Jump to ratings and reviews
Rate this book

Young Adult GPU

Pay it Forward

Rate this book
Tedjas
Astaga, gadis itu sudah gila. Pasti! Gue nggak pernah berminat untuk komentar di status orang di Facebook, apalagi ikut-ikutan dalam permainan apa pun. Tapi, gadis itu bilang apa tadi? Pay It Forward? Cih, permainan apa itu?

Gitta
Aku nggak pernah mengira bisa membenci seorang pria, seperti aku membenci Tedjas. Sejak pertama bertemu, dia selalu bersikap menyebalkan. Seakan belum cukup, dia juga menghinaku habis-habisan di depan banyak orang. Semakin jauh jarak terbentang di antara kami, itu semakin baik!

Itu yang Tedjas dan Gitta pikirkan. Tapi ketika rasa cinta menggedor semakin kuat, sanggupkah mereka berdua tetap berpura-pura bahwa kedekatan itu tak pernah nyata?


"Kisah romansa dan keluarga dengan konsep yang unik. Eksekusinya apik, membuat kita tak ingin berhenti membaca. Dan ini juga merupakan cerita yang memberikan kehangatan di hati lewat hal-hal sederhana yang diungkapnya." –Winna Efendi, novelis–

256 pages, Paperback

First published April 1, 2015

5 people are currently reading
86 people want to read

About the author

Emma Grace

3 books10 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
12 (7%)
4 stars
58 (37%)
3 stars
71 (45%)
2 stars
12 (7%)
1 star
2 (1%)
Displaying 1 - 30 of 50 reviews
Profile Image for Majingga Wijaya.
152 reviews19 followers
April 11, 2021
Ceritanya sweet dan warming banget.
Jd ikutan nangis keingetan Bapak. Mungkin ini salah satu kelebihan genre Young Adult. Eksekusi masalahnya udah pas buat aku. Nggak lebay dan nggak kurang. Pesan nya pun tersampaikan dengan baik.
Really nice reading :)
Profile Image for Pattrycia.
351 reviews
May 21, 2015
3.5* dibulatkan jadi 4

Buku ini berkisah tentang seorang gadis bernama Gitta. Tentang hubungannya dengan Tedjas, teman sekampusnya dan hubungannya dengan ayahnya. Semua berawal dari sebuah permainan bernama Pay It Forward, dimana dalam permainan tsb seseorang diharuskan untuk meneruskan kebaikan yang telah didapatnya kepada 3 orang. Untuk ikut permainan itu, Gitta menuliskan komentar "I'm in" di sebuah status Facebook. Tak disangka, Tedjas memutuskan untuk ikut permainan itu. Gitta jadi ketar-ketir dan bingung karena harus melakukan sebuah hal baik kepada Tedjas, sang preman kampus yang suka membolos & membuat onar. Sebisa mungkin Gitta ingin menghindari interaksi dengan Tedjas. Gitta akhirnya menyambangi rumah Tedjas untuk memintanya mundur dari permainan itu. Bermula dari secangkir kopi pahit, hubungan mereka pun dimulai.
Daniel yang melihat anaknya berhubungan dengan Tedjas merasa sangat tidak senang. Gitta merasa sangat dikekang oleh ayahnya kelewat protective. Ditambah lagi selama ini Daniel telah menyembunyikan suatu hal yang berhubungan dengan Mama Gitta yang telah tiada. Gitta merasa dibohongi & sangat kecewa terhadap ayahnya. Ia pun menarik diri & hubungan ayah anak tsb makin lama makin merenggang.
Jujur saya lebih suka porsi Gitta & Daniel dibanding porsi Gitta & Tedjas. Sangat tersirat jelas bahwa Daniel adalah seorang Ayah yang sangat menyayangi Gitta & rela mengorbankan apapun demi kebahagiaannya. Sebagai anak satu2nya dari wanita yang amat ia cintai, Gitta layaknya warisan yang tak ternilai harganya. Saya sempat kesal melihat Gitta yang kerap bersikap dingin & tak acuh terhadap Daniel. Saya juga kurang mendapat feel bahwa Tedjas ini adalah seorang preman kampus. Ia hanya terkesan sebagai anak yang cuek, suka membolos dan sesekali terlibat perkelahian.
Terlepas dari semua hal di atas, saya kagum melihat bagaimana Gitta menghadapi masalah2 ini & berinisiatif untuk memperbaiki hubungannya dengan Ayahnya. Saya juga suka dengan surat Tedjas yang dipilih penulis untuk menutup cerita.
Overall buku ini cukup bagus untuk sebuah debut & I must say that I won't hesitate to buy her new books.

I may love a lot of men in the future.
Someday I'll get married with someone out there.
But in the end, let me remind you, that no matter what happens,
you will always be the best for me.
I love you 'till forever ends.
Profile Image for Yuli Pritania.
Author 24 books286 followers
January 22, 2016
Reviu ini benar-benar masalah selera. Emang saya selalu merasa novel young adult Indo itu lebih masuk ke genre teenlit kali ya, daripada young adult, yang mana bukan lagi selera saya. Novel ini salah satunya. Ini lebih masuk ke genre teenlit daripada young adult karena yang saya bayangkan malah suasana SMA, dengan tokoh-tokoh yang juga masih make seragam abu-abu. Terutama masa MOS yang awalnya saya kira adalah MOS SMA, tapi ternyata adalah OSPEK. Juga tingkah dan sifat tokoh-tokohnya yang yah... begitulah.

Bagi saya, dua tokoh utamanya beneran 'hateable' banget. Saya nggak punya respek ke Gitta, entah kenapa. Mungkin karena tipe cewek model begini masuk ke daftar 'annoying' bagi saya. Sifatnya yang keras kepala dan moody. Lebih ke 'seenak udel sendiri' daripada 'ih-keren!' atau 'tough'.

Konfliknya saya nggak suka karena terlalu ringan dan sumpah, menurut saya nggak penting banget. Karena sifat sebodo-amat saya juga kali, jadi pas baca tentang si Gitta yang bela-belain nyariin Tedjas cuma buat memenuhi janji 'Pay it Forward'-nya itu, saya yang langsung "Eww, ada emang manusia kayak gini?'. Kalo saya mah 'ya udah, elo yang rugi. Mau dikasih hadiah nolak'.

Dan, for God's sake, itu apa di bagian menuju ending saat tiba-tiba 'seseorang' nongol gitu aja dan memorakporandakan segalanya? Cuma demi menghadirkan adegan dua tokoh utamanya berantem, trus baikan lagi dalam (kurang lebih) 10 halaman terakhir? Derajat ketidaksukaan saya pada plotnya makin menanjak drastis menuju akhir.

Jadi yah... ini bukan makanan saya aja berarti. Menyukai novel-novel young adult luar ternyata tidak berarti saya akan menyukai novel lokal dengan genre yang sama. Young adult Indonesia kebanyakan jatuhnya lebih ke 'remaja' bukannya 'dewasa muda'. Konfliknya masih ringaaaaaan sekali.
Profile Image for Pricillia A.W..
Author 10 books84 followers
January 16, 2017
Sukaaaak banget sama gaya nulisnya yang manis dan mengalir. Karakternya yang loveable. Cara bertutur sang penulis mengenai "badai hidup" yang dimiliki setiap karakternya. Kelemahannya mungkin, pace-nya begitu lambat di pertengahan bab sehingga gregetku malah berangsur-angsur menurun. Meski akhirnya, ending yang manis bener-bener bikin aku puas sama novel ini *big smile*
Bakal cari novel-novel Emma Grace yang lain deh.
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
May 2, 2016
Kalau dengar/baca Pay It Forward, ingatnya film jadul tentang berbagi kebaikan dimana yang mendapatkan kebaikan itu harus meneruskannya ke orang lain. Nggak berbeda dgn yang ada di novel ini.
Gita iseng ikut permainan Pay It Forward di facebook. Dan yang komen di statusnya adalah Tedjas, orang yang tidak diharapkannya sama sekali.
Awalnya saya berpikiran, "yaelah cuman game ini....kalau Tedjas ga balas messagenya ya ganti orang ajalah...". Tapi Gita sih patuh sama aturan main game PIF ini. Jadi dia bela2in ketemu dengan Tedjas dan sesuatu berubah dari hidup Gita.
Di sisi lain, Gita terlibat masalah pribadi dengan ayahnya yang berusaha mematikan tali kekeluargaan antara Gita dan keluarga mendiang ibunya. Tedjas adalah orang yang membantunya mengatasi masalah itu. Tapi untuk berbaikan kembali dengan ayahnya, games PIF lah yang berperan.
Profile Image for Winna.
Author 18 books1,966 followers
April 17, 2015
Awalnya sedikit bingung saat memulai baca naskah ini, karena walau mengenal penulisnya dengan baik, saya belum tahu naskah ini akan masuk genre apa persisnya (apakah YA atau cenderung dewasa), begitu juga dengan konsep pay it forward yang asing di telinga.

Lalu saya mulai membaca, dan tak berhenti sampai habis. Kisahnya bisa dibilang sederhana, tapi hangat dengan gaya menulisnya yang tak neko-neko. Straight forward dan apa adanya, tak pakai bahasa mendayu dan konflik macam-macam, tapi itulah kelebihannya.

Dan ini bukan hanya kisah tentang keluarga tapi tentang cinta dan penemuan diri sendiri. Rasanya senang menemukan novel yang bisa saya endorse dengan jujur dan memang demikianlah seperti endorsement saya di kover belakang, konsep ini unik dan ceritanya menarik.
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
December 15, 2015


Bukan cinta yang membawa kamu pada kesepian, pad anasib buruk sehingga kamu tak pernah bisa mengingat sosok Mamadan tak akan mungkin bertemu dengannya lagi.


Sebenarnya Gitta jarang sekali memberikan komentar di status orang di media sosial. Tapi kali itu, entah apa yang menggerakkan Gitta untuk turut serta dalam lingkaran permainan Pay It Forward. Permainan ini sederhana, kamu hanya perlu berkomentar dalam sebuah status tertentu untuk menyetujui ikut dalam permainan. Nanti si pemilik status akan memilih 3 orang untuk ia beri sebuah hadiah atau kebaikan, kelak 3 orang tersebut juga harus mengupload status yang serupa dan memilih 3 orang lainnya untuk melakukan hal yang sama. Ini seperti rantai kebaikan yang tak terputus, terus sambung menyambung.

Ketika Gitta mengupload status yang serupa, tiga orang temannya turut serta dalam lingkaran Pay It Forward ini. Dua di antaranya perempuan dan satunya lagi adalah laki-laki, namanya Tedjas, orang yang dulu pernah hampir saja membuat Gitta dan grupnya terancam gagal dari masa orientasi.

Seperti yang sudah ia tebak, Tedjas satu satunya yang tak merespon pesan Gitta. Hal terbaik yang bisa Gitta lakukan adalah bicara kepadanya dan mendepak lelaki itu keluar dari lingkaran permainan. Namun ternyata tak semudah itu, saat Gitta kemudian mengetahui rahasia Tedjas, saat ia kemudian jatuh cinta kepadanya..

Sementara itu, Gitta juga tak sengaja mengetahui bahwa ayahnya yang selama ini ia percayai ternyata telah membohonginya tentang satu hal penting yang selama ini sering Gitta pertanyakan, yaitu tentang mamanya.

Ini novel pertama Emma, tetapi merupakan novel kedua yang saya baca. Saya suka bagaimana Emma menyisipkan konflik keluarga dalam setiap novelnya. Seperti ReWrite, di Pay It Forward juga memiliki konflik anak-ayah yang rumit. Tapi Emma mampu menjabarkan semuanya dengan asyik dan mudah diikuti. Konfliknya dibangun dan dieksekusi dengan baik, sehingga pembaca seakan turut merasakan betapa sebalnya Gitta terhadap ayahnya, tetapi juga merasa betapa besar kasih sayang si Ayah dengan anaknya.

Yang agak nggak saya suka adalah konflik Gitta dan Tedjas menjelang ending. Terlalu mendadak kalik ya, apalagi dari awal sampai pertengahan sebenarnya yang dibahas masalah keluarga Gitta maupun Tedjas. Kenapa nggak dua duanya berantem karena si ibu ngga setuju atau si Tedjas ngga ngerasa layak gitu sama Gitta? (Iya ini sinteron abis sih. Oke. Abaikan.)
Tapi secara keseluruhan saya suka ceritanya! Sebuah cerita yang hangat tentang keluarga dan cinta.

Profile Image for raafi.
926 reviews448 followers
April 16, 2015
Sore itu aku menerima paket yang diantarkan kurir berisi buku ini, dan pada hari itu juga aku menyelesaikan buku ini. Memang aku kangen melahap buku. Selain itu, aku tergoda oleh logo di pojok kiri atas yang tertulis "Young Adult". Apa sih isinya?

Pada suatu ketika Tedjas berkomentar pada status Facebook Gitta. Komentar yang membuat Gitta panas-dingin karena hal itu seperti bencana yang akan menimpanya. Gitta tidak mau lagi berhubungan dengan Tedjas. Tapi karena Tedjas sudah menyatakan komitmen pada Gitta dengan komentar itu, Gitta mau tidak mau harus menepis apa yang ada dalam pikirannya.

Ulasan dan beberapa catatan teknis tentang suntingan buku ini, selengkapnya: http://bibliough.blogspot.com/2015/04...
Profile Image for pidaalandrian.
364 reviews5 followers
August 1, 2017
Recomended bangett!!
Young Adult pertama dari GPU yang membekas di kepala aku, heheh.. Mulai dari alur ceritanya, tokoh-tokohnya yang semuanya punya peran-nya masing-masing sehingga kisah di novel jadi lebih hidup dan yang bacanya pun (apa yaa), pokoknya enaklahh *emanknya makanan? wkwkwk

Untuk konfliknya? Luar biasa.. Keren. Konflik keluarganya terutama (paling favorit deh). Penyelesaiannya puas banget. Walapun di akhir ending tiba-tiba udah gitu aja? Yeaaahhh,
(penonton sedikit kecewa, sedikit aja tapinya).

Overall, novel YA terkece
Profile Image for Dya Ragil.
Author 8 books43 followers
November 27, 2015
Oke, mulai dari mana, ya?
Saya nggak akan membahas ceritanya, karena sudah banyak dibahas reviewer lain. Jadi langsung saja deh.

1. Premis dan Plot
Sejujurnya, premisnya sangat menarik dan cara penulis menggulirkan plotnya pun cukup fresh buat saya. Tidak ada masalah dalam hal ini, saya cukup menyukai jalinan ceritanya.

2. Karakter
Entah ya, somehow saya merasa karakter-karakter di sini hateable. Serius. Yah, ini selera saja sih. Bukan mengenai karakternya sendiri, melainkan cara penulis menggambarkan karakternya. Terlihat memaksakan sekali, seolah pengen bilang, "ini lho karakter cewek kaya itu nggak semuanya manja, dia juga bisa beradaptasi sama kehidupan rakyat jelata." Atau, "ini lho, preman kampus yang berandal sangat itu juga bisa sangat bertanggung jawab."

Sekali lagi, bukan karakternya yang jadi masalah. Tapi, setiap kali habis adegan yang menggambarkan si karakter cewek itu ternyata nggak manja dan si karakter cowok itu ternyata nggak badung, penulis perlu dan amat sangat butuh memberikan kesimpulan itu kepada pembaca. Serius, itu sangat mengganggu. Saya sudah sukses menebak, oh anak ini begini ternyata, anak itu begitu ternyata. Tiba-tiba, di akhir ada narasi yang menjelaskan bahwa si cowok sangat bertanggung jawab. Iya, literally beneran ditulis begitu. Bayangan saya langsung hancur lebur, dan buku pun lepas dari tangan saya dan sukses terbanting ke lantai. (Maafkan saya, Mbak Emma :P)

Mungkin perlu digarisbawahi. Pembaca itu tidak bodoh. Mereka bisa mengira-ngira bagaimana karakter seseorang dalam sebuah cerita tanpa perlu ditegaskan dengan kesimpulan di akhir adegan. Mungkin kalau kesimpulan itu hanya sekali-dua kali, saya bisa menolerir. Tapi ini terjadi di sepanjang buku. Kesimpulan itu benar-benar merusak suasana hati saya ketika membaca. Otomatis membuat saya malah benci setengah mati sama karakternya. (Sekali lagi maafkan saya, Mbak Emma :P)

3. Narasi.
Penulis benar-benar menuliskan setiap adegannya dengan narasi yang apik, lugas, dan tidak berputar-putar. Itu poin plus. Tapi sekali lagi, kesimpulan di akhir adegan itu merusak segalanya. Itu poin minus.

4. Fakta dan Istilah.
Fix. Istilah di sini sangat mengganggu. Bab awal yang saya baca itu ada kalimat "Masa Orientasi Siswa". Oke, berarti flashbacknya masa SMA. Lalu di bawahnya ada penjelasan soal jurusan dan kampus dan segala aktivitas perguruan tinggi lain. JDERRR!!

Reaksi saya: WTF ini yang nulis anak SMA yang lagi ngebayangin masa-masa kuliah kah!?

Lalu, sering banget saya nemu "mata pelajaran" alih-alih "mata kuliah". Padahal sudah semester tiga kan ya? Nyebut kuliah kok masih ala anak SMA? Masih gagal move on dari masa-masa indah di SMA, ya, Mbak?

Intinya, banyak (BUANGET) istilah yang seharusnya sudah ditinggalkan di bangku sekolah, masih terpakai buat bangku kuliah. Well, bener-bener melatih kesabaran saya banget sih buku ini.

5. Plot twist.
Plot twist menjelang ending itu saya nggak suka banget. Datangnya ujug-ujug, mendadak, dan tanpa pemanasan. Satu-satunya yang mengindikasikan karakter tambahan di plot twist itu cuma adegan seuprit di awal bab. Lalu, tanpa tedeng aling-aling, nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba muncul di akhir dan jadi penggerak menuju konflik yang bisa dibilang penting. Di sini, saya seriusan ingin banget menutup buku, meletakkannya di rak, dan tak lagi membukanya. Tapi saya selesaikan karena sebentar lagi memang sudah selesai ceritanya. Well, konflik penting terakhir itu pun agak gimana ya... Saya nggak suka, itu aja. Terlalu mendadak dan saya nggak nyangka reaksi para tokohnya bakal seperti itu, cuma gegara tokoh nggak penting. Ya, plot twist nya sukses bikin saya terkejut, in a bad way.

Well, buku ini pantes banget dapet bintang 4, sebenarnya. Tapi, beberapa bagiannya benar-benar bukan selera saya banget, jadi saya potong satu bintang. Harusnya 2,5 kalau mau jujur, tapi saya bulatin ke atas.

Intinya, bakal ada banyak yang suka sama buku ini kok. Sayanya aja yang kelewat maniak detail sehingga ada sedikit saja detail yang salah akan jadi masalah buat saya.

Sekali lagi, ini soal selera. Dan setengah bagian dari buku ini benar-benar bukan selera saya. Itu saja.
Profile Image for MAILA.
481 reviews121 followers
September 13, 2016
dibaca pertama kali pada sabtu 10 September 2016 dari pukul 9 malam sampai 1 pagi. dan sepanjang membaca, berkali-kali harus pause karena saya nangis mlulu. begitu sampai menutup halaman terakhir langsung nangis ra karuan sampai mata saya perih dan ''menghilang''. mata saya sipit, jadi kalau nangis gak boleh lama-lama kalau nggak mau makin nggak keliatan.

setelah menangis saya tidur dan sudah menyiapkan berbagai macam kata yang sekiranya bisa dimasukkan ke dalam review. sudah berencana memasukkan ini ke dalam daftar buku kesukaan juga.

bangun keesokan harinya pukul 11 siang karena mencium bau tak sedap, ternyata saya haid. setelah selesai bersih-bersih dll, saya membaca ulang buku ini pukul 3 sore, selesai jam setengah 5 dan cuma nangis 1x dan langsung bisa berpikir rasional.

cerita di buku ini ftv-esque banget.
di akhir kisah saat lagi klimaks tiba-tiba datang orang ke-3 trus endingnya si cewek minta maaf dan nyesel ke si cowoknya gitu. ftv banget nggak sih wq

saya bingung bisa nangis kejer gitu karena apa T_T
efek hormon haid memang...perlu dibuat peraturan dilarang membaca novel romance saat sedang hari-hari menjelang haid deh kayaknya, biar nggak baper wq

***

Secara keseluruhan eksekusi novel ini cakep. saya suka gaya menulisnya, tokoh ke 3 serba tahu ya sebutannya(?)
saya suka tokoh Tedjas dan Gitta. saya suka nama Tedjas, Jas, Jas,,,sedikit mengingatkan saya sama Joshoua (Ojos) yang jadi pacar pertamanya kugy di Perahu Kertasnya Dee, (saya suka menyebut huruf J disini yang membuat saya memasukkan ''punya pacar yang di namanya ada huruf J'' dalam daftar 1001 hal yang saya inginkan wq)

Sebelum membaca buku ini, saya sempat melihat instagram sebentar dan timeline saya dipenuhi foto artis Dimas Aditya yang kebetulan hari itu ulang tahun. Nah waktu membaca buku ini, tokoh Tedjas dalam pikiran saya itu ya si Dimas Aditya itu dan si Gitta-nya adalah Angelica Faustina. Keduanya pernah main bareng di serial Angels Diary di trans tv beberapa tahun yang lalu. Ada yang pernah nonton juga nggak? XD

Perihal tema dan permasalahan soal Pay It Forward-nya ini lumayan menarik ya. Hadiahnya bisa datang di saat yang pas gitu. Jadi ingat waktu dulu saya suka tukar menukar paket juga dengan seseorang. Biasanya dia ngasih saya film dan saya meminjamkan buku. Gatau kenapa film-film yang dia kasih selalu pas sama yang lagi saya rasain gitu, begitu juga dengan buku yang saya pinjamkan. Trus kita suka nostalgia bareng gitu alias DAH DAH.

Jadi,
secara keseluruhan buku ini cuma saya kasih 3 bintang aja.
Nama tokohnya menarik
tema ceritanya juga menarik
gaya berceritanya juga gaya yang saya suka

sampulnya saya kurang suka. sempat tertipu di awal-awal saya kira ini novel terjemahan apalagi nama penulisnya juga kayak orang luar gitu hehe

untuk jalan ceritanya kurang suka. selain karena ftv banget,,,setelah dibaca ulang juga nggak membangkitkan hal-hal lain.

oh iya, ada 1 bagian yang saya suka dari buku ini. waktu tedjas sama gita berkomunikasi melalui WA

Jangan lupa makan popcorn-nya. dihabisin jangan di buang (tedjas)
nggaaak (gitta)
*memasukkan gambar popcorn yang sudah habis*
Tuh, habis :) (gitta)
Bagus. (tedjas)

dia mengetik singkat. dan pembicaraan selesai.
Tedjas mencoba untuk tidur. tapi entah kenapa rasanya sulit sekali untuk terlelap dan pindah ke alam mimpi.
dia berguling berpindah posisi.
tak ada yang romantis dengan pesan-pesan barusan. jelas tak ada. tapi kalau itu benar, kenapa raut gadis itu mulai hadir menemaninya, seperti bayangan yang setia?


HHHHH BAPER MODE ON 100000000000000000000000% karena teringat dengan seseorang begitu selesai membaca cerita bagian itu


DAH DAH
good job mbak Grace, ditunggu buku lainnya!
Profile Image for mollusskka.
250 reviews160 followers
August 23, 2016
Pay It Forward. Hal pertama yang muncul di ingatanku adalah film lama tahun 2000-an yang ceritanya sedih dan inspiratif banget. Lalu sekarang aku lihat novel dengan judul yang sama, aku jadi penasaran apakah kisah di novel ini akan sehebat film yang pernah aku tonton berulang kali itu? Jawabannya... enggak juga, deh. Sistem Pay It Forward di buku ini gak sehebat sistem di film itu. Yang ini super sederhana dan gak begitu "mengubah dunia". Malah cenderung buat iseng-iseng aja. Makanya aku rada kecewa. Tapi aku mencoba ambil sisi positifnya, bahwa hal-hal kecil yang kita lakukan untuk orang lain juga bisa membuat kebahagian.

Meski buku ini mengusung soal Pay It Forward, topik ini sendiri menurutku seperti hilang-timbul. Topik utamanya sendiri adalah mengungkap rahasia meninggalnya mamanya Gitta dan rahasia keluarga lainnya. Memang sih pada akhirnya Gitta menyelesaikan tugas Pay It Forward-nya itu untuk Tedjas, tapi tetap aja aura Pay It Forward-nya kurang kerasa. Oke, mungkin karena aku terlalu terpesona sama sistem Pay It Forward yang ada di film.

Aku sebenernya cukup puas dengan gaya bercerita penulis, cuman kadang aku merasa di satu sisi penulis terlalu banyak menyuguhkan deskripsi dan narasi yang gak perlu. Terutama di bab-bab awal, sehingga menganggu kenyamanan membaca. Contohnya apa, aku lupa gak nyatet. Tapi di sisi lain justru malah kurang dijelaskan. Contohnya seperti kelainan indung telur yang diidap oleh mamanya Gitta. Padahal biar lebih keren, kan bisa lebih dijelaskan lagi, biar sekalian pembaca menambah wawasan. Sayang kan udah masukin istilah medis seperti C-Section tapi detail kelainannya sendiri luput diungkap.

Untuk karakter, gak ada yang begitu istimewa yang bisa dijadiin kebanggaan, termasuk Tedjas sekalipun. Dan aku jelas nggak ngefans sama Gitta. Mungkin karena penggambaran tokohnya kurang
menarik. Ini masalah tekhnik, jadi ya kira-kira begitulah. Yang jelas aku gak mengerti sama Tedjas. Dia itu digambarkan sebagai anak yang suka bolos kuliah dan antisosial, tapi baru sekali berkomunikasi ama Gitta, kayaknya dia udah tau banyak soal kehidupan Gitta. Lain halnya kalo diceritakan Tedjas itu suka stalking kehidupan Gitta. Ini mungkin yang bikin karakternya kurang menarik. Segalanya dibuat tiba-tiba, gak ada proses yang dilalui jadinya hambar. Jadi segala hal yang terjadi sama karakter berasa dipaksakan. Termasuk reaksi Oma Lili waktu pertama kali ketemu Gitta. Kok sejutek itu?

Nah, aku kan paling sebel kalo ada adegan di mana dua orang membicarakan suatu rahasia penting di suatu ruangan, tapi pintunya kebuka dikit. Lalu orang yang seharusnya gak boleh tahu, akhirnya malah tahu! AArggh!!! Sebel! Dan aku menemukan hal konyol itu di sini! Kenapa harus selalu begitu, sih? Gak bisakah cari cara yang lain yang gak klise seperti ini? Pasti bisa, kok. Termasuk kemunculan tokoh dadakan yang bak hujan di siang terik. Juga soal akun Facebook Tedjas yang katanya dibajak. God, you really ruined my mood. Aku yakin penulis bisa memilih plot yang jauh lebih baik. Ini kan fiksi, jadi harus make sense.

Oh, ada yang lucu. Aku merasa penulis begitu terobsesi dengan minyak. Karena dalam kurun waktu setengah jam baca beberapa halaman, banyak diomongin soal minyak. Mulai dari minyak di kompor dan dapur Tedjas, minyak di kertas kentang goreng, minyak di wajah Gitta, dan ada beberapa lagi. Gak salah, cuman lucu aja. Dan aku merasa harus cerita hehehe.

Meski bertabur keluhan, tapi aku rasa gak pantas juga dikasih dua apalagi satu bintang, karena secara garis besar gak mengecewakan amat. Dan aku tahu bikin novel itu susah, so I give this novel a three.

Profile Image for Just_denok.
366 reviews6 followers
June 15, 2015
"Daddy is a daughter's first love. And for me, it is forever love!!!" (pg. 199, quote Gitta untuk Papanya)

Aku lancar sekali baca novel ini. Hanya dengan 2,5 jam novel ini berhasil aku selesaikan. Pay it forward menceritakan tentang Gitta yang mengikuti sebuah 'game' di FB. Game inilah yang membuat Gitta 'bersentuhan' lagi dengan Tedjas. Seorang yang ia kenal menyebalkan karena nyaris membuat Gitta dan kelompoknya tidak lulus saat orientasi di kampus. Tapi siapa sangka ternyata kehadiran Tedjas malah membantu Gitta untuk menemukan kisah lalu yang disembunyikan oleh Daniel, ayah Gitta. Penasaran bagaimana itu bisa terjadi? Baca deh novel ini :D.

Membaca halaman pertama di novel ini membuatku tidak bisa berhenti untuk meneruskan ke halaman2 selanjutnya. Bukan karena ceritanya yang teramat bagus, tapi karena cara penulis bercerita membuat novel ini enak sekali dibacanya. Cara penulis merangkai kalimat, cukup sederhana dan tidak ribet membuatku betah untuk mengikuti kisah Gitta. Cerita di novel ini juga pas untuk tema young adult. Bagaimana sikap Gitta yang masih2 moody dan labil, tapi bisa berubah ke sikap bijak yang tidak menggurui ketika dihadapkan pada permasalahan yang ia dan Tedjas sedang hadapi, itu sangat khas remaja young adult. Konflik yang dihadirkan penulis juga seimbang, antara konflik keluarga juga konflik dengan Tedjas yang dialami oleh Gitta. Dan hebatnya penulis, menurutku dia pandai menguhubungkan kedua konflik itu menjadi satu jalinan cerita yang apik dan utuh. Interaksi yang dipaparkan Penulis antara Tedjas dan Gitta cukup sesuai dengan tema Young Adult. Nggak berlebihan, ringan tapi menyentuh. Bagian yang paling aku suka adalah saat Daniel memberikan perhatian kepada Gitta, bikin aku iri dan kangen sama ayahku :). Intinya, semua dituliskan dengan porsi yang tepat. Salut deh sama Penulis satu ini :).

Sebenarnya secara garis besar novel kisah di novel ini cukup sederhana. Tapi cara penulis menyampaikan ceritanya, membuat kisah ini menjadi lebih spesial. Heartwarming dan bikin betah saat dibaca. Finally, novel ini sudah membuatku jatuh cinta dengan gaya bercerita Penulis. Dan pastinya aku nggak bakal ragu untuk membaca karya beliau yang selanjutnya :D. I'm Happy!!!!
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews87 followers
April 28, 2015
"Secara umum, Pay It Forward berarti kebaikan yang kau terima dan kau berikan pada orang lain, alih-alih mengembalikan perbuatan baik tersebut pada si pemberi."

Berawal dari sebuah status di Facebook oleh Yunike, yang memainkan permainan "Pay It Forward" dimana Yunike akan menantang 3 orang yang memberikan komentar pertama distatusnya itu dengan cukup "I'm In" dan 3 orang tersebut harus membuat status yang sama lagi seterusnya. 3 orang tersebut akan mendapatkan kado khusus dari Yunike dan tentunya mereka pun harus memberikan kado lagi ke orang yang mengomentari status mereka.

Secara impulsif, Gitta pun ikut ambil bagian dari permainan Yunike itu. Namun, betapa kagetnya Gitta ketika dia membuat status yang sama, orang pertama yang mengomentari adalah Tedjas, teman sekampusnya yang terkenal itu. Tedjas yang terkenal satu angkatan Gitta karena dulu pernah hampir menggagalkan ospek kelompok mereka dan terancam harus mengulang kembali ospek.

Namun, anehnya Tedjas sama sekali tidak merespon Gitta, seperti dulu saat ospek. Tedjas seakan-akan tidak tahu dengan ide "Pay It Forward" itu. Gitta pun mencoba mendekati Tedjas, akhirnya membuat mereka pun jadi mengenal cukup dekat. Berkat kedekatan mereka, Gitta pun akhirnya tahu mengenai sosok Tedjas sesungguhnya. Apa yang selama ini disembunyikan oleh Tedjas.

Disamping itu, Gitta pun harus mengalami sedikit konflik dengan papanya yang sangat protektif terhadapnya. Ternyata ada rahasia besar didalamnya dan lagi-lagi Tedjas lah orang yang membantunya menghadapi permasalahannya dengan papanya.

Aku cukup menikmati kisah ini. Premisnya menarik. Tidak hanya membicarakan mengenai kisah Gitta dan Tedjas saja dan permainan "Pay It Forward" tetapi lebih dari itu ada masalah keluarga yang juga ikut dibahas dalam masalah ini. Aku malah lebih merasakan chemistry antara Gitta dan papanya dan aku bisa merasakan kasih sayang yang begitu besar dari papa Gitta walau sosoknya memang cenderung sangat protektif. Setelah mengetahui alasannya pun akhirnya aku bisa mengerti dan memakluminya.

Overall, sebagai debut penulis aku cukup menikmati kisah ini^^
Profile Image for Fakhrisina Amalia.
Author 14 books200 followers
May 13, 2015
Sebentar, izinkan aku tertegun dulu selama berjam-jam.

***

Ini adalah novel YA pertama (mungkin sebelum ini juga ada, tapi belum dikasih label khusus di cover) yang aku baca, dan... bentar.. aku masih pengen tertegun...


***


Pay it Forward, melanjutkan kebaikan yang kita terima kepada orang lain. Nggak, kisah ini nggak cuma tentang cinta, tapi juga tentang keluarga, dan, tentunya tentang Pay it Forward itu sendiri.

Dalam kegetiran hidup yang dirasakan Gitta, gadis itu belajar bahwa hidup memang nggak seindah yang dikatakan orang-orang. Tapi ia juga belajar kalau nggak cuma dirinya yang hidup bergelimang kesedihan. Orang lain juga punya masalah masing-masing, dan melanjutkan kebahagiaan, Pay it Forward, adalah salah satu cara untuk meringankan kesedihan orang lain.

Cerita ini diawali dengan permainan Pay it Forward, dan diakhiri juga dengan Pay it Forward. Manis cerita Tedjas - Gitta dibumbui dengan drama keluarga yang mengharukan. Novel ini page turning banget, dan meskipun sebal dengan sikap Tedjas yang seenaknya menyakiti hati Gitta di salah satu part, aku juga harus menyadari, boys will be boys. Mereka nggak bisa mengontrol diri mereka sendiri saat sedang cemburu, bahkan cenderung kasar.

Tapi, meski begitu, jalinan cerita ini BAGUS BANGET dan aku akan mencatat dalam hati untuk meneruskan kebaikan yang aku terima, apapun itu, pada orang lain.

Mengutip statusnya Yunike: "To more enjoyable , friendly, and love all the year."
Profile Image for Tifany.
676 reviews15 followers
July 8, 2020
🌕🌕🌕🌗🌑 — 3,5

"Lucu bagaimana satu kalimat sederhana bisa mengubah rasa hatimu pada seseorang. Mungkin tidak instan. Bukan jenis kalimat yang langsung membuatmu tersentak dan bangun dari tidur yang panjang. Bukan juga susunan kata romantis yang mampu membuat jantung berdebar liar.
...
Dimulai dari "kopi?", dan kini, "yuk kita cari oma lo"
Profile Image for Syafina Hasan.
155 reviews13 followers
June 19, 2016
Well written. Hanya saja klimaksnya lumayan drama ya.. tapi Tedjas <3
Profile Image for kitty.
241 reviews2 followers
December 17, 2025
pas baca premisnya, gue mikir ini bakal jadi cerita cinta klise ala anak medsos. Gara-gara status Facebook, hidup lo berubah? Please deh.

Tapi ternyata, eksekusinya lumayan menarik. Ceritanya tentang Gitta (Anggita Nathanael), cewek yang sebenernya nggak terlalu aktif di medsos, tapi iseng ikutan challenge "Pay It Forward" dari temennya, Yunike, jam setengah 3 pagi. Aturannya simpel: lo harus ngirim hadiah ke 3 orang pertama yang komen "I'm in" di status lo, dan mereka harus ngelakuin hal yang sama.

Masalahnya, salah satu yang komen adalah Tedjas. Cowok yang paling Gitta benci karena insiden pas ospek (MOS) 3 tahun lalu. Tedjas bikin kelompok Gitta hampir nggak lulus dan ninggalin kesan kalau dia itu cowok berengsek yang nggak bertanggung jawab.

Gitta: Cewek ceria, family-oriented banget (sayang banget sama papanya), tapi gengsian setengah mati kalau urusan sama Tedjas. Dia tipe cewek yang gampang insecure tapi sebenernya tough.
Tedjas: Tipe cowok bad boy luarnya doang. Keliatannya cuek, preman, dan nyebelin, tapi aslinya... ya gitu deh, soft boy yang tersembunyi. Dia punya reputasi jelek di mata Gitta, tapi pelan-pelan imej itu runtuh pas mereka "kepaksa" interaksi gara-gara permainan ini.

Dinamika mereka tuh "benci jadi cinta" klasik. Gitta yang awalnya males banget harus ngasih hadiah ke Tedjas (maunya ngasih racun aja kali ya?), akhirnya malah jadi sering ketemu. Dan secangkir kopi pahit di rumah Tedjas jadi titik balik hubungan mereka.

Oke, mari kita jujur. Pacing-nya di awal agak lambat. Lo butuh kesabaran ekstra buat nunggu momen di mana mereka beneran klik. Terus, kadang drama Gitta sama bokapnya agak mendominasi. Gue tau ini penting buat karakter Gitta, tapi kadang gue pengen teriak "Fokus ke Tedjas-nya dong!".

Terus, konsep Pay It Forward-nya kadang kerasa cuma jadi plot device buat nemuin mereka doang, abis itu agak tenggelem sama drama keluarga. Padahal gue ngarep lebih banyak aksi kebaikan berantai yang seru.

TAPI, chemistry Gitta dan Tedjas itu manis banget. Proses dari Gitta yang sinis abis jadi luluh itu believable. Dan hubungan Gitta sama Papanya (Daniel) itu... siapin tisu deh. Nyesek tapi hangat. Papanya Gitta itu MVP sebenernya di buku ini.

⚠️ SPOILER ALERT: ENDING & RAHASIA PAPA ⚠️
(Minggir dulu yang gak mau kena spoil, ini zona merah!)

Oke, gimana endingnya?

Ternyata masalah terbesar bukan di Tedjas, tapi di keluarga Gitta. Gitta baru tau kalau papanya, Daniel, nyimpen rahasia besar dan berkorban banyak banget buat dia. Ada drama soal keluarga ibunya Gitta (Oma Hellen) yang bikin papanya tertekan. Papanya pengen Gitta bahagia dan hidup penuh warna, beda sama masa kecil Gitta yang susah.

Tedjas di sini perannya jadi support system yang gila-gilaan. Dia bukan cuma pacar, tapi sandaran pas Gitta lagi hancur-hancurnya soal fakta keluarganya.

Gitta akhirnya berdamai sama masa lalu dan keluarganya. Dia sadar kalau papanya ngelakuin semua itu karena cinta mati sama dia (dan almarhum ibunya).

Dan Tedjas? Tentu saja mereka jadian. Tedjas ngebuktiin kalau dia bukan cowok brengsek kayak yang Gitta kira pas ospek dulu. Dia cowok yang bisa diandelin dan tulus.

Happy Ending yang mengharukan. Gitta sadar kalau Pay It Forward itu bukan cuma soal mainan Facebook, tapi soal gimana kebaikan kecil (bahkan yang gak disengaja kayak komen status) bisa ngerubah hidup orang. Dia nemuin cinta dan closure lewat hal sesederhana itu.

7.8/10. Heartwarming banget. Ini bukan cuma romance, tapi novel keluarga yang dibungkus kisah cinta. Cocok buat lo yang lagi nyari bacaan lokal yang bikin hati anget dan mata sembab dikit.
Profile Image for Amaya.
742 reviews59 followers
December 27, 2021
Kesimpulan setelah membaca dua karya Kak Emma adalah novel-novelnya seperti kisah dongeng versi modern. Yang paling menonjol ya karakternya, entah saat mereka berhadapan dengan keluarga atau dengan pasangan. Dari konflik antarkarakter pun masih tergolong soft, nggak ada drama bentak-bentak yang kurasa masuk kategori kasar sampai bikin hati mencelus.

Pay it Forward adalah buku kedua Kak Emma yang akhirnya kupilih untuk melengkapi challenge sekaligus menggenapkan bacaan penutup di akhir tahun. Pokoknya isi buku ini selalu membuatku berkata, "Everything's fine." Seperti yang kusinggung sebelumnya, konflik yang paling pedas pun rasanya masih soft sehingga nggak menimbulkan emosi-emosi berlebihan, terutama jika menyangkut masalah keluarga. Ya, both "Re-Write" dan "Pay it Forward" sama-sama menggunakan dua konflik: keluarga dan percintaan karakter utamanya.

Mungkin karena banyak kalimat-kalimat yang disusun "indah" alias hampir seperti diksi atau perumpamaan—apalagi banyak pesan tersuratnya—aku sedikit tidak enjoy, malah lebih fokus menyerap keindahan kata-katanya. Anyway, 3 stars for this book. Cukup menghibur dan walaupun tahu tulisannya kurang menendang emosi /halah/ aku nggak akan kapoj baca buku-buku lain dari penulis <3
Profile Image for Nur Fadilla Octavianasari.
565 reviews45 followers
March 1, 2018
#2018-[33]

Ah, sudah kuduga.. tabu banget baca review orang sebelum baca... sekalipun gak ada spoiler soal storyline nya... Bagus kalo sesuai ekspektasi, kalo ngga... ah...

Boleh dibilang sedikit kecewa yaa.. gak sesuai sama ekspektasi Saya.. ((iyaiya yang bikin cerita kan authornya, suka-suka dia, iyaa)) dan boleh kan Saya komentar sesuai kata hati Saya.

Pemuja romance garis keras kaya Saya ((well kedengaran freak ya? LOL)) suka ga terima kenyataan kalo dijanjiin cerita romantis tapi kenyataannya tipis banget. Kirain bakal ada adegan berantem ala Tom and Jerry sampe pelukan ala Teletubbies gituuu. Ini sih lebih dapet ke family storynya ya. Soal Gitta dengan Papa dan keluarga Mama yang gak pernah dia kenal sebelumnya. Soal kasih sayang orangtua yang tiada tara. About every little girl first love, yeah you Daddy!

I always the same little girl who used to holds hand with you,
I may love a lot of man in the future, and married one someday. But in the end, no matter what happen, you’ll always be the best guy for me.

Love, your babygirl
Profile Image for Yessie L. Rismar.
136 reviews2 followers
August 10, 2019
Suka sama ide dan covernya. Tokohnya biasa aja, malah karakternya cenderung nyebelin, hehe. Banyak hal yang nggak sreg, di antaranya:
1. Alasan Gitta ke rumah Tedjas untuk beresin masalah games Pay it Forward
2. Seseorang yang berhubungan dengan Papa Gitta tapi nggak tau endingnya gimana
3. Kemunculan tokoh yang punya peran di bab-bab terakhir seakan dipaksakan

Tapi saya tetep suka sih, karena gaya bahasanya ngalir banget.
Profile Image for Lila Danisa.
783 reviews10 followers
June 28, 2024
Aaaaa cute banget...
Heartwarming tapi super cute. Romance nya tipis-tipis tapi malah bikin gemas.
Ada bagian yang cringe juga sih, makanya settle di 4 stars. But overall bagus bukunya. Walaupun dibaca di tahun 2024, tapi gak berasa outdated, malah berasa nostalgia.
Profile Image for suga gf .
6 reviews
September 17, 2024
Lagi suntuk terus coba baca ini di iPusnas. Ceritanya ringan, konfliknya juga ga berat. Ada beberapa poin yang emang kurang. Rekomen kalau ada yang suntuk baca ini untuk menemani.
Profile Image for Lila Cyclist.
849 reviews71 followers
April 22, 2015
Pay It Forward by Emma Grace
Paperback 256 pages
Published April 2015 by Gramedia Pustaka Utama
Rating 3/5
Apa yang terluntas dalam benakmu ketika mendengar judul Pay It Forward? Yup, betulll.. Seperti yang dibahas di bagian awal buku ini menerangkan satu judul film tahun 2000 yang dibintangi oleh Kevin Spacey dan Helen Hunt serta Haley Joel Osment. Entah berapa kali saya nonton film ini, sendiri maupun bersama murid-murid saya. 5 bintang untuk film ini, sayangnya endingnya bikin mewek tiada henti. Dan bagaimana dengan buku yang mengambil judul yang sama dengan film yang disutradarai oleh Mimi Leder ini?
Gitta atau Anggitta Nathanael adalah seorang mahasiswi jurusan desain disebuah universitas di Jakarta. Ia tinggal bertiga dengan ayah dan oma-nya, Oma Helen. Satu hari, ia bergabung dengan satu permaianan berantai di media social Facebook yang bernama Pay It Forward. Seperti halnya di film, permainan ini juga akan menjalar, mengembang layaknya bisnis MLM, dengan tujuan memberi sesuatu yang akan memberi kebahagiaan bagi mereka yang bergabung. Dalam status Facebook seorang teman, Gitta bersedia bergabung. Dan ia pun meng-copy paste kan status yang sama di dinding Facebook-nya dan menanti 3 orang pertama yang bersedia bergabung. Diantara 3 itu, terselip nama Tedjas, seseorang yang pernah Gitta, enggg…apa ya? Benci sih ngga… tapi yang jelas ia pernah mendapat pengalaman kurang enak dengan cowok ini di awal masa kuliahnya dulu.
Tedjas Hadisukmana, alias Tedjas, mahasiswa desain, teman kampus Gitta, adalah seorang mahasiswa yang angin-anginan. Masuk kuliah seperti angin. Beredar di kampus, datang dan perginya seperti angin juga. Belum lagi dengan track record-nya yang pernah di skors dan terlibat kekacauan. Mana mungkin, seorang macam Tedjas, bersedia ikut dalam permainan di media social macam Pay It Forward? Apa dia kesambet ya? :D
Dua orang dengan personality yang bertolak belakang dan kisah keluarga yang berbeda dipertemukan dalam permainan Pay It Forward. Di awal kisah, permainan ini seperti tempelan saja, sedikit kabur dengan masalah keluarga Gitta dan penilaian-penilain ia tentang Tedjas. Untunglah, si penulis cukup konsekuen dengan pemilihan judul Pay It Forward ini, dan tidak mengambil judul lain yang menceritakan kekisruhan keluarga Gitta. Masalah keluarga seperti yang dialami Gitta, sepertinya bukan cerita baru di novel, ataupun di sinetron local. Ramuannya dengan permainan di media social ini yang cukup fresh. Gaya bertutur si penulis pun cukup runtut dengan gaya bahasa yang sesekali puitis. Sayangnya, saya masih kurang menangkap, bagaimana mungkin seorang Gitta yang terlahir dalam keluarga yang cukup berada, dan sepertinya tak ada gambaran ia masuk dapur, karena segalanya tersedia, bahkan mencuci piring pun tinggal memencet bel, dan asisten rumah tangga akan membersihkannya—akan melakukan bersih bersih di rumah Tedjas yang—dalam gambarannya, kumuh? Penilaian Gitta tentang seseorang yang terlahir dengan sendok emas di mulut pada Tedjas juga sedikit mengganggu. Oh, well, kita memang tidak bisa menilai seseorang dari penampilannya, tapi impression macam gini kan bisa kita bandingkan dengan impression orang lain, dengan Kartika misalnya atau siapa saja. First impression memang sering kali salah, tapi bagi saya sih, tapi untuk kemudian dijadikan bahan makian, ehhhmmm….sepertinya Gitta ngga gitu deh. Dia lebih sopan dari yang sebelumnya saya pikirkan, ternyata tidak. Bumbu cemburu di bagian akhir kisah juga terlalu klise, sering terjadi di banyak novel romens. Saya ngga banyak baca novel romens sih, tapi yah, kejadian macam gini sepertinya jadi bumbu yang kurang perlu. Pertanyaan, bagaimana mungkin Tedjas, si biang angin bisa tiba-tiba ikut dalam permainan Pay It Forward juga sedikit mengecewakan bagi saya. Hacked accounts memang banyak, tapi kalo yang nge-hack ini macam Cupidity di iklan Cornello, bisa saja yang menjadikan pertemuan kisah cinta mereka. Tapi kalo hackernya sadis? Memajang foto tak senonoh misalnya, dan memberi komen kurang ajar di akun teman, ngirim pesan di inbox yang minjam duit atau apa gitu, nah, itu bisa lebih seru kali…. Lha kok pikiran saya yang criminal ya? Hehehe… alasan Tedjas ingin keluar dari kampus karena kasihan dengan ibunya, juga rasanya terlalu klise. Alih-alih menjadi anak yang ingin dibanggakan ibunya, dia menjadi anak brengsek dengan tujuan segera dikeluarkan dari kampus…ckckckck… Hari gini, bikin usaha kek, kerja sambilan kek, atau apa gitu dari pada bikin keributan di luar. Well, you’re just lucky to get Gitta, Djas.
Ohya, saya cukup suka dengan ide memberi kebahagiaan secara personal dalam permainan Pay It Forward disini. Ide browsing di laman teman demi mendapatkan kado special, benar-benar membuat saya terharu. Ngga kebayang jika saya yang beruntung. Saya bakal majang foto-foto Hyun Bin atau Hiroshi Tamaki, biar di kado film-film mereka huakakakaka… Sebagai debut novel, Emma Grace cukup menjanjikan untuk memberi warna di dunia literasi tanah air. Omedetou gozaimasu!
Profile Image for Stefanie Sugia.
731 reviews178 followers
April 27, 2015
"Setiap manusia memiliki hantunya masing-masing.
Pada sebagian orang, hantu itu bisa berupa ketakutan. Sebagian yang lain, hantu itu berupa kekhawatiran akan masa depan atau mungkin kenangan buruk akan peristiwa masa lalu yang tak pernah bisa mereka enyahkan dari ingatan."

Semuanya diawali dengan sebuah permainan bernama Pay It Forward yang dilihat oleh Gitta di Facebook temannya yang bernama Yunike. Yunike akan memilih tiga pengomentar pertama di status-nya, dan akan memberikan hadiah untuk masing-masing orang yang ia rasa akan membuat mereka bahagia. Dan seterusnya, Gitta akan memilih tiga orang juga untuk ia beri hadiah. Hal yang paling membuat Gitta terkejut adalah pengomentar pertama di statusnya, seseorang bernama Tedjas—lelaki yang telah meninggalkan kesan buruk di benak Gitta.
"Yah, every cloud has a silver lining. Tidak seharusnya ia merasa tertekan seperti ini, karena bahkan saat yang paling akan menuntun seseorang menuju hari-hari yang lebih baik."

Gitta pertama kali bertemu dengan Tedjas tiga tahun lalu saat orientasi mahasiswa; dan keberadaan Tedjas membuat kelompoknya terancam tidak lulus. Belum lagi berita-berita miring yang beredar seputar lelaki itu membuatnya berpikir bahwa Tedjas adalah seorang preman dan tidak bertanggungjawab. Akan tetapi lewat permainan Pay It Forward itu, Gitta perlahan-lahan mengenal Tedjas lebih jauh—yang ternyata tidak seburuk dugaannya. Di samping itu, Gitta juga harus menghadapi rasa kesepian yang mulai menggerogoti hatinya. Dan hati Gitta pun semakin terluka saat ia mendapati bahwa Ayahnya menyembunyikan sesuatu yang teramat penting baginya.
"... Karena kesepian bisa ngebunuh lo. Karena rasa sepi akan buat lo jadi manusia paling pahit di bumi ini. Dan kalau lo nggak datang sekarang, maka lo nggak akan punya keberanian untuk menginjakkan kaki di sana sama sekali. Kalau itu sampai terjadi... maka yang akan membayangi lo bukan hanya kesepian, tapi juga penyesalan."
....

Baca review selengkapnya di:
http://www.thebookielooker.com/2015/0...
Profile Image for inas.
387 reviews37 followers
August 7, 2016
Di awal baca, aku ngerasa narasinya kayak lambat banget. Mungkin memang aku aja yang ngerasa gitu. Padahal maknanya mudah dipahami.

Konflik batin antata Gitta sama papanya enak diikuti. Seluk-beluk hubungan keduanya juga seru. Ada pertentangan value(?) yang bikin klimaks menajam dengan sukses. Ngalir banget pokoknya.

Pertemuan Gitta sama Tedjas unik banget. Alasan di balik itu, terutama. Dari satu kejadian ke kejadian lain. Interaksi mereka bikin gemes. Tedjas juga cukup relatable. Apa yang dia lakukan punya hubungan sama masa lalunya. Jadi nggak ujug-ujug main nyelonong gitu. Sebagai pembaca, aku jadi paham sama pandangannya terhadap dunia yang penuh permusuhan.

Jumlah tokohnya mungkin belum cukup buat meramaikan suasana. Tapi alurnya udah bergerak maju alih-alih stuck di satu tempat melulu. Meski dileburin ke cerita, tujuan sama motivasi mereka cukup jelas.

Yang ganggu menurutku istilah orientasi itu. Berasa nyebutin MOS, yang kurang cocok aja sama latar universitas.

Narasi yang beberapa kali dicampur sama bahasa Inggris di awal lancar aja. Sampe di halaman 235: Tapi kemudian dia menatap pandangan penuh concern. Kayak ada yang nggak enak tapi entah gimana juga ngebenerinnya. Ada beberapa typo juga, cuman males inget-inget di mana.

Oh ya. Di awal, pas Gitta nonton Kartika ngasih sambal ke makanannya, perut cewek itu bergejolak perih (hlm. 33; kuah oranye itu maksudnya sambal kan?). Terus di halaman 203, disebutin kalo bakso yang pedas itu favoritnya. Kan jadi bingung. .w.

Gim Pay it Forward di sini lumayan berpengaruh ke cerita. Jadi ada kecocokan antara judul dan isi. Kovernya juga manis, paduan abu-abu sama merah yang pas banget.

Tiga bintang buat keseluruhan cerita yang sederhana dan manis.

P. S.: Pertanyaan khusus buat Kak Emma, Ezra sama Kartika nggak dibuatin cerita sendiri nih? #kodekeras :)
Profile Image for Wildy De partie muchlis.
12 reviews1 follower
November 6, 2015
So, this is it! YA Gramedia pertama yang aku baca. Dengan logo YA. Sambil icip-icip gimana sih rasanya. Dan hasilnya, aku lumayan suka.

Yang paling aku suka dari Pay it Forward adalah gaya Emma menulis. Enak dibaca. Pilihan katanya banyak sehingga aku nggak bosan bacanya. Satu bintang untuk gaya menulis Emma. Aku menikmatinya.

Lalu, ke alur cerita. Kukira kisah ini akan terfokus kepada Tedjas dan Gitta berdasarkan blurb. Tapi ternyata nggak. Malah menurut aku, problematika keluarga di sini hampir mempengaruhi seluruh isi buku. Sementara untuk Tedjas-Gitta sendiri malah jadi terkesan kayak sub-plot. Etapi, aku suka dengan problematika keluarga yang ditonjolkan, sih. Bahkan lebih daripada cinta-cintaannya. Pengorbanan Papanya untuk Gitta menyentuhku, lalalala :"). Satu bintang untuk itu

Mengenai Pay it Forward yang lucu, satu bintang juga. Pengen tuh ikutan beginian. Siapa tau dibeliin tiket konser--HAHAHA

Interaksi Tedjas-Gitta emang manis. Nggak perlu cheesy-cheesy-an gitu untuk membangun chemistry. Tapi entah mengapa, aku ngerasa ada yang kurang. Entah di bagian mana. Mungkin karena kesan bad boy Tedjas kurang dan mereka baikan dengan cepet...? Entahlah. Ini mengurangi setengah bintang yang bakal aku beri. Karena this novel is supposed about Tedjas-Gitta, menurut blurb-nya. Jadi menurutku interaksi mereka penting.

Setengah bintang yang hilang terakhir karena beberapa typo yang tersebar di novel. Typo beneran, lho. Aku cuma ingat hal 203, traktif, sama judul bab Sebilan Belas. Ada lagi beberapa sebelum-sebelumnya, tapi aku nggak merhatiin karena rasa penasaran.

Jadi, setelah bintangnya dikumpul, ada empat bulat bintang yang aku kasih. Bintang satunya dari mana? Dari usaha Emma untuk menyelesaikan novel ini. Untuk ukuran novel debut, ini keren! Salam buat Tedjas, Gitta, dan Papa ya :)
Profile Image for Sri Wahyuni.
48 reviews
February 16, 2017
Bagus...
Apalagi cerita hubungan dengan keluarga.
Pesan-pesan yang ada di buku ini juga bagus untuk disimpan dan dijadikan pelajaran.
Displaying 1 - 30 of 50 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.