Jump to ratings and reviews
Rate this book

Segenggam Daun di Tepi La Seine

Rate this book
Hidup di Paris menjadi tak sama lagi sejak Ajeng menemukan sebentuk cincin di balik segenggam daun. Bahasa, makanan, dan budaya yang berbeda menjadi kesehariannya yang baru. Ajeng mulai menikmati semuanya di samping Yves tercinta.

Tapi, satu per satu masalah datang. Ajeng berkali-kali goyah akan kesiapannya menikah dengan Yves. Belum lagi godaan yang datang dari sosok flamboyan, si ganteng Alain. Sifat Alain yang antiterikat dan spontan terasa lebih sesuai bagi Ajeng. Di antara Menara Eiffel, Moulin Rouge, pantai nudis, sampai swinger club, bisakah Ajeng mengontrol dirinya dan tetap setia?

----
Segenggam Daun di Tepi La Seine mengajak pembaca ikut dalam usaha Ajeng menjadikan Prancis sebagai negara keduanya. Dia tidak hanya mengunjungi Kota Cahaya tetapi juga berkenalan dengan bayangannya seperti Klub Libertin/Swing club. Un beau roman! “
Johanna Lederer, Présidente de l'association franco-indonésienne Pasar Malam Paris

A-must-read-novel. Kisah cinta pasangan beda bangsa yang membuat saya deg-degan dan gemas, sekaligus sambil berpetualang ke tempat tabu yang tak ditemui di tanah air.
Inda Duzih-Pitkanen, Pendiri dan ketua Komunitas Kawin Campur

Novel yang berbicara tentang cinta, kesetiaan, dan latar belakang keluarga. Mengingatkan kita bahwa sejatinya untuk menyayangi pasangan hanya terjadi bila kita mencintai diri sendiri.
Ajeng Raviando, Psikolog, Pengasuh rubrik “Ask Ajeng” dan Konsultan berbagai acara talkshow televisi.

Novel populer yang mencoba menjembatani perbedaan budaya Indonesia dan Prancis. Kisah yang menarik dan membuat kita sadar bahwa dunia tidak selebar daun kelor.
Lenah Susianty. Penerjemah, Pendiri Aliansi Jurnalis Indonesia dan Part Time Jurnalis BBC Indonesia di London.

304 pages, Paperback

First published July 1, 2015

2 people are currently reading
41 people want to read

About the author

Wuwun Wiati

3 books8 followers
Wuwun Wiati Sriyanto Hely baru menekuni dunia penulisan buku semenjak tinggal di Prancis tahun 2006 bersama suami Marc dan Matheo, anak tercinta. Menulis merupakan tempat berbagi pengalaman dan menyalurkan imaginasi terpendam.

Ketrampilan merangkai kata, Wuwun pelajari di bangku kuliah psikologi dan master marketing Universitas Indonesia. Berlanjut saat bekerja sebagai brand manager. Kemudian, asah kreatifitasnya saat menjadi Question Creator untuk Kuis Family 100 dan Script Creator salah satu acara televisi TPI.

Kini, dia tak ingin lagi jadi manusia kantoran. Sesekali ia menulis bagi Le Banian dan meng-'update' blognya.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
3 (5%)
4 stars
20 (35%)
3 stars
24 (42%)
2 stars
8 (14%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 29 of 29 reviews
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews87 followers
August 4, 2015
Paris dengan segala romantikanya selalu punya cerita sendiri. Novel ini mencoba mengupas kehidupan Ajeng yang baru pertama kali datang ke Paris. Ajeng yang memilih untuk mencoba mengenal lebih dekat kekasihnya, Yvez seorang pria Perancis. Hubungan mereka yang awalnya hanya hubungan jarak jauh, berusaha untuk didekatkan dengan keputusan Ajeng untuk sementara tinggal di Paris bersama Yvez.

Dimulailah kehidupan mereka, terutama bagi Ajeng yang belum lancar berbahasa Perancis, sesuatu yang sungguh disesali tidak diseriusinya sebelum memutuskan berangkat ke Paris. Ajeng pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti kursus bahasa Perancis, agar bisa lebih beradaptasi dengan kehidupan barunya di Paris. Semua memang tentunya tidak mudah, apalagi kalau tinggal bersama dengan pria yang berbeda kepribadian dengannya. Perbedaan budaya, bahasa, makanan dan beberapa sifat yang saling bertolak belakang membuat hubungan mereka saling melengkapi.

Review selengkapnya http://rizkymirgawati.blogspot.com/2015/08/book-review-segenggam-daun-di-tepi-la.html
Profile Image for Sofi Meloni.
Author 8 books92 followers
January 7, 2016
Like the whole cultural things!

Saya menikmati banget baca cerita ini.
Mulai dari Ajeng pindah sampai akhirnya ------ (anti spoiler)

Ini merupakan salah satu buku yang bikin saya betah balik halaman perhalaman.
Deg-deg dan serasa jadi Ajeng.

Setelah baca buku ini pengan nyobain jadi orang masyarakat Paris dan ketemu genk Indonesia rumpi di sana. Pasti seru!
Satu hal yang mugkin bisa dikembangkan lagi (jika boleh saran) adalah bagian menuju akhir.
Penyelesaian konflik antara Alain sama Yves terlalu cepat dan sebenarnya tidak menyelesaikan masalah cuma menutup-nutupi saja.. hahaha

But after all, wort to read! A Must read buat tahu dunia di sebelah sana seperti apa :D
Terima kasih Mba Wuwun!
Profile Image for Dhyn Hanarun .
328 reviews202 followers
December 21, 2015
"Inilah yang namanya petualangan, di mana kehilangan dan perubahan saling jabat tangan, membuatku sadar bahwa sebenarnya hidupku adalah petualangan itu sendiri." – halaman 97

Ajeng terbang ke Paris untuk melihat dan beradaptasi dengan kehidupan pacarnya, Yves. Segala peraturannya yang baru dan serba diatur, sedikit membuat Ajeng kesulitan. Kehidupan yang dia tinggalkan di Jakarta, Bapak yang sedang sakit, juga membuatnya tidak bisa menikmati musim panas di Eropa. Tetapi keberadaan dan dukungan Yves dan sambutan hangat dari teman-teman dan keluarga barunya membuat Ajeng cepat betah. Dia pun menerima lamaran Yves dengan segera.

Dalam lubuk hati, Ajeng sebenarnya tidak yakin dengan ikatan pernikahan. Dia takut kehidupannya akan berakhir seperti orangtuanya yang bercerai karena ketidakcocokan. Ajeng merasa nyaman dengan Yves. Tapi dia merasa lebih tertantang saat mengetahui dan melihat kehidupan bebas Alain, sahabat baik Yves. Selain pandai mengajarkan bahasa Prancis, Alain menunjukan hiburan unik dan menarik seperti telanjang bersama-sama di pantai dan mengunjungi swinger club, tempat orang bebas bertukar pasangan. Ketika pernikahannya tinggal hitungan hari, hubungannya semakin dekat dengan Alain dan Mama yang selama ini diabaikannya memutuskan untuk datang ke hari besarnya.

---

Segenggam Daun di Tepi La Seine menggabungkan kisah cinta yang punya konflik berlapis-lapis dengan penjelasan kota paling romantis yang fresh. Ajeng benar-benar mengambil langkah besar di kehidupannya. Tak hanya beradaptasi menjadi orang Prancis, dia juga menghadapi ketakutan yang semula tak disadarinya, berkomitmen pada satu orang untuk selamanya. Konflik batin Ajeng soal pernikahan menurut lebih menarik dibandingkan dengan kisah cinta segitiganya. Karena pengalaman buruk itu menjadi akar dari masalah cinta dan hal-hal lain yang menghambat perkembangan hidupnya. Tapi cerita tentang keraguannya dengan Yves dan keterarikannya kepada Alain tetap seru koq. Apalagi diselingi dengan penjelasan tentang Paris yang berbeda jauh dari buku panduan wisata. Tidak hanya soal kehidupan sehari-hari yang penuh aturan, tetapi juga gaya hidup dan hiburan yang tak pernah terbayangkan.

Karakter tokoh utamanya, Ajeng, yang ceroboh sempet bikin aku kesel sendiri. Seriusan, aku nggak berhenti geleng-geleng tiap Ajeng melakukan kesalahan untuk hal-hal sederhana, seperti kalap belanja dan kehilangan kunci apartemen. Sikapnya yang cenderung manja karena hidup berkecukupan di Jakarta, membuatnya sering mengalami culture shock di minggu-minggu pertamanya tinggal di negeri orang. Meskipun begitu, perlahan Ajeng menunjukan perubahan ke arah positif. Dia juga sebenarnya punya pikiran terbuka dan berani mencoba hal baru. Kalau nggak, mana mungkin pembaca diajak ‘hang out’ ke swinger club hahaha. Dia menjadi tokoh yang relatable dan juga membuat ceritanya unik.

Baca review selengkapnya di http://dhynhanarun.blogspot.co.id/201...
Profile Image for Nana.
405 reviews27 followers
August 18, 2015
Hahaha fixed dah ga mau tinggal di Perancisss... Seremmm gaya hidupnya.

Tapi gue suka ceritanya, menggambarkan banget kehidupan orang lokal di Paris. Biasanya kan kalo baca novel-novel Indonesia bersetting luar negeri, tokoh utamanya cuma lagi jalan-jalan. Kalaupun tinggal di luar negeri, biasa interaksinya banyakan sama orang Indo juga. Kalo di novel ini beda. Karena penulis tinggal di Perancis juga, jadi interaksi dengan orang-orang Perancisnya lebih banyak.

Lagi ada giveaway-nya tuh di blog http://luckty.wordpress.com/
Profile Image for Dion Yulianto.
Author 24 books196 followers
September 3, 2015
Kaget juga saya membaca Prancis dengan slogan Liberty, Franternity, dan Eguality-nya. Dalam novel ini, ketiga slogan ini benar-benar diterapkan termasuk dalam urusan asmara. Paris yang romantis, ternyata selalu ada rahasia di balik setiap keindahan. Novel ini, dengan berani, mengajak pembaca membuka tabir itu.

Review lengkap dan GIVEAWAY novel ini bisa diikuti di http://dionyulianto.blogspot.com/2015... (31 Ags - 6 Sept)



Profile Image for Nidos.
299 reviews77 followers
January 7, 2016
The first Amore that I read. And most probably the last one as well. I guess this kind of story ain't fits into my cup.

It was okay, it really was. It's the wordings that didn't seem like the type that I could digest without raising brows every now and then. Not to mention quelques fautes d'orthographe that should not have happened since the author is a true Parisienne.

Deux étoiles for such an interesting insight about east meets west.
Profile Image for Mamoizelle.
7 reviews1 follower
August 26, 2015
Gue bukan tipe pembaca buku kisah cinta cowok-cewek dan bukan tipe orang yang suka kata2 manis, tapi gue bisa diajak tertawa dengan kekonyolan Ajeng. Gue bisa diajak menangis, terutama dengan apa yang terjadi dengan Bapak dan hubungan Ajeng dengan Mamamnya. Gue terharu banget waktu membayangkan Mamanya Ajeng yang tergopoh-gopoh di Bandara. Betapa Mamanya berusaha mencapai meraih Ajeng, tapi ngga bisa. Dan gue pikir hal ini juga bagian yang penting di buku ini. Kasih sayang orang tua ngga terhingga. Parfois nous ne saurons jamais la valeur d'un moment jusqu'à ce qu'il devienne une mémoire.

Novel ini juga mendeskripsikan kehidupan dan tantangan orang Indonesia pada umumnya ketika pertama hidup di Paris. Walau ada beberapa hal mengenai stereotype orang perancis, menurut gue itu lebih kepada orang parisian. Gue suka alur ceritanya yang unexpected. I wouldn't know it could end that way. Masih ada misteri dari pikiran Ajeng, karena Stephen King bilang "good books don't give up all their secrets at once".
Quatre étoiles, malgré une ou deux fautes que j'ai découvert.
Profile Image for Nova  Putri.
46 reviews23 followers
November 27, 2015
"That's the thing about books. They let you travel without moving your feet" - Jhumpa Lahiri -

Satu lagi novel Amore yang berhasil membuat saya jatuh cinta tidak hanya dengan ceritanya tapi juga dengan pendeskripsian tempatnya. Dan seperti quote diatas, satu hal yang menyenangakan dari membaca buku adalah kita bisa diajak berjalan-jalan kemana saja tanpa perlu beranjak dari tempat kita duduk dan buku ini berhasil melakukannya. Saya seolah sedang berjalan-jalan di Paris dan melihat sisi lain dari kota cahaya yang terkenal dengan romantismenya ini... :)

Review lengkap disini http://wangibukubaru.blogspot.co.id/2...
Profile Image for Tanti.
2 reviews
August 19, 2015
Saya tidak bisa membayangkan harus tinggal di tempat asing, bahasa yang jelimet, mengalami banyak culture shock, dan berbagai benturan nilai-nilai. Jika ingin tahu bagaimana rasanya berada di posisi seperti itu, bacalah buku ini. Walaupun sentral ceritanya adalah tentang cinta, romansa, godaan, dengan setting kota paling romantis sedunia, sebenarnya ada makna dalam yang bisa direnungkan dibaliknya.

Perasaan saya sendiri agak tercampur. Antara bersyukur karena tidak perlu mengalaminya, tetapi juga tergelitik untuk mempertanyakan nilai-nilai dan prinsip hidup saya.

Bagaimanapun, cinta membuat segalanya layak dijalani!
Profile Image for Riska Amaliah.
51 reviews17 followers
February 1, 2016
Saya suka dengan ceritanya. But, sorry to say, saya kurang suka dengan karakter Ajeng di novel ini. Yves terlalu baik rasanya untuk Ajeng (just in my humble opinion, ya). Menariknya dari novel ini, saya jadi banyak tahu tentang gambaran kehidupan di Paris seperti apa, tentang PACS juga tentang pantai nudist yang sebelumnya saya hanya tahu sekedarnya saja.
So, 3 bintang untuk kisah Ajeng & Yves.
Profile Image for Iqbal.
1 review1 follower
August 6, 2015
Walaupun dengan cara bertutur yang ringan, buku ini menyajikan pengetahuan yang beda mengenai paris. Bukan cuma sekadar setting, tapi juga gimana rasanya menjadi penduduk dari kacamata orang indonesia. Hubungan antar personelnya terasa hidup. Habis baca ini saya jadi pingin bertualang ke perancis!
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews295 followers
September 23, 2015
Ajeng bertemu dengan Yves pertama kali ketika berlibur di Thailand bersama teman-teman segeng-nya, sedangkan Yves sendiri memang sering travelling ketika tidak sibuk bekerja di Prancis, negara asalnya. Pertemuan singkat dan cukup memalukan bagi Ajeng tersebut malah membuat keduanya saling berkirim pesan, menjalin hubungan jarak jauh. Tahun berikutnya sebelum Yves mengunjungi Indonesia, dia meminta Ajeng menjadi pacarnya, Ajeng sendiri sejak pertama memang sudah tertarik dengan Yves sehingga menyambut tawaran tersebut dengan bahagia. Namun, satu setengah tahun mengenal dekat dengan Yves masih belum cukup untuk melangkah lebih jauh lagi, Ajeng belum yakin kalau pacarnya yang berbeda kewarganegaraan tersebut akan menjadi pasangan hidupnya. Oleh karena itu Ajeng meminta ijin kepada Bapak untuk tinggal di Paris ketika Yves memintanya datang ke sana, mengabaikan nilai-nilai tradisional orang Jawa, mencoba hidup bersama Yves, mempelajari kesehariannya, mencoba hidup sebagai orang Paris, merasakan sendiri apakah bisa betah, mematikan jarak.

Banyak pengorbanan yang diambil Ajeng ketika memantapkan diri pergi ke Paris, dia tidak punya siapa-siapa di sana. Selain meninggalkan pekerjaan dan sahabatnya, yang paling berat adalah meninggalkan Bapaknya yang sakit-sakitan bersama adik laki-laki satu-satunya, orangtua Ajeng sudah bercerai lama sehingga selama ini dialah yang mengurus rumah, salah satu penyebab yang membuatnya sedikit ragu akan pernikahan melihat potret kegagalan kedua orangtuanya. Namun, ijin Bapak menguatkan Ajeng, Yves pun sudah berjanji kepada Bapak akan menjaga kekasihnya selama di Paris. Yves sangat memahami keagungan orang Asia terhadap pernikahan yang sah sehingga dia tidak pernah memaksa, ingin menjaga kepercayaan Bapak yang sudah diamanatkan kepadanya. Namun waktu yang dipilih Ajeng ke Paris bertepatan dengan promosi Yves di kantor sebagai direktur keuangan, sehingga tidak bisa selalu menemani keliling Paris, mempelajari bahasa, kebudayaan, serta mendalami kehidupan dan keseharian orang Prancis.

Bahasa menjadi masalah utama Ajeng, walau sudah les bahasa Prancis dia tetap meminta Yves untuk mengajarinya agar cepat beradaptasi, namun Yves mengaku dia tidak ahli dalam bahasa dan tidak bisa menjawab semua pertanyaan Ajeng. Sahabatnya, Alain yang lebih jago dan kalau dia kembali dari travelling bersama pacarnya, Yves akan meminta Alain mengajari Ajeng. Setelah berkenalan, pribadi Alain cukup menyenangan dan ceria, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk dekat, Alain juga tipe orang yang bebas dan tidak ingin terikat dengan pernikahan, sangat berbanding terbalik dengan Yves yang kalem, cukup mengherankan mereka bersahabat sejak kecil. Lewat Alain juga Ajeng mengenal tempat tabu, bahkan bagi orang Prancis sendiri, Pantai Nudis di mana semua pengunjung di sana diwajibkan telanjang dan Klub Libertin atau swinger club, diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin bertukar pasangan. Lewat Alain, Ajeng mengenal Paris dari sisi eksotis, sedangkan melalui kekasihnya Ajeng merasakan romantisme Kota Cahaya.

Siapakah yang dipilih Ajeng ketika dengan jelas Alain mempunyai rasa kepadanya? Apakah dia harus menghianati Yves? Menjadi orang seperti Ibu-nya, orang yang sangat dia benci karena meninggalkan luka yang dalam kepada Bapak.

Aku juga merasa pernikahan butuh banyak penyesuaian, bukan sekadar cinta pada pandangan pertama. Aku merasa, inilah saatnya menguji cintaku pada Yves, cinta Yves padaku. Cinta kami.


Dia ingin hubungan yang menetap, selalu bersama menghadapi tantangan apa pun, menikmati suka dan duka. Dia ingin hubungan tanpa jalan keluar, yang memaksa pihak-pihak yang terlibat di dalamnya untuk berkembang bersama, membuat mereka saling mendukung. Dia ingin hubungan yang kuat dan mendalam.


Bisa dibilang buku ini menarik sekali, lain daripada yang lain, penulis tidak hanya menghadirkan kisah cinta beda negara namun mengenalkan kita kepada Prancis baik itu sebagai pendatang maupun penduduk asli. Kisah cintanya sangat manis, dengan setting tempat paling romantis di dunia sehingga terasa sangat pas, ditambah pengetahuan penulis tentang berbagai fakta yang sebelumnya tidak banyak diketahui pembaca, cukup informatif dan unik. Mungkin dikarenakan latar belakang penulis yang lama tinggal di Paris bahkan menikah dengan warga negara asing juga, sehingga cerita di buku ini terasa realistis. Lewat kacamata Ajeng, kita akan ikut belajar mengenal kota Paris lebih detail lagi, mendalami kehidupan orang Prancis.

Banyaknya perbedaan dari berbagai hal tentu menjadi batu sandungan hubungan antara Ajeng dan Yves, dimulai dari ekspresi bicara. Berkacak pinggang dan menghela napas bagi orang Indonesia merupakan tanda ada masalah, mencerminkan perasaan kesal sedangkan bagi orang Prancis hal tersebut sangat biasa. Orang Prancis juga sangat menghargai waktu dan disiplin, sering Ajeng merasa malu terlebih dia mempunyai sifat yang sangat teledor. Misalnya saja ketika menghilangkan kunci apartemen, Yves sudah tidak mau membantu karena sudah terulang beberapa kali. Atas saran temannya, Ajeng menelpon pemadam kebakaran untuk mendobrak pintu, harga yang harus dibayar sangat mahal, lebih dari satu juta. Kemudian cara penyajian hidangan makanan, banyak tahap dan sangat ribet, harus berurutan, tidak sesederhana orang Indonesia yang bisa langsung makan apa saja tanpa harus ada makanan pembuka dan penutup. Dari segi bahasa, Ajeng mengalami kerepotan karena bahasa Prancis pelafalannya sangat berbeda. Misalnya saja Yves dibaca menjadi If, sedangkan Alain menjadi Alang. Membuatnya tidak nyaman bergaul dengan teman-teman Yves dan merasa tersisih karena orang Prancis biasanya enggan menggunakan bahasa Inggris, ketika ingin mengajak bicara mereka baru menggunakannya. Sehingga bahasa menjadi hal yang ingin segera dikuasai Ajeng, harus dibiasakan dan banyak berlatih.

Selain bahasa yang sangat diagungkan orang Prancis, dasar negara juga diterapkan oleh mereka: Fraternite-Persaudaraan, Egalite-Kesetaraan, Liberte-Kebebasan. Misalnya saja pemerintah menyediakan penginapan gratis bagi SDF (Sand Momicile Fixe), orang-orang yang tidak punya rumah. Menghormati pelaksanaan agama dengan menyediakan berbagai tempat ibadah tanpa memaksa mereka harus memiliki agama, terserah masing-masing individu. Ajeng juga mengenal berbagai macam hubungan yang bisa dipilih. PACS, semacam ikatan yang permanen tapi bukan pernikahan, membubarkannya juga lebih sederhana daripada perceraian, selain itu banyak keuntungan seperti mendapatkan keringanan pajak, pasangan sesama jenis biasanya memilih PACS. Ada juga hubungan yang bernama open marriage, walaupun sudah menikah tetap bebas mempunyai pacar lain.

Dari segi pernikahan pun juga sangat berbeda, orang Indonesia kaya akan berbagai macam adat istiadat, seperti pernikahan. Bahkan orang Jawa kalau mau menikah harus mencocokkan weton, mencari hari yang baik, sedangkan orang Prancis biasa menikah pada musim semi ketika bunga mulai bermekaran, atau di musim panas karena bisa membuat pesta di luar ruangan dan memakai baju seksi, jarang yang menikah pada musim dingin. Dari segi pemberian kado pun biasanya pasangan pengantin akan memberikan daftar barang yang diinginkan, sedangkan di sini bisanya cukup dengan salam tempel :p. Selain diajak mengunjungi tempat romantis yang umum kita dengar, di buku ini penulis juga membawa Ajeng ke tempat-tempat 'terlarang'. Seperti Musee d'erotisme, sex shop, Pantai Nudis, dan Klub Libertin atau Swinger club. Bagian yang bikin kipas-kipas ini akan saya lewatkan, lebih menarik kalau dibaca sendiri XD.

Nah, menarik sekali bukan? Selain mengisahkan sebuah kegalauan untuk menentukan hubungan yang lebih serius lagi, penulis juga menghadapkan Ajeng pada petualangan yang sebelumnya belum pernah dia alami. Kegalauan Ajeng bisa dimaklumi kok, melihat dia trauma akan pernikahan kedua orangtuanya sehingga tidak ingin gegabah, pelan-pelan menjalani proses yang ada. Ajeng digambarkan sebagai seorang perempuan yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, cukup teledor. Sedangkan Yves sangat penyabar, tidak suka memaksakan kehendak, sangat romantis, dia juga tidak neko-neko seperti Alain yang liar. Yves adalah karakter favorit saya di buku ini :D.

Tidak banyak kekurangan di buku Segenggam Daun di Tepi La Seine ini, hanya saja di awal-awal tulisan penulis cukup kaku tapi lama-lama enak untuk dinikmati, kok. Bagian favorit saya adalah ketika Ajeng mengunjungi tempat terlarang, hahahahaha. Seru, saya belum pernah tahu sisi liar Prancis soalnya. Tenang saja, penulis tidak menuliskannya secara eksplisit banget kok, sekadar bersifat informasi saja dan masih bisa diterima, bahasanya ringan dan mudah dimengerti, adegan romantisnya juga terbilang sopan, covernya juga manis :D

Buku ini bercerita tentang konsep kesetiaan, tentang bagaimana seseorang beradaptasi di tempat yang baru, serta proses memaafkan. Saya rekomendasikan bagi kamu yang ingin menikah dengan warga negara asing, bagi kamu yang ingin tinggal di Prancis :)

Bisa dibaca juga di http://www.kubikelromance.com/2015/08...
5 reviews
July 17, 2022
FIRST IMPRESSION
isi dari buku ini cenderung menjelaskan tentang kebebasan, or liberalisme. jika dilihat dari pengetahuan, ini sangat penting. tapi pemilihan kata dari buku ini sangat ambigu, bisa bikin kita prefer ke "kebebasan" nya, misalnya "tidak semua orang telanjang disebut pornografi" atau beberapa pemilihan kata yang mengatakan kalau Indonesia itu "tua".

KARAKTER AJENG
dan selamat udah berhasil membuat karakter ajeng yang bisa membuat pembaca kesal sm karakter tersebut. ajeng beneran egois, dia pacaran sm yves, tinggal bersama tapi gamau nikah(?) kalo kita pelajari, iya, itu salah. tp kalo org yg ga mempelajari ini atau malah terinspirasi dia akan mengikuti langkah ajeng dengan tinggal bersama pacar diluar ngri dan satu kasur.

PESAN (DIBACA)
ini juga bisa dipelajari bersama untuk yg baca ini, jangan takut menikah cmn karna kita ga dapet contoh dari orangtua kita sendiri. masih banyak contoh lain. dan perceraian dalam pernikahan kalo dibandingkan sama pernikahan yang berhasil itu hanya 10%, yg mana 90% nya kemungkinan kamu berhasil dalam pernikahan itu besar. takut sebelum mencoba itu lemah

KARAKTER AJENG LAGI
mnrt ku juga ajeng itu lemah ya, dia berasal dari Indonesia yang mana budayanya itu menikah sblm berumahtangga, tp dia melanggar itu. dan dia ga malu mengajak yves masuk ke sex store even yves aja gak yakin masuk situ, dan dia kagum sm pertunjukan di moulin rouge wkwkwk pokonya banyak yg nunjukin kalo ajeng itu more brutal than yves. jdi kesannya kaya yves yang dari Indonesia hahshahwhwh

SEGI PENULISAN
banyak kalimat yang diulang ulang kaya sengaja biar page nya banyak, tp gada yg pabelit sih bagus kok segi penulisan. cmn karna suka diulang" jd sering di skip dan aga bosan pas bagian pertengahan

APAKAH BUKU INI ADA PELAJARAN NYA?
banyak pelajaran dari buku ini, disini kita tau negara luar mungkin khsusunya paris yg diceritakan disini itu memiliki budaya yg jauh dari budaya Indonesia. dan mereka memisahkan agama dari kehidupan yang mana kita gabisa melakukan itu. melakukan sesuatu harus tau baik buruknya dalam sisi agama juga, misal sex sblm menikah. kalo kita melakukan hal tanpa tau baik buruk dalam sisi agama, serius percaya deh bakal ancur. atau kalo lu merasa have fun, pls remember we here jst for a while.

aku masih remaja, umur 15an jdi pemikiran old itu ga dari orang tua aja, aku sendiri berfikir yang sama tentang hal "menikah sblm berumahtangga" ini cerita kan curahan dari penulis juga ya, maaf ya kalo ku blg ajeng lemah atau gmn.. but i dont hv word anymore
Profile Image for Yovano N..
239 reviews14 followers
October 15, 2015
Review Kandang Baca: http://www.kandangbaca.com/2015/09/se...

Pertemuan antara Ajeng dan Yves terjadi ketika Ajeng dan teman-temannya berlibur di Thailand. Pertemuan yang singkat dan agak memalukan di bandara Thailand tersebut ternyata membuat keduanya menjalin hubungan lebih lanjut. Jarak yang membentang antara Ajeng dan Yves, Indonesia-Prancis, tak menghalangi mereka untuk tetap menjalin hubungan jarak jauh. Yves membuktikan keseriusannya terhadap Ajeng ketika pria itu memintanya untuk menjadi kekasihnya sebelum kedatangannya ke Indonesia. Ajeng lega ketika ayah menyambut baik kedatangan Yves ke Indonesia dan bahkan merestui hubungan mereka.

Tibalah giliran Yves untuk mengundang Ajeng tinggal di apartemennya di Paris yang memiliki pemandangan indah sungai La Seine. Ajeng menyanggupinya, walau berarti ia harus mengorbankan banyak hal, termasuk meninggalkan ayah yang kondisinya sedang tak baik.

Ternyata tak mudah bagi Ajeng untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Paris. Mulai dari kendala bahasa hingga budaya orang Prancis. Tapi gadis itu tak menyerah. Ia bahkan mengambil kursus bahasa Prancis untuk membantunya lebih dekat dengan Yves melalui komunikasi, baik dengan keluarga maupun teman-teman Yves (selama ini Ajeng dan Yves berkomunikasi dalam bahasa Inggris). Maklum, orang Prancis sangat bangga dengan Bahasa Ibu mereka dan enggan menggunakan bahasa lain.

Sayang, saat Yves secara resmi melamar Ajeng, keraguan justru muncul dalam hati gadis itu. Trauma masa lalu akibat kehancuran rumah tangga orang tuanya membuat Ajeng ragu untuk melangkah. Di saat yang sama, muncul orang ketiga yang semakin memperkeruh suasana.

Bagaimana kelanjutan hubungan Ajeng dan Yves? Baca kisah lengkapnya dalam Segenggam Daun di Tepi La Seine karya Wuwun Wiati.

Novel ini tak hanya mengangkat tema tentang cinta beda budaya, tapi juga tentang kesetiaan dan keluarga. Melalui Ajeng, pembaca Indonesia dapat lebih memahami suka-duka dalam menjalin hubungan percintaan dengan pasangan yang berbeda kewarganegaraan. Banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk melangkah lebih jauh, termasuk hal-hal yang harus dikorbankan oleh kedua belah pihak. Pertimbangan siapa yang ikut ke negara siapa, termasuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di negara baru yang memiliki kebudayaan berbeda, bisa saja menghambat kelangsungan hubungan pasangan beda negara tersebut. Tapi toh love always conquers all. Kalau sudah cinta mah, segala halangan dan rintangan pasti bisa diatasi. Yang penting saling cinta dan setia. #ahsik

Bicara tentang kesetiaan yang merupakan bagian penting dalam novel ini, saya yang biasanya santai setiap membaca novel romance, sempat dibuat deg-degan juga dengan kehadiran pihak ketiga. Saya selalu berpikir, toh pada akhirnya si A dan si B akan bersatu di akhir cerita. Namun penulis sukses membuat saya nggak santai. Bagaimana bila ternyata si A ternyata memang nggak berjodoh dengan si B, dan memilih untuk jadian dengan C? Bukankah kita sebaiknya mengikuti kata hati? Wiiih.

Setting adalah aspek yang paling menarik di novel ini menurut saya. Penulis benar-benar paham mengenai kota Paris dan kebudayaan Prancis. Hal ini tak lepas dari pengalaman penulis sendiri yang memang sudah menetap lama di sana. Banyak tempat-tempat baru di Prancis yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Pembaca tentu familiar dengan Eiffel, La Seine, Moulin Rouge, atau Louvre. Tapi bagaimana dengan Pantai Naturis, Klub Libertin atau Swinger Club? Saya lumayan kaget saat membaca bagian tersebut. #kipasmanakipas #akumasihpolos #plaks. Untungnya, tempat-tempat tersebut tak hanya tempelan semata dan memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari cerita. Penulis juga menggambarkannya dengan bahasa yang cukup sopan kok.

Ada banyak fakta menarik tentang Prancis yang disampaikan penulis lewat novelnya ini yang mau tak mau membuat saya jadi membandingkannya dengan Indonesia. Berikut beberapa di antaranya:

Di sana tarif pajaknya cukup tinggi, namun benar-benar dikelola dengan baik oleh negara, misalnya untuk mendirikan fasilitas-fasilitas umum. Malah, melalui pendapatan perpajakan, negara mampu menyediakan penginapan gratis bagi para tunawisma.
KTP penduduk Prancis tak mencantumkan agama. Jilbab dilarang. Eit, sabar dulu... Larangan semacam ini berlaku untuk semua agama kok. Orang Kristen misalnya, nggak boleh memakai aksesoris berlambang salib. Namun bukan berarti Prancis anti-agama. Beragama boleh, tapi bukan untuk dipertontonkan. Mengenakan jilbab atau aksesoris salib di tempat ibadah tidak dilarang kok. Sekolah-sekolah swasta juga membolehkan.
Sistem PACS (Pacte Civil de Solidarité), yaitu sebuah sistem perikatan antara pasangan baik lawan jenis maupun sesama jenis, namun berbeda dengan pernikahan. Ogah nikah tapi pengen tinggal seatap? PACS solusinya #plaks. Aturannya nggak ribet dan membubarkannya pun lebih sederhana karena tidak melibatkan pengadilan. Semacam kumpul kebo yang dilegalkan (?).
Orang Prancis tergila-gila dengan ketepatan waktu. Kereta datang terlambat satu menit saja mereka bisa uring-uringan.
Mereka sangat menjunjung tinggi Bahasa Ibu dan enggan menggunakan bahasa Inggris. Info bagus nih bagi pembaca yang ingin mengunjungi Prancis. Paling nggak kursus dulu deh sebelum main-main kesana.
Orang Prancis sangat ketat soal makanan, baik waktu makan maupun apa yang dimakan. Makanan pembuka dan penutupnya harus tepat. Lapar sebelum waktunya? Ya ditahan. Ng... saya kok jadi kasihan ya? :p


Dan banyak lagi fakta menarik tentang Prancis dalam novel ini yang bakalan panjang kalau saya sebutkan semuanya.

Secara keseluruhan, saya cukup menikmati membaca novel ini. Saya menyukai tokoh Yves yang penyabar, juga keluarganya yang ramai. Kisah antara Ajeng dan ibunya pun lumayan mengharukan, walau tak sampai membuat mata saya berkaca-kaca sih.

Segenggam Daun di Tepi La Seine adalah novel romance yang tak sekadar menjadikan Paris sebagai latarnya. Lewat Ajeng, penulis tak hanya mengajak membaca untuk mengenal lebih dekat mengenai kota Paris dan kebudayaan Prancis, tapi juga membuat pembaca seolah dapat merasakan sendiri bagaimana rasanya mengalami culture shock saat memulai kehidupan baru di negara asing. Sangat menarik.

Novel ini saya rekomendasikan bagi pembaca novel romance yang ingin mengetahui seluk-beluk kehidupan cinta pasangan beda negara, dan tentunya bagi pembaca yang ingin mengenal Paris lebih dekat. Nggak hanya sisi romantisnya Paris yang menarik, sisi liar juga tak kalah menarik loh (ups!). Dan jangan lupa, kursus bahasa Prancis sangat disarankan kalau pembaca ada yang berniat ke sana. Bukan apa-apa sih, biar nggak repot kayak Ajeng aja. ;)

Thanks banget buat mbak Wuwun atas novelnya. Ditunggu karya-karya berikutnya ya!
Profile Image for Made By Isty.
67 reviews
July 5, 2018
Judul: Segenggam Daun Di Tepi LA Seine
Penulis: Wuwun Wiati
Penerbit: GM (Amore) .
.
.....
"jarak muncul begitu saja sejak bumi tercipta, kedalam sanubari manusia, membuat yang dekat menjadi jauh, yang jauh menjadi tak tersentuh. Atau sebalik nya."page 13 .
.
.
.
Hidup diparis menjadi tak sama lg sejak ajeng menemukan sebentuk cincin dibalik sengeggam daun. Bahasa, makanan, dan budaya yg berbeda menjadi keseharian nya yang baru.

Tapi, satu persatu masalah datang.... .
.
.
.
.
.
.
Buku ini kental sekali akan budaya paris. Aku mendapat informasi banyak tentang paris di dalam buku ini.

Penulis sangat lengkap dalam pendeskripsian tentang kultur, liburan diparis, dan keseharian di kota paris. Aku jadi nge bayangin betapa repot dan enak nya tinggal di paris.

Lengkap banget sampe searching ane jadi nya (saking penasaran) 😂😂😂.
.
.
.
.
Dan suasana romantis yg disungguhkan penulis pun tak ketinggalan.

Dan sempet-sempet nya ngebayangin dilamar romantis dengan suasana musim gugur yg ditumbuhi daun berjatuhan yah ampun halu kan, romantis yg digambarkan penulis buat pikiran bergeliyar 😂😂😂.
.
.
.
.
Ending astaga aku sempet gemes. Karena ending membuat ku ha gini aja padahal aku pengen tahu gimana kelanjutan nya. Tapi tak apa dari pada muter2 kan. Ending jg udah bikin puas sih karena akhir nya membuatku puas . .
.
.
.
Karakter
Oh yah nama karakter susah diucapkan, apa karena nih lidah kental indonesia yves jadi yes. Maapkeun.

Aku suka karakter yves karena pengambaran yves ini buat wanita kepincut. Karena sosok tanggung jawab dan laki-laki tidak neko2.

Bintang: 4
Profile Image for Rin.
Author 1 book17 followers
March 2, 2024
I don't like this book. Tapi, akhirnya bisa ditamatkan juga dengan susah payah.

Aku cukup pusing dengan tidak konsistennya sudut pandang yang digunakan, terkadang POV 1 dari si tokoh utama: Ajeng, di narasi lain menggunakan POV 3 untuk menjelaskan pikiran Yves maupun Alain. Itu sungguh membuat tak nyaman. Terus, narasinya entah kenapa terasa kurang hidup. Lebih seperti dikasih tahu daripada diceritakan (how to explain this with the better way?).

Lalu, aku benci banget sama Ajeng??? Awalnya aku kesal biasa, makin mendekati akhir cerita malah benci. Yves deserves someone better than Ajeng, childish-stupid Indonesian. Ajeng tuh tipikal cewek nyusahin banget. Ingin tahu segala hal tapi ceroboh, mana sempat-sempatnya naksir cowok lain sampai hampir anu di tempat anu. Halah, sok traumatis mamanya tapi perilaku sama. Sepertinya akan lebih baik kalau gak diberi happy ending. Bisa-bisanya tetap nikah di atas kebohongan.

Satu-satunya hal bagus dan keren di novel ini adalah detail tentang Paris yang bikin kaget. Berbagai sisi gelap yang jarang diungkapkan banyak orang. Kalau alur ceritanya, no no no.

Karena itu, meskipun awalnya mau memberikan rate 3/5 ... Aku memutuskan untuk mengurangi 1 menjadi 2/5.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Sitha.
100 reviews
April 3, 2019
Secara umum, saya suka gaya bahasa dan penulisan cerita di dalam buku ini. Smart, mengalir dan lincah dalam kata-kata. Ceritanya sendiri menarik dan membuka wawasan saya terhadap kehidupan lain khususnya di kota Paris. Intinya tentang Ajeng yang memiliki hubungan khusus dengan seorang lelaki berkebangsaan Perancis yang bernama Yves. Lalu dia pun memutuskan untuk datang ke kota tempat tinggal Yves yaitu Paris dimana dari situ mereka berencana untuk menikah. Di sini kita bisa melihat tentang perjuangan Ajeng dalam beradaptasi dengan budaya Perancis. Tak lupa, terselip juga kisah-kisah seputar permasalahan keluarganya di Indonesia.
Profile Image for pidaalandrian.
364 reviews5 followers
July 21, 2017
Membaca buku ini serasa melihat sebuah penduduk dengan kebiasaan dan tradisi-tradisi mereka yang sangat berbeda dari kebiasaan yang pernah aku jalani selama hidup. Dan membaca buku ini membuat aku jadi lebih tahu 'banyak' tentang mereka Prancis.

Dan mengajarkan arti sebuah cinta yang sebenarnya dan ketulusan yang benar-benar tulus di dalamnya. Di saat cinta dan kebingungan saling bersinggungan. Keputusan apa yang akan kita pilih.

Profile Image for Alin.
3 reviews
October 11, 2021
Dapat menceritakan dan menggambarkan kebudayaan paris serta kebiasaan orang-orang paris, seru bangettt dan juga selalu dibuat kaget banget karena culture yang sangat berbeda jauh dengan Indonesia.
Profile Image for R-Qie R-Qie.
Author 4 books9 followers
Read
July 3, 2020
Ajeng datang ke Paris untuk bertemu sang kekasih, Yves, dan tinggal bersama selama beberapa bulan demi mengenal lebih dalam pria Perancis itu. Di tepi sungai La Seine, Yves melamar Ajeng. Namun timbul masalah demi masalah menjelang hari pernikahan mereka.

***

Aroma Paris teramat kental dalam novel ini. Perbedaan budaya, kebiasaan, dan karakter dibahas mendalam melalui dialog dan narasi. Pembaca diajak menjelajah hingga ke tempat yang masih dianggap tabu. Konflik batin Ajeng dan segala permasalahan yang dihadapinya menjadikan kisah di dalamnya hidup meski temanya terbilang umum. Empat bintang.

***
2 reviews
August 20, 2015
Ya, ini kisah cinta, tentang romantisme, tentang hubungan.

Sebagai bacaan ini bisa dinikmati dan ringan.
Namun cukup memberi insight yang tidak terpikirkan oleh dari beberapa (atau sebagian besar) kita.
Kisah antar negara selalu berkesan romantis, sampai salah satu harus pergi seorang diri meninggalkan negaranya , keluarganya, akar budayanya, untuk tinggal dengan belahan jiwanya seumur hidupnya. Bertemu dengan kebudayaan baru, sisi pemikiran baru yang tak pernah diajarkan kepadanya sejak lahir.

Pada akhirnya kisah cinta hanyalah menjadi latar belakang saja.
Ini kisah petualangan.
Dengan tokoh utama yang memiliki rasa penasaran yang cukup besar dengan hal yang baru. Sehingga pembaca juga merasa mengikuti petualangannya.

Semoga ada kisah sambungannya, menjadi serial novel. Gimana kehidupannya setelah menikah.
Saya yakin orang Indonesia yang memiliki pasangan hidup berbeda negara, juga akan berbagi empathy yang sama.
Sementara yang bukan, paling tidak akan menjadi tahu.
Profile Image for Caca Venthine.
372 reviews10 followers
January 2, 2016
Liat covernya dan baca sinopsisnya membuat saya tertarik untuk beli dan baca buku ini. Udah berharap akan mendapatkan kisah yang menarik di dalam sini. Hanya saja semua itu tidak kesampaian ya.

Intinya seorang cewe yang memilih untuk ke Paris dan tinggal bersama kekasihnya. Awalnya mereka LDR-an, tapi atas izin ayahnya yang sudah mempercayai Yves untuk menjaga putrinya, akhirnya dia mengizinkan anak perempuannya untuk tinggal bersama pacarnya itu di negri jauh antah berantah *ett dah bahasa gue* Dalam hubungan mereka semua gk berjalan mulus, pasti ada aja masalah2 kecil yang menghambat hubungan mereka.

Tadi nya berpikir kalau cerita ini agak berbeda. Kalo dilihat dari judulnya, gue mikir mungkin ini ada cewe nemuin cincin gitu kali ya, terus dia berusaha cari2 siapa pemiliknya, yang bikin dia nantinya ketemu sama pria idamannya. Baiklah ini hanyak otak gue aja yang ngaco -__-

Hanya saja cerita ini gk begitu mengena di hati gue. Bukan karena ceritanya jelek, namanya juga selera orang beda2 kan yee :p
Profile Image for Alvina Rini.
Author 1 book1 follower
April 3, 2016
Kehidupan di paris tergambar jelas dalam buku ini.

Sebenarnya saya telah lama menyelesaikan membaca novel ini. namun baru kali ini saya bisa menulis review nya.

Saat membaca novel ini, saya merasakan kesukaan pada tokoh utama Ajeng namun sekaligus membencinya yang sempat tergoda oleh keberadaan Alain.

Yves merupakan sosok lelaki yang sangat diidam-idamkan oleh kaum hawa (saya rasa).

Mbak Wuwun Wiati begitu apik mengisahkan perjalanan cinta dua insan yang mempunyai perbedaan dalam banyak hal. dalam bahasa, latar belakang keluarga, pekerjaan, hingga karakter, dan menyatukan mereka dalam cinta yang indah.

Ajeng hampir mirip dengan Alain yang bebas dan spontanitas. namun bersama Yves akan jauh lebih baik. Ajeng mampu di bimbing dan menjadi pribadi yang lebih tenang.

Wanita yang telah memiliki kekasih namun masih ragu dengan pilihannya itu, sebaiknya membaca cerita ini.
Profile Image for Indriani.
67 reviews1 follower
November 21, 2015
Suka dengan informasi tentang budaya Perancis yang jarang ditemukan dalam novel-novel yang berlatar sama. Banyak dapat wawasan baru :

soal melon dan kiwi yang ternyata hanya boleh dijadikan sebagai hidangan pembuka. Sementara mangga, biasanya disajikan sebagai makanan penutup.

Mengenai PACS - Le Pacte de Solidarite, open marriage, pantai nudis - yang katanya sebagai salah satu cara untuk hidup lebih dekat dengan alam tanpa 'pembatas' apa-apa, dan yang paling ekstrem tentang swinger club (shock culture kali ya kalo gue tetiba kesasar di situ :P)

btw, pengen banget baca nih buku sampai kemaren ikutan giveawaynya (tapi gak menang), eh ternyata sepupu gue punya buku ini plus ada pesan dari penulisnya langsung yang ternyata temennya. Makasih Mbak Ully atas pinjemannya hehehe ^^
Profile Image for Dian.
21 reviews
September 17, 2015
Cukup cepat saya mengelarkan buku ini. Lantaran dihadiahi oleh teman, saya tak memiliki ekspektasi apa-apa saat mulai membacanya. Nyatanya, buku ini menyenangkan untuk dibaca. Alur cerita agak mirip FTV, tapi lumayan juga pengetahuan tentang gaya hidup orang Perancis yang saya dapatkan.

Kalau mengharapkan quotables seperti kisah-kisah Albom, Murakami, atau Coelho, jangan baca buku ini.

Tetapi, kalau mengharapkan kisah romantis yang agak-agak 'hot', buku ini layak dinikmati.

Untuk Penulis, saya suka gaya bertuturnya. Beberapa ungkapan terasa baru tapi tetap menyenangkan. Teruskan! :*
Profile Image for Avifah Ve.
22 reviews207 followers
November 17, 2015
kekeliruan perbedaan waktu antara Jakarta dan Paris dalam novel ini cukup mengganggu saya. beberapa kali dikatakan waktu di Jakarta lebih lambat dari Paris. bahkan sempat disebutkan bahwa ketika di Paris sudah pukul 7 pagi, di Jakarta masih pukul 2 pagi. hei, sejak kapan matahari terbit dari barat?
Profile Image for Ayatin Anisa.
47 reviews2 followers
December 15, 2015
pertama kali baca Amore.fix,perlu sensor dibanyak halaman. ceritanya lebih condong ke kultur di paris. lumayan untuk menambah wawasan. dan siapa bilang kehidupan di paris penuh keromantisan?
Displaying 1 - 29 of 29 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.