Jump to ratings and reviews
Rate this book

Sunset Holiday

Rate this book
“We are all strangers until we meet.”

Jatuh cinta dan bertemu denganmu tidak ada dalam rencana perjalananku. Namun, di perjalanan sejauh ini, kamulah hal terbaik yang terjadi kepadaku. Aku menebak-nebak di mana akhir senyum manismu yang menghangatkan.

Hal paling menyakitkan dari jatuh cinta adalah kehilangan setelah memilikinya. Karena itulah, aku tidak berani berharap banyak. Kita hanyalah dua orang asing di tempat asing. Akan lebih banyak risikonya jika aku memutuskan untuk jatuh cinta.

Jika aku tidak akan menjadi bagian dalam sisa perjalanan hidupmu, bisakah kamu mengingatku sebagai bagian terbaiknya? Aku tidak berani menanyakannya karena diam-diam kutahu tujuan terakhir kita ternyata tak sama.

Kita kemudian bukan lagi dua orang asing di negeri asing. Namun, mengapa sakit ketika mengingat ternyata rasa ini terasa lebih asing daripada sebelumnya?

***

Audy dan Ibi bertemu di Paris, kota yang menyimpan banyak pesona cinta. Karena impulsif, Ibi mengikuti Audy melakukan perjalanan keliling Eropa. Entah di Praha, Roma, atau Venezia, mungkin di sanalah cinta menyapa. Namun, apakah kebersamaan singkat itu berarti banyak jika sejak awal tujuan akhir mereka ternyata tak sama?

480 pages, Paperback

First published June 23, 2015

13 people are currently reading
231 people want to read

About the author

Nina Ardianti

10 books400 followers
I love reading and writing feel-good romance stories.



Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
52 (20%)
4 stars
121 (48%)
3 stars
69 (27%)
2 stars
6 (2%)
1 star
3 (1%)
Displaying 1 - 30 of 74 reviews
Profile Image for Utha.
824 reviews399 followers
May 9, 2023
As always, novel Nina dan Mahir pasti dinanti-nantikan. Begitu pula saat novel duet ini lahir. (Resensi lengkap: http://www.tsaputrasakti.com/2015/07/...)

Nina dan Mahir mungkin mungkin (iya, gue sok tahu) mencoba biar tulisan mereka balance, meskipun menggunakan PoV 1 masing-masing. Tapi jatuhnya gaya khas mereka agak meredup. But, still, tetap suka dengan novel mereka.

Untuk Mahir sendiri, di awal berasa banget "Mahir"-nya, sepak bola, dan segala macamnya. Terus suka banget sama ibunya Ibbi. Lucu! Tapi makin ke ujung cerita, khasnya itu hilang. Beruntung di ending kembali lagi.

Untuk Nina... Wah, saya selalu suka gaya menulisnya. Tapi di sini agak tenggelam untuk mengimbangi gaya Mahir kayaknya.

Untungnya, terbayar dengan setting jempolan yang buat ngiri banget. Ditambah cameo dari novel Restart! ;)

Kesimpulannya, suka dengan novel ini! :)
Profile Image for Reina Tan.
288 reviews143 followers
May 29, 2018
⚠ subjective opinions
° ° °
Satu kata pembuka untuk review novel ini.

LUCU. 😂

Bukan lucu komedi, tapi lucu karena kayak ada manis-manisnya gitu(?)

Interaksi Audy dan Ibi sukses membuatku senyam-senyum enggak jelas sampai Mamaku tanya ada apa dengan diriku. Mungkin beliau mengira aku sedikit gangguan jiwa.

Padahal mah...

Iya(?) 😂😂

Kembali ke review!

Novel ini menggunakan dua sudut pandang, dari Audy dan Ibi. Mungkin karena penulis buku ini juga terdiri dari dua orang, Kak Nina dan Kak Mahir. Well, jujur aja, sudut pandang yang terbentuk itu benar-benar cocok!

Kak Nina menulis part Audy dan Kak Mahir menulis part Ibi.

Serius, aku suka! 😆

Jarang sekali aku menemukan novel Indonesia yang menggunakan sudut pandang cowok tapi pakai kata ganti 'aku' bukan 'gue' di narasi. Meskipun pake 'aku', enggak mengurangi kelakian Ibi kok. 😂😂

Konfliknya cukup buat aku deg-deg-an.

Ceritnya juga ringan dan bahasa yang digunakan enggak terbelit. I highly recommend this book for you who love/wanted to read some light novel (especially romance)

Romantisme-nya wajar kok. Khasas para dewasa muda 🙈

Cute, but still mature.

Selain itu, aku dibuat jatuh cinta oleh kakaknya Audy, Aidan 😂 Suka banget setiap baca interaksi Audy-Aidan. Saking sukanya, aku merasa related dengan interaksi itu.

((mendadak ingat abang)) (?)

Seperti biasa, Reina telat baca novel ini. HAHAHA. Buku ini adalah salah satu dari sekian novel lama yang Reina reject untuk baca padahal pas itu booming/banyak di Gramed 😂

Kemudian, aku mendadak ingin baca Restart :')

*pardon me*
Profile Image for Nana.
405 reviews27 followers
September 3, 2015
Not bad, but below my expectation.

Si Audy bawa koper segede apa sih? 2 minggu traveling menclak-menclok gitu sama sekali ga ada keterangan dia nyuci baju di laundry coin atau apa tapi kayaknya mobilitasnya gampang aja.

----------------------

Akhirnya bisa bikin proper review buat buku ini... Setelah bertapa lama (padahal mah lagi sibuk ngerjain Laporan Legal Audit yang gak beres-beres di kantor *mendadak curcol* *kayaknya butuh holidei kayak Audy deeeh*)


Sunset Holiday bisa dibilang sebuah kisah romance perjalanan yang .. ummm... kurang greget. Sejujurnya saya nggak begitu menikmati ceritanya, walau dari segi penulisan cukup rapi. Bukannya nggak suka lho yaaa... Hanya saja, tidak ada yang wah dan memorable dari ceritanya. Karakter Ibi dan Audy tidak terlalu bertabrakan dan sejak awal jelas banget kalau si Ibi ngebet sama Audy sehingga rela melakukan apa saja untuk cewek yang baru dikenalnya tersebut. Sementara itu, Audy, sepertinya memang hanya ingin menikmati perjalanannya. Bahkan masalah masa lalunya di Jakarta juga tidak segitu membebaninya juga, bukan perjalanan pelarian. Hanya ingin refreshing dari pekerjaannya sebagai lawyer. Akibatnya, apa yang terjadi selama perjalanan yaa.. hanya seperti perjalanan biasa: ngobrol-ngobrol ringan saling mengenal, Audy jalan-jalan dengan Ibi sebagai tour guide-nya, agak drama sedikit karena kecapekan, dan pelan-pelan jatuh cinta--yang saya sangsikan juga ini hanya sebatas cinta lokasi atau bisa jadi cinta beneran. Penasaran aja dengan karakter Ibi setelah cerita ini selesai, apakah akan berubah atau tidak.

Tentang penggambaran keindahan negara-negara Eropa yang seharusnya jadi bumbu penyedap ceritanya pun, saya kurang menikmati. Terlalu turis bangeeett.... Dan khas turis Indonesia kali ya, yang demennya cuma ke tempat-tempat indah, foto-foto, lalu sudah puas dan berganti tempat untuk mengulangi kegiatan yang sama. Saya jarang travelling, tapi saya suka mendengar cerita-cerita unik dari teman-teman saya yang abis jalan-jalan. Misalnya nih, waktu teman dan sepupu saya kebetulan travelling ke Eropa dan menggunakan jasa tour agent yang sama. Saat mereka menginap di satu kastel--saya lupa di negara mana, beberapa tamu, walau tak saling mengenal dan pisah kamar, bermimpi didatangi wanita yang sama yang katanya penunggu kastel tersebut. Teman dan sepupu saya juga mengalami. Atau ada juga cerita mengenai dudukan toilet yang lebih tinggi ketimbang di Indonesia. Atau, seperti kisah teman sekantor saya ketika backpacking ke Jerman, di mana dia tinggal di kamar campur dan suatu malam, dia mendengar suara berisik dari belakangnya. Ternyata, dua penghuni kamar, cowok dan cewek, sedang asyik having sex di sana tanpa peduli kalau di sekitarnya ada penghuni lain. Hal-hal sehari-hari seperti itu, yang menggambarkan perbedaan nilai dan budaya, yang membuat saya tertarik mendengar atau membaca sebuah kisah yang tidak berlokasi di tempat saya menjalani hidup sehari-hari. Dan hal itu yang kurang di buku ini. Cuma di Paris pertama kali aja yang saya dapati menarik: ketika penjual cendera mata di sana menggunakan bahasa Indonesia "murah, murah!" untuk menarik perhatian turis. Mungkin saking banyaknya orang Indonesia yang ke sana, ya? Lalu, di Amsterdam juga menarik, sayang Audy keburu pingsan (@_@).

Yang membuat saya lumayan menikmati ceritanya, adalah karakter Ibi. Di antara dua tokoh utama, saya memang jauh memfavoritkan Ibi. Masalah hidupnya lebih jelas, begitu juga karakternya. Pergulatan batin Ibi yang membuatnya betah tinggal di Jenewa membuat saya bersimpati padanya. Walau terkesan manja dan tidak bertanggung jawab, tapi rasanya saya bisa mengerti keresahan hatinya. Karena sama-sama anak tunggal mungkin yaa... Tapi yang paling saya suka sih jelas ibunya Ibi. Tolong Baim, ya Allah! Hehe... Karakter Audy, di lain pihak, agak mirip Edyta di Fly to the Sky: ceroboh, kurang perhitungan. Tapi entah kenapa, jika Edyta itu minta disayang, Audy malah minta dikepruk. Cerobohnya kebangetan! Untung aja dia ketemu Ibi di jalan. Coba kalau nggak, entah apa yang bakalan terjadi di perjalanan ini. Eropa gituuuuh... Sendirian. Mending ikut tour sih kalau gue bilang.

Kesimpulannya, seperti sudah saya bilang sebelumnya, buku ini biasa aja buat saya. Tapi mungkin akan berkesan buat pembaca lainnya, terutama yang lagi cari inspirasi buat travelling keliling Eropa. Atau mungkin mau cari jodoh sekalian? Banyak spot menarik yang disebutkan dan juga kamu bisa belajar dari pengalaman Audy dan Ibi. Lalu, untuk penggemar karya-karya penulis, tentu buku ini layak koleksi, karena ada juga kemunculan beberapa tokoh dari buku-buku penulis sebelumnya.

Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews297 followers
September 23, 2015
Pertemuan pertama mereka terjadi ketika Ibi menolong Audy yang hendak ditipu oleh pedagang gantungan kunci. Audy dengan dalih baru saja mendapatkan bonus dari kantor tempatnya bekerja, dia memutuskan melakukan Eurotrip sendirian, berbekal itinerary yang sudah disusun dari hasil tanya kakak dan tempat-tempat yang ingin dia kunjungi sedari dulu. Namun, perjalanan yang sudah direncanakan dengan matang tersebut harus berubah ketika dia ketinggalan kereta ke Brussels. Sehingga, tempat yang awalnya ingin dia kunjungi paling akhir menjadi yang pertama, Paris. Di Paris lah Audy pertama kali bertemu dengan Ibi.

Ibi sendiri adalah seorang jurnalis lepas, tinggal di Jenewa, Swiss selama empat tahun dengan tujuan awal untuk sekolah namun masih belum mendapatkan ijasah. Kebetulan dia sedang ada liputan sepak bola di stadion Parc des Princes. Ibi tergelitik ketika pertama kali mendengar suara Audy dengan pedagang ilegal, orang Indonesia yang sangat polos dan sendirian di kota besar ini. Karena berasal dari negara yang sama dia pun ingin membantu dan sangat tahu apa saja yang ingin dilakukan perempuan yang cukup impulsif tersebut, foto-foto narsis. Awalnya Audy menjaga jarak, dia tidak ingin ditipu dengan orang yang baru saja dia kenal, takut Ibi adalah orang jahat. Untung saja ketika dia membuka salah satu akun media sosialnya dan mendapat mention dari Ibi, ada teman Audy yang cukup mengenal Ibi bertanya pada mereka, tidak menyangka saling kenal, langsung deh Audy bertanya pada Dana, teman Audy sekaligus Ibi, apakah Ibi orang yang bisa dipercaya atau tidak. Sejak itu dia tidak merasa khawatir namun tetap hati-hati, mereka berdua sama-sama orang asing.

Walau baru saling mengenal, entah kenapa Ibi tidak mau berpisah dengan Audy yang besok paginya akan menuju ke Amsterdam, kepolosan dan kecerian perempuan tersebut tidak mau pergi dari kepala Ibi. Keputusan gila pun diambil, Ibi akan menumpang itinerary Audy, akan mengikuti kemana pun Audy pergi, berlibur bersamanya. Audy tentu saja kaget, tapi dia sudah mengalami susahnya menjalani Eurotrip sendirian, terlebih Ibi familier dengan tempat-tempat yang ingin dikunjunginya, mengetahui restoran yang murah dan enak, tidak perlu susah payah mencari hostel. Dan Audy yakin, perjalanannya kali ini akan sangat menyenangkan dan penuh petualangan baru. Setalah Paris, banyak kejadian seru yang akan menantinya mereka berdua selama di Amsterdam, Munich, Berlin, Praha, Venezia, Roma, Barcelona, Madrid, dan kembali lagi ke tempat mereka pertama bertemu dan harus berpisah, Paris.

Aku memang menyusun itinerary sih, tapi memang kadang life doesn't always turn out the way you plan sehingga butuh banyak penyesuaian.


"Setiap orang punya perjalanannya sendiri, Ta. Di dalam perjalanan itu, kamu akan merasa seperti butiran debu di antara jutaan miliar debu kosmik yang sedang berputar di alam semesta ini. Nggak spesial. Nggak berharga." Ia memberi jeda lagi. "Jadi, kamu pasti akan langsung tertarik pada orang pertama yang datang menghampiri kamu dengan sikap sopan, baik, penampilan keren dengan fisik menawan. Iya, kan?"


Akhirnya kesampean juga baca buku dari duet dua penulis favorit saya, walau nggak bagus banget konfliknya bisa dibilang biasa, setidaknya bisa melepas kangen dari karya mereka masing-masing. Selain itu, buku ini merupakan buku road trip karya dalam negeri yang pertama saya baca, jadi cukup berkesan dan nggak kalah seru dari Amy and Roger's Epic Detour. Dari segi travelling, memang tidak dijelaskan secara detail banget kota yang mereka singgahi, namun cukup informatif, selain itu selalu ada adegan seru yang terjadi di tiap kota. Misalnya saja Audy yang tidak sadar akan brownies yang dia makan mengandung marijuana sewaktu singgah di Amsterdam, hampir saja menjadi gelandangan di Venezia, kecopetan di Barcelona. Dan dari semua tempat yang Audy dan Ibi kunjungi, saya paling tertarik dengan Praha, indah bangettttt, pengen deh kesana atau kalau perlu pas bulan madu sekalian *sama siapa, Lis?* XD

Melihat buku ini adalah road trip, maka bukan tempatlah yang menjadi fokus utama, namun proses perjalanan kedua tokoh utamanya, apa saja yang terjadi selama itu, salah satunya tentang perkembangan perasaan mereka. Untuk ukuran orang yang baru saja bertemu dan nggak lebih dari dua minggu kebersamaanya, saya rasa chemistry antara Audy dan Ibi terbangun dengan baik. Mulanya mereka saling curiga, terlebih dari pihak Audy, banyak pertimbangan, terlalu bawel, yang namanya perempuan maklum lah ya. Sedangkan Ibi sendiri bisa dibilang memiliki karakter yang cuek, impulsif, cool, cerdas, melakukan apa yang ingin dilakukan. Selain itu sedikit demi sedikit rahasia tentang diri mereka juga terkuak, nggak tergesa-gesa. Seperti alasan sebenarnya Audy melakukan Eurotrip sendirian, mumpung ada rejeki, mumpung ada waktu, tidak ingin menyesal seperti ibunya. Sedangkan alasan Ibi yang tidak kunjung pulang juga ke Indonesia, padahal kuliahnya hanya perlu waktu dua tahun namun dia menunda-nunda sampai empat tahun, tidak siap dengan tanggung jawab yang menantinya di tanah air. Tanpa mereka sadari, perjalanan impulsif tersebut membawa mereka ketujuan hidup masing-masing, apa yang sebenarnya mereka cari selama ini.

Dari segi gaya tulisan, kedua penulis masih menunjukkan ciri khas mereka masing-masing, bahkan tanpa melihat nama di awal, kita akan langsung tahu siapa yang berbicara, mungkin bagi pembaca setia karya Nina dan Mahir akan merasakannya. Tokoh Audy dipegang oleh Nina, karakternya memang nggak jauh beda dengan Edyta di buku Fly To The Sky, slebor dan sedikit manja, memiliki keluarga yang hangat, ditambah memiliki saudara laki-laki yang overprotektif dan sayang banget sama dia, bahkan Tirta, mantan sekaligus sahabatnya sedari kecil menginggatkan saya akan tokoh Ihsan dari buku yang sama juga. Beberapa penulis memang memiliki kencenderungan membuat karakter yang hampir mirip di setiap buku yang dia buat, bukan berarti jelek, malah bisa menjadi ciri khas mereka, itulah yang saya lihat dari tulisan Nina, dan saya menyukainya. Sedangkan Ibi ditulis oleh Mahir, mudah dikenali dari sisipan film, lagu, buku dan sepak bola yang sering dia lakukan di buku-buku sebelumnya, kalimat yang dia buat selalu magis. Kali ini kita akan diberi informasi tentang film Before Sunrise, yang mungkin menjadi inspirasi cerita Audy dan Ibi ini.

Yang membuat saya suka lagi, bakalan hadir tokoh cameo di buku penulis sebelumnya, saya selalu suka kalau ada tokoh di buku penulis yang nangkring di buku lainnya, terlihat kalau punya universe sendiri, menambah daya tarik dan ciri khas, selain itu bisa mengetahui kelanjutan kisah mereka. Dari Nina, kita akan bertemu dengan Kemal, yang pernah baca cerita bersambung di website penulis pasti tahu siapa dia, salah satu PR yang harus segera ditamatkan oleh penulis XD, kemudian ada Syiana dari Restart. Sedangkan dari Mahir, kita akan bertemu dengan Abdul Latif atau Al dari buku Rhapsody. Seru banget! Sepertinya kedua penulis tidak hanya sukses membangun chemistry di kehidupan nyata, namun di buku duet ini pun mereka sukses membangun cerita antara Audy dan Ibi :D. Oh ya, selain kehadiran para cameo yang saya suka, tokoh lain yang cukup menarik adalah para ibu di buku ini. Lucu banget deh Ibu Audy yang tidak pernah lupa memesan gantungan kunci, hiasan kulkas, bahkan bibit bunga tulip, emang bisa gitu di tanam di sini? hahahaha. Trus logat bataknya Ibu Ibi juga nggak nguatin. Rasa kekeluargaan sangat terasa di buku ini.

Overall, saya sangat menikmati kisah perjalanan Audy dan Ibi ini, sekaligus pelepas kangen dari karya kedua penulis. Kalau dari Nina, hampir semua sudah saya baca, menunggu dengan sabar kelanjutan yang di website, semoga kelar sekolah segera rampung ya kak bukunya, atau kalo bisa segera aja XD. Sedangkan dari Mahir belum kesampean baca Blue Heaven, yang sepak bola saya tidak terlalu tertarik, hehehehe, bukan pecinta bola soalnya.

Bagi yang sedang mencari genre road trip yang lucu, manis dan menghibur, baca deh buku ini, recommended banget.

Ketemu kamu tidak ada di dalam skenario perjalananku. Tapi, di perjalanku sejauh ini, kamulah hal terbaik yang terjadi kepadaku.


NB: Bisa dibaca juga di http://www.kubikelromance.com/2015/08...
Profile Image for ABO.
419 reviews47 followers
August 16, 2015
4.5/5


“Distance makes your heart grow fonder.”

Meet Audy, cewek impulsif yang memutuskan untuk eurotrip keliling kota-kota di Eropa sendirian. Alasan Audy melakukan eurotrip adalah dia ingin punya kenangan indah yang bisa diceritakan ke anak-cucunya kelak. Unforgettable memory yang akan membuat Audy tersenyum hanya dengan mengenangnya.

Sedang Ibi, seorang wartawan sepak bola lepas asal Indonesia yang tinggal di Jenewa. Yang nggak kalah impulsifnya. Ibi nekat nebeng itinerary perjalanan milik Audy buat ikutan mengunjungi kota-kota di Eropa bareng cewek yang baru dikenalnya itu.

Awal pertemuan mereka di kawasan Menara Eiffel ketika Audy hampir ditipu penjual souvenir ternyata membawa mereka ke sebuah perjalanan yang pada akhirnya akan mengubah pandangan hidup mereka.

Semakin lama bersama mereka semakin sadar kalau saling jatuh cinta, tapi apakah Ibi dan Audy yakin kalau perasaan mereka akan bertahan lama, bukan sekadar “euforia penghias perjalanan”?

“Ngapain sih, kamu ngelihatin kayak gitu?”
“Emangnya nggak boleh?”
“Bukan nggak boleh, tapi segala sesuatu harus ada alasannya.”
“Kalau alasannya karena kamu kelihatan lucu?”
“Emangnya kamu pikir aku komedian?”


Menjadi salah satu first reader buku ini adalah sebuah kebanggan buat saya. Ketika pertama kali baca naskah mentahnya, saya udah suka banget dengan kisah Audy-Ibi yang awalnya adalah strangers, kemudian bisa saling jatuh cinta seiring dengan kebersamaan mereka.

Banyak yang bilang karena buku ini karya duet, ada yang lebih mendominasi tulisan yang lain. Tapi buat saya malah di buku ini Mbak Nina dan Bang Mahir tetap berhasil menunjukkan ciri khas dari tulisan masing-masing kok. Buat saya, gaya tulisan mereka punya kelebihan masing-masing yang menonjol. Mbak Nina dengan karakter-karakternya yang lovable (even the side characters) dan dialog mengalirnya. Bang Mahir dengan deskripsi. Mulai dari deskripsi perasaan tokoh utamanya, yang bikin ikut merasakan apa yang dirasakan Ibi, suasananya, dan deskripsi tempatnya yang berhasil membawa saya ikutan mengunjungi kota-kota yang jadi setting buku ini.

Walau bukunya berasa Before Sunrise banget, ketika baca Sunset Holiday alih-alih membayangkan Celine dan Jesse, saya malah kayak sedang ngikutin kisah dua penulisnya sendiri. Saya merasa kalau buku ini adalah karya mereka berdua yang paling personal.

Jika kamu ngikutin tulisannya Mbak Nina, termasuk cerita bersambung di website-nya, siap-siap penampilan spesial alias cameo karakter-karakternya di buku sebelumnya atau di cerita bersambung itu. Dan yang udah baca Rhapsody juga, ada cameo dari karakter di Rhapsody di sini.

Ending buku ini adalah bagian yang paling juara menurut saya. Dramatis, bikin berkaca-kaca dan ikutan deg-degan baca porsinya Ibi di bagian ending. Abis baca buku ini rasanya kenyang dan puas. Endingnya kayak dessert manis yang menjadi pelengkap setelah disuguhkan main course yang nikmat.

Semoga Sunset Holiday bukan buku duet pertama dan terakhirnya Nina Ardianti & Mahir Pradana. Saya akan menunggu buku-buku duet dari mereka selanjutnya. Tapi buku solonya juga ditunggu loh :))

“Selama ini, aku selalu menganggap hal seperti matahari terbit adalah sesuatu yang biasa. Setiap hari terjadi. Tapi, ternyata momen yang terjadi setiap hari ini bisa menjadi sangat berbeda ketika mengalaminya di tempat seantik ini, bersama orang semenyenangkan Ibi.”

“Ketemu kamu tidak ada dalam skenario perjalananku. Tapi, di perjalananku sejauh ini, kamulah hal terbaik yang terjadi kepadaku.”

Profile Image for Anastasia Cynthia.
286 reviews
September 12, 2015
“Karena ibarat jalan panjang, hal-hal nggak enak itu adalah polisi tidur atau lubang di jalan. Memang membuat perjalanan kita melambat dan nggak enak, tapi lihat sisi positifnya, dengan jalan lebih lambat, kamu lebih bisa menikmati pemandangan.” –Sunset Holiday, hlm. 198


Bermodal nekat, Audy berangkat seorang diri menjelajahi tur Eropa lewat itinerary impiannya. Sayangnya karena kepolosannya, ia pun ketinggalan kereta ke Brussels. Destinasi pertama yang seharusnya menjadi tempat menginapnya malam nanti. Mau tak mau Audy mengikuti saran Aidan, kakak laki-lakinya lewat telepon. Ia akan tinggal satu malam di Paris dan berusaha membunuh waktu dengan mengambil rute pertama; mengunjungi Menara Eiffel.

Ibi, seorang wartawan lepas yang baru juga tertinggal kereta pagi menuju Brussels, mau tak mau harus mengejar ketinggalan berita dengan meliput jumpa pers di Paris. Pertemuan Audy dan Ibi dibilang tak sengaja. Lagi-lagi lewat kepolosannya, Audy nyaris tertipu pedagang gelap yang mencoba menjual gantungan kunci. Ibi datang menolongnya. Dari embel-embel saling menolong, Ibi malah bertindak impulsif dan ikut dalam itinerary Audy.

Audy pada mulanya menaruh curiga. Siapa sih Ibi? Kok tiba-tiba laki-laki itu bersikap akrab. Bisa saja kalau laki-laki itu hendak menculiknya. Terlebih kasus human trafficking tengah marak diperbincangkan di media. Tapi, lama-kelamaan siapa sangka di antara keduanya menyusup sebuah perasaan yang tidak pernah mereka sangka.

Mulai dari Amsterdam, Munich, Praha, Roma, Venezia, Barcelona, dan Madrid. Siapa sangka kalau Audy malah enggan pulang ke tanah air dan menghadapi meja kerjanya.




Tebal bukan berarti tak dapat dilibas habis dalam sekali baca. Jujur, saya ketagihan membaca “Sunset Holiday”. Sekalipun belum pernah menonton trilogi “Before Sunrise” yang dibintangi Ethan Hawke dan Julie Delpy, tapi ketika membaca buku ini, kurang lebih saya bisa membayangkan betapa asyiknya berjalan-jalan membelah kerumunan orang, mengunjungi spot menarik di kota-kota cantik, di Eropa. Suasananya pun dibangun dengan begitu menarik lewat percakapan Audy dan Ibi yang menjadi tokoh utamanya.

Secara ide, saya menyimpulkannya dengan sangat sederhana; tentang pertemuan dua orang asing yang tidak sengaja berjumpa karena berniat saling menolong. Dan begitulah cerita mereka bergulir. Mulai dari menaruh curiga kepada orang asing, akhirnya siapa yang sangka kalau tiba-tiba kedua orang itu malah klop banget saat bertukar cerita. Hal yang benar-benar sepele dan sehari-hari. Dengan begitu mudah juga dibayangkan di benak pembaca. Mungkin itu salah satu penyebab kenapa saya tidak bisa berhenti membaca “Sunset Holiday”. Terlepas dari latarnya yang juga sangat menarik, saya amat menyukai gaya eksekusi kedua penulisnya.


Baca selengkapnya di: https://janebookienary.wordpress.com/...
Profile Image for Putri Review.
74 reviews13 followers
December 18, 2015
Actual score : 3,6 from 5 stars

Baca lebih lengkap review novel ini di blog Putri Review : Perjalanan Penuh Romansa dalam Novel "Sunset Holiday" by Nina Ardianti & Mahir Pradana

Kalau kalian penggemar film romantis Before Sunrise-Before Sunset-Before Midnight yang diperankan oleh Ethan Hawke dan Julia Delpy, kemungkinan besar kalian akan menyukai novel yang satu ini.

After taste saya setelah nonton Before Sunrise dan sequel2nya adalah : pening. Kalau seleramu sedikit banyak mirip dengan saya, jangan khawatir, karena meskipun novel ini romantis mentok lengkap dengan beberapa momen yang mungkin bagi beberapa orang terlalu cheesy, detail perjalanan Audy dan Ibi mulai dari Paris, Berlin, Roma sampai Madrid juga layak disimak. Ada banyak tips and trick travelling, ulasan budaya lokal, pilihan kuliner lezat, sampai lokasi-lokasi tersembunyi yang dilibatkan di dalam cerita.

Ada satu momen yang saya suka di novel Sunset Holiday, yaitu saat Audy dan Ibi pergi ke Venesia, melibatkan gondola, bintang-bintang, dan juga cinta. Saya gak akan ungkapkan jelas kejadiannya apa, tapi saya suka karena menurut saya itu adalah bagian cerita yang paling tidak saya duga2. Sangat spontan dan indah. Penasaran? Makanya baca, ya :D.

Untuk kekurangannya, saya merasa perkembangan Audy dan Ibi sedikit timpang. Kebetulan novel ini memang ditulis oleh dua orang (Nina dan Mahir) dan diceritakan dari sudut pandang pertama dua karakter (Ibi dan Audy) secara bergantian. Tapi sejak awal saya merasa hanya ada satu karakter yang memiliki masalah jelas dan berkembang, karakter lainnya hanya berperan sebagai agen perubahan saja. Yang kedua, saya merasa alur menuju endingnya sedikit dragging, terlalu banyak detail yang membuat excitement-nya sedikit hambar.

Last but not least, saya cukup suka dengan novel duet Mahir dan Nina ini. Kisah Sunset Holiday menggambarkan perbedaan cara pikir yang cukup kontras antara pria dan wanita, dan itulah mengapa saya merasa novel romantis ini juga cocok untuk pembaca yang lebih maskulin. ;)
Profile Image for Emilya Kusnaidi.
Author 3 books40 followers
November 27, 2015
Biasanya saya jarang banget mengikuti ke-hype-an sebuah buku. Tapi entahlah, kali ini begitu melihat Sunset Holiday di rak toko buku, saya nggak ragu untuk mencomotnya. Hmm, mungkin karena saya suka banget dengan Restart-nya Nina Ardianti, dan serialnya di blog. Secara nggak sadar saya cukup mengantisipasi buku ini.

Buku ini menceritakan tentang Audy dan Ibi yang bertemu di Paris, dimana akhirnya keduanya berkenalan dan Ibi ‘nebeng’ itinerary-nya Audy. Lanjutannya, bisa ditebak sendiri lah ya, hehehe.

Surprisingly, saya suka karakter Ibi. Karakter Ibi sebetulnya rada ‘melenceng’ dari stereotipikal cowok-cowok di novel romance. Kenapa melenceng? Karena biasanya kan kalau novel romance, karakter cowoknya nggak jauh-jauh dari yang cool, cenderung bossy, atau playboy sejati sekalian. Tapi kemelencengan inilah yang membuat saya suka sama Ibi. Boyish, sedikit impulsif, helpful, dan masa lalunya menyenangkan untuk diikuti. Habis ini jadi kepingin nyari karya-karya Mahir, deh.

Untuk karakter Audy sendiri, jujur lebih mudah ditebak. Mirip sama Edyta di FTTS, nggak sih? Hmm, gimana ya, saya sebetulnya merasa tulisan Nina nggak seperti yang biasanya. Kurang ciri khasnya. Dan sebetulnya saya kurang suka dengan munculnya karakter-karakter dari Restart dan serial Stuck – Meet Cute. Entahlah, rasanya dunia buatan Nina Ardianti terlalu ‘sesak’ dengan orang yang itu-itu aja. Anehnya, mereka nggak mengenal satu sama lain, meskipun hubungannya lumayan dekat.

Untuk ceritanya, manis dan fluffy banget ya!


Tapi novel ini filmis banget sih, moga-moga ada PH yang mau mengangkatnya jadi film layar lebar :)
Profile Image for Viva Anggadita.
19 reviews9 followers
July 13, 2015
Hello, Mba Nina & Bang Mahir. Thank you soooo much for writing this romance book for your ‘delusional’ fans.
OK. Review. Speechless. YAY! FINALLY! Setelah dibikin penasaran berbulan-bulan, akhirnya novelnya terbit juga. 5 STARS for this SUNSET HOLIDAY. Kesan pertama setelah kelar baca novel ini: MENGGEMASKAN & PUAS. Mba Nina & Bang Mahir berhasil membuat aku delusional melalui tulisan mereka ini. (Ini Mba Nina sama Bang Mahir pas nulis, pake acara cubit-cubit gemes kayak Audy-Ibi juga nggak ya? Hahahaha. )
Kalo kalian ngikutin & stalking twitter Mba Nina & Bang Mahir, kalian akan dapet feeling, kalo novel ini tuh ya kayak percakapan Mba Nina & Bang Mahir aja. Hahahaha. (Ampuuun aku sotoy.)
“We are all strangers until we meet.” SUNSET HOLIDAY ini bercerita tentang Audy Astrawinata, a lawyer, yang impulsive pergi Eurotrip sendirian, yang kemudian tanpa disangka ketemu sama Ibi Taulani, the beautiful stranger, seorang mahasiswa S2, yang baik hati dan sekaligus misterius. Percakapan antara Audy & Ibi ini berasa NYATAAA banget. ASEELLIIIK. Kita tuh berasa kayak dibawa ikutan keliling Eropa sama petualangan mereka. (Saat aku membaca ini, aku berasa lagi ikutan petualangan sama mereka keliling Eropa, saking emosional & terhanyut dalam suasana.) Menurut aku, pertemuan antara Audy & Ibi ini bisa dibilang meet cute. Chemistry mereka kuat. Yaaa, kira-kira kayak Victoria Nasution ketemu Ilham Fauzi kali ya. Hehehe.
Audy Astrawinata ini cewek yang: witty, sarcastic, stunning, quirky, well-educated, sedikit polos, perpaduan antara Edyta & Syiana. (Inget Edyta Fauzi di ‘Fly to The Sky’ & Syiana Alamsjah di ‘Restart’ kan? Nah, Audy ini sifatnya ya gitu, sebelas dua belas sama Edyta, tapi ada sedikit sifat Syiana-nya juga sih.)
Ibrahim Taulani, dipanggil Ibi. Menurut daya tangkap otakku yang kapasitasnya terbatas ini, sifatnya sedikit mirip sama Fedrian Arsjad. Nyebelin, nyenengin, jail, lucu, misterius, semua jadi satu, yang paling menonjol sih dia kayaknya GILA BOLA. Ada sesuatu dalam diri Ibi yang belom diungkapkan ke Audy. Apa itu? Baca aja sendiri ya di Sunset Holiday. Hahahaha. 
Hebatnya, Mba Nina & Bang Mahir bisa bikin aku nangis terharu dan nangis sedih, pada tempatnya. Contohnya: waktu Ibi melakukan hal romantis buat Audy, aku ikutan emosional, seneng, nangis terharu. Saat Audy nanya tentang masa lalu Ibi, aku nangis emosional sedih. Ya gitu deh kira-kira.
Salah satu bagian favorit di novel ini adalah: DAY 11– VENEZIA. Kenapa? Karena di bagian ini, Audy dan Ibi ketemu sama Syiana & Fedrian. (Gilaaak nih, auranya Syiana-Fedrian emang bikin orang nggak bisa move on dari ‘Restart’, masih kerasa sampe sekarang. Hahahaha. Teteeeeeppp ya. ) Audy belom tau aja kalo Syiana itu temen sekantor abangnya sendiri, Aulia. Daaaan Audy belom tau juga kalo Kemal itu emang abangnya Fedrian. Aku selalu suka novel yang hero-heroin dan cameo-nya related. Mba Nina & Bang Mahir berhasil membuat itu. I love you, guys. Well done!
Anyway, ini review kayaknya udah nggak terstruktur deh ya? Terlalu banyak yang ingin disampaikan, jadinya blank mau ngomong apa. Ya pokoknya intinya begitu deh ya, readers. Kalo penasaran & gemes, baca aja sendiri, kalian pasti ikut-ikutan gemes. Gemes pengen nyubit Mba Nina & Bang Mahir. Hahahahaha. Kalo kalian fans berat-nya Nina Ardianti & Mahir Pradana, kalian pasti sukaaaa.
Novel ini bukan novel duet seperti yang sudah pernah GagasMedia terbitkan sebelumnya. Ini adalah novel satu kesatuan, cuman yang nulisnya 2 orang. Jadi nggak usah khawatir, novel ini tidak mengecewakan sama sekali. Makanya buruan beli, dan baca sendiri ya. Grab it fast! Kalo mau yang edisi tandatangan Bang Mahir & Mba Nina, bisa pesen tuh ke Bang Mahir, di website: mahir-pradana.com
Mba Nina, sukses & lancar sekolahnya ya, Mba. Trus balik ke Indonesia lagi, trus novel Emma-Kemal cepet kelar, cepet terbit. Hahahaha. Teteeeuup.
Bang Mahir, ditunggu novel selanjutnya ya, Bang.
Profile Image for Nidos.
300 reviews77 followers
January 7, 2016
One, this kind of 'Before Sunrise' formula never fails me. Two, the two protaginists got each own point of view to roll the story--nothing to worry about my opinion towards it (LOVED IT!). Three, it's always lovely to find things I like in my reads. Here, Ibrahimovic and Bareilles succesfully rose my smiles.

What I like about this kinda writing is that it could keep me up all night on weekdays. Lately, it’s getting harder for me to finish cover to cover in a sit or two--not even for two last Sophie Kinsellas. 'Sunset Holiday' might be merely romance, fluffy and sweet that might as well make us die sooner due to delusion, but to me--especially to me--it’s the way the author(s) sew their sentences that mostly counts. I’m not into heavy nor sugar-coated words, and this book suits me just right.

But no, I didn't climax. All went way too smooth. Realistic? Yes, I like the ending more than I like it in 'Restart', but maybe a lil more conflict would sell. And the wordings are not quite memorable, I guess.

After this, maybe Nina needs new traits of personality for heroine in her upcoming novel(s). Switching her bureau from bank to law firm doesn't seem like enough.

And I'm so gonna read 'Rhapsody'. I love Mamak!

Well, questions:



Ps: Si vous lisez ce poste, monde est un nom masculin--je vous ai dit, non? ;)
Profile Image for Ade Putra Habibi.
13 reviews3 followers
July 12, 2015
Review Singkat :
Novel ini bercerita tentang seorang wanita bernama Audy, adiknya Aulia. (Iya, Aulia di novel Restart mbak Nina itu lo) Yang berkelana ke eropa sendirian dengan tujuan menghilangkan kegalauannya pasca putus dari sang pacar. Ketika sampai di Paris, dia tidak sengaja bertemu dengan jurnalis lepas asal Indonesia yang bernama Ibi. Yang kebetulan ada tugas meliput wawancara di Paris.
Kebersamaan singkat di Paris, membuat Ibi ingin mengenal Audy lebih jauh. Dan setelah itu ia memutuskan untuk ikut berkelana dan masuk lebih jauh ke itinerary Audy. Dan dimulailah perjalanan tak terlupakan oleh mereka berdua di dataran Eropa...

==================================================

Terakhir kali aku baca novel Restart mbak nina dan Here After dari Mas Mahir, sejak itu pula aku sudah ngefans dengan tulisan mereka. Dan ketika tahu mereka mau meluncurkan novel baru, bahkan dengan duet, aku langsung saja pesan online buku mereka ini.
Pertama kali baca halaman pengantar, kaget banget kalau ternyata mereka berdua sudah pacaran. Seriously? Atau akunya aja yang ketinggalan berita ya? Hehe. Pasti enak banget bisa nulis berdua bareng pacar. Menekuni hobi yang sama berdua saja. Damn, i'm envy with both of you!

Uhuk, kembali ke topik. Awal ekspektasi terhadap buku ini, aku agak penasaran dengan ending dari bukunya itu sendiri. Secara saya tahu kalau mereka berdua punya direction yang berbeda dalam hal ending. Mas Mahir dengan plot twist ending dan Mbak Nina dengan happy endingnya. Dan bertanya-tanya, siapa yang lebih mendominasi bagian endingnya. Dan ternyata endingnya... *sebagian teks hilang. Ajaibnya, ceritanya mengalir begitu saja. Padahal ini ditulis dua orang dari sudut pandang yang berbeda kan ya? Salut deh. Walaupun awal-awal cerita ada kekagokan penyatuan sudut pandang, ketika pertengahan entah kenapa mengalir begitu saja.

Tapi kalau dilihat secara obyektif, gaya penulisan Mas Mahir kali ini sangat terpengaruh mbak Nina ya? Entah perasaanku saja atau gimana. Banyak selipan2 tulisan khas Mbak Nina yang terselip di sudut pandang si Ibi pemeran utama prianya. Menurutku ini bagus sih, karena itu artinya tulisan mereka berdua bisa "kawin" dengan sangat bagus.

Mengenai jalan ceritanya sendiri, aku merasa kayak melihat perjalanan kisahnya Mbak Nina dan Mas Mahir sendiri. Berasa kayak gaya pacarannya mereka yang dituang ke dalam sebuah buku. *Uhuk. Dan aku yakin, di kehidupan nyatanya kalian juga seperti itu kan? Haha.

Di dalam novel ini juga banyak sekali nama2 lama yang bermunculan. Selain Aulia, ada Ilham-victoria yang disebutkan sekilas. Ada juga Syiana-Ian yang sedang bulan madu di roma. So much nostalgic in one book.

Eropa itu sendiri sudah jadi daftar tempat impian saya yang akan saya kunjungi nanti. Jerman, Munich, Barcelona, Inggris. Surga bagi pecinta sepak bola, dan gudangnya tempat wisata. Apalagi daftar pertama yang masuk list saya adalah Venezia dan Roma. Senang banget kota tersebut bisa diceritakan di novel ini. Semenjak dua kota tersebut muncul di novelnya Mas Dan Brown - Inferno dan Angel & Demon, saya bercita-cita bisa mengunjungi tempat tersebut suatu saat nanti. Dan dengan novel ini saya berasa bisa berkelana ke sana walaupun cuma sebatas imajinasi. Oh ya, sejak diceritakannya Praha di novel ini, saya menempatkan Praha di urutan ketiga daftar saya lo, terima kasih referensinya! :D

Sayang banget, ada satu hal kekurangan dari buku ini.. Pemilihan nama Audy! Saya gak habis pikir orang tua mana yang tega-teganya memberikan semua anaknya dengan nama berawalan "A"? Aulia, Aidan, Audy, Aiza! Saya sendiri juga berawalan "A" makanya saya tahu betul suka dukanya anak berawalan A. Orang yang pertama kali jadi sasaran guru untuk mengerjakan tugas sulit di papan? Orang yang pertama kali jadi tumbal tugas praktek oleh teman-teman? Orang yang duduk di deretan depan ketika ujian? Hhh so much trouble for being "A" one. Untunglah semenjak kuliah semua hal tersebut berubah. Karena daftar absen kuliah diurut by NIM, haha. Yah saya tahu ini pendapat pribadi sih, nggak akan mengurangi esensi cerita di novel ini kok. Percayalah

I really enjoyed so much when reading this book. Karena saya juga punya mantan seperti Audy. Dan jujur, tipe cewek seperti itu sangat membuat hari-hari berwarna dengan tingkah dan kepolosan perkataannya. Saya juga bisa maklum ketika si Ibi bisa gemas dan ingit nyubit pipi si Audy tiap melihat tingkah konyolnya itu. Haha berasa nostalgia. Sayangnya tidak seperti novel ini. Karena satu perbedaan besar yang tidak bisa kami rubah, kami terpaksa pisah dan mengakhiri hubungan kami. (T_T) *nangis di pojokan
Saat ini saya masih dalam pencarian untuk menggantikan cewek tersebut. Sangat-sangat susah menemukan cewek dengan tipe seperti ini. Kebanyakan cewek yang saya temui kalau gak terlalu pendiam, ya punya selera humor yang payah dan ada juga yang matrenya naudzubilah.
Tapi saya berharap dan berdoa tentunya agar bisa dipertemukan kembali dengan tipe cewek seperti itu. Semoga saja ya!

Terima kasih banyak atas novelnya ya Mbak Nina dan Mas Mahir! Sedikit banyak bisa mengobati kekangenan akan karya2 kalian. Dan berharap karya selanjutnya juga bisa muncul dalam waktu dekat ini. Hehe
Profile Image for Fitriii.
54 reviews3 followers
August 6, 2015
Kalau boleh memilih diantara novel duet ka Nina sebelumnya atau ini, saya sedikittt lebih suka konsep duet yg di FTTS. Jelas beda memang, kalau di FTTS kan tokoh utamanya ketemu sebentar diawal kemudian berpencar. Lain dg Sunset Holiday mah yg sepanjang jalannya cerita tokoh utamanya hampir selalu berinteraksi, bakal setebal apa kalau SH dibuatnya macam di FTTS? piiit pit!

Tapi nggak tau kenapa kalau di FTTS seolah rasa penasarannya tuh beda. Kira-kira akan seperti apa cerita yg sedang dibaca dari sudut pandang Edyta (heroine di FTTS) nantinya ketika membaca sudut pandang si Pilot? Dan ketauan jelas yg lagi cerita Edyta atau abang Pilot. Nah, di SH meskipun udah dibedain font-nya, beberapa kali saya masih suka 'eh, ini partnya Audy ternyata' atau 'lho, ini Ibi ternyata yg lagi cerita'. Mungkin sayanya aja yg 'terlalu terhanyut' sama ceritanya. Alhamdulillaah nggak sampai mengurangi keseruan petualangannya Audy dan Ibi keliling Eropa.

Saya bukan pembaca yg detail menemukan typo atau kesalahan informasi atau kesalahan apapun dlm novel yg saya baca. Kalaupun sempat menemukan, saya cepat melupakan. Pelupa lah intinya, sekaligus penikmat lagu Bondan & Fade2Black, Ya sudahlah. Tapi kalau boleh ikut kasih tau (mungkin sebenernya udah tau sih), beberapa typo lebih banyak di bagian Ibi kayaknya. *maafkalausotoy*

Secara keseluruhan sih jelas saya tetap suka cerita Sunset Holiday ini. Apalagi HAPPY ENDING, manis dan segarrr kayak es jus alpukat. Abaikan perumpamaan barusan.

Ada yg bilang kalau banyak tokoh dari novel - novel karya ka Nina / ka Mahir sebelumnya nongol lagi di Sunset Holiday ini, lalu merasa agak 'terganggu'. Pendapat & selera kan nggak ada rumus pastinya, penulis nggak mungkin bisa memuaskan selera semua pembacanya, jadi ya terserah. Terserah yg bikin cerita maunya apa, dan terserah yg baca mau komentar apa.

Tapi saya yakin kalau saya bukan satu-satunya pembaca yang justru amat sangat menantikan kehadiran tokoh-tokoh itu. Iya kan, ya??! Kayaknya sih iya. Apa lagi pas si Artis muncul, kyaaaaa! Berasa ketemu teman lama (lho?!). Sayangnya yg lagi dinas di Cepu cuma disebut namanya aja, nggak lewat depan kamera (kalau di filmkan).

Karena kedua penulisnya di dunia nyata emang menjalin hubungan dekat, pembaca (saya misalnya) pasti banyak menduga-duga kejadian mana yg sepertinya benar-benar dialami penulis atau bagian mana yg seolah merepresentasikan sosok mereka dikehidupan nyata. Ribet banget ya mau komentarin buku aja teh, euleuh euleuh.. Ya sudahlah, buku ini pantas dikoleksi & dibaca pokoknya mah.

Kesimpulannya, Audy doyan nyubit Ibi; dan Ibi demen banget ngacak-ngacak rambutnya Audy. *pembaca gagal fokus*
Ka Nina, bikin serial di blog lagi doooong.. Tentang Aidan gitu? Atau Aulia. Eh, kabarnya Emma gimana ka? Attar? Tuh kan kalau udah baca novelnya ka Nina ngelanturnya kejauhan.. ;)
Profile Image for MAILA.
481 reviews121 followers
March 6, 2017
6 bintang!
AKU JUGA MAU COWOK KAYAK IBI INI DOOOOOONNNNNGGGG! XD

well, karena saya belum pernah nonton before sunset dan before sunrise, jadi pas baca ini saya ingetnya sama filmya Osamu mukai yang I have to buy new shoes. soalnya itu ceritanya ttg strangers yang gak sengaja ketemu di Paris dan saling jatuh cinta gitu juga. cuma bedanya di film itu set lokasinya hanya di Paris aja tok. kalau buku ini nggak

***

ceritanya manis bangeeet. bahasa yang dipakai ringan, dan saya suka banget gaya tulisan mbak Nina. soalnya mirip2 tulisan saya gitu. suka pakai huruf kapital semua untuk menjelaskan suatu feeling atau perasaan kayak contoh. IYA, RANGGA YANG SENYUMNYA MANIS ITU. gitu2 wqwq.
gaya tulisan mas Maher juga enak banget. ini pertama kalinya saya baca dan duh, enak aja gitu. benar2 duet yang keren karena saling melengkapi dan saya sebagai pembaca seperti benar2 bisa masuk ke dalam pikiran tokoh laki2 dan perempuannya dengan baik.

sebenarnya ada beberapa hal yang agak ganggu saya di buku ini. misal Audy yang bepergian bawa koper. di awal2 ini perihal koper disinggung banget. merepotkan, bikin susah jalan dll. tapi kok seiring berjalannya waktu cerita bawa2 kopernya kayak hilang dan soal belanja banyak oleh yang harusnya makin bikin bawaan tambah banyak juga hilang dan mereka kayak bisa bebas jalan2 kemana aja bahkan sampai lari2an gitu. aneh

trus saya juga agak keganggu dengan kebiasaan Audy yang suka nyubit2 si ibi ini. EEEH INI SEBENERNYA SAYA CEMBURU SIH HH. hh nggak nggak, boong wqwq. saya beneran keganggu sama kebiasaan ini. saya memang tau dan pernah membaca kalau dalam ilmu psikologi, pada beberapa orang, ada suatu kebiasaan kalau kita jatuh cinta, kita jadi mau terus2an melakukan kontak fisik dengan si dia mlulu.

TAPI GAK YA NYUBIT TERUS2AN DONG BROOOO

''iiih itu lucu ya''
''lucuan juga kamu''
*cubit*

''ih ini kuahnya pedes banget''
''pedesan juga kamu''
*cubit*

tiap audy selesai nyubit ya, saya langsung refleks megang tangan saya karena saya merasa seperti dicubit juga gitu. hhh

saya juga kurang suka adegan Ibi nyubit2 pipi Audy ini sebab WOEEE BIKIN PENGEEEN T_T, bikin sedih juga sih sejak kurus pipi saya dah gak tembam lagi, tiap dicubit malah sakit :'(

ELAH NGAPA MALAH JADI CURHAT,

TAPI SAYA MAAFKAN KESALAHAN DAN KEJANGGALAN ITU

soalnya sukaaa

***

karena mas maher-eh Ibi sempat memasukkan referensi film Eiffel i'm in love di buku ini dalam sebuah percakapan, yang awalnya saya membayangkan mbak audy-nya itu mbak Nina, malah berganti jadi shandy Aulia seperti di film itu wqwq. habisnya pas sih, sifatnya Audy itu sedikit mirip sama Tita di film itu yang agak manja tapi pengen nunjukin sifat mandiri gitu. duh asli dah saya suka banget sama Audy. gemes sendiri aja gitu wqwq

saya membaca buku ini setelah selesai membaca TAoL-nya ika natassa. dan saya kayak bisa mengambil kesimpulan khusus apa yang membedakan kedua buku itu. kedua buku ini sama2 bercerita tentang stranger yang kemudian saling kenal di suatu tempat baru ya. tapi di buku mbak ika, dia kayak terlalu fokus untuk menceritakan NY. perasaan dan apa yang dipikirkan si tokohnya kurang di eksplor. percakapan dan dialog antar tokoh juga kurang dan malah sibuk mengambil sudut pandang orang ketiga yang sibuk menjelaskan. kita jadi sulit mengenal dan jatuh cinta sama tokohnya dengan baik.

kalau di buku ini beda. percakapan antar tokohnya banyak dan obrolannya juga bikin gemas (ih ngeselin banget sih w pengen punya temen ngobrol gitu hh T_T) sehingga kita bisa menilai sifat dan karakter tokoh tidak hanya berdasarkan deskripsi kelakuan tapi juga dari dialog. kita jadi mudah jatuh cinta dengan mereka. feel dapet.
meski begitu, deskripsi set lokasinya juga gak kalah ok dan menurut saya lumayan lengkap padahal set lokasinya banyak banget. jadi ya kita bisa jatuh cinta dengan semua aspek dalam buku ini dengan baik. ya tokohnya, ya set lokasinya, ya jalan ceritanya.

contoh percakapan yang saya suka dan bikin jatuh cinta,

''kenapa diam aja disitu?''
''you're stranger!'' kata cewek itu sambil berteriak sambil bersiap memegang tali tasnya seperti mau lari.
''ya terus?'' aku bertanya balik nggak ngerti maksudnya apa. cewek itu terdiam tidak bergerak di tempatnya. sambil menghela napas, akhirnya aku menghampiri dia lalu mengulurkan tangan ''hai, aku ibi''

(pause) (ini kalau saya mengalami kejadian di dunia nyata seperti ini mungkin bakal ngakak wqwq)

poin menarik lain yang saya suka dari cerita ini tuh dibagian adegan romantis. kayak yang abis adegan ciuman. biasanya kan kalau di cerita2 abis ciuman gitu trus tiap tokohnya ketemu atau berinteraksi lagi malah jadi awkward gitu ya trus biasanya nanti ada adegan si cowok/cewek merenung sendiri mbayangin ciumannya itu dan malu sendiri karena pengen ngulang lagi. atau mungkin ada juga setelah adegan ciuman, mereka malah saling diam dan seolah2 melupakan kejadian tersebut. kalau di buku ini nggak.

mereka tetap bisa bersikap seperti apa adanya, gak terganggu dan mikirin yg macem2 gitu seolah2 ya yaudah. ciuman kan termasuk salah satu mengungkapkan perasaan. ya yaudah.
jadi mereka tetap bisa menikmati hari2 selanjutnya gitu. suka deh sama bagian ini. mereka gak lantas jadi saling baper gitu ya walaupun pas menjelang perpisahan jadi baper sih.

dan ah! saya juga setuju kalau kakak2nya audy ini dibikin juga cerita dan kisah hidupnya! penasaran!
baru sadar juga kayaknya semua tokoh yang ditulis mbak Nina ini selalu berawalan dengan huruf A ya? (kesukaan saya selain audy ini ya Adrianna di serial glam girls, Adrianna Fernandhita Fauzi adalah nama terkeren yang saya temukan dalam sebuah buku!!11111!!!)
dan aaaah! saya juga suka dengan kemunculan Syana dan Ian (tokoh dari novel Restart) di buku iniii!
sumpah, saya juga ikutan seneng dan ber kyaaa kyaaa sendiri pas Audy ketemu sama Ian xD

oiya, saya agak sedikit ngakak dan terganggu juga sama nama teman Ibi yang dari Jepang. akira dan Akemi. namanya terlalu aneh wqwq

apalagi ya,
oooh, di buku ini juga banyak cuplikan2 lirik gitu (kayaknya dari mas maher karena muncul tiap adegan ibi mulai beraksi). dan kemarin saya sempat donlot dan denger beberapa dan lumayan suka juga hehe.

trus pas selesai baca ini tuh saya kayak merasa mirip Ibi. hidup masih tidak jelas banget gak tau mau ngapain. jadi inget kata2 didot (temannya ibi).
''you need a girlfriend to make your life more organized, more motivated and more...meaningful''

benarkah?

heu, jadi inget mantan terakhir saya juga sih soalnya dia juga jadi ''tau'' dan merumuskan dengan pasti gitu tujuan masa depannya pas kenal sama saya (yang sayangnya ketika semuanya sudah bisa ia selesaikan, kita sudah gak lagi bersama, cry)

pas baca ini juga jadi inget rangga yang dari segi sifat kayak mirip audy. sudah tau dengan masa depannya dengan pasti. (bedanya, rangga-nya saya anak rantau, kalau audy kan anak rumahan) (rangga siapa dah????!!)

selesai baca ini, selain jadi baper pengen mengalami yang seperti ini, saya juga jadi depresi mikirin masa depan. iri melihat audy yang semangat mengejar beasiswa juga sama ibi yang semangat melakukan apa yang dia sukai tetapi tidak lupa dengan tanggung jawab.

haaaahhhhh, punya pacar ya...

dan oh, satu hal lain yang agak ganggu saya adalah endingnya. kurang nendang.

TAPI TERMAAFKAN KOK

kutipan kesukaan saya...hm, yang benar2 saya ingat kayaknya ini.

''mungkin ini alasannya aku dipertemukan dengan Audy. supaya aku bisa menjadi dewasa dengan lebih cepat''

pas selesai baca itu saya langsung diam, bengong, nutup bukunya, duduk tegak, nyalain hp, gatau mau apa, matiin lagi, tiduran, diem, bangun, ke wc, buang air besar, keluar, bengong, nyalain hp, bengong lagi, trus tiba2 nangis,

saya selalu percaya bahwa, suatu hari nanti pun pasti kita akan mengenal seseorang yang bisa menyadarkanmu dengan baik perihal hidup, kedewasaan dan tanggung jawab. dan orang ini gak mlulu akan berhubungan dengan jodoh karena bisa saja orang ini pedagang asongan yang sering lewat tiap sore depan rumah. pertanyaannya, sudahkah saya menemukan seperti yang dialami Ibi?

dan ya, meskipun agak seram, tapi buku ini juga semakin meyakinkan saya bahwa sebenarnya orang baik di bumi ini itu ada dan tidak semua orang asing itu menakutkan. tapi saya juga gak lantas menggilai buku ini dan nantinya akan mempercayai mentah2 semua stranger yang saya kenal sih wqwq

intinya, seperti yang menjadi tag buku ini, We are all strangers until we meet. dan meskipun gak semua stranger akan menjadi ''seseorang'' dalam hidup kita karena suatu hari nanti pasti akan ada 1-2 orang yang akan menjadi stranger lagi, tapi kita harus tetap meyakini dan percaya bahwa tidak ada satu pertemuan dengan siapa pun yang sia-sia. semua orang akan membawa cerita dan warna sendiri di hidup kita.

sukaaa!
jadi penasaran mau baca semua karya mbak Nina dan mas maher juga!
aaak, terima kasih karena telah menulis buku ini mbak Nina! xD


DITUNGGU BUKU BARUNYA YAAAA
Profile Image for Marina Lee.
65 reviews26 followers
August 2, 2015
Hmm, Sunset Holiday.

Sebagai salah satu pecinta tulisan Nina Ardianti, gue excited banget waktu mendengar kabar kalo Nina akan mengeluarkan novel baru! Tapi gue baru tahu bahwa novel ini bakalan ditulis berdua. Alias karya duet.

Nggak, bukan skeptis sih. Tapi nggak tau kenapa pengalaman membaca karya duet biasanya nggak berjalan mulus. Biasanya gue bakalan (entah sadar atau nggak sadar) membandingkan kedua penulisnya. Dan di novel ini, lagi-lagi yaa... gitu deh, hehehe.

Ibi dan Audy -- dua tokoh utama di Sunset Holiday. Ibi ditulis oleh Mahir Pradana (yang mana sebetulnya gue belum pernah baca karyanya Mahir), dan Audy yang ditulis oleh Nina Ardianti (yang mana gue suka banget sama tulisannya!). Baca perjalanan Ibi dan Audy ini kayak diajak jalan-jalan ke Eropa bersama Mahir dan Nina. Both literally and figuratively. If you know what I mean.

Tapi ajaibnya, gue lebih suka sama bagian Ibi daripada Audy. Whew.

Iya sik, harusnya gue nggak nilai novel ini secara keseluruhan, bukan perbagian (yeah, sue me). Tapi karakter Ibi ini ... lucuk! Selain namanya unik, gue juga suka dengan background story-nya. Sementara untuk karakter Audy sendiri, gue nggak bisa nggak ngebandingin sama Edyta yang juga polos, dari keluarga overprotektif, dan kecablakannya. Nggak tau sik, mungkin Nina Ardianti belum berani membuat karakter baru yang diluar pakem yang biasanya?

Konfliknya nggak meledak kayak yang gue sangka. Lebih ke perkembangan karakternya kalo menurut gue. Tetep menarik untuk dibaca, tapi sebagai pecinta drama sebetulnya gue lebih mengharapkan drama, hihihi.

Jadi, 3.5 bintang. Dan kayaknya abis ini gue harus nyari novel novelnya Mahir!

Ps.
Mungkin abis ini gue bakalan diprotes fans Nina. Tapi gue nggak terlalu suka sama kehadiran Kemal, Victoria, Syiana, Ian, dan Aulia. Maybe it’s just me, tapi gimana yak, gue menantikan karakter baru (dengan kepribadian baru pula) di novel Nina selanjutnya. Hahaha.

Pps.
Karakter favorit gue adalah Emaknya si Baim.
Profile Image for Gloria.
87 reviews13 followers
October 29, 2015
Rasa-rasanya ini novel pertama soal dua orang asing yang bertemu saat liburan yang pernah saya baca. Plotnya menarik. Baca buku ini saya jadi ingat interviewnya George Ezra soal album Wanted On Voyage yang dia tulis di mana dia terinspirasi dari perjalanannya trip keliling Eropa... dengan Budapest, Barcelona, dan Amsterdamnya. It is true that it only takes one book to travel many places. Places you've never visited before.

This book is filled with many stories to tell with its ups and downs. Giving you the description what was it like to travel half way around the world with itinerary in your hand and carpe diem on your mind.

Tidak seperti di novel duet lain yang pernah saya baca, gaya menulis keduanya tidak jauh berbeda. Jadi rasanya seperti membaca tulisan dari satu penulis. Meskipun saya menemukan satu bagian yang membuat saya tersadar bahwa menulis duet itu sesungguhnya cukup tricky. Hal ini dikarenakan penulis lain dapat secara tidak langsung membentuk karakter yang diceritakan penulis lainnya. Berbeda dengan novel yang dibuat oleh satu penulis, tetapi menggunakan POV tokoh yang berbeda-beda.

Saya suka bagaimana kedua penulis menggunakan font yang berbeda, seperti memberi ciri khas pada karakter yang mereka buat, selain tentunya dari penggambaran karakter lewat cerita itu sendiri. Dalam hal typo, saya menemukannya di beberapa halaman: 151, 173, 204, 319, 325, dan 331. Tentu saya bisa salah lihat. Mungkin yang saya kira typo ternyata bukan typo, jadi ada baiknya kalau direcheck kembali.

Sedangkan untuk catatan penerbit (jika memang penerbitnya membaca review dari pembaca), maka buku yang saya terima memiliki defect (robek di bagian tengah di salah satu halamannya dan tulisannya sedikit pudar di dua halaman). Tentu saya akan menukarnya dengan yang tidak defect. Semoga invoicenya masih ada. Fingers crossed.

Akhir ceritanya sudah bisa saya prediksi, tapi tetap saja cute ketika dibaca.

Overall: Entertaining and recommended for those of you who like traveling stories.
Profile Image for Titi Sanaria.
202 reviews37 followers
August 20, 2015
Akhirnya kelar juga dengan buku ini. Awalnya agak kurang sreg krn (lagi-lagi) settingnya luar. Tapi Nama Nina Ardianti bikin nyerah. Setelah jatuh sejatuh2nya pada Ferdian di Restart, kayaknya sulit melewatkan buku baru dia. Meski duet dan blm pernah baca buku Mahir, aku yakin, setidaknya penuturannya tetap sememikat Fly to the sky yg duet juga.
So, I read the book and guess what? Aku menarik ucapanku tentang emoh baca setting luar oleh penulis lokal dengan sukarela dan ikhlas, karena penggambaran lokasi di buku ini sangat mendetail dan tak mungkin dilakukan oleh seseorang yang belum pernah ke negara2 tersebut.
Ide ceritanya tidak terlalu istimewa. Tentang seorang wanita impulsif yang tiba2 memutuskan untuk melakukan Eurotrip seorang diri. Si wanita, Audy, kemudian bertemu dengan pria Indonesia yang memutuskan menjadi mahasiswa abadi dan hidup dari freelance dgn menjadi peliput pertandingan sepakbola.
Audy, si gadis dan Ibi aka Baim alias Ibrahim kemudian bertualang berdua mengelilingi Eropa. Dari sepasang orang asing kemudian menjadi lebih dekat ketimbang sahabat. pertanyaannya, apa perasaan manis yang kemudian tumbuh di antara mereka hanya bisa berumur dua minggu sesuai jadwal perjalanan Audy?
pesan dalam buku ini (mungkin) adalah, waktu bukanlah unsur penting untuk jatuh cinta. kita hanya perlu menemukan orang yang tepat, nyaman dan terbiasa untuk merasakan debaran itu.
Sudah kubilang tadi jika temanya biasa, kan? Beberapa film maker Hollywood bahkan sudah pernah mengangkatnya di layar perak namun cara Nina dan Mahir mengolah cerita ini (lengkap dgn kelucuan khas Nina yg tidak pernah gagal bikin ketawa), ini bacaan yang menyenangkan. Can't wait to her next project.....
Profile Image for Halida Hanun.
325 reviews13 followers
August 10, 2015
benar-benar menikmati perjalanan Audy dan Ibi. setiap pindah kota, saya selalu mengambil jeda untuk lanjut ke kota berikutnya. bukan, bukan karena merasa bosan. tapi karena ingin meresapi dan nggak ingin pindah tempat. sama mungkin rasanya dengan yang audy dan ibi atau para traveler rasakan, enggan pindah ke tempat lain karena masih ingin mengeksplor atau bahkan jatuh cinta dengan tempat yang sedang disinggahi. setiap tempat dan kota dideskripsikan dengan baik. hingga membuat saya jadi ingin melakukan eurotrip juga!

review selengkapnya:
http://halidahanun.blogspot.com/2015/...
Profile Image for Yuli Pritania.
Author 24 books286 followers
October 2, 2016
Ini novel pertama yang saya baca dari kedua pengarang. Bagus, tapi nggak wow. Saya menikmati kisah perjalanan mereka dan romansanya. Tapi, menurut selera saya, ending-nya melempem. Bukan jenis ending yang saya suka. Malah bikin kekerenan Ibi-nya berkurang di mata saya. Kejutannya terlalu apa ya... biasa.

Tapi buat novel travelling ini oke. Banyak informasi, tapi nggak kebanyakan, jadi nggak berasa baca buku teks.
Profile Image for Dian Maya.
194 reviews12 followers
July 28, 2015
Kalau mau menyimpulkan Sunset Holiday dalam 5 kata, menurut saya:
lucu, konyol, segar, keren, dan manis
adalah kata-kata yang paling mewakili.

Berbeda dengan sebagian pembaca lain yang (katanya) kurang menikmati tulisan duet ini, saya justru suka dengan kolaborasi kisah perjalanan Audy dan Ibi. Entah ya, rasanya lucu sih membaca polah si Audy ―yang mengaku 26 tahun ini― bertingkah seperti anak umur 16 tahun. Tapi kemudian dia beruntung karena ketemu teman seperjalanan yang menyenangkan dan kece macam Ibi, jadi dia bisa datengin landmark setiap kota sekaligus dapetin tempat-tempat makan yang enak dengan harga miring, plus dapet foto-foto bagus karena berhasil mendaulat Ibi menjadi fotografer dadakannya. Kurang beruntung apa coba si Audy ini? Cuma di dalam novel atau film sih hal kayak gini bisa kejadian. Di dunia nyata? BIG NO!

Saking menikmatinya perjalanan Audy dan Ibi, setengah buku semuanya masih mengalir indah, sampai ketika satu per satu konflik bermunculan. Voila!
Saya salut sama Audy yang (akhirnya) menunjukkan sikap dewasa ketika dihadapkan dengan konflik. Dan saya gemes sama Ibi yang (sok) misterius. Hahaha. Yah, meskipun harus mengakui ending yang klise rasanya sudah tertebak dari awal, tapi itu tidak menyurutkan semangat saya menuntaskannya. Sudah kepalang hanyut sama ups and downs arus perjalanan loverbirds ini.

Hal lain yang saya senangi karena unsur kekeluargaan kental sekali dalam cerita ini. Audy yang jauh dari rumah kelihatan banget hubungan eratnya sama si Mama. Hampir tiap jam ditelponin. Mereka berdua sama-sama drama queen ternyata. Like mother, like daughter. Dan oh ya, itu abangnya bikin ngiri. Mau dong punya abang kayak si Aidan yang walaupun marah-marah karena kecerobohan adiknya, tapi tetep dibantuin. If only I had older brother, my life would be so much easier like Audy’s!

Jadi kalo ditanya suka atau tidak dengan novel ini, dengan mantap saya akan menjawab: SUKA SEKALI. Dan merupakan suatu kesenangan bisa menikmati tulisan duet Nina Ardianti dan Mahir Pradana di libur panjang lebaran kemarin. Secara ya menunggu buku ini terbit feels like forever. Jadi begitu buku ini sudah di genggaman, saya langsung melahap habis. Oh iya, saya juga mendapatkan cetakan pertama loh. Yeay! Jarang-jarang loh saya bisa dapetin novel cetakan pertama. Meskipun tanpa tanda tangan sih. Nah, untuk pembaca di luar sana, pokoknya kalo jalan ke toko buku dan menemukan novel ini di rak buku, jangan ragulah untuk mencomot dan membawa ke kasir. Pokoknya ini worth-paying. Hehehe
Profile Image for Dhani.
257 reviews17 followers
January 17, 2016
Berawal dari sebuah " kebetulan". Audy yang ketinggalan keretanya ke Brussel dan Iby yang harus mengejar wawancara dengan seorang bintang sepakbola dunia, akhirnya mereka bertemu di pelataran menara Eiffel di Paris. Iby membantu Audy yang akan " dicurangi" seorang penjual cindera mata. Dari sinilah, sebuah perjalanan berkeliling ke beberapa negara di Eropa dimulai.Dan saya menikmati chemistry yang terjalin di antara kedua tokoh utama tersebut. Saya menikmati keseruan keseruan yang terjadi, bahkan seakan berada di antara mereka. Mulai dari dikejar preman Italia, kehilangan paspor, menginap di tenda dan banyak hal hal lain yang bikin melted. Sayangnya, dalam beberapa bagian, saya kehilangan penanda bagian itu ditulis oleh siapa. Tak mudah memang menulis duet, apalagi kalau diniatkan menulis dengan sudut pandang dua tokoh, seperti di buku ini. Karakter masing masing penulis harus kuat sepanjang halaman. Tapi kadang kadang saya harus melihat halaman sebelumnya untuk memastikan, ini tulisan siapa.Terlepas dari hal itu, novel ini informatif banget. Jadi selain menikmati kehangatan hubungan Audy dan Ibby, kita juga dapat banyak informasi tentang tempat tempat menarik, how to reach it dan segala hal yang perlu kita tahu. Eh gara gara buku ini, dua penulisnya jadian yak? Atau bahkan sebelumnya( pertanyaan dari pembaca kepo)
Profile Image for Dinur A..
258 reviews98 followers
September 27, 2015
3,5 deh. suka kok, itung2 obat kangen setelah baca Restart dan FTTS.

tapi yg mengurangi kenikmatan membaca itu (selain karakter Audy yg sedikit annoying) adalah, begitu BANYAKnya tali penghubung antar tokoh2 ciptaan Kak Nina. kadang saya ngerasa "sesek" aja. walaupun nggak relevan bagi jalan ceritanya, tp refleks menghubung2kan di kepala saya gabisa dicegah tiap kali ada nama2 dari cerita2 sebelumnya disebut. jadinya saya malah mikir di bagian2 tertentu, kenapa si Audy bisa gakenal ama Syiana padahal dia adiknya Aulia, temannya Kemal pula? dan msh ada keanehan2 lain yg bikin saya pusing sendiri. pdhl seharusnya buku semacam ini tuh gaharus pakai berpikir.

tapi karena sudah terlanjur "kenal" dgn dunia ciptaan Kak Nina, mau ga mau saya juga ga sabar dengan cerita Kemal-Emma, Attar-Diandra, kalau perlu sampai Aulia sekalian. :(

yah pokoknya saya bakal setia nungguin cerita apa pun yg ditulis Nina Ardianti (dan Mahir Pradana). kalau bisa sih cerita yg melibatkan brand new characters dari "dunia" yg sama sekali baru.. #banyakmau
Profile Image for Fakhrisina Amalia.
Author 14 books200 followers
August 28, 2015
Edisi kangen baca tulisan Kak Nina.

Sebelumnya baca2 review goodreads dan banyak yang bilang kalau tulisannya Kak Nina agak2 tenggelam di sini. Sempat nggak percaya, tapi yah, ada benarnya.

Tapiii tentu saja bagiku itu nggak mengurangi manisnya cerita Audy - Ibi dan setting keren seputar kota2 di Eropa yang memang seringkali jadi destinasi wisata itu.
Dan lagi, chemistry Audy - Ibi ini tuh, memang ya, bikin pengin jedut-jedutin kepala ke dinding, meski nggak se-awww Syiana - Kakak Ian, sih. ((Kakak Ian))

Eh btw, itu Meet Cute udah kelar ya? yang di web? Aku udah nggak apdet. Kok tahu2 Vix udah sama Kakak Ilham aja sih? ((Kakak Ilham))

3,5/5 dibulatkan ke atas!
Profile Image for rhidayat.
119 reviews6 followers
July 18, 2015
Suka pada bab-bab terakhir (Jakarta), mungkin di bab terakhir penulis duet ini masing2 ngeluarin ciri khasnya, suka banget sama bagian Audy-nya. Disini ka Nina ketara banget ciri khas nulisnya :D
Di pertengahan buku, menjelang akhir, masing-masing penulis menghadirkan cameo di karya sebelumnya. Ka Nina dengan tokoh utamanya di buku Restarts (bagian Audy)sedangkan Ibi kebagian Raphsody.
Oiy, sepertinya dibuku ini, banyak adegan "cubit", kasian yg jadi Ibi :p
dan bener, jadi pengen2 europtrip, tapi dengan tour guide sekelas Ibi :D
ditunggu karya selanjutnya buat masing-masig penulis kece, terutama ka Nina :D
Sukses terus (^^)
Profile Image for Syafina Hasan.
155 reviews13 followers
August 18, 2015
Manis banget :)

Well, buku ini dreams come true banget sih. Secara saya termasuk stalker keduanya dan sejak tahu kak Nina dan kak Mahir berhubungan saya langsung ngebayangin mereka buat duet yang bukan novella.

Dan setelah baca, suka :)

Dua sudut pandang dari hero dan heroine, dengan chemistry dan punchline yang buat ikut tersipu-sipu..

Ada beberapa penggunaan bahasa baku yang agak kebacanya kaku sih, tapi nggak ganggu banget..

Masalah setting sama plot sih udah nggak usah dibahas lagi lah ya, dua-duanya masuk kategori jago.

Paling suka pas Audy ngerajuk manja nggak mau pulang.
Profile Image for Mada.
19 reviews11 followers
August 27, 2015
3.5 bintang tepatnya :P

Harusnya bisa kasih 4 bintang kalo ending dari ceritanya gak gini. Hehehe.. waktu baca prolognya aku membayangkan ending cerita yang berbeda.

" Jika aku tidak akan menjadi bagian dalam sisa perjalanan hidupmu, bisakah kamu mengingatku sebagai bagian terbaiknya? Aku tidak berani menanyakannya karena diam-diam kutahu tujuan terakhir kita tidak sama"

Hehehe... baca bagian ini aku kira cerita mereka berkhir dengan menjadi stranger lagi dan ngejalani kehidupan masing2. Benar2 diluar ekspektasiku...Good Job buat penulis :")
Profile Image for Irma Agsari.
119 reviews17 followers
April 26, 2016
Sebenarnya Sunset Holiday sudah cukup lama ada di rak buku saya, bahkan sepertinya sejak awal terbit karena saya dapat versi yang bertanda tangan. Tapi baru belakangan ini saya tergerak untuk membacanya. Covernya kayak es jeruk (in a good way, seger banget warnanya) XD

Tadinya saya pikir ini menceritakan tentang film yang dibintangi oleh Fedrian Arsjad (dari novel Restart) tapi ternyata salah.. walaupun tetap ada kejutannya. Hehe. Walaupun biasa aja sama akhir semacam ini, saya lebih suka ending Sunset Holiday dibanding Restart. Overall, manis banget ceritanya.
1 review
August 8, 2015
Novel ini saya beli, karena hasil rekomendasi dsri salag satu sahabat saya. awalnya tidak terlalu bersemangat untuk membaca, karena dsya pikir jatuhnya akan sama seperti novel-novel romance lainnya.

Ternyata saya salah, saya tenggelam dalam perjalanan Audy. Seolah menjadi Audy, menemukan 'the one' bagaimana rasanya tidak mau berpisah. Dan saya benar-benar jatuh cinta dengan novel ini.


I think, i'm 'become hopeless' romantic person, since the time i read this novel.
Profile Image for fanny fredlina.
21 reviews
September 12, 2015
sukaaaaa dg gaya berceritanya. romantisnya berasa. aura melancongnya kental. ikutan berasa capek waktu para tokoh utamanya ga dpt penginapan.ikut merasa panik wkt si cewe kehilangan paspor. juaraa banget dah novel ini. btw...Audy itu kan berpipi jelly ya. jangan2 mukanya mirip penyanyi Audy iu lhooo...
Profile Image for Dewi Nathalia.
2 reviews
August 3, 2015
Duet yang cocok banget didunia nyata dan di dunia fiksi :p...Suka banget ama novel ini...Apalagi ada Syiana ama Ian ( udah married pula mereka deuhh ), ada Kemal, Ada Vix ama Ilham...
Ditunggu karya lainnya dari Nina & Mahir...
Displaying 1 - 30 of 74 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.