Jump to ratings and reviews
Rate this book

Love Cycle Series #1

I Love You; I Just Can't Tell You

Rate this book
Ini kisah cinta pertama.

Cinta yang polos dan meragu,
menjebakmu dalam momen katakan-tidak-katakan-tidak,
membuatmu bertanya, “Apakah rasa ini akan sepadan dengan hasilnya?”


[Daisy]
Aku telah jatuh cinta. Untuk kali pertama.
Cinta yang membuat harapku terbang ke angkasa.
Namun...
Akankah dia menyadari hadirku kala aku sendiri ingin bersembunyi, dari tubuh remaja tujuh belas tahun yang tak tumbuh sebagaimana remaja lainnya?

[Alan]
Tidak semua laki-laki sama, yakinku.
Tetapi... Mengapa...
Semakin aku mencoba, semakin jalan terasa berselisih?

[Ve]
Aku sudah tahu betapa cinta hanya bisa menyisakan luka.
Luka dan rahasia.
Rahasia yang bahkan kepada sang penulis kusampaikan,
“Tolong jangan beri tahu Alan dan Daisy. Juga pembacamu.”


Ini kisah cinta pertama...
yang membuat hati kecilmu selalu bertanya,
“Apakah cerita ini bisa membawa bahagia?”

323 pages, Paperback

First published May 27, 2015

10 people are currently reading
373 people want to read

About the author

Alvi Syahrin

11 books725 followers
Aku menulis sesuatu yang membuatmu merasa seperti, "Terima kasih telah menuliskan ini!" Sama-sama. :)

Temukan aku di:
Instagram: https://instagram.com/alvisyhrn
Twitter: https://twitter.com/alvisyhrn
Wattpad: https://wattpad.com/alvisyhrn
Telegram: https://t.me/alvisyhrn

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
38 (27%)
4 stars
44 (32%)
3 stars
46 (33%)
2 stars
5 (3%)
1 star
4 (2%)
Displaying 1 - 30 of 44 reviews
Profile Image for Octaviani Nurhasanah.
Author 1 book8 followers
June 29, 2015
Saya ngasih 3,5 bintang, sebenernya.... (Kenapa sih, GR ini gak bisa ngasih bintang pecah-pecah?) *sebel*

Novel yang saya punya ini hadiah dari Love Cycle Online Festival yang diadakan untuk promosi launching enam seri novel Gagas Media yang ada di bawah tema Love Cycle. Walaupun gratisan, tentu saja, gak akan mempengaruhi penilaian saya, ya. Hahahaaa. :D

Pertama, saya mau ngomongin sampul. Saya suka sampul-sampul yang wah. Saya juga suka sampul yang kalo novel itu bagian dari seri atau apa ya istilahnya, ya gitu lah, sampulnya kompak dan setema. Selain seri Love Cycle ini, saya juga suka gimana kompaknya sampul seri YARN. Tapi ini bisa saya curhatkan nanti sih, ya. Hahahaaa. Saya cuma agak bermasalah dengan judulnya yang ada di kotak kecil--yang awalnya saya kira stiker trus saya coba keletek) di kanan bawah sampulnya. Tapi mungkin saya aja sih, yang begitu.... ._____. Seandainya saya gak tahu judul dari keenam seri itu, mungkin saya akan mengira kalau sesuatu yang saya anggap stiker itu bukan judul. Tapi tertempel di sana buat nandain kalau novel ini bagian dari seri tertentu.

Kertas, font ... sangat gak ada masalah dan saya suka. Apalagi untuk orang yang matanya kicer kayak saya. Font besar di kertas yang gak putih itu penting. ^^

Masuk ke cerita, ya.

Sewaktu saya buka dan baca alinea pertama dan ternyata pake POV-1, saya langsung menetapkan standar; kalo ini multi-POV dan ternyata antar-POV 'tone'-nya sama, berarti multi-POV-nya gagal. Iya, saya emang gitu orangnya--galak. *plaaak* Karena POV-1 itu selalu gak mudah buat saya sebagai pembaca. Saya jarang menemukan novel dengan POV-1 yang reliable. Karakternya jadi reliable narrator buat saya. Tapi giliran saya nemu novel yang model begitu, oh sungguh, saya bakalan dibuat mabuk kepayang dan cinta berat--misalnya di Hunger Games. Sayangnya, itu yang saya temukan di novel ini. 'Tone' yang dipakai oleh Daisy, Alan, dan Ve rasanya hampir sama. Kalau tidak karena mereka membicarakan masalah yang beda, saya gak akan tahu sebenernya saya lagi ada di dalam kepalanya siapa. Tambahan lagi, menurut saya sebagai pembaca, POV-1 itu memberikan kesempatan luas untuk melakukan hal yang gak bisa dilakukan di POV-3; memasukkan karakter tokoh ke dalam narasinya. Misalnya Daisy yang imut itu, narasinya bisa--saya gak bilang harus, sih--tapi bisa lebih dibuat seperti wajarnya pikiran anak SMA. Narasi Ve yang udah jadi harusnya bisa lebih keras dari itu, lebih menunjukkan penolakan dan melindungi dirinya sendiri. Semacam itu lah.

Saya gak masalah dengan gaya penceritaan apapun termasuk multi-POV karena seharusnya gaya penceritaan itu mendukung ceritanya. Dan untuk satu hal ini, novel ini sangat baik. Karena yang mau digali dan diceritakan lebih dalam adalah tentang perasaan tokoh-tokohnya, jadi narasinya memang mengundang pembaca untuk memahami dan ikut merasakan apa yang dirasakan tokohnya. Untuk yang satu ini, saya kasih lima bintang. Terutama untuk cerita Daisy.

Berikutnya, saya mau bahas betapa saya sangat menyayangkan cerita tentang Ve gak sebanyak porsi cerita tentang Daisy. Tapi ini gak akan membuat saya mengurangi lima bintang yang saya kasih, sih. :D Saya pikir, Ve malah jadi karakter yang paling menarik di novel ini. Saya merasa--seharusnya--ada sesuatu yang membuat cerita Ve bakalan sangat dramatis. Tapi yang saya lihat, baca, dan rasakan seolah cerita Ve ini disederhanakan dan jadi kayak semacam; saya melihat ceritanya dari sudut pandang anak SMA (seperti Daisy) yang gak melihat kalau apa yang dilewati Ve itu luar-biasa dramatis. Plus saya juga menanyakan kenapa ibunya Ve kelihatan fine-fine aja anaknya seperti itu. Gak ada satu pun bagian yang menjelaskan betapa ketikaitu bakalan jadi 'neraka' buat Ve dan keluarganya. Dan itu gak mudah dilewati.

Dan Alan ... yah, tipikal cowok yang saya suka waktu SMA. Hahahaaa. Saya gak punya komen banyak tentang Alan in karena, ehem, I have soft spot buat karakter yang dingin, anak IT, dan pake kacamata kayak Alan. (Mirip laki gue soalnya, huahahaaa.) Gak suka sama karakter kayak gini kadang berasa kayak mengkhianati pernikahan gue gitu. *lebay* Dan untuk itu, tolong saya dimaapkan. :D

Terus, saya juga mempertanyakan tentang kelainan yang dialami Daisy. Setelah di awal-awal kelainan ini jadi bahan pikiran buat Daisy karena dia jadi ngerasa kalau dia gak bakalan disukai sama cowok dan gak bakalan ada cowok yang jatuh cinta sama dia, Gilang masuk begitu saja tanpa ada masalah. Setelah itu, gak ada lagi kelanjutan dari kelainan ini. Apa dia jadi terapi? Atau gimana?

Oh, dan saya punya satu hal yang mengganggu tapi gak dalam porsi 'ganggu banget', sih. Yaitu; deskripsi setting. Waktu saya selesai ngebaca novel ini, perasaan yang pertama kali saya rasakan itu; kosong. Bukan karena ceritanya, tapi karena saya merasa cerita itu terjadi dan berjalan di atas panggung yang nyaris kosong. Oke ada rumah makan ibunya Daisy. Ada genteng kosnya Alan. Ada rumah Ve. Ada kampus. Tapi saya gak ngerasa semua setting itu bisa ngasih panggung untuk cerita. Masalahnya cuma di kurangnya deskripsi, sih. Sama deskripsi yang dijadikan penulis sebagai alat untuk bercerita. Dan entah kenapa kalo di adegan yang ujungnya agak menyedihkan, lalu turun hujan. Tapi ini bisa jadi contoh, sih. Misalnya ada adegan yang menyedihkan, hujan bakalan jadi satu cara untuk membuat adegannya lebih menyedihkan. Panggung yang agak kosong ini membuat saya sebenernya ngerasa memang penekanan cerita itu ke emosi tokoh.

Apalagi, ya?

Hmmm ... oh, novel ini sekarang dipinjem sama adik saya. Waktu dia minjem, saya disuruh nyeritain gimana novel ini menurut saya dan waktu itu saya bilang; manis. Saya tambahkan lagi; lo bakalan inger kisah cinta SMA lo, deh. Cupu-cupunya elo, dudulnya elo, begonya elo. Trus itu ngebikin adik saya tertarik dan dia lagi baca sekarang. Adik saya ini pembaca novel yang lumayan rajin tapi dia gak punya akun GR. Saya udah bilang kalo dia sebaiknya bikin jadi dia bisa berkontribusi ngasih rate dan review. Tapi dianya hooh-hooh aja jawabnya. Dia punya komen yang aneh soalnya untuk novel yang dia baca--komen yang saya sendiri gak kepikiran. :D

Jadi begitu. Saya kenal Alvi waktu event Love Cycle dan sepertinya dia menganggap saya galak. Hahahaaa.... :D Saya emang galak. Jadi Alvi, menurut saya nih ya, sejauh ini novel kamu udah keren. Untuk ukuran rata-rata novel yang saya baca--terutama novel lokal--kamu udah bagus. Tapi kamu bisa lebih bagus.

Dan novel ini worth it banget untuk dibaca dan dimiliki kalau kamu suka ngebaca cerita cinta. Ceritanya manis dan ending-nya saya suka karena menggenapi ceritanya.

Tiga setengah bintang. *thumbs up*
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
June 19, 2015
Ini buku kedua penulisnya yang kubaca. Kalau mau dibandingkan dengan Swiss: Little Snow in Zürich (review di sini), buku ini sudah jauh lebih bagus teknis penulisannya. Kalau di Swiss penulisannya terasa kurang fokus, di sini sudah lebih rapi dan terarah, serta lebih greget.

Ini buku yang sangat berkesan buat saya. Saya mendapatkan buku ini (plus seluruh buku dari serial "Love Cycle" dan sebuah ransel) lewat acara "Love Cycle Online Festival" yang diadakan oleh Gagas Media. Di sana saya masuk ke Tim Cinta Pertama yang dikepalasukui oleh Alvi, dan kebetulan tim kami menang. Tapi, bukan kemenangan itu sendiri yang penting buat saya. Yang terpenting adalah, lewat acara itu saya bertemu dengan teman-teman baru, bisa kopdar, chatting-chatting gila, dan juga mengalami drama medsos pertama saya. Bertahun-tahun saya pakai medsos, mulai dari zaman Friendster, baru sekarang saya kena dramanya.

Ceritanya tentang Daisy, seorang gadis SMA dengan masalah kelainan hormon yang membuatnya telat puber, yang jatuh cinta pada Alan, seorang anak kuliah semester akhir yang sedang mengerjakan skripsinya. Alan sendiri sebenarnya memiliki gadis yang dia suka. Nama gadis itu Ve. Tapi, tidak peduli sekeras apa Alan berusaha, Ve tetap menolaknya.

Stop staring at him.
Stop hoping too much.
Fight for your first love harder. (hal. 1)


Cerita cinta pertama Daisy ini benar-benar manis. Saya bisa paham perasaan sedih serta keraguan Daisy akan tubuhnya sendiri, tapi keinginan Daisy untuk memperjuangkan cinta pertamanya membuat dia menghadapi perasaan itu. Kisahnya sendiri sangat manis secara keseluruhan. Ilustrasi-ilustrasi di dalamnya juga mendukung perasaan manis itu. Salut buat ilustratornya. Saya juga suka banget dengan akhir ceritanya.

Secara keseluruhan, ini buku tentang cinta pertama yang manis, tapi juga penuh perjuangan. Berdarah-darah banget deh perjuangannya (secara figuratif dan literal). Empat setengah bintang, pembulatan ke atas, untuk novel ini. Good job untuk penulisnya. Jadi penasaran pengin baca novel-novel selanjutnya dari seri "Love Cycle" ini.

Cinta yang sesungguhnya tidak perlu menggebu-gebu. Cinta yang sesungguhnya itu menenangkan. (hal. 121)


Buku ini untuk tantangan baca:
- 2015 Young Adult Reading Challenge
- 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
Profile Image for Naomi Chen.
227 reviews14 followers
June 18, 2015
[Indo Review]

3.5 sebenarnya, tapi saya bulatkan jadi 3 ya :)

Saya suka dengan ide ceritanya dan konflik-konflik tokoh yang ada di dalamnya. Cerita ini mengingatkan saya pada novel yang pernah saya tulis (dengan dua atau lebih sudut pandang orang pertama), yang salutnya ternyata setelah melihat Kata Pengantarnya, penulis mencoba untuk keluar dari zona aman :P Well done, Alvi. Tapi mungkin untuk saran ke depannya, bisa agak dibedain lagi ciri khas penulisan (di novel ini kasusnya antara Allan dan Ve karena mereka seumuran, jadi gaya berpikir mereka memang sekilas hampir sama.. tapi tetap saja mereka adalah pribadi yang berbeda dan juga gender yang berbeda :D), mungkin karena si Allan ini anak Jakarta ada baiknya kalo gaya bahasa dia sedikit lebih "Slenge'an" ala anak2 Jakarta (aduh, gmn ya jelasinnya... intinya mah gaya bahasa orang pertamanya mgkn lebih cocok pake semacam gue elo gitu, biar makin kerasa bedanya). Hehe. Tapi ini mah cuma pendapat doang sih, masalah gaya bahasa subjektif soalnya.

Yang saya kurang sreg adalah bahwa alurnya semacam terlalu cepat. Terlalu banyak deskripsi... harusnya lebih banyak cerita jadi novelnya makin tebel (dan juga tentu bakal makin mahal) *ehem*, tapi okelah, mungkin ada standar penulisan dari seri Love Cycle, saya gagal paham. Secara keseluruhan, plot masih terbilang oke dan bisa dinikmati pembaca (terutama kawula muda yang sedang merasakan cinta pertama :D)

Tapi ada satu twist yang bikin saya rada penasaran aslinya, baru ditulis di belakang soal "nama seseorang". Hmm, agak mencurigakan itu. Cuma kalau saya beberin disini nanti jadi spoiler dan ga rame *seperti biasa* jadi memilih untuk bungkam, meskipun yakin kalau penulisnya atau siapa pun yang udah baca novel ini 80% bakal ngerti maksud saya (kecuali saya yang salah ngeh) :P

Satu kelebihan yang saya suka, adalah life lesson yang diajarin di novel ini. Buat remaja dan kawula muda. Saya sangat merekomendasikan novel ini buat anak-anak sekolahan yang ngga ngerti apa-apa soal cinta (ibaratnya masih awal2 puber gitu), dan isi novel ini sejalan sama materi Romantic Relationships yang pernah saya sampaikan ke anak-anak SMA (yeahh, maafkan ibu guru beraksi) ~ satu quote yang ngena dan sempet saya potret di akun instagram saya, tertulis di halaman paling awal novel ini : "Fall in Love, not fool in love." -> it's definitely right. Karena sometimes, first love make you fooled by love, not taste the real love. You fell, and fell. Deep and couldn't get back again. That's the curse of first love. So you need to learn much about rationality or wait time passed by to erase those memories. *pengalaman pribadi* *maaf jadi curhat*

Oke, saya rasa cukup reviewnya.
Thank you Alvi, atas novelnya yang bagus :D
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews87 followers
August 13, 2015
3.5 star untuk kisah cinta pertama...

Dibandingkan dengan 2 buku sebelumnya yang sudah kubaca Dilema; Tiga Cerita untuk Satu Rasa dan Swiss: Little Snow in Zürich aku merasakan perkembangan gaya menulis Alvi yang tentunya lebih baik. Alvi cukup berhasil mengeksekusi ceritanya dengan baik, membuatku larut dengan kisah cinta pertama ini. Novel ini membuatku seakan bernostalgia dengan kehidupan masa remajaku.

Review selengkapnya menyusul =)
Profile Image for Muhammad Rajab Al-mukarrom.
Author 1 book28 followers
June 17, 2015
tiga bintang untuk ceritanya. satu bintang untuk kovernya nan elok.

review lekas menyusul. barangkali besok. hehehe. :)

---

simaklah review selengkapnya di http://rajabalmukarrom.blogspot.com/2...

Tahun 2014 Alvi Syahrin sempat absen mengeluarkan buku. Aku sudah menantikan buku barunya sejak tahun lalu. Tatkala hendak memasuki pertengahan tahun 2015, barulah kabar perilisan buku barunya tersiar. Aku sempat ikut Love Cycle Online Festival sekitar bulan Mei lalu. Bersama handai tolan lainnya yang tergabung dalam Tim Cinta Pertama, kami berhasil memenangkan berbagai kompetisi. Singkat cerita, kami—aku dan teman-teman setim—dihadiahi novel serial Love Cycle di mana novel I Love You (selanjutnya ditulis ILY) ini adalah novel pembukanya (dengan kover yang aduhai keelokannya). Masih ada lima novel lainnya yang bergantian terbit. Setelah menunggu beberapa pekan, sore kemarin buku ini tiba di rumah. Meski kurir pengantar paket kurang ramah.

ILY berkisah tentang seorang gadis mungil yang memiliki anomali dalam hormonnya. Hormon estrogen yang mestinya diproduksi dengan baik oleh tubuh gadis seusianya, tidak berlangsung seperti seharusnya. Ia tumbuh menjadi gadis mungil. Bahkan barangkali terlalu mungil untuk dipanggil sebagai seorang gadis. Begitu bayanganku. Dalam kesedihannya menghadapi masalah itu, Daisy—sang gadis mungil, bertemu Alan dan Violleta. Dengan Alan ia berusaha menyelisik cinta sebab ia telah jatuh cinta pada Alan sejak pandangan pertama. Kemudian bersama Violleta ia menjalin persahabatan, termasuk di dalamnya juga ada Alan.

Alvi menawarkan gaya bercerita yang berbeda. Unsur humor yang juga lebih terasa dalam novel ini. Jika kubandingkan dengan Dilema dan Swiss, dalam ILY Alvi menulis dengan lebih lincah dan mengalir. Pun beberapa kali aku tertawa saat membaca novel ini. Beberapa kali juga tersenyum geli.

Tak hanya pada humor, Alvi juga cukup berhasil menyuarakan tiga tokohnya dalam sudut pandang orang pertama. Di awal Alvi berhasil membedakan suara ketiga tokoh dengan baik, tetapi mulai ke pertengahan dan akhir sedikit samar. Namun hal ini tetap membuatku kian kagum padanya. Sebab hal itu tidaklah mudah dilakukan. Benar-benar tidak mudah.

Novel ini enak dibaca terutama disebabkan pemilihan jenis tulisan (font) yang digunakan adalah Adobe Caslon Pro. Itu jenis tulisan kesukaanku karena enak dipandang mata. Pemilihan ukurannya juga pas. Membuat tulisan Alvi lebih nyaman dibaca. Meski aku tak pernah kehilangan ciri khasnya nan mengasyikkan.
Profile Image for Nabila Budayana.
Author 7 books80 followers
August 5, 2015
Berbeda dengan sensasi ketika membaca Swiss yang juga ditulis oleh Alvi Syahrin, saya merasa 'dilemparkan' ke usia belasan. Jika ada segelintir orang yang tak memfavoritkan masa usia belasannya, mungkin saya adalah salah satunya. Jadi, membaca novel ini terasa rumit untuk saya. Saya cukup kesusahan pula untuk 'masuk' dalam penjiwaan Deasy.

Sejujurnya, buku ini menjadi tantangan besar untuk saya. Namun jika mesti objektif, buku ini punya keberanian besar. Seperti yang sudah saya katakan pada penulis sebelumnya, tindakannya untuk membagikan cuplikan bab pertama yang menggelegar itu serta merta memberikan pilihan kepada calon pembaca. Suka : memutuskan membeli dan membaca, atau tidak sama sekali. Karakter Deasy sudah dipojokkan sejak kalimat pertama. Tak diberikan pilihan, bertubi-tubi diberikan kesialan. Pembaca yang memiliki keterikatan secara personal akan mudah memberikan kepedulian terhadap tokoh ini. Sebelum buku ini terbit, saya sempat diberikan bab pertama oleh penulis. Saya cukup tidak menyangka jika keseluruhan novel ini akan berbeda. Pembaca akan salah ketika menganggap bahwa buku ini sudah mampu terbaca sejak bab pertamanya.

I Love You juga mampu memberikan kejutan dengan plot yang tidak biasa. Alih-alih memberi perhatian penuh pada tokoh utama, Alvi memutuskan untuk menampilkan makna cinta pertama dari ketiga tokohnya. Menggarap tiga masalah tokoh dan menyinggungkannya di satu dunia tentu tidak mudah. Penulis juga memutuskan untuk mengambil 3 sudut pandang orang pertama yang berbeda sesuai dengan karakter masing-masing tokoh. Suasana, narasi, dialog semua dibangun sesuai dengan siapa yang sedang ditampilkan. Teknik yang menarik.

Penulis jelas mengeluarkan kemampuan dan mendobrak batas-batasnya untuk menuliskan novel ini. Dibanding Swiss, di buku ini penulis jauh lebih jujur dan berani. Penulis terlihat lepas, namun cukup rapi. Meski mengulik tema romantika remaja, namun sesungguhnya banyak yang penulis sampaikan di antara plot cerita yang ada. Pesan dalam agar pembaca memaknai kembali apa arti cinta pertama dalam hidupnya. Saya jadi membayangkan. Jika kisah ini 'tiba' di tangan pembaca yang tepat, ia akan kuat menempel di kepala.

2 bintang untuk mulusnya penulis dalam menyampaikan kisah. 1 bintang khusus saya berikan untuk keberanian dalam eksplorasi konflik dan gaya bercerita yang baru.
Profile Image for Natasha.
40 reviews
June 13, 2015
Sesuai dengan yang diharapkan penulis (tertulis di kata pengantar), saya bisa belajar dari buku ini.
Saya tercengang saat menemukan kalimat: Karena, ketidakdewasaanku ini yang akhirnya membuatku dewasa. Tuhan memang dapat bekerja melalui situasi apa saja.

Buku ini bercerita mengenai penerimaan. Penerimaan dari keluarga, orang-orang terdekat kita, dan dari diri kita sendiri. Di buku ini, saya dapat melihat struggle Daisy dan Violetta untuk menerima diri mereka sendiri dan membiarkan orang lain menerima mereka apa adanya. Menerima seseorang apa adanya tidaklah mudah; kita lebih mudah menuntut dan menghakimi.


Buku ini juga bercerita mengenai batas-batasan. Soal berpacaran tentunya. Saya juga jadi teringat kata-kata ibu saya. Batas-batasan ini bukan hanya peraturan absolut, tapi juga mengenai saling menghargai. Ketika seseorang menyayangi dan menghormati pasangannya, mereka pasti ingin menjaga hubungan mereka dalam batasan tersebut. Tanpa ada paksaan-- karena cinta tidak perlu paksaan.

Buku ini juga bercerita mengenai pulang. Ya, pulang. Satu hal yang disoroti mengenai kepulangan dalam novel ini ialah keluarga sebagai tujuan. Pulang ke keluarga, yang (hampir) selalu menerima kita apa adanya, membuat kita nyaman dan aman, dan cukup ada untuk kita.


Saya benar-benar menikmati ceritanya.
Ceritanya cukup realistis (pada awalnya saya mengira klise). Selain itu, isu yang diangkat dibawakan dengan berbeda.
Penokohannya baik--tidak ada karakter yang berkontradiksi, dan saya rasa tokohnya memang realistis.
Tidak ada rasa bahwa tokoh-tokoh ini dipaksa untuk menerima tokoh yang lain; tidak ada rasa bahwa kita dipaksa untuk menerima orang lain seperti yang sudah dilakukan oleh karakter di novel ini.
36 reviews
June 16, 2015
Man, this Book is so sweet. (seketika ngikutin gaya bahasanya Alan)

Aku suka buku ini. Mengajarkan arti cinta sejati. Bukan cinta monyet ala anak-anak remaja. (Maklum kak Alvi, saya juga nggak dibolehin pacaran kayak Daisy)
Ini cerita tentang 3 orang. Alan, Ve dan Daisy. Seperti di cerita DILEMA, kak Alvi juga menceritakan isi novel ini dari 3 POV. Namun kurasa gaya berceritanya lebih menarik di I LOVE YOU ini.
Di awal cerita, aku benci sekali dengan Daisy. Dia betul-betul kecentilan dan kegeeran. Namun di akhir-akhir aku malah menyukai sosok ceria dan energiknya.

Pesan moralnya pun juga sangat mendalam. Aku tidak ragu untuk memberikan 5 Stars.

Good Job Kak Alvi!
PS: Oh jadi Danny yang sama Estrella. Padahal pengennya, Adri yang sama Estrella. (langsung ditampar penulis)

Profile Image for Mita.
Author 5 books14 followers
November 26, 2015
Mendapatkan buku ini dari giveaway Goodreads. Suka dengan cover dan ilustrasi di bagian dalam. Ceritanya manis, penokohan cukup kuat, tapi konfliknya agak kurang terasa -- mungkin karena apa yang dialami Daisy Yazawa kurang digali lebih dalam.
Untuk diksi dan gaya penceritaan, saya lebih suka buku sebelumnya yang berjudul Swiss: Little Snow in Zurich :)
Profile Image for n ᡣ𐭩.
175 reviews11 followers
July 13, 2015
Sebenarnya 3.5 cuman digenapin aja jadi 4.


Ceritanya manis, sederhana, tapi penuh pesan. Setelah selesai baca buku ini, masih ada rasa belum puas. Masih penasaran sama kabarnya gilang gimana (hahaha). Hmm, ya mungkin suatu saat nanti Daisy sama Gilang bisa ketemu lagi, aku akui mereka lucu.
Profile Image for Titi Sanaria.
202 reviews37 followers
Read
February 7, 2016
Sebenarnya, aku agak-agak menghindari teenlit. Pengaruh umur mungkin ya. Tapi setelah baca part awal novel ini di Wattpad, lumayan penasaran dan jadi ingin baca. Dan ternyata tidak se-teenlit yang semula kupikir.

Selain teenlit, ada juga yang kuhindari. Penulis pria. Hehehe... mungkin aku akan ditimpuk berjamaah karena mengatakan ini. Tapi entahlah, aku selalu merasa bahwa penulis wanita punya kemampuan lebih untuk mengeluarkan sisi emosional kita saat membaca. Tapi setelah membaca buku ini, aku malah teringat beberapa buku yang membekas cukup lama di benak setelah kubaca ternyata adalah buku pengarang pria. Jadi ingat Karl May yang membuatku jatuh cinta dengan petualangan, Sidney Sheldon, John Grisham, dan penulis 'kite runner' (lupa namanya). Untuk penulis lokal, aku punya satu buku Motinggo Busye (sayangnya hilang) yang bikin aku tidak bisa move on cukup lama. Ada juga penulis 'Always Laila' yang lumayan enak dibaca. Dan kurasa aku akan menambahkan Alvi dalam list penulis yang akan masuk daftar 'male author list' yang bukunya akan kumasukkan dalam koleksi.

Oke, kembali ke bukunya. Penulis memakai POV1 untuk ketiga tokohnya. Tiga karakter utama dengan sudut pandang orang pertama tidak terlalu sering dipakai, karena kebanyakan penulis hanya fokus pada 1 atau 2 tokoh utama saat memakai pov1 untuk satu cerita.

Buku ini bercerita tentang Daisy, gadis remaja dengan mengalami gangguan pertumbuhan yang menyukai Alan, seorang mahasiswa yang sayangnya tidak bisa mengalihkan pandangan dari Ve, teman dekatnya yang punya masa lalu kelam yang membuatnya kehilangan kepercayaan pada lelaki.

Temanya tidak istimewa. Tapi aku suka cara penulis mengolahnya. Terutama di bagian hubungan Daisy dan Ibuk. Akhir kisahnya tidak melenceng dari dari perkiraanku sejak awal karena tokoh Alan memang konsisten (hehehe... spoiler ya?), hanya saja, somehow, aku berharap Daisy akan menemukan kebahagiaannya juga dan bukan sekadar pasrah menerima keadaannya.

untuk menyuka kisah manis, buku ini recommended banget. Ada banyak quote-quote bagus di sini. can't wait for Alvin next project, but I hope it won't be a teenlit. Ada banyak pembaca dewasa yang pasti akan suka dengan gaya bertuturnya.
Profile Image for Gie.
149 reviews20 followers
March 10, 2017
akhirnya setelah sekian lama menghindari novel “romance”, tiba saatnya kembali lagi ke bacaan awal (heee, nggak salah tuh ngehindarin yang berbau romansa :D). novel ini merupakan novel pembuka dalam seri #LoveCycle yang diprakasai gagas media. Jadilah bersemangat juga untuk ngikutin kayak apa sih isi ceritanya. Nah, untuk novel I Love You ini ditulis oleh Alvi. Baru pertama kali baca karyanya Alvi, dan langsung aja yuk dibahas :D

pertama, mengingat di I Love You ini temanya adalah cinta pertama, Alvi berhasil merangkai cerita sesuai tema. dan komplit lagi, nggak cuma cinta-cintaan (pertama) ala remaja (yang diwakili oleh Daisy) tapi juga ada cinta pertama yang benar-benar tak bersyarat, yaitu cinta dari seorang ibu.

kedua, saya suka sama ide karakter Daisy -- gadis yang terperangkap dalam tubuh mungilnya. merasa tidak bisa seperti teman-temannya karena ia belum "tumbuh". tapi terkadang saya sebel sama Daisy yang "lebay" hehee entah kalau sedang jatuh cinta jadi jatuhnya nyebelin di mata orang awam. juga untuk karakter Ve yang sendu -- kayaknya masih ada yang kurang dari Ve.

ketiga, saat ceritanya Daisy sudah menyatakan cintanya ke Alan, lalu kemudian ada Gilang juga, rasanya mendadak alurnya jadi cepat di pertengahan. jadi kesannya terburu-buru.

keempat, Alvi nulisnya rapi banget, jadi bikin nyaman. saya cuma ketemu dua typo yang termaafkan :).

daaan, yang menarik dari novel ini Alvi pakai POV orang pertama dari 3 karakter -- Daisy, Alan, dan Violetta. Ketiganya punya konflik masing-masing, tapi (bisa jadi) saling berhubungan. walau sebenarnya ceritanya bisa ditebak, tapi seru menyimak tiga karakter ini dan mereka bisa belajar dari permasalahan tokoh lainnya (seperti Daisy yang bisa belajar dari masa lalu Ve. Ve yang berjuang untuk bisa membuka diri dan tidak skeptis lagi perihal cinta *hiyaa). dan saya lega saat di akhir Daisy bisa bersikap dewasa juga :) yah, novel ini menjadi pembuka #lovecycle yang cukup apik. selamat buat Alvi! \m/


"When you wait patiently as you fix the worst things of you, you'll find the happy ending." -Violetta
Profile Image for Febrianti Pratiwi.
59 reviews7 followers
August 16, 2015
boleh jujur, nggak? ini novel pertama alvi syahrin yang kubaca.
dari semua seri love cycle, aku sudah memutuskan dari awal; aku harus baca I love you, I just can't tell you ini. di awal masa promosi seri ini, aku benar-benar penasaran sama alurnya, sama tokohnya, sama daisy, alan, dan ve. good job buat penulisnya yang getol banget promosi (yaiyalah feb!) sampai aku mengikutinya di blog kak alvi.
akhirnya, aku membaca novel ini. berkenalan dengan cuaca Surabaya yang labil kala itu, dengan Ibuk, daisy, alan, ve, dan viola yang lucu.
aku suka sekali sudut pandang orang pertama, karena aku merasa bisa merasakan mereka secara langsung. menurutku loh, ya.
ekspektasiku di novel ini adalah happy ending. ya, walaupun tidak semua cinta pertama seperti itu, pun yang dialami tokoh dalam novel ini.
minus 2 bintang karena:
1. aku pengin liat gading diinjak truk, badannya remuk, otaknya berhamburan ke jalan, 'cause he deserve it. (semoga nggak dikira psikopat dengan review ini). terus pas baca di beberapa halaman terakhir kalo gading juga punya "tempat" di novel ini, sayang aja gitu kalo dia cuma muncul sekelebat. menurutku, aku butuh konflik yang lebih antara mereka, dan bagaimana gading bisa tobat biar pas nutup novel ini, aku nggak ngerasa ada yang janggal.
2. masalah daisy belum selesai. jadi kak alvi, please... aku harap aku bisa tahu keadaan daisy ke depannya di novel keempat nanti.
4. gilang. aku tau dia laki-laki yang baik. dan lagi-lagi, aku harus menerima perpisahan mereka. maafkan aku yang banyak maunya, wahai penulis.
3. terakhir, jujur, aku kurang puas dengan konflik di novel ini. soalnya penulisnya bikin kesel, bikin aku menggantung dengan banyak pertanyaan :(

tapi selebihnya, keren banget, kok. aku nangis di beberapa percakapan Ibuk dan daisy, bahkan walau mereka tanpa kata-kata.
sometimes, silence explains better than countless words - quote sendiri (ahzek!)

las but not least, semoga novel selanjutnya cepat terbit, kak alvi!
Profile Image for Abdul Azis.
127 reviews13 followers
June 22, 2015
Abis baca Above The Stars dan lanjut baca seri Gagas terbaru dengan Tema Cinta. ya Gas padahal dikau masih punya utang buat nyelesain 7deadlySins dan lainnya, bo ya selesain dulu satu-satu, mungkin itu juga bisa jadi salah satu faktor kenapa gue gak begitu menikmati cerita di novel ini.
1. Covernya, lucu, terkesan girly walaupun ada tokoh Al didalamnya yang jadi one of three main characters.
2. Characters, gue mulai dari Daisy, ababil yang karena penyakitnya kurang percaya diri dan pas ketemu Al langsung jatuh Cinta dan yes Mureeeehhhh. kenapa gue bilang mureh soalnya ada bagian DRAMAH dimana pas Daisy bilang sayang sama Al trus ditolak eh taunya jadian sama Gilang dihari yang sama padahal si Gilang cuman ngeluarin kalimat penenang dan gak ada sama sekali cerita pendekatan atau si Daisy ini kenal deket sama Gilang walau satu sekolah ya. lanjut Al, duh ini sama aja sebenernya diawal diceritain kalo dia itu orangnya pendiem *adegan dilapangan*, eh kesini sininya ko berasa dia berubah jadi cowok biasa yang malah banyak gaya. trus ada Ve, terkesan kalo si Ve ini belum dewasa sama sekali walau sudah punya buntut dari hasil anuan.
3. Alur dan Main Cerita, coba deh kalo si Daisy ini gak punya penyakit apa bakalan sama aja? kalo menurut gue si ya, penyakitnya ini gak begitu relevant sama jalan Ceritanya. toh kalo lo hidup normal dengan cerita yang sama juga gpp kali. di dalam ceritanya emang penulis ngasih sedikit bagian gimana cara Daisy buat nyembuhin penyakitnya tapi menjelang akhir malah gak ada kepastian apa emang dia harus hidup dengan penyakit itu selamanya atau sembuh. Cerita diakhir kayanya diskip gitu aja takut ketebelan kali ya, soalnya Al sama Ve kan 'jadi' ya. Keraguan Ve berasa kurang pas karena ya itu tadi, abis lulus Ve kemana? ya dia tinggal dirumah ngurus buntutnya, padahal katanya mau ke Jakarta.
Profile Image for Just_denok.
366 reviews6 followers
June 23, 2015
Novel ini menceritakan tentang Daisy yang belum mengalami masa puber di usia nya yang menginjak 17 tahun. Daisy sendiri menginginkan kehidupan layaknya remaja puber lainnya. Ia ingin jatuh cinta, punya pacar dan lainnya. Tapi bagaimana ia bisa memiliki pacar, padahal secara fisik saja Daisy merasa banyak kekurangan karena belum mengalami masa puber. Hingga ia bertemu dengan Alan dan yakin bahwa ia menyukai cowok itu. Alan adalah seorang mahasiswa yang kos dekat rumah Daisy. Karena rasa penasaran Daisy yang tinggi, ia melakukan hal yang nekat. Ia menyelundupkan diri ke kelas Alan :D. Tapi setidaknya itu awal mula ia bisa mengenal Alan. Sayangnya semua hal tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana Daisy.

Novel ini paket komplit ya. Ada cerita remaja, anak kuliahan, cinta juga ada. Aku terharu saat penulis menceritakan tentang apa sebenarnya cinta sejati yang dimiliki Daisy. Juga bagian saat Daisy melihat tabungan yang sudah ibunya siapkan untuk kuliah Daisy. Novel ini heartwarming sekali di bagian Daisy-Ibuk. Disini penulis menggunakan 3 POV. Daisy, Alan dan Ve. Sayangnya selain dari apa yang dipaparkan oleh tiap 'aku', aku ngerasa karakter tiap POV nya kurang kuat. Apalagi bagian Ve. Narasi tentang Ve juga terlalu sedikit, jadi belum terlalu keluar karakternya. Tapi overall, novel ini bagus. Good job untuk penulis :D.
Profile Image for Intan Arum.
16 reviews
June 20, 2015
Cinta yang sesungguhnya tidak perlu menggebu-gebu. Cinta yang sesungguhnya itu menenangkan.”
-I Love You; I Just Can’t Tell You

Cinta pertama, menjadi garis besar dalam novel ke-3 karya Alvi Syahrin ini. Ikut dalam series Love Cycle, buku ini menjadi pembuka bagaimana siklus cinta itu bergulir.

Mengisahkan Daisy Yazawa, gadis ‘luar biasa’ yang selalu ingin tumbuh dewasa dan merasakan cinta seperti remaja kebanyakan. Di awal bab, penulis sudah membeberkan konflik batin dalam dirinya. Daisy yang tidak tumbuh merasa selalu diejek teman-temannya akhirnya melabuhkan hati pada seorang kakak mahasiswa bernama Alan Atmadjaya. Selanjutnya kisah-kisah pun bergulir, kehadiran Violetta (Ve), teman Al-begitu ia memanggil Alan-juga memiliki kisah tersendiri dan rahasia yang disimpannya rapat-rapat.

Siapa menyangka detik yang begitu kecil dan terlupakan bisa menjadi sesuatu waktu yang panjang- setahun, dua tahun, tiga tahun? Itu semua berasal dari satu detik. Ini semua bermula dari “aku cinta kamu” yang terlalu kupuja, kupercayai begitu kuat. –Violetta (hlm. 184)

Review lengkapnya baca di : http://aksaracerita.blogspot.com/2015...
Profile Image for Arief.
73 reviews1 follower
June 23, 2015
Ini adalah novel kedua Alvi Syahrin yang saya baca setelah Dilema, dan, seperti yang banyak orang katakan, tulisannya ngalir banget. Kalau boleh minjem istilah Jack Antonoff, "Like a river runs"

Waktu baca I Love You: I Just Can't Tell You ini mengalir dan tahu-tahu udah mau habis gitu aja.

Sebenarnya saya sempat berharap ada setting lain yang muncul di dalam pertengahan cerita.

Yang bikin menarik adalah di dalam novel ini ada karakter di novel Alvi sebelumnya, yang sekarang sudah bertumbuh di novel ini. Karena itu, saya pun jadi ingat karakter di novel sebelumnya dan mulai ingat jalan cerita kehidupan mereka. This story giggled me sometimes. 4/5 stars.
Profile Image for Fakhrisina Amalia.
Author 14 books200 followers
June 27, 2015
Really like it! Bercerita tentang Daisy, seorang remaja yang belum tumbuh, yang kemudian jatuh cinta hingga masuk dalam kehidupan Alan, salah seorang mahasiswa.

Yang aku suka dari buku ini selain konflik internal yang nggak biasa adalah ceritanya yang nggak cuma berputar di kisah cinta Daisy aja.

Ada cerita tentang Alan dan seorang gadis bernama Violetta, cerita tentang Daisy dan Ibuk, cerita tentang Daisy yang jatuh cinta (lagi), bahkan cerita tentang Violetta..

Manis, hangat, terus begitu hingga akhir, dan akupun menutup novel ini dengan hati yang damai :)
Profile Image for Putri Kurnia Nurmala.
71 reviews3 followers
September 20, 2015
Cover yang eye-catchy cukup berhasil menarik minat.

Sederhana dan mengalir lambat. Tutur katanya nggak berat-puitis, pelajaran hidup yang dituturkan justru lebih ngena dengan kata-kata yang 'biasa'.

Fokus tokoh utama yang bergeser sangat disayangkan. Konflik yang besar justru dituangkan ke tokoh yang seharusnya bukan tokoh utama. Mungkin karena itu porsi penyelesaiannya terkesan gantung. Padahal idenya greget.

Bagian akhirnya terasa sedikit terburu-buru, tapi sukses menjawab semuanya dan tidak menggantungkan apapun. Sukses di buku yang lain!
Profile Image for Jessica Ravenski.
360 reviews4 followers
July 9, 2015
5 bintang karena saya suka (pokoknya mah mau buku macem apa asalkan yang dibacanya enak sama saya tetep kasih 5 bintang!). Ini buku kak Alvi favorit saya deh pokoknya :-)

Hmm, harusnya sih saya gak suka sama orang macem Daisy, terlalu rewel aja gitu. Tapi berhubung salah satu temen baik saya di sekolah ada yang mirip banget sama Daisy (baik dari segi rewelnya dan juga fisiknya yang kecil), jadi saya gak bisa sebel sama Daisy karena selalu kebayang dia hehehe.
9 reviews5 followers
June 29, 2015
Review
buku kedua yang saya baca dari seorang penulis alvi syahrin.
menggunakan sudut pandang dari setiap tokoh, cukup berbeda dari buku sebelumnya (jika ingin di bandingkan) buku ini lebih baik dr buku sblmnya Swiss.
alur berjalan mulus, konflik oke, endingnya juga manis.
banyak quote dan pelajaran yang aku dapet dr buku ini. mengajarkan arti pulang, cinta yang polos dll.
overall aku suka, mungkin yang harus di perbaiki adalah penguatan setiap karakter.
itu aja, goodluck buat alvi syahrin.!
Profile Image for Lidya Yang.
9 reviews3 followers
September 2, 2015
Buku pertama penulis yang saya baca. Buku yang membuat saya tenggelam dengan mudah. Buku yang membuat air mata mengalir deras. Buku yang membuat tersenyum-senyum.

I'll write my complete review asap~
Profile Image for Finesta Biyantika.
353 reviews
July 21, 2015
Sumpah ya, entah lagi edisi baper atau emang ini novel bikin baper. Nyesek aja bacanya, apalagi pas bagian Daisy sama Ibuk, itu mah bagian favorit dah.

"Kamu cuma butuh pulang."
Profile Image for Ruly Marifanti.
61 reviews20 followers
June 14, 2015
Sweetness overload! Semua yang ada di novel ini manis. Mulai dari covernya, karakter-karakternya, jalan ceritanya, ilustrasinya. Semuanya, deh!

By the way, Alan suka My Chemical Romance juga?
Profile Image for Mechelin Sky.
77 reviews2 followers
July 28, 2015
Cinta pertama itu memang nggak pernah mulus. Kita mana tahu, kalau itu bakal jadi jodoh kita!

seneng deh baca ceritanya Alvi. Ditunggu cerita lainnya.
Profile Image for Elvira.
128 reviews1 follower
October 8, 2015
Bagus. Bagus sekali. Begitu bermakna. Banyak pesan dalam novel ini. Tapi, ada sedikit kekurangan dalam novel ini. Tentang ketidakdewasaan Daisy, itu tidak terlalu berpengaruh dengan jalannya cerita.
Displaying 1 - 30 of 44 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.