat menikmati buku ini.
Kalau ada dua hal yang aku pelajari setelah membaca buku ini, itu adalah (1)kamu tidak bisa mengatakan "iya" terhadap semua hal untuk menyenangkan orang lain. Belajarlah berkata "tidak" untuk menyenangkan dirimu sendiri. Dan kalaupun kamu terlalu baik atau terlalu naif untuk berkata "tidak", maka (2)jangan sia-siakan sahabatmu. Karena mungkin kamu akan terlibat masalah akibat berkata "iya" terlalu sering. Karena orang-orang mungkin akan membalikkan badan dan menjauhimu begitu kamu terkena masalah. Karena ketika orang-orang menjauhimu, sahabatmu juga akan membalikkan badannya, tapi bukan untuk menjauhimu, melainkan untuk meminjamkan punggungnya sebagai tempat kamu bersandar.
Bingung apa si Trix ini pahlawan atau malah tukang bikin onar? Niatnya baik sih, suka membantu orang yang kesusahan, tp akhirannya malah kacau. Untung org2 lbh inget kebaikannya drpd kekacauan yg srg dibuatnya.
Aku sebelumnya jarang banget ngasih bintang lima buat novel novel remaja begini. Tapi entah kenapa pagi ini (jam 02:25 dini hari) aku pengin banget ngasih bintang lima buat novel ini.
Awalnya, aku engga berharap banyak sama novel seri YARN ini. Aku udah baca lebih dari separuh seri ini dan hanya menyukai beberapa diantaranya. Ya, sebagian besar terasa sangat flat dan penuh kebetulan.
Setelah menyentuh halaman pertama, aku mulai menikmati gaya penulisan Maida Ivana. Asyik, penuh kejutan, komunikatif, engga mbosenin pokoknya.
Aku udah lamaaaaaa banget engga baca novel. Mungkin sudah dua atau tiga bulan.
Jujur aja, novel ini langsung balikin minatku buat baca bca novel sejenis.
ASLI KEREN BANGETTTT
Sebelum kita berbeda pendapat, definisi novel keren menurutku:
1. Gaya penulisan ngalir. Enak dibaca. 2. Cerita engga mainstream, apalagi seputar suka kakak kelas Ketua Osis atau Ketua Basket ganteng. Duh. 3. Ending gak tertebak!!! 4. Bisa bikin aku masuk ke cerita, bahkan sering bikin aku ketawa padahal bukan genre komedi wkwkwk 5. Bikin aku keinget terus sama tokoh tokohnya yang karakternya kuaaatt 6. Bikin hangover. Masih kepikiran ceritanya walopun udah selesai baca. Bahkan sampe bertahun tahun kemudian.
PAKET KOMPLIT sih ini!
Yang paling aku suka dari novel ini tuh ledakan ledakan kecil bertebaran di hampir seluruh cerita.
Alurnya sangat berhubungan. Engga ada namanya kebetulan dan aku SUKA BANGET. Kapan aku bisa berhenti ngomong gini???
AKU SUKA BANGET NOVEL INIIIIII GEELAAAA wkwk
Asli lah ini bagus banget. Novel keren tipeku lah. Engga bawa bawa psikologi kronis kek novel YARN lainnya, tapi suka banget. Suka tokoh, alur, konflik, gaya cerita, semua SUKAAAAAA 💙
Bikin aku kepo kan sama penulisnya tapi zonk banget engga nemu di internet. Susah bener dicari kayak kacang di tumpukan bakwan 🤣
Pernah nggak punya teman yang biasa aja pintarnya, atau cenderung di bawah teman-teman tapi baik hatinya kebangetan sampai nyusahin diri dan orang lain? Kelewat lugu dan berpikir positif? Kamu mungkin punya teman seperti itu, dan di cerita ini, itu Trix. Novel ini mengingatkan novel asrama luar versi kearifan lokal, dan tokoh-tokoh yang menyebalkannya (terasa lebih maksimal). Mengalir dibaca sekali duduk, sukses untuk kakak penulis! 😸
Judul: All I (N)ever Wanted Penulis: Maida Ivana Penerbit: Ice Cube Publisher Halaman: 276 halaman Terbitan: April 2015
“Di ruang Kepala Sekolah,” mata besar Sandy berbinar-binar. Dia memberi jeda untuk membuat efek dramatis. “Ada anak baru yang lagi ngamuk!”
“Hah?” Aku menarik Sandy mendekat ke arahku. Ini gosip kelas atas!
“Iya, beneran. Waktu aku lewat ruang Kepala Sekolah, suaranya kedengeran jelas! Dan tahu, nggak, sih? Kata bapak di ruang administrasi, anak baru itu pindahan dari SMA Saint Francis!”
Sebentar. Anak baru pindahan dari Saint Francis yang berani berteriak-teriak pada orang yang lebih tua? Sepertinya, di dunia ini hanya ada satu jenis orang yang seperti itu....
Tidak naik kelas, tinggal di asrama yang seperti penjara, terlibat cinta segitiga, dan harus bersaing dengan sahabatnya di lomba tari. Trix pikir hidupnya tidak bisa lebih rumit lagi dari ini. Namun kedatangan Jo, sepupunya, membuat hidup Trix jadi lebih kacau berpuluh kali lipat. Trix pontang-panting membantu orangtua Jo untuk mengawasi cewek itu agar tidak membuat masalah dan berbaikan dengan ibu tirinya. Yang Trix inginkan hanyalah menjalani masa SMA dengan tenang dan membuat hidupnya lebih berharga. Tapi ketika Trix mulai mengambil langkah, keinginan sederhananya malah berubah menjadi mimpi buruk yang membuatnya kehilangan banyak hal.
Review
"All I (N)ever Wanted" bercerita tentang Trix, murid kelas X di SMA Fiore, sebuah SMA asrama dengan peraturan super ketat. Walau sempat tidak naik kelas, Trix tidak putus asa dan berusaha menaikkan nilai-nilainya, sambil berusaha menikmati kehidupan sekolahnya.
Sampai suatu hari Jo, sepupunya, pindah ke SMA Fiore. Jo digosipkan keluar dari sekolah lamanya karena dia mem-bully temannya. Tapi apakah memang begitu? Lalu bagaimana dengan persaingan Trix dengan sahabatnya, Ramona, dalam sebuah lomba tari modern?
Awalnya kukira Jo itu cowok loh. Ternyata dia cewek :)).
Saya suka banget sama ceritanya. Kehidupan Trix di sekolah asramanya ini lucu dan penuh drama. Belum lagi ada Jo yang dicap pembuat onar, tapi sebenarnya memiliki sisi yang manis.
Yah, kalau mau bicara soal pembawa masalah, kurasa Trix-lah yang seharusnya menyandang gelar itu. Dia sering membawa malapetaka pada teman-temannya dan dirinya sendiri. Padahal niat awalnya baik loh, tapi ujung-ujungnya selalu jadi kacau :)).
Yang kurang saya suka dari novel ini adalah plot antara Trix dengan Bastian, cowok yang suka dengannya dan juga sahabat Trix dan Ramona. Kesannya kurang tergali gitu.
Buku ini cocok untuk yang mencari novel remaja dengan tema persahabatan dan keluarga, serta yang memiliki twist di sepanjang cerita.
Kalo dibandingin sama YARN yg lain, novel ini temanya nggak sespektakuler yang lain. Temanya biasa aja tentang cewek yg di sekolahnya nggak naik kelas, terus dia pingin menang lomba nari supaya dia gak ngerasa bego bego banget. Tapiiii, justru karena ini masalahnya sehari-hari banget jadi gampang buat relate. yg pernah ngerasain SMA pasti tau gimana sedihnya kalo dapet nilai jelek, gak bisa masuk sekolah idaman, musuhan sama temen. setting sekolah asramanya juga keren.
Dan ternyata ceritanya seru! soalnya, si Trix ini banyak bangeeet masalahnya. Jadi di tiap bab selalu ada aja masalah baru, jadi gak bosen bacanya. sesuai lah sama karakter Trix yang pedulian banget sama orang.
Masalah Trix itu timbul karena dua orang. Pertama, Jo, yang bikin Trix dihukum terus di sekolah. sebenernya biasa aja Trix gak usah peduliin Jo, tapi gara-gara karakter Trix tadi, hidup mereka berdua jadi ribet. Kedua dari Ramona, sahabatnya Trix yang saingan sama dia di lomba nari. kalo aku paling suka saingannya trix sama ramona. mungkin keliatannya kayak musuhan ala anak SMA biasa, tapi ternyata problemnya jauh lebiih rumit.
Teruuus, yg paling aku suka, di novel ini banyak banget kejutannya! banyak kejadian yg gak kebayang. gak tau brapa kali ada yg bikin kaget pas lagi baca.
Tapii... aku gak suka sama Bas. kok lemah banget sih, mau aja dilempar-lempar gitu jadi cowo. kayanya Basnya diilangin aja juga gak apa-apa deh. Terus aku nunggu-nunggu banyak bahasan tentang nari, tapi ternyata cuma sekilas gitu aja.
Aku kasih empat bintang soalnya ceritanya asyik dan remaja banget. temanya emang sederhana, tapi plotnya seru. Selamat ya Ce Ivana buat novel debutnya!
Jadi ini ceritanya tentang Trix yang bersekolah di Fiore. Seharusnya dia kelas XI, tapi karena dia nggak naik kelas, jadi sekarang dia masih kelas X. Hidupnya di Fiore cenderung biasa-biasa aja, membosankan malah iya. Dia harus ikut berbagai macam pelajaran tambahan untuk ningkatin kemampuan otaknya yang pas-pasan. Sampai suatu saat, datang Jo, anak pindahan dari Saint Francis--sekolah terkeren di Bandung. Sejak saat itu, hari-hari Trix di Fiore jadi nggak biasa-biasa lagi.
Suka sama gaya ceritanya Maida Ivana, asyik banget. Narasinya lancar, jalan ceritanya seru, ada twist yang cukup ngagetin juga! Karakter favoritku adalah Jo. Dia nyebelin, blak-blakan, kasar, tapi lucu hehe. Terus, aku bisa relate jalan ceritanya sama kehidupan sehari-hari. Hidupnya abg emang suka pada ribet-ribet gitu ya. Pokoknya sukaaaa!
Makasih ya, bukunya, Kak Ivana. Keep up the good work! :D
1) Ramona dan Bu Martha itu kayak semacam sjw2 nyebelin yg ada di Twitter. 2) Tante Ellie emang nyebelin, pantes aja Jo bete mulu. 3) Tika harusnya dapet lebih banyak bagian. Secara dia itu temennya Trix yang bertahan dari awal sampe akhir. Bahkan berbaik hati ngajarin Trix yang bodoh sampe dna. 4) Jo is a real sweetheart. 5) Setelah tau alasan Ramona marah banget sama Trix aku jadi ngerasa semua hal yang dia lakuin ke Trix itu wajar. 6) Sandy is snake. Harusnya dia beneran out aja dari Fiore. 7) Bas kayaknya cuma bagian dari halunya Trix doang deh. Wkwk. Soalnya mana ada cowok sesempurna itu. 8) Trix emang bego. Fix.
Dari awal cerita aku udah kesal duluan dengan si peran utama, Trix. Sebenarnya dia baik, lucu juga. Trix selalu mau bantuin orang-orang di sekitarnya berbagai hal ini-itu, tap akhirnya malah bikin masalah baru dan jadi repot sendiri. 😂😂😂
Ditambah lagi si ibu tiri Jo—temannya Trix. Karakter paling ngeselin dan tidak tau diri. HAHA AFKAN SAYA. Tapi emang dia sih yang paling ngeselin🙄🙄.
Ceritanya ringan, alurnya cepat. Konfliknya juga realistis banget untuk kehidupan remaja sekolahan walau saya yang bukan anak asrama couldn't relate😂😂. Suka dengan cerita persahabatannya!
Akhirnya nemu lagi di seri ini yang beneran page-turner, terus nggak perlu khawatir di pertengahan sampai akhir nanti bakal ada hal yang mengganggu apa enggak. Kalaupun ada yang ganggu, lebih ke sifat karakter utamanya yang enggak banget, sih.
Alih-alih sinopsis, bakal langsung masuk ke bagian reviu aja. Pertama, Trix ini contoh sempurna people pleaser. Susah buat bilang "enggak" ke orang lain. Semua permintaan, tawaran, atau apa pun pasti langsung diiyakan tanpa banyak tanya. Udah gitu, kalau timbul masalah, pasti dia pikirin. Literally semua masalah yang kalau dipikir-pikir bukan urusan dia juga gitu, lho. Jengkel maksimal sih, kalo dia udah bilang, "Iya, deh." Duhhh, pengin kujitak kepalanya.
Kedua, berkat karakter Trix yang semua-masalah-diurusin, konfliknya jadi panjang dan banyak. Awalnya kayak capek sih, kapan gitu kelarnya, tapi sadar nggak bakalan kelar kalo Trix sendiri nggak bisa tegas sama dirinya sendiri. Konflik yang banyak ini nggak bikin konflik utama jadi tenggelam. Justru malah bagus menurutku. Penulis beneran bikin jalinan sub-koflik sampai ke konflik utama. Jadi, alurnya terhindar dari masalah "kacang lupa kulit".
Ketiga, voice karakternya LOOOVE banget. Dari awal langsung nancap si ini dan si itu, walaupun kalo dipikir karakter pendukungnya tuh lumayan banyak. Mereka punya suara uniknya sendiri jadi gampang diingat. Unsur ini jelas aja udah bahagia banget aku *sob* *sob*
Keempat, karakterisasinya oke, konsisten sampai akhir. Beneran di akhir tuh Trix being Trix, masih suka bikin jengkel wkwkwk terus karakter pendukung macam Jo, Ramona, Tante Ellie, Tika, dll, gitu bisa dibilang sesuailah, langsung hidup di kepala. Mana mereka nggak ada yang sempurna. Trix emang banyak disukai orang, tapi dia nggak bisa set boundaries plus ada satu bagian yang aku notis, waktu dia diminta main bola, padahal Trix takut bola. Dia tahu diminta begitu bukan karena jago, tapi emang buat ketawa orang. Semacam happy virus gitu, lah, tapi sayangnya ini bukan hal yang baik. Malah ngenes dilihat-lihat. Yeah, Trix senyebelin itu.
Kelima, awalnya udah nebak sih si Trix bikin masalah apa waktu Dancing Mania, tapi kupikir nggak bakal jadi dieksekusi idenya. Tapi, asli, bagian ending juga nggak bikin bahagia. I mean, yang dilakuin Trix itu hal besar, lho, konsekuensinya nggak bisa dibilang mengkompensasi kerugian akibat itu. Dan yes, Ramona bukannya sama sekali nggak bersalah. Caranya kejam memang, tapi pas momen of truth justru kasihan. Setuju sama kesimpulan Ramona buat Trix, dia cuma fokus nutupin kekurangannya, tanpa fokus ke kelebihannya.
Yah, namanya cerita anak SMA, jelas pergolakan batin mereka super bikin kesel. Tapi, sekali lagi, wajar. Masa remaja emang masa peralihan, nggak menemukan jalan keluar cari lagi jalan lain, walaupun caranya salah dan merugikan orang lain. Cuman masih kesel sama Tante Ellie, sih, karena maksa banget caranya minta tolong. Mana Trix orangnya nerimoan lagi, walah tambah bikin jengkel wkwkwk
Bintangnya kukurangi 0,2 karena masih belum puas sama konsekuensi Trix, walaupun yah emang dia udah menerima balasan dengan kehilangan rasa percaya, sih, cuman masih kesel aja efeknya bakalan masih ada dan isu ini nggak bisa dianggap enteng. Aku nggak bisa spill apa isunya karena bakal spoiler abis, jadi bisa langsung baca aja. Terus ini sih, kenapa peran ortu di sini minim, maksudku mamanya Trix. Kayak beneran dibiarin sendirian gitu si Trix menghadapi masalah, munculnya di saat-saat yang emang dibutuhin aja. Tapi yah, ini cerita YA, kupikir agak wajar kenapa konflik dan penyelesaian lebih banyak dipanggul sama para remaja.
Sebelumnya aku minta maaf dulu karena kemungkinan besar tulisanku ke bawah akan bergaya sangat Jo (baca: nyelekit gak asyik pengen ditampol) :D Tapi, tenang aja. Aku bukan seorang profesional, jadi kalau ada yang gak suka sama rewelan-rewelanku nanti, anggap aja itu hanya rewelan-rewelan dari nyamuk berisik yang bisa dihalau kapan aja. Kalau dapat rewelan dari seorang profesional sih baru deh boleh ketar-ketir. Ya kan? Malah aku berharap rewelanku bisa dibaca penulisnya dan bisa jadikan bahan untuk tukar pikiran :D Ok, langsung aja. Ada beberapa poin yang gatel banget pengen aku sampaikan ke penulis. (Warning! Spoiler) - Daripada "Young Adult", novel ini lebih berasa teenlit. - Pemilihan setting. Dari awal udah disebutkan bahwa cerita ini terjadi di Bandung. Tapi, atmosfer dan interaksi karakter-karakter dalam novel All I (N)ever Want ini justru malah mengingatkanku pada novel-novel coming of age tulisan para bule di luar sana. Kurang Indonesia aja menurutku sebagai novel yang bersetting di salah satu kota di Indonesia. Kenapa gak sekalian aja ngambil setting di luar??? Kan persyaratan YARN gak membatasi setting, betul kan? Agak bertolak belakang juga sih dengan gaya bahasa penulis yang "gaul-gaul mamen" #plak Walau begitu, aku suka gaya "gaul-gaul mamen" penulis yang berhasil membuatku yang biasanya lebih prefer ke gaya bahasa ketat EYD tetep bisa suka karena begitu mengalir, - Teman-teman Trix awalnya memanggil Ramona dengan sebutan Kakak, tapi kemudian mereka memanggil Ramona-Ramona aja. - Kontradiksi pernyataan Trix yang katanya dia sudah berusaha keras belajar. Tapi nyatanya, dia malah lebih sibuk ngurusin ekskul tuh. Dan salah satu narasi yang menguatkan kesan bahwa Trix sebenarnya gak seberusaha itu adalah saat dia bilang terkadang dia mengekori Tika ke perpustakaan. Tapi, saat Tika belajar, dia tidur. - Katanya 40% nilai ditentukan dari ulangan umum, 20% dari kegiatan belajar mengajar, dan 40% dari tutorial. Kegiatan belajar mengajar dikapteni seorang guru, sedangkan kegiatan tutorial dikapteni tutor yang merupakan kakak kelas. Lho, kok kesannya tutor lebih ngedewa gitu daripada guru, yak? -Kalau gak salah, masuk Saint Francis itu tesnya lebih susah daripada Fiore yang bahkan Bas dan Ramona yang pintar sekalipun gak bisa masuk ke sana. Lantas, kenapa Andrew yang menurut Trix lebih bodoh darinya bisa masuk ke Saint Francis? Awalnya kupikir karena koneksi. Eh, selanjutnya dijelaskan kalau Andrew pernah dihukum karena cari gara-gara dengan Ricky yang memang anak orang penting di Saint Francis. Berarti jelas Andrew itu bukan siapa-siapa di Saint Francis. Nah loh...! -Semua lomba, mulai dari Dancing Mania sampai SAVVY gak ada yang dijelaskan pelaksanaan detailnya. Tahu-tahu mereka udah menang. Gak greget aja gitu, apalagi untuk bagian Jo yang salah satu alasannya ikut lomba renang adalah untuk memecundangi murid-murid dari sekolah yang sudah mengeluarkan dia. - Saat Ramona meminta Trix mengakui kecurangannya, yang Trix pikirkan hanyalah dia akan habis. Padahal, baru sesaat lalu dia minta maaf ke Ramona demi teman-temannya. Tapi kemudian, dia gak peduli lagi ke teman-temannya dan cuma memikirkan nasibnya sendiri. Egois, Trix. Kamu benar-benar egois. Dan apa itu? Setelah artikelnya yang berisi pengakuan kecurangan yang dia lakukan terancam diterbitkan Ramona, Trix diam-diam berharap rencana Jo untuk menolongnya berhasil? Hm, masih memikirkan diri sendiri rupanya kamu, Trix. -Penyelesaian masalah Trix dan Ramona bener-bener membuatku memutar mata. Rahasia kelam Trix versi Jo sama sekali gak ada apa-apanya dibandingkan rahasianya yang sebenarnya dan artikel Jo justru membuat Trix makin terkenal. Ayolah, kalau begini, selanjutnya semua orang akan terus sayang Trix. Trix mendapat banyak sahabat baru dan hidupnya di Fiore gak lagi seperti di neraka (menurut Trix). Dia juga tetap bisa melanjutkan hobinya menari. Nilainya juga akan membaik. Semua akan sempurna untuk Trix. Sedangkan Ramona? Dia kehilangan sahabat karena sudah dikhianati. Dia kehilangan kesempatannya untuk bisa terus menari. Dia kehilangan kebanggaannya sebagai penari karena orang-orang menganggap dia bisa sampai final karena koneksi. Banyak orang yang menganggap dia tukang iri padahal itu gak sepenuhnya benar. Ibunya tetap keras. Hidupnya cuma akan terus diisi dengan belajar, belajar, dan belajar. Lalu, apa yang tersisa untuk Ramona? Gak ada, selain kelapangan hatinya yang cuma diketahui dirinya sendiri dan Trix. Bayangkan, apa ini yang namanya adil??? Semua itu terjadi karena dia dikhianati Trix, orang yang sudah jadi sahabatnya sejak kecil. Menurut Trix, hukuman yang diterimanya adalah putusnya persahabatannya dengan Ramona. Tapi ingat, dia dapat sahabat baru. Terus Ramona gimana? Dia gak punya sahabat lagi dan aku yakin dia akan sulit percaya lagi dengan apa yang dinamakan persahabatan. Yah, wajarlah. Sahabatnya sejak umur 5 tahun aja dengan teganya mencurangi dia. Urrggg, gak ada habis-habis rasanya kalau aku dibiarkan ngehujat Trix. Trix ini bener-bener gak bisa bersyukur karena pernah punya sahabat seperti Ramona. Malahan, justru Ramona yang dia dan orang lain anggap sebagai penjahat. -Problem terbesarku untuk novel ini adalah karakterisasi Trix. Aku gak bisa setuju dengan sifatnya. Yah, memang sepenuhnya adalah hak penulis untuk mencipakan karakter seperti apa pun. Hal-hal seperti ini gak akan aku jadikan patokan untuk memberi rating karena menurutku perasaan pribadi pembaca gak ada hubungannya dengan kualitas menulis. Tapi, tolong biarkan aku curcol sedikit, okey. Semoga penulisnya gak keberatan. Jadi, kembali pada Trix. Menurutku, Trix ini adalah tipe penyenang tiap orang yang akhirnya membuat dia disukai semua orang. Dia gak bisa berkata "tidak" kalau ada orang yang minta tolong padanya. Dia juga lebih suka menahan diri atau bahkan mengorbankan dirinya daripada membuat orang lain kecewa. Hm, kededengerannya seperti Trix ini hero dan tulus banget ya? But no! Orang-orang tipe Trix sebenernya gak setulus itu. Terbukti dari narasinya yang kadang-kadang merasa terganggu dan keberatan tiap kali dimintai tolong. Tapi, kalau di depan orang lain, kayaknya dia tuluuuss banget. Apa dia takut orang lain jadi gak suka dengannya kalau dia gak bersikap seperti itu? Apa dia terbuai dengan image "orang baik peduli teman" yang disematkan padanya sehingga dia mempertahankan sekali image seperti itu? Kalau dia tulus lahir bathin sih gak masalah. Lah ini? Bagiku, inilah yang namanya "pencitraan". Dan sialnya, aku pribadi gagal menemukan perbedaan antara "pencitraan" dan "kemunafikan". Beberapa orang seperti Trix ini berhasil kutemukan di dunia nyata. Mereka bahkan mungkin gak menyadari kemunafikan mereka sendiri karena terlampau terbuai dengan sanjungan-sanjungan orang di sekitarnya yang menyebut mereka orang baik. Masalahnya adalah aku terlanjur gak suka dengan orang-orang tipe begitu sehingga ketidaksukaanku memengaruhi penilaianku ke tokoh fiksi seperti Trix. Untuk itu aku minta maaf karena alasanku gak suka Trix ini sifatnya sangat-sangat personal. - Saranku, sebaiknya penulis lebih teliti dan mengingat detail-detail yang sudah dia tuliskan , karena jujur aja, aku gak bisa memberi bintang lebih dari 3 karena banyaknya hal-hal "awalnya dibilang begini, tapi kemudian kesannya berubah jadi begitu" yang bertebaran dalam novel ini. Tapi, aku mungkin akan menaikkan ratingku kalau penulis sudi membalas dan mematahkan semua rewelan-rewelanku di atas dengan masuk akal. >>ini orang ngarep banget rewelannya dibales ;P Salam dan terus menulis :)
❝Hanya karena lo kurang bagus di pelajaran, nggak berarti lo nggak bisa apa-apa.❞ —Hlm. 172
Tidak naik kelas, tinggal di asrama yang seperti di penjara, terlibat cinta segi tiga dan harus bersaing dengan sahabatnya di lomba tari. Lebih dari itu Trix harus mulai membiasakan diri dengan masalah-masalah baru oleh ulah sepupunya, Jo, yang dipaksa ikut menjadi bagian dari sekolah berasrama satu itu, Fiore, Bandung.
REALISTIC NOVEL? YES!
Trix- bukan sosok gadis pintar, bukan idola sekolah, bukan spesialis apapun, hanya gadis sederhana yang sering terlibat dalam masalah— yang kadang bukan miliknya, hanya saja terlalu mudah ikut andil dalam setiap masalah yang ada, bisa dibilang terlalu ringan tangan. Hihiii
All I (N)ever Wanted mengusung kisah sederhana, bukan hal istimewa atau mungkin drama percintaan A BE GEH yang selalu dinantikan remaja untuk tema 'putih abu abu' seperti ini. Tapi, sisi paling menarik dari novel ini menurutku justru pada kesederhanaan kisah yang disuguhkan. Polemik remaja sekolah yang sangat perlu menjadi perhatian lebih dan aku sangat menyukai eksekusi penulis di novel ini. Walaupun bukan kisah remaja yang mudah disukai banyak orang, tapi satu hal yang sangat perlu kalian tahu— NOVEL INI BAGUS!
❝Terkadang perlu seseorang yang membuat kita benar-benar jatuh berkali-kali lebih banyak untuk menyadarkan kita bahwa bangkit dari jatuh bukanlah hal yang memalukan. Dan masing-masing dari kita punya hal istimewa, hanya saja terkadang kita terlambat menyadari itu semua karena terlalu sibuk merutuki nasib buruk yang terlanjur lebih dulu menyambangi hidup kita.❞ — #NOTEDBYME
pada beberapa hal, saya merasa kalau sebenarnya ketebalan buku ini bisa dikurangi. soalnya kayak, banyak banget masalah yang sebenarnya tidak terlalu penting banget dan kalau dihilangkan pun gak mempengaruhi isi dan inti ceritanya gitu...
dari awal saya udah kurang sreg banget ya baca ceritanya, banyak yang agak gak masuk akal gitu sehingga membuat saya sulit untuk ''percaya'' dan membayangkan. seperti misal nama tokohnya yang agak kebarat-baratan padahal set lokasinya di Bandung. ya meskipun lokasi Bandung memang di Barat pulau Jawa (eh iya gak sih, ya pokoknya Jawa barat xD)
lalu yang kedua perihal set lokasinya juga. saya agak kurang bisa percaya gitu kalau di Bandung ada 2 sekolah kayak gini dengan sistem asrama pun yang memiliki aturan2 aneh dan sampai jadi sekolah super favorit. kalau set lokasinya di pinggiran Jakarta atau gak usah dijelaskan secara rinci kayak sekolah Veritas di serial Galm Girl (gagasmedia) tuh, saya masih agak2 bisa nyambung.
trus saya masih agak bingung juga sih dengan sekolah sistem asrama tapi untuk murid cowok-cewek gini. bukannya sistem asrama itu rata2 untuk murid cowok/cewek aja gitu ya(?)
dan ya, karena hal2 itu, saya jadi tidak bisa fokus menikmati cerita dengan baik. terlalu teenlit dan sinetron juga sih jadi pas udah selesai baca buku ini saya benar2 merasa lega dan agak sedih juga hampir 2 jam baca kayak gak dapet apa2 (cry)
dan dengan selesainya buku ini, maka serial YARN yang belum saya baca tinggal yang judulnya Sebelas. semoga kalau punya kesempatan baca, bukunya gak mengecewakan ya hhe
Trix yang merupakan anak seorang guru di SMA Fiore, terpaksa tinggal kelas. Ia lemah dalam bidang akademis. Trix merasa seperti di dalam penjara karena harus bersekolah di SMA ber-asrama. Salah satu cara Trix mengalihkan dirinya dari ketidakmampuannya itu adalah aktif mengikuti kegiatan OSIS dan kegiatan ekskul di sekolahnya. Seakan belum usai penderitaannya karena sulit menyesuaikan diri dengan tugas dan pelajaran tambahan yang tidak ada habisnya, tiba-tiba sepupunya - Jo, pindah ke sekolah yang sama dengannya. Dengan rumor yang kurang baik berkaitan dengan alasan Jo dikeluarkan dari sekolah sebelumnya. Seakan tidak usai, pamannya menitipkan Jo padanya, tantenya yang merupakan ibu tiri Jo minta tolong pada Trix agar Jo bisa menerima dirinya sebagai ibu tirinya. Belum lagi, Trix harus bersaing dengan sahabatnya dalam kompetisi menari.
Alur bergerak maju, jalan cerita terasa pas. Didukung dengan cara penulisan yang ringan tapi tidak terkesan terlalu santai, jadi terasa mengalir saja membacanya. Sudut pandang yang digunakan sudut pandang orang pertama, dari sisi Trix. Berhasil buat aku seperti bunglon yang kadang suka sama tokoh Trix, kadang sebal minta ampun sama Trix. Sempat nangis juga bacanya. Setting tempat dan setting waktu dijabarkan dengan cukup baik. Ide cerita dan konflik juga terasa fresh, mengangkat tema bullying, persahabatan, konflik keluarga, kejujuran.
Aku suka cerita yang seperti ini. Menceritakan kegiatan sekolah, persahabatan, dan prestasi. Yah, aku kurang suka romance.
Ini tentang Trix. Trix yang bersekolah di sekolah asrama yang sangat ketat aturan, dan dia adalah anak bodoh yang sempat tidak naik kelas. Dia bersahabat dengan Ramona dan Bas. Semua masalah muncul karena datangnya Jo, saudara Trix yang katanya dikeluarkan dari sekolahnya karena mem-bully murid.
Waah gimana ya menjelaskan betapa serunya membaca tentang Trix? Dia itu baik, suka membantu temannya. Namun, bantuannya selalu membawa masalah lain. Konflik dalam buku ini buanyak banget. Rasanya mati satu tumbuh seribu! Trix penyebabnya, astaga ... Tapi meskipun begitu, aku suka karakternya, jujur dan berani bertanggung jawab.
Dari segi cover, suka. Emm sepertinya itu wajah Trix, ya? Muram begitu, hehehe. Ada juga kata yang ditulis berulang, yah nggak banyak, sih, tapi cukup menganggu. Semua tokoh dijelaskan secara rapi, nggak bikin bingung. Padahal tokohnya lumayan banyak lho. Alurnya juga nyaman banget lah, tahu-tahu sudah selesai baca.
Kadang aku salah menilai si tokoh. Terkecoh sama tulisan penulis nih. Ah, pokoknya suka deh kalau buku tentang beginian.
Ceritanya asik banget!! Aku bingung kenapa ini jadi kategori YA padahal remaja banget?? Apa karena konfliknya? Haha, aku suka banget sama alur dan plotnya sih. Ceritanya lucu-lucu bikin gemes. Gemes sama semua karakter yang ada di novel ini. Apalagi Trix. Kayaknya, nggak ada sehari aja dia nggak bawa-bawa masalah. Hanya mengangkat tema persahabatan, tapi novel ini juga suka buat kejutan. Setelah menamatkan novel ini entah kenapa rasanya ada yang kurang dan.. rasanya kayak kosong aja wkwk.
Anyway, setelah membaca ini aku jadi rindu masa SMA.
Di awal awal halaman terasa membosankan, karena saya terbiasa dengan buku yang bagian awalnya adalah konflik utama.
Tapi saat sampai ke halaman pertengahan saya mulai merasakan sensasi membaca buku ini, konfliknya cukup pelik menurut saya, dan juga saya terkejut saat tahu apa yang dilakukan tokoh utama terhadap sahabatnya.
Dengan latar anak SMA buku ini termasuk sedikit berat, tetapi tetap saja ada sedikit bumbu bumbu cinta khas remaja SMA.
Menurut saya buku ini cukup recommended untuk dibaca.
Kasihan Trix. Dia hanya siswi tinggal kelas yg ingin sekali membuat dirinya berharga. Namun, dia menempuh cara yg salah. Ketika dia ingin jadi pahlawan, dia malah menjadi biang kerok. Aduh, Trix.
Pelik banget hidup Trix. Alurnya njelimet. Gak sanggup saya nulis ringkasannya. Karakter penokohannya lumayan dapet. Pantesan novel ini jadi juara.
Hanya saja, endingnya agak kurang mengena. Kok bisa Jo semudah itu menerima ibu tirinya?
Agak bingung tokoh utamanya itu Trix atau Jo, trus juga terlalu banyak permasalahan, karakter2 yg ada di novel ini juga kurang kuat menurutku, bisa tiba2 begini abis itu begitu, ga konsisten..
Judul: All I (N)ever Wanted Penulis: Maida Ivana Penerbit: Ice Cube Terbit: April, 2015 (Cetakan Pertama) Penyunting: Katrine Gabby Kusuma Perancang Sampul: Deborah Amadis Mawa Tebal: 280 halaman Buku ini dibuka dengan keteledoran Trix si tokoh utama. Tanpa tedeng aling-aling Bu Rara sang guru Fisikanya memberikan hasil ulangan Fisika Trix yang nilainya tentu saja mengejutkan gadis itu. Dua Puluh Lima! Trix tercengang, namun aksi selanjutnya ia malah sembunyi-sembunyi membaca majalah CosmoGirl di dalam kelas. Dan bisa ditebak apa yang akan dilakukan Bu Rara ketika Trix si murid tak naik kelas yang baru saja mendapatkan nilai menyedihkan malah ongkang-ongkang kaki di kelasnya. Masih di bab pertama, perpidahan plot berlanjut ke clue yang sesuai blurb buku ini, kedatangan siswa baru dari Saint Francis yang mengharuskan Trix datang ke suatu ruangan untuk menemui siswa tersebut. Apa yang harus Trix lakukan ketika ia harus sekamar dan satu kelas dengan Joanna Adhinata? Sepupunya yang bawel dan rumit itu siap membuat hari-hari Trix di SMA sekaligus asrama putri Fiore semakin kacau balau tak terhingga. Membaca sekaligus dua puluh tiga bab buku ini dalam waktu tiga jam membuat saya menyesal ketika harus sampai di bab terakhir, sebenarnya bukan bab terakhir tetapi part tertentu berisi artikel Joanna mengenai Trix yang telah menemani hari-harinya di Fiore. Kenapa cepat sekali rasanya? Tiba-tiba sudah di bab akhir. Saking serunya. Masalah-masalah di dalam buku jujur saja sangat banyak. Dan kalau boleh diuraikan satu per satu, berikut uraian masalahnya: Trix yang berusaha bangkit dari keterpurukannya tinggal kelas, Trix yang berusaha membuat Joanna betah tinggal di Fiore, Joanna yang bermasalah dengan ayahnya karena tak kunjung menerima kehadiran ibu tirinya, masalah Trix dengan Ramona yang ternyata menjadi petaka besar, belum lagi masalah hati Trix dengan Bastian, juga tentang keseharian Trix yang menurut saya akhhh … membumi sekali. Seorang gadis yang terus melabeli dirinya bodoh lalu mencari pelampiasan dengan aktif di berbagai organisasi sekolah yang ia sadari di sanalah dunia sesungguhnya dirinya. Trix adalah gadis yang kompleks, maksud saya memang dia memiliki kepribadian yang hangat. Ia ramah, tak segan bergaul dengan siapa saja, dan sayangnya dia tak kunjung menyadari cara agar menyelesaikan permasalahan terbesar yang datang dari dirinya sendiri. Bisa dibayangkan kalau tidak ada tokoh Joanna dan Ramona di buku ini, Trix pasti akan menjadi Trix yang selamanya pendek akal dan kurang bisa memanajemen diri sendiri. Kehadiran tokoh-tokoh lain bisa ikut menggerakan arah cerita meskipun porsinya timbul tenggelam di sepanjang buku ini. Sebut saja Tante Ellie si ibu tiri Joanna, Om Thomas si ayah Joanna, Ibu Trisa si Mama Trix sekaligus guru di Fiore, Ibu Martha si kepala sekolah sekaligus Mama Ramona, Bastian si gebetan Trix, dan dua lagi adalah teman sekamar Trix yaitu Tika si jenius tetapi pendiam dan Sandy si biang gosip. Amanatnya menurut saya mengena sekali mengenai betapa pentingnya kita mengenali diri sendiri, jangan pernah melabeli diri sendiri dengan sesuatu yang negatif, kepercayaan dalam persahabatan yang nilainya tak terkira, dan tentu saja tentang menerima hal-hal baru. Buku ini berhasil membuat jantung saya berdebar-debar setiap kali Trix mencoba menyelesaikan masalah orang lain, saya selalu wanti-wanti ‘berhasil’ atau ‘gagal’ atau ‘malah makin rusuh’? Meskipun sekolah Fiore dan keadaan asrama putrinya kurang diekplorasi lebih oleh penulisnya, tetapi penulis berhasil menguatkan sisi karakterisasi tokoh yang masing-masing sangat kuat, seperti Trix sendiri yang punya empati tinggi meski ceroboh, Joanna alias Jo yang keras kepala, dan Ramona yang sebenarnya licik. Segala komponennya malah membuat buku ini tampil sebagai buku sederhana yang ‘lho kok bisa gue banget’. Saya pikir buku ini akan berisi masalah-masalah serius yang benar-benar superberat seperti YARN-YARN sebelumnya yang mengangkat Hikikomori, Klepto, dan lain sebagainya. Ternyata All I (N)ever Wanted memberikan kerenyahan dalam kesederhanaannya tersendiri sebagai salah satu genre Young Adult Realistic. Saya mengacungi jempol untuk problematika alias konflik yang diangkat di dalam buku ber-cover pink ini. Selain itu saya juga salut atas penulisannya yang mengalir tetapi tidak terkesan terburu-buru. Intinya buku ini berhasil memenuhi ekspektasi saya mengenai penilaian orang-orang terhadap buku ini, bahwa ceritanya memang tidak neko-neko tetapi seru dan banyak muatan positifnya. Bagi siapa saja yang merasa dirinya kacau dan tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan dari diri sendiri, coba deh baca buku ini! Biar kalian sadar hanya ada satu cara mengubah diri sendiri: yaitu menyadari kekurangan dan berusaha keras mengubahnya meski perlu perjuangan berdarah-darah.[]
Judul: All I (N)ever Wanted Penulis: Maida Ivana Tahun Terbit: April 2015 Penyunting: Katrine Gabby Kusuma Perancang Sampul dan Isi: Deborah Amadis Mawa Penata Letak: Deborah Amadis Mawa Penerbit: Ice Cube, Kepustakaan Populer Gramedia Halaman: 276 ISBN: 978-979-91-0842-5
Pernah tidak naik kelas? Merasa paling bodoh dan tidak berguna? Trix sedang mengalaminya. Tinggal di asrama SMA Fiore yang seperti penjara dengan segudang PR dan kedisiplinan tak membuat Trix yang tak seberapa pintar jadi mati gaya. Walaupun akademisnya tidak bagus, asal dia masih aktif di ekskul OSIS maupun tari, dia akan tetap bahagia.
Lalu bagaimana jika Ramona sahabat Trix juga menginginkan kemenangan dalam lomba tari? Bagaimana dengan Bastian yang menyukai Trix sementara Ramona menyukai Bastian? Belum selesai satu masalah, kepindahan Jo sepupunya membuat hidupnya yang damai mendadak ramai. Jo yang kabarnya suka membuat onar, akan kah membuat kalang kabut Trix juga?
Sebenarnya, di sini siapa yang menjadi biang onar? Jo atau.... Lalu siapakah yang benar-benar jadi sahabat baik? Ramona kah? Atau jangan-jangan ada penghianat di dalamnya....
Ketika pertama kali novel YARN ini nongol di grup, saya pede gila yakin bisa beruntung dapat dari penulisnya. Covernya Sadako banget dan saya suka. Dan akhirnya novel ini betulan berada di tangan saya. Yey!
Terus terang, tema Young Adult bukan tema yang sering saya baca. Tapi dari novel ini, saya tahu masalah remaja itu tidak melulu soal cinta.
Saya tidak suka cewek sotoy, suka ikut campur masalah orang lain. Tapi Trix beda. Dia selalu tidak tega berkata tidak dan dengan pedenya menceburkan diri ke dalam masalah orang lain. Bedanya, Trix ini berusaha membuat orang lain nyaman berada di dekatnya, main halus lah.
Ramona, sahabat Trix yang banyak mau saat latihan tari. Kaget iya karena perubahan karakter Ramona. Tapi di ending, saya jadi sadar, Ramona tidak sepenuhnya berubah.
Jo, walaupun ceplas ceplos, dia cewek yang sangat ekspresif. Daripada gemes, saya malah menikmati tingkah gilanya Jo.
Alur maju yang digunakan novel ini menurut saya sangat cocok untuk tema remaja. Konfliknya pas untuk remaja, tidak berat sampai harus mengerutkan kening.
Dari awal baca, saya tidak bisa memprediksi, di sini siapa yang sebenarnya membuat masalah. Sampai tengah saya manggut-manggut dan menuju ending saya mlogo. Wah si biang kerok dari semua masalah ternyata dekat. Saya puas karena endingnya tidak maksa, pas.
Trix, walaupun dia tidak pintar tapi dia baik. Kita tidak terlahir sempurna, ada kekurangan tapi ada kelebihannya juga. Cuma si Trix ini kadang membuat saya gemes. Dalam kegentingan kenapa dia masih memikirkan orang lain? Itulah Trix.
Jo, salut dengan aksi sabarnya dalam membantu orang lainnya. Pecicilan begitu, Jo tidak menghakimi orang lain.
Ramona, sahabat yang baik sebenarnya. Manusiawi kita marah ketika kepercayaan yang kita beri dihianati.
"Seandainya aku bisa memutar waktu, aku tidak akan melakukan apa yang kulakukan waktu itu." (Hal 94)
"Semua masalah yang menimpaku setahun ini bukan disebabkan oleh kesedihanku karena tidak naik kelas, tetapi karena aku tidak pernah menerima kenyataan bahwa aku membutuhkan usaha ektra dalam belajar untuk menyamai kemampuan teman-temanku," (Hal 268)
"Kami saling mengubah satu sama lain menjadi orang yang lebih baik. Dan itu gunanya sahabat, kan?" (Hal 272)
Kebaikan yang dimulai dengan kebohongan akan menghancurkan diri kita sendiri. Kepercayaan itu mahal. Ketika sekali saja kita menghianati, maka akan susah dan butuh waktu untuk menumbuhkan kepercayaan yang baru. Dan ketika kita tulus dalam melakukan sesuatu, maka kita akan menuai hasil dari ketulusan kita.
Catatan: 1. Kurang petik (") tutup di hal 21 2. Kapital di tengah kalimat, hal ini Tapi Sandy (Hal 96)
Empat dari lima bintang buat novel ini.
Saya terharu sampai nangis baca ini novel. Yah, si Trix membuat saya nangis. Hebat bukan? Jangan berburuk sangka, mungkin kita sendiri jauh lebih buruk. Siapa yang tahu?
Judul: All I (N)ever Wanted Penulis: Maida Ivana Penerbit: Ice Cube Tahun Terbit: 2015 Harga: Rp 48.000,- Sinopsis: Tinggal di sekolah asrama, Fiore, menurut Trix sama saja seperti di penjara. Apalagi sejak ia tinggal kelas. Guru-guru selalu memberikannya jam pelajaran tambahan. Dia tidak punya waktu buat liburan seperti teman-teman lainnya. Suatu hari Fiore kedatangan murid baru. Joana, sepupu Trix. Kedatangan Jo yang pembangkang, sinis, dan bermulut pedas. Baru datang saja Jo sudah membuat kehebohan di ruang kepala sekolah. Parahnya Tante Trix, yang tidak lain adalah mama tiri Jo, membebankan satu misi pada Trix. Misi itu adalah menjinakkan Jo dan membicarakan hal yang baik tentang Tantenya itu agar Jo mau bersikap baik pada Tantenya. Selain itu Papa Jo juga memintanya menjaga dan memantau Jo selama di sana. Trix merasa kehidupannya remajanya benar-benar kacau dan mengerikan. Satu-satu hal yang membahagiakan Trix hanyalah kompetisi dance. Ia selalu berlatih untuk memenangkan lomba itu. Ini adalah salah satu jalan untuk membuat hidupnya lebih berharga paska tinggal kelas. Tapi Ramona, sahabat Trix yang juga ikut kompetisi, meminta Trix untuk mengalah. Tentu saja Trix menolak. Akhirnya Trix menang. Namun kemenangan itu membuat persahabatannya dengan Ramona hancur. Sejak itu Ramona menjadi sosok yang mengerikan. Ia mulai membalas dendam dengan merebut hal-hal yang berharga bagi Trix. Trix dikeluarkan dari Osis. Trix dituduh ingin kabur dari asrama. Masalah dengan Ramona semakin menjadi. Bahkan mereka pun harus terjebak cinta segitiga. Sanggupkan Trix melewati hari-harinya di Fiore? Berhasilkah ia menjinakkan Jo dan menjalankan misi yang diemban padanya? Lalu ada alasan apakah kenapa Trix selalu enggak membicarakan kemenangannya di lomba dance? Review: Baiklah saya akan to the point saja untuk review novel ini. Saya cuma mau bilang I LIKE IT! Cerita dengan setting sekolah asrama benar-benar sesuatu yang seru menurut saya. Apalagi penulis bisa dengan baik menceritakan tentang segala hal boarding school . Saya diajak berkeliling melihat kehidupan di sekolah asrama, ketatnya peraturan, bagaimana sistem belajarnya. Benar-benar asyik untuk disimak. Dari segi cerita menurutku ini pas untuk ukuran remaja. Tidak terlalu berat. Konfliknya sederhana, tapi berhasil dieksekusi dengan baik. Terlebih mengenai lomba dance itu. Di sana ada misteri. Dan kita bertanya-tanya rahasia apa yang disembunyikan Trix dalam lomba tersebut. Untuk karakter tokohnya juga lumayan. Ada yang sangat menonjol menurutku. Tapi sayangnya itu bukan Trix. Menurutku karakter Jo lebih kuat. Dan aku menyukainya. ^^ Gaya bahasa penulis sangat mengalir. Ritme ceritanya diatur dengan baik. Ploting cerita disusun dengan rapi. Kelemahan novel ini ada di typo–seperti biasanya–tetapi tidak banyak. Selain itu juga nama tokoh utamanya. Saya masih belum tahu siapa nama panjang Trix dan kenapa namanya Trix. Padahal setting cerita ini di Bandung. Secara keseluruhan saya memberi 4 dari 5 bintang dari novel ini. Dan saya juga akan menantikan karya selanjutnya dari penulis–kalau bisa kelanjutan kisah Trix.