My Name is Mata Hari tells the story of the infamous dancer and courtesan who began as Margaretha Geertruida Zelle, a young Dutch woman who married the older Rudolph MacLeod, a military officer, and traveled with him to the Dutch East Indies. Claiming her mother’s Javanese ancestry, she changed her name to Mata Hari, Malay for “eye of the day.”
Mata Hari danced on stages across Europe and the Middle East, and took many high-ranking military and government officials as her lovers. At the end of a tumultuous life, convicted for espionage during the First World War yet sustained by her pride, she said, “I am a genuine courtesan. And I am a dancer in the true sense.”
Remy Sylado lahir di Makassar 12 Juli 1945. Dia salah satu sastrawan Indonesia. Nama sebenarnya adalah Yapi Panda Abdiel Tambayong (Jampi Tambajong). Ia menghabiskan masa kecil dan remaja di Solo dan Semarang. Sejak usia 18 tahun dia sudah menulis kritik, puisi, cerpen, novel, drama, kolom, esai, sajak, roman popular, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi. Ia memiliki sejumlah nama samaran seperti Dova Zila, Alif Dana Munsyi, Juliana C. Panda, Jubal Anak Perang Imanuel. Dibalik kegiatannya di bidang musik, seni rupa, teater, dan film, dia juga menguasai sejumlah bahasa.
Remy Sylado memulai karir sebagai wartawan majalah Tempo (Semarang, 1965), redaktur majalah Aktuil Bandung (1970), dosen Akademi Sinematografi Bandung (1971), ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung. Remy terkenal karena sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya.
Selain menulis banyak novel, ia juga dikenal piawai melukis, dan tahu banyak akan dunia perfilman. Saat ini ia bermukim di Bandung. Remy pernah dianugerahi hadiah Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi.
Dalam karya fisiknya, sastrawan ini suka mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisannya yang sudah tidak diragukan lagi. Penulisan novelnya didukung dengan riset yang tidak tanggung-tanggung. Seniman ini rajin ke Perpustakaan Nasional untuk membongkar arsip tua, dan menelusuri pasar buku tua. Pengarang yang masih menulis karyanya dengan mesin ketik ini juga banyak melahirkan karya berlatar budaya di luar budayanya. Di luar kegiatan penulisan kreatif, ia juga kerap diundang berceramah teologi.
Karya yang pernah dihasilkan olehnya antara lain : Orexas, Gali Lobang Gila Lobang, Siau Ling, Kerudung Merah Kirmizi (2002). Kembang Jepun (2003), Matahari Melbourne, Sam Po Kong (2004), Rumahku di Atas Bukit, 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Bahasa Asing, dan Drama Musikalisasi Tarragon “ Born To Win “, dan lain-lain.
Remy Sylado pernah dan masih mengajar di beberapa perguruan di Bandung dan Jakarta seperti Akademi Sinematografi, Institut Teater dan Film, dan Sekolah Tinggi Teologi.
Meski kita patut salut akan penuturan Remy Sylado dari perspektif Mata Hari seorang perempuan yang mengaku lacur dan jalang yang terasa riil dan realis, tak dipungkiri bahwa saya masih merasakan maskulinitas dalam gaya, cara berpikir dan gayanya. Mata Hari yang teguh pada pendiriannya, yang jujur mengakui kecintaannya pada uang dan seks terasa sedang menuturkan pengakuannya secara pribadi pada kita. Namun bila kita mengganti jenis kelamin penutur, penuturan itu tentu akan terasa teramat lebih pas.
Namun yang saya selalu kagumi dari Remy adalah realisme berbahasanya dan warna lokal yang kental digambarkan di sini, seperti juga yang pernah Remy lakukan dalam karya sebelumnya seperti Ca Bau Kan. Saya selalu mendapat pengetahuan baru setiap kali selesai membaca karya Remi, dan berkata "Oh pantas selama ini..." atau "O, begitu". Seperti sejarah nama sado, andong dan sebagainya yang ternyata tidak terlalu tradisional Indonesia.
Hal lain yang juga saya kagumi adalah fakta dan data yang melatarbelakangi kisah ini. Saya tahu Remy memang selalu jago melakukan ini. Saya selalu tahu bahwa untuk menjadi penulis yang baik kita harus memiliki rasa ingin tahu besar, ketelitian dan kerajinan dalam meriset data yang mendukung tulisan kita. Ini bukanlah pekerjaan mudah. Seorang pemalas tak mungkin bisa menjadi penulis yang baik. Sebab sebuah data dan latar belakang yang akurat akan memberikan bahkan sebuah karya fiksi suatu kedalaman dan nilai yang tinggi. Inilah yang membedakan sebuah "cerita" dan sebuah "seni sastra", menurut saya.
Apalagi dengan novel Mata Hari. Perempuan ini pernah betul-betul hidup dan menjadi salah satu bagian sejarah perang dunia I. Tidak bisa sembarangan menulis ceritanya, dan data serta fakta yang dipaparkan harus akurat. Saya rasa Remy telah berhasil melakukannya. Stamina dan integritas seorang penulis yang ditunjukkan Remy membuktikan kalibernya sebagai salah satu penulis terbaik (setidaknya favorit saya) di Indonesia.
Hanya satu saja fakta yang sedikit mengganjal. Waktu Mata Hari bertemu dengan pejabat Prancis di Hôtel de Ville Paris, Mata Hari bercerita seolah-olah gedung itu adalah hotel, padahal bukan. Hôtel de Ville adalah City Hall, atau balai kota. Tapi selebihnya, kita bisa ikut menikmati perjalanan ke kota-kota di Eropa dan Jawa, Indonesia dengan mengikuti penuturan Mata Hari, maaf, Remy.
Salah satu karya yang patut dibaca apabila anda pengagum Remy Sylado, Bertutur tentang kehidupan seorang wanita yang akhirnya menjadi seorang pelacur karena berkeinginan untuk balas dendam kepada suaminya yang doyan main perempuan. Sebuah kutipan "Kalau Suamiku bisa melakukan kesenangan seperti itu kenapa aku tidak” sebuah ungkapan kekesalan Mata Hari ketika dia menjadi seorang lacur. Dimana kehidupan lacur maupun penari itu yang membuatnya bertemu dengan orang2 penting dalam pergulatan Perang Dunia. Matahari juga seorang pecinta buku, dimanapun dia akan pentas akan selalu meminta hotel yang dekat dengan perpustakaan dan bisa menghabiskan waktu berjam jam di tempat tersebut. Mata Hari juga seorang yang tidak memiliki keyakinan atas sebuah agama, dan kata Tuhan pun hanya terucap ketika di akhir hayatnya ketika dia mencintai seorang Pilot Rusia Maslov serta sebelum ajal menjemputnya di hadapan tentara Perancis yang mengeksekusinya.
Margaretha Geertruida "Grietje" Zelle adalah gadis indo blasteran, ibunya Indo dan ayahnya dari Belanda, pengusaha toko topi. Novel ini dibuka dgn kisah Margaretha yg menikahi opsir tentara asal Skotlandia, Ruud MacLeod yg doyan main cewek.
Nyaris separo lebih menuturkan kehidupan Margaretha di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Batavia. Asal muasalnya dia belajar menjadi penari. Kekesalannya pada suaminya, Ruud yg main gila terus-menerus, membuatnya bertekad utk membalas, kalau lelaki bisa meniduri banyak wanita, pihak wanita juga bisa melakukan hal yang sama. Terdengarnya mirip feminisme dalam arti ngaco sih, tetapi Margaretha tidak melakukan hal yg setengah-setengah.
Margaretha bukan sekedar penari eksotis biasa, dia membekali dirinya dengan segudang pengetahuan terutama ttg seni. Dari kecerdasannya inilah dia direkrut sbg mata-mata dgn nama Mata Hari = the eye of the day, nama yg dia ambil dari kehidupannya di Indonesia. Hanya saja Mata Hari terlalu serakah, dia menjadi agen kontra-spionase juga (mata-mata dua belah pihak) yg mengakibatkan mengantarkan dirinya pada hukuman mati ditembak.
Yang saya suka dari novel ini adalah author sangat banyak meriset terutama kehidupan para patriarki Belanda di Indonesia pada awal abad 20. Deskripsi dan suasana ala Max Havelaar ini sangat terasa hidup, seperti andong/sado, babu, hotel-hotel dan gedung kuno zaman imperialis Belanda, termasuk bahasa Jawa, Sunda dan Betawi berpadu menambah suasana New Age tsb. Belum lagi yg di luar negeri seperti Perancis, Spanyol, Inggris, kita serasa diajak mengikuti petualangan mata-mata wanita yg kondang ini.
Selain itu saya suka satire dan sarkasme pemikiran Mata Hari dalam kalimat-kalimat metafora-nya, seperti "dia tidak suka penampilannya yg seperti nabi padahal kelakuannya seperti babi." Mata Hari adalah sosok emansipasi perempuan yg menganggap dirinya setara dgn pria bahkan dalam nafsu birahi. Dia tahu kelemahan para pria terutama setelah mereka bersanggama dgn dirinya, maka mereka dgn lancar membocorkan rahasia negara. Tidak heran dirinya piawai dalam "pillow talk" alias "dialog bantal", selain tarian eksotis erotisnya yg membuat pria kebanyakan terpana dan terkewer-kewer pada dirinya.
Kelemahan dlm novel ini adalah susunan tatabahasanya yg tidak mengindahkan kaidah EYD. Jadilah saya suka bingung dgn maksud kalimatnya. Selain itu, sosok Mata Hari malah jadinya terdeskripsi lebih mirip wanita Jawa ketimbang wanita Eropa/Belanda. Tapi masih termaafkan, toh ini hanyalah fiksi dan rekaan dari author, suka-suka dia utk mencitrakan seperti apa Mata Hari yg legendaris ini.
Riset yang sangat-sangat serius dan diksi yang tak umum tetap menjadi ciri khas Remy Silado dalam novel ini. Setidaknya ada lima bahasa yang dimasukkan dalam Namaku Mata Hari (that's why you'll find bunch of footnotes here). Di akhir setiap bab dicantumkan juga foto-foto Mata Hari. Ceritanya berkisar pada perjalanan hidup Mata Hari sejak remaja sampai hari kematiannya, diceritakan melalui POV Mata Hari. Jujur aku kehilangan semangat untuk meneruskan membaca buku ini karena sudah tahu jalan ceritanya yang memang sesuai riwayat Mata Hari. Sejauh yang aku tahu, selain tambahan beberapa tokoh yang tak disebutkan dalam riwayat Mata Hari, cuma ada beberapa detil yang sengaja dibelokkan Silado dari fakta yang ada, antara lain: 1. Di sini disebutkan Mata Hari memiliki sedikit darah Indonesia dari ibunya. Kenyataannya, Mata Hari orang Belanda asli. Dia mengenal kebudayaan Indo karena mengikuti suaminya yang bertugas di Indo. 2. Di sini dikatakan Mata Hari adalah perempuan yang sangat cantik dan digilai banyak pria karena itu. Mata Hari tidak dianggap cantik atau seksi untuk ukuran Eropa. Dia menjadi wanita penghibur dan simpanan para pejabat lebih karena kesan eksotis yang sengaja dia ciptakan. 3. Mata Hari memang membocorkan informasi mengenai double agent Perancis. Jadi sebenarnya dia memang mata-mata meskipun perannya tak terlalu besar. 4. Mata Hari sama sekali bukan penari yang handal, apalagi dalam tari Jawa. Dia malah lebih sering memasukkan unsur budaya India dalam tariannya. Dan sekali lagi, alasan dia begitu terkenal sebagai penari adalah karena eksotisme dan erotismenya yang sensasional pada masa itu.
Awalnya berpikiran negatif tentang Mata Hari, saat pertama kali mengetahui ceritanya dari siaran teve sewaktu saya masih mengenakan seragam putih-abu2. Tapi nama itu selalu terngiang2 di ingatan saya, terutama karena dia orang asing-bagi saya-yg mempelajari kebudayaan Jawa (tarian) dan berhasil membawanya ke kancah internasional. Walau toh tarian itu kalah populer dengan sosok Mata Hari sendiri.
Bertahun-tahun kemudian, saya kembali menjumpai sosok Mata Hari dari tulisan Remy Sylado, membuat saya kembali mengenak sosok wanita Belanda-Indonesia ini. Bahwa lebih dari seorang Mata Hari, seorang mata-mata ganda untuk Perancis dan Jerman, dia adalah seorang wanita--seorang manusia yg memiliki nurani. Berpegang pada emosi diri, terbawa nafsu dan mimpi hingga terjebak pada kebencian, tapi toh akhirnya dia kembali pada cinta. Yang ditemukannya bukan hanya dari sosok Vladim Maslov, tapi juga dari Tuhan yg diwakili oleh Pere dan Soeur.
Mengenai sosok Remy Sylado, saya sudah kadung jatuh hati pada sosok tulisan beliau semenjak membaca Boulevard de Clichy (kalau tidak salah ingat). Melalui beliau dan beberapa pengarang dan penulis Indonesia lainnya, saya mulai menelusuri sastra Indonesia. Bosan rasanya bila membicarakan sastra hanya dari sejarahnya saja :)
Last words: Sebuah novel yg layak dijadikan koleksi!
Ada yang bilang, kalau kita ingin menjadi semakin kaya maka tinggalkanlah zona nyaman. Dalam hal ini termasuk masalah bacaan. Ketika kawan saya merekomendasikan novel ini dan saya memutuskan untuk membacanya, saya tahu bahwa saya akan meninggalkan zona nyaman saya. Benar saja, tak cukup sedikit waktu untuk saya selesai membacanya.
Novel ini memiliki setting sejarah, dengan beragam konflik, intrik, dan juga… ehm, masalah sensualitas. Banyak sekali sisipan bahasa asing, seperti Belanda, Jerman, Prancis, dll. Ditambah pemakaian beberapa diksi yang tidak umum, serta jumlah halaman yang tebal, huft! Berulang kali saya ingin menyerah saja membacanya. Namun, saya sadar bahwa saya harus belajar melatih otak saya yang selama ini hanya dimanjakan oleh kisah-kisah romansa penuh bunga. Setelah ini, mungkin saya perlu membiasakan diri untuk membaca buku-buku yang “bergizi”.
"Tarian adalah keindahan jiwa dalam tubuh yang paling mempesonakan hasrat-hasrat kehidupan." Hal.117.
Terlahir dengan nama Margaretha Geertruida di Belanda, orang-orang kini mengenal ia dengan nama Mata Hari, seorang mata-mata ganda Perancis dan Jerman di masa Perang Dunia I. Tentang bagaimana hidup Margaretha, yang memiliki darah Indonesia dari ibunya ini bisa menjadi seorang mata-mata, di buku setebal 559 halaman inilah hidupnya dikisahkah.
Perjalanannya dimulai ketika ia melihat iklan pencarian istri dari seorang pria asal Skotlandia. Tanpa banyak berfikir, dan dengan bayang-bayang ia akan diajak ke Indonesia, tanah kelahirannya, Margaretha menerima "lowongan" pencarian istri itu.
Tapi siapa sangka, Rudolf John MacLeod, suaminya ini rupanya bukan pria yang baik. Sebelum menikahi Mata Hari, Rudolf sudah sering "berkencan" dengan banyak wanita, dan sayangnya kebiasaan ini tidak berkurang walaupun ia kini tinggal di Indonesia.
Pengkhianatan yang berujung petaka, sehingga anak pertama mereka, yang terkena jejak penyakit sifilis bapaknya, hidup dengan kebutuhan khusus namun kemudian tewas mengenaskan. Kejadian ini menimbulkan dendam di hati Mata Hari. Dendam yang menjadikan ia berperilaku bebas, semaunya, termasuk berhubungan dengan banyak pria sembari menjual tubuhnya.
Mata Hari punya kelebihan lain, yakni ia pandai menari. Secara khusus ia berguru pada seseorang di Jawa Tengah, yang kemudian secara tidak langsung melambungkan namanya -sehingga ia mempunyai nama Mata Hari sebagai nama panggung, hingga kemudian ia kembali ke Eropa dan berhasil pentas di Paris, Mata Hari tak hanya menujukkan tarian Java ekstotis yang ia pelajari, namun juga berhasil masuk ke lingkungan elit militer.
Hanya pria berkelas yang mampu mengencaninya. Dan, atas ketenarannya ini, ia didekati oleh pihak Jerman dan diiming-imingi upah besar jika mau menjadi mata-mata. Bukan hanya perkara uang, namun Mata Hari yang memang intelek dan menguasai 7 bahasa ini, menurut saya mau mengambil pekerjaan itu demi merasakan adrenalin yang lebih tinggi dari biasanya.
Hebatnya lagi, ternyata pihak Perancis pun menghendaki Mata Hari untuk menjadi mata-mata Jerman, karena mereka tahu, ketika pentas di Berlin, Mata Hari biasanya akan tidur dengan petinggi militer yang ada di sana.
Dari awal baca novel ini, Remy Sylado sudah mengungkapkan kondisi Mata Hari saat ditangkap oleh Perancis dan tengah menunggu proses peradilan -ya, sebagaimana yang kita ketahui, fakta sejarahnya Mata Hari kemudian dihukum mati.
Namun, mengikuti perjalanan Mata Hari dari Belanda, Indonesia hingga menjadi pementas fenomenal dan juga mata-mata meninggalkan ketertarikan sendiri bagi saya. Dan, sebagaimana khas Remy Sylado, ada banyak sekali fakta sejarah yang berhasil ia rangkai. Bahkan, nama-nama tokohnya, ketika digoogling pun memang ada. Hanya, saya tidak tahu batasan hubungan tokoh-tokoh ini di dunia nyata dan di dunia fiksi yang ia ciptakan.
Bagus banget! Dan, baca bukunya Remy Sylado selalu meninggalkan kekaguman yang sulit saya jelaskan.
Rasanya ini buku Remy Sylado yang aku kurang nikmati karena bahasa-bahasanya yang vulgar sepanjang buku dan tidak adanya klimaks tertentu yang menggugah emosi. Remy Sylado memang selalu memilih kata-kata yang terus terang termasuk dalam hal seksualitas, tapi rasanya buku ini hanya penuh umpatan yang tidak membuka apa-apa lagi di baliknya. Sayang padahal aku sangat mengharapkan alur cerita dan insight yang baru dari Remy Sylado atas tokoh yang sangat kusukai karena misterinya ini.
mungkin karena rhe orang indonesia dan buku ini mengisahkan mata hari dari keindonesiaan lebih banyak, rhe lebih suka kisah versi ini daripada kisah yang ditulis paulo coelho. sorry coelho, kali ini rhe berkhianat
Bukan melulu soal selangkangan, Mata Hari adalah novel sejarah yang dibalut kemahiran penulisnya dalam memahami politik, bahasa, dan budaya dunia. Salah satu novel berkesan yang pernah saya baca.
Mungkin tak banyak yang mengenal nama Mata Hari. Ia memang bukanlah nama seorang pahlawan yang membuat kita merasa perlu mengenalnya sebagai tanda balas jasa. Namun nama Mata Hari diabadikan dalam banyak literatur beberapa negara. Ia seorang perempuan berkebangsaan Belanda yang punya peran penting terselubung dalam perang dunia I. Ia seorang penari erotik sekaligus pelacur yang menjadi mata-mata untuk dua negara sekaligus yang bertikai dalam perang dunia ke I, Perancis dan Jerman.
Dari sekian banyak literatur yang mengabadikan tentang Mata Hari ini tak banyak yang membahas hubungan antara Mata Hari dengan Indonesia. Padahal dalam sejarah kehidupan Mata Hari yang bernama asli Margaretha Geertruida ini, Indonesia memiliki banyak peran. Dari Indonesialah ia mulai menyadari kecintaannya pada tarian. Bagaimana ia kemudian menjadi seorang penari yang mengeksplorasi tarian khas Indonesia menjadi tariannya sendiri, tarian yang membuatnya membuatnya terkenal lintas negara di benua Eropa. Dari Indonesia pula akhirnya ia mendapatkan nama Mata Hari sebagai nama panggungnya.
Remy Silado muncul dengan novel Namaku Mata Hari untuk mengisi kekosongan literatur tentang hubungan Mata Hari dengan Indonesia. Novel namaku Mata Hari membuat kita mengenal sosok Mata Hari dari sangat awal sebelum ia ambil bagian dalam perang dunia ke I menjadi mata-mata, sebelum ia menjadi pelacur. Remy Silado menggambarkan bagaimana kebudayaan dan keindahan tarian Indonesia mampu membuat Mata Hari terpana. Ia terinspirasi seumur hidup oleh tarian-tarian itu dan menemukan jalan hidupnya dengan tarian. Ia menggambarkan bagaimana kehidupan Mata hari saat ia sempat tinggal beberapa lama di Indonesia mengikuti suaminya, seorang opsir Belanda yang ditugaskan ke Indonesia saat zaman Indonesia masih dijajah Belanda.
Mata Hari yang jatuh cinta pada tarian inilah lalu menjadi selebritas antar negara. Ia terkenal di berbagai negara di Eropa. Keterkenalannya itu membuatnya sering melenggang dari satu negara ke negara lain untuk melangsungkan pertunjukkan. Ketenarannya merasuk hingga ke kelas pejabat-pejabat negara dan pejabat militer negara-negara di Eropa. Ia lalu menjalankan pekerjaan sebagai pelacur berselubung pekerjaannya sebagai penari erotis. Ia memiliki hubungan dengan beberapa pejabat negara dan pejabat militer.
Kedekatan Mata Hari dengan pejabat militer dan orang-orang berpengaruh bebepa negara, termasuk negara yang saling bertikai dalam perang dunia I mengantarkan Mata Hari ikut masuk dalam perang dunia. Awalnya Perancislah yang tertarik untuk merekrutnya sebagai mata-mata. Jadilah matahari agen intelijen untuk militer Perancis. Saat Jerman juga tertarik menjadikannya mata-mata, Mata Hari memanfaatkan kesempatan juga menjadi agen Jerman. Mata Hari mengambil keuntungan dengan menjadi mata-mata kedua negara itu. Ia memanfaatkan kedekatannya dengan orang-orang berpengaruh Jerman untuk keuntung Belanda dan juga sebaliknya. Hingga akhirnya aksinya sebagai mata-mata ganda diketahui oleh Perancis dan Mata Hari dihukum mati dalam keadaan mulai menyadari ada beberapa jalan hidup yang mungkin telah salah ia jalani.
Novel Namaku Mata Hari yang ditulis Remy Silado ini sejatinya adalah semua novel sejarah. Remy menulisnya dengan riset arsip tentang kehidupan Mata Hari. Mengeksplorasi bagian hubungan Mata Hari dan Indonesia. Remy menulisnya seakan-akan Mata Hari sendirilah yang telah menulis novel ini. Remy menuliskannya dari sudut pandang yang sangat perempuan.
Buku Namaku Mata Hari ini adalah buku karya Remy Sylado pertama yang saya baca. Awalnya saya tertarik membacanya adalah karena pengaruh seorang teman yang sangat mencintai karya-karya Remy Sylado. Dan ternyata seleranya memang benar, novel ini benar-benar bagus. Novel ini sangat menarik. Penyampaian sang penulis benar-benar terbuka, jujur, dan lugas serta mampu membuat saya seakan berada di zaman penjajahan Belanda di Indonesia ataupun dalam masa Perang Dunia bergejolak. Ia mampu masuk menjadi seorang Mata Hari dan menceritakan kisahnya yang begitu menakjubkan. Selain bercerita tentang lika-liku hidup Mata Hari, Remy juga mampu menghadirkan nuansa cinta yang bergelora dalam novel ini.
Aku pelacur tulen. Tapi aku penari sejati. Dan aku Belanda berdarah Indonesia.
Mata Hari, adalah nama seorang wanita keturunan Belanda campuran Indonesia. Ia sangat mencintai budaya Jawa yaitu budaya ibu kandungnya. Karena kecintaannya itu, menjadi salah satu alasan dia menikah dengan Macleod, seorang opsir keturunan Skotland, yang akan bertugas di Indonesia. Di Indonesia, ia belajar tari eksotis budaya Jawa yang membuatnya menjadi seorang penari professional. Dan di Indonesia juga, ia memulai pekerjaannya sebagai pelacur professional. Ia melakukan tindakan tersebut untuk membalas dendam kepada suaminya, yang akhirnya bercerai dengannya, yang suka selingkuh dengan pelacur dan hingga akhirnya menularkan penyakit syphilis kepada anak pertamanya, Norman, yang meninggal dunia karena ulah suaminya pula. Kembalinya ia ke Belanda, ia mengurus perceraian dengan Macleod namun pengadilan memutuskan hak asuh anak keduanya, Non, jatuh ke tangan suaminya. Mata Hari pun mengembangkan sayapnya sebagai penari hingga ia menjadi seorang penari eksotik Jawa yang sangat terkenal di Eropa. Selain itu, dia juga tetap menjalankan profesi sebagai selingkuhan para pejabat, perwira, atau petinggi-petinggi di Eropa. Karena popularitas dan kecerdasannya, bahkan ia menguasai 7 bahasa, ia ditawarkan menjadi agen mata-mata Jerman untuk Prancis dengan kode H21. Di lain sisi, Prancis juga menjadikannya agen mata-mata untuk Jerman. Namun, pekerjaannya tersebut pun diketahui oleh Prancis. Dan ia dijatuhi vonis hukuman mati. Mata Hari ditembak mati pada tanggal 15 Oktober 1917 di Bois de Vincennes. Sesuai permintaannya, ia ditembak mati dalam keadaan telanjang.
Namaku Mata Hari adalah sebenar-benarnya ungkapan 'baca buku bisa bikin pintar'. Kenapa? Karena ada 276 footnote dengan informasi beragam! Mulai dari bahasa asing yang diselipkan (Bahasa Belanda, Jerman, Perancis, bahkan bahasa Jawa), potongan sajak Arthur Rimbaud, sejarah mengenai daerah tertentu di Jakarta dan Jawa Tengah, dsb. Bagi yang suka sejarah, buku ini akan memanjakan kalian.
Detail. Detail sepertinya menjadi ciri khas Remy Sylado. Saya pernah baca Ca-Bau-Kan dan gaya menulisnya kurang lebih sama. Detail. Sangat. Setiap adegan digambarkan dengan jelas. Apalagi menggunakan sudut pandang orang pertama. Semua isi kepala si tokoh membuat sebab akibat suatu tindakan menjadi lebih jelas.
Karakter unik Mata Hari. Perempuan blasteran Belanda-Jawa. Menikah muda, dikhianati, tertarik menjadi penari (penari eksotik Jawa), sesekali menjadi pelacur. Ya, Mata Hari bilang bahwa tubuhnya senantiasa haus akan perpaduan dengan lawan jenis. Bahwa cinta kasih dan nafsu berahi hanyalah karunia Tuhan belaka. Nikmati. Selain itu, karena suaminya berkhianat, mengapa tidak dia balas dengan pengkhianatan juga?
Pekerjaan terakhir Mata Hari: mata-mata Jerman dan Perancis pada Perang Dunia I. Sekaligus. Yang akhirnya membawa Mata Hari ke dalam masalah besar. Terkait dengan pekerjaannya itu, pembaca akan disuguhkan dengan sejarah mengenai perang yang melibatkan dua kubu. Perancis-Inggris-Rusia dengan Jerman-Austria-Hongaria.
Buku yang memberikan saya pandangan baru tentang Mata Hari, seorang penari eksotis pada awal abad ke-19. Mata Hari ini juga merupakan seorang agen ganda bagi Jerman dan Perancis, dua negara yang merupakan pihak yang berseberangan dalam perang dunia pertama.
Mata Hari diceritakan sangat menjiwai budaya Indonesia, atau lebih tepatnya Jawa kuno. Menurut cerita dalam buku ini, pengalaman pahit yang Ia alami dalam pernikahannya bersama Rudolph McLeod di Indonesia membentuk Mata Hari yang terkenal dalam banyak catatan dan literatur sejarah. Seperti novel roman pada umumnya, penulis membuat kisah hidupnya dengan berbagai macam drama.
Yang saya sukai dalam novel ini adalah, bagaimana segumpal informasi yang penulisnya peroleh dari riset yang amat mendalam, masih dapat dirangkai menjadi suatu cerita roman yang solid. Saya menyukai bagian awal dan tengah dalam novel ini. Namun, bagian sepertiga akhir novel ini terpaksa dipercepat alurnya, membuat saya tidak begitu memahami, dosa apa yang sebenarnya Mata Hari buat, sehingga Ia akhirnya dihukum mati oleh militer Perancis.
Kemudian, di bagian Mata Hari diceritakan sebagai wanita bebas yang berhubungan intim dengan berbagai jenderal-jenderal dan anggota militer banyak negara, terlalu singkat dan tidak banyak dieksplorasi. Meskipun memang inti yang ingin dijual dalam novel ini adalah bagian awalnya, yang mungkin tidak banyak orang atau sejarawan tahu.
Akhir kata, menurut saya ini tetap sebuah novel yang layak menjadi bacaan, terutama jika Anda pernah mendengar Mata Hari sebagai mata-mata, atau penyuka sejarah.
Selama ini hanya mengenal sosok Mata Hari sebagai agen ganda Perancis dan Jerman. Lewat karya yang ditulis oleh Remy Sylado, jadi lebih memahami sosok dibalik Mata hari. Kecintaannya terhadap Indonesia terutama bumi jawa, sisi sensualitas yang telah terlihat sejak masih muda. Membaca buku ini juga melihat perubahan dari sosok margareth yang menikah muda dengan orang yg jauh lebih tua, saat itu boleh dibilang masih agak lugu ya tp kemudian dia berubah menjadi sosok yang keras bahkan q bilang manipulatif. Seperti saat dia menjalin hubungan dengan banyak pria didasari alasan membalas dendam karena sang suami juga melakukan hal yang sama. Entahlah,..aku melihatnya dia juga menyukai itu, maksudna she's just love sex jadi bisa dibilang hubungannya dengan banyak laki-laki saling menguntungkan. Juga saat dia menjadi double agen, dia melakukannya bukan karena nasionalisme atau apapun namanya, dia melakukannya karena uang dan sepertinya Mata Hari menikmati bagaimana dia bisa memegang "kendali" atas banyak lelaki.
Menarik melihat perubahan sosok margareth menjadi seorang Mata Hari, yang lebih suka disebut sebagai penari eksotik ketimbang erotik. Remy Sylado menulis dengan bahasa lugas bahkan acapkali membuatku tersipu malu, empat bintang untuk buku ini.
Seperti membaca buku sejarah dengan bahasa dan pembahasan gaul, nyeleneh, walau kadang di luar logika.
Mata Hari, Belanda berdarah Indonesia. Seorang perempuan yang terlalu berani dalam menjalani hidup dan bisa disebut terlalu menikmati ranumnya dunia. Vrijdenker atau bebas (Mata Hari cenderung memilih padanan sebagai atheis, walaupun di akhir hidupnya dia dieksekusi mati dengan menyebut nama Tuhan).
Monolog dan dialognya to the point. Sensual tapi ndak porno. Gw suka kemampuannya yang luar biasa menguasai banyak bahasa: Belanda, Itali, Jerman, Spanyol, Inggris, Jawa (apalagi ya).
Mata Hari bisa disebut sebagai mole, agen ganda yang menyelidiki lawan untuk kepentingan negara yang dibelanya sekaligus di saat yang sama melakukan hal sebaliknya.
Yang gw sesalin, kenapa Mata Hari tidak menggunakan "kekuasaan" yang dimilikinya untuk merebut Non?
Arkian, above of all, buku ini menarik, ada unsur lucunya juga, beberapa yang lucunya gw underline: perbedaan orang Cina dan orang Arab; babu vs tentara; dan tentara vs isteri tentara dalam aba-aba tiarap.
Jadi sehebat-hebat atheis, toh tak ada orang yang betul-betul bisa hidup tanpa Tuhan. Dan kalau manusia tidak sedih, manusia tidak tinggal di bumi, tapi di surga. So enjoy every piece of your life like she did. :)
Buku ini sebenarnya ditulis berdasarkan riwayat hidup Mata Hari, wanita Indo berdarah Belanda-Jawa, yang menjadi mata-mata ganda bagi Prancis dan Jerman di masa PD I. Sosoknya sangat unik, karena ia adalah wanita yang mengaku atheis dan percaya bahwa nafsu birahi adalah anugerah (oleh karenanya ia berprofesi sebagai penari telanjang dan pelacur). Ketajaman berpikir karena kegemaran membaca, serta kemampuannya menguasai tujuh bahasa, serta 'dialog di atas bantal' yang jadi kemampuannya, membuatnya dipercaya sebagai mata-mata untuk mengorek informasi dari petinggi pemerintahan Jerman dan Prancis sekaligus. Namun sayang, ia ketahuan oleh pemerintah Prancis sehingga ia ditembak mati pada tahun 1917.
Buku ini sangat saya rekomendasikan bagi mereka yang menyukai sejarah, biografi, dan ingin mengetahui kedalaman berpikir seorang Remy Sylado. Banyak sekali kalimat-kalimat 'bagus' dalam buku ini. Namun, saya sempat 'bosan' membacanya, karena 'dialog di atas bantal' Mata Hari cukup panjang alurnya diceritakan dalam buku, sehingga saya cukup jengah juga. Tapi buku ini sangat worth-reading!
Baru membaca Prolognya aku dibuat tak berhenti sampai nggak terasa sudah sampai ke halaman lima puluh. Padahal rencananya aku hanya mau membaca di sepuluh halaman pertamanya saja. Sastrawan Remy Sylado berhasil membuatku jatuh cinta di kalimat pertamanya. Meskipun tergolong lama dalam membaca karya ini sebenarnya sangat enak dibaca seperti kita makan keripik singkong yang bikin nagih. Kelamaanku membaca buku ini bukan karena buku ini membosankan, tapi karena selingkuh membaca karya lainnya juga yang sudah lama banget nggak dibaca (halah malah curhat nggak jelas). Yang jelas, novel ini sudah punya beberapa versi dan based true story. Mata Hari seorang mata-mata. lebih tepatnya dobel mata-mata bagi pihak Jerman dan Prancis yang kontroversial sekitar tahun 1889-1917. Mata Hari yang punya nama asli Margaretha Geertruida ini keturunan Jawa (indonesia)-Belanda. Hebat juga ya ternyata dulu ada seorang mata-mata yang sedemikian jenius. Pokoknya buku ini harus dibaca oleh kita semua yang peduli pada sejarah masa lalu.
Ingin belajar sejarah tokoh dunia dengan cara yang tidak membosankan? Bacalah buku ini. percayalah, membaca buku ini seperti belajar sejarah. Buku ini merupakan novel pertama dari Remy Sylado yang saya baca.
Hebatnya Remy, dia menggunakan sudut pandang orang pertama, dan dapat mendalami karakter Mata Hari (saya heran apakah benar karakter Mata Hari dan kedalaman batin nya seperti benar2 ada pada novel ini).
Moral of The Story, yaitu menambah pengetahuan saya akan sejarah tokoh Mata Hari yang patut diketahui orang Indonesia, karena dia sendiri merupakan Indo (sebutan bagi keturunan Belanda-Indonesia). Lebih-lebih Mata Hari pernah dan masih menjadi tokoh dunia (karena pertunjukan tariannya sudah dikenal di daratan Eropa waktu itu).
Teladan yang dapat kita titu adalah, Mata Hari mampu menangkap keindahan dan kedalaman seni Indonesia, dalam hal ini tari-tarian, dan mampu menampilkannya kepada dunia.
Sebuah novel karya Remy Sylado yang wajib dibaca. Alkisah seorang gadis keturunan belanda yang menjadi istri tentara kolonial di Indonesia, sempat juga bermukin di Ambarawa Kabupaten Semarang. Kerena merasa diselingkhui oleh suaminya, akhinya Mata Hari melarikan diri ke daerah Borobudur Magelang, di sana ia belajar tarian-tarian jawa.
Untuk mengurus perceraiannya, ia kembali ke Belanda, selama di negeri kincir itu ia mengembangkan tariannya, karena berbagai persoalan, ia akhirnya menjadi pelacur pejabat-pejabat militer yang saat itu aktif dalam perang dunia I.
Berkat pergaulannya dengan berbagai pejabat tinggi di berbagai negera Eropa, ia merangkap menjadi mata-mata antar negara.
Buku ini tidak hanya sekedar cerita, tapi juga menguraikan sejarah. Pembaca akan dibuat pensaran dengan gaya cerita yang khas Remy Syilado ini.
Remy adalah salah satu penulis favorit saya. Karena kemampuannya menampilkan karakter tokoh, deskripsi setting, dan rentetan sejarah dengan begitu rinci. Saya lihat di Indonesia, hanya sedikit penulis yang cukup rajin melakukan riset sampai se-rinci itu. Dan riset bukan pekerjaan mudah.
Dalam buku ini, Remy kembali membuktikan keunggulannya itu. Matahari adalah sosok kontroversial dengan referensi terbatas. Usahanya menggali dan mendetailkan kehidupan, terutama hubungan Matahari dengan Indonesia adalah suatu usaha yang patut diacungi jempol.
Dibandingkan dengan 'novel memoar' lainnya, tokoh yang diangkat Remy sama sekali bukan klise. Bukan pahlawan klasik yang didramatisir menjadi 'fairytale'.
Tentang gaya bahasa Remy yang menurut sebagian orang 'vulgar', cenderung aneh, seperti bikin tesaurus.. Yasudahlah. Gayanya memang begitu. Tidak masalah sih..
Aku Mata Hari. Aku minta dengan hormat kepada kalian, Père dan Soeur, sebagai orang yang memilih selibat di Prancis sini, janganlahegampangnya mencibiri bakat jalang-sundal-lacur. Aku pelacur tulen. Tapi aku penari sejati. Dan aku Belanda berdarah Indonesia. Nama Mata Hari adalah bahasa Indonesia untuk "sun" di Inggris, "sonne" di Jerman, "soleil" di Prancis, atau "zon" di Ne;anda, dan seterusnya. Pernah juga orang menyebutku Lady MacLeod, mengikuti nama suamiku Rudolph John Campbell MacLeod, orang Skotland yang bekerja sebagai opsir untuk ketentaraan Belanda di Indonesia. Dan, sumpah demi ibuku, aku benci MacLeod karena dia lelaki yang paling tidak jujur di dunia. Aku tidak boleh menyangkal pada suara hatiku bahwa alasan yang mendorong kemauanku untuk menjadi pelacur adalah bakat. ** TERKESAN SAMA OPENINGNYA. :D
Buku ini novel sekaligus rangkuman pengetahuan. 276 footnote yang isinya mulai dari arti bahasa (Perancis, Belanda, Jawa, Jerman), penjelasan politik, dan beberapa di antaranya soal sejarah. Sebagai penikmat sejarah, aku menikmati banget, sekaligus curiga (yang sepertinya benar) ini kisah nyata.
Perempuan multitalenta sekaligus bunglon yang akhirnya harus berani membayar mahal atas hidupnya karena kebunglonannya. Sangat mahal.
Yang bikin aku bingung cuma gaya penulisan Remy Sylado yang agak "beda". Beberapa kata yang harusnya ditulis terpisah, ini justru disambung. Contoh: mejamakan, airmuka, desasdesus.
Terlepas dari itu, buku ini sepenuhnya menggambarkan kalau ketika kita terkenal, akan banyak orang yang mendekati, tapi sebaliknya, sekali saja kita terjatuh, hanya orang-orang tertentu yang masih mau mendekat dan bertahan di sisi kita.
Setelah Ca-Bau-Kan, baca karya lain Remy Sylado. Tetap belajar banyak budaya dan bahasa di setiap karyanya.
Kehidupan Mata Hari atau Gertrud Margarete Zelle adalah kisah nyata yang banyak dibuat film di Hollywood. Separuh ketebalan novel ini adalah cerita kehidupannya di Indonesia sebelum menjadi agen ganda bagi Prancis dan Jerman pada Perang Dunia I dan akhirnya dihukum mati. Mata Hari bisa 7 bahasa, belum termasuk bahasa Jawa kasar, sedang, dan halus. Suatu kemampuan yang saya orang Indonesia saja tidak bisa. Hahaha.
Oiya, cerita kehidupan Mata Hari juga pernah difilmkan oleh sineas film Indonesia dengan judul Sang Penari, Tamara Bleszynski sebagai Mata Hari. Saya belum pernah liat filmnya.