Jump to ratings and reviews
Rate this book

99 untuk Tuhanku

Rate this book
Dalam buku ini terhimpun 100 puisi Emha, (judulnya unik, yakni 0 hingga 99) yang oleh Emha sendiri diakui sebagai sebuah bentuk sembahyang, yang sepenuh-penuhnya ia tumpahkan kepada Allah, langsung kepada-Nya maupun melewati pembaca dan saudara yang lain.

110 pages, Paperback

First published January 1, 1983

16 people are currently reading
352 people want to read

About the author

Emha Ainun Nadjib

92 books484 followers
Budayawan Emha Ainun Nadjib, kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953, ini seorang pelayan. Suami Novia Kolopaking dan pimpinan Grup Musik KiaiKanjeng, yang dipanggil akrab Cak Nun, itu memang dalam berbagai kegiatannya, lebih bersifat melayani yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayannya ingin menumbuhkan potensialitas rakyat.

Bersama Grup Musik KiaiKanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali per bulan berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, dengan acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Di samping itu, secara rutin (bulanan) bersama komunitas Masyarakat Padang Bulan, aktif mengadakan pertemuan sosial melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.

Dia selalu berusaha meluruskan berbagai salah paham mengenai suatu hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual. Salah satunya mengenai dakwah, dunia yang ia anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang pantas dan tidak untuk berdakwah. “Dakwah yang utama bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah,” katanya.

Karena itulah ia lebih senang bila kehadirannya bersama istri dan kelompok musik KiaiKanjeng di taman budaya, masjid, dan berbagai komunitas warga tak disebut sebagai kegiatan dakwah. “Itu hanya bentuk pelayanan. Pelayanan adalah ibadah dan harus dilakukan bukan hanya secara vertikal, tapi horizontal,” ujarnya.

Perihal pluralisme, sering muncul dalam diskusi Cak Nun bersama komunitasnya. “Ada apa dengan pluralisme?” katanya. Menurut dia, sejak zaman kerajaan Majapahit tidak pernah ada masalah dengan pluralisme. “Sejak zaman nenek moyang, bangsa ini sudah plural dan bisa hidup rukun. Mungkin sekarang ada intervensi dari negara luar,” ujar Emha. Dia dengan tegas menyatakan mendukung pluralisme. Menurutnya, pluralisme bukan menganggap semua agama itu sama. Islam beda dengan Kristen, dengan Buddha, dengan Katolik, dengan Hindu. “Tidak bisa disamakan, yang beda biar berbeda. Kita harus menghargai itu semua,” tutur budayawan intelektual itu.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
76 (43%)
4 stars
62 (35%)
3 stars
32 (18%)
2 stars
1 (<1%)
1 star
2 (1%)
Displaying 1 - 30 of 30 reviews
Profile Image for lita.
440 reviews66 followers
October 30, 2010
Tuhanku
Engkaulah cahaya langit dan bumi
pasti, sebab siapa yang lain lagi?
tapi lihatlah
kami kejar cahaya
hanya karena diam-diam khawatir, akan tiada...

(hal. 3)

Tuhanku
kapan jiwaku bisa tangguh seperti kebisuan-Mu,
hingga mau nangis atau tertawa, mau bersedih atau
gembira, hanyalah jika aku menghendakinya

(hal. 18)

Tuhanku
beginilah jadinya
gelap mata
matahari yang kami salahkan

(hal. 40)

Tuhanku
telah kami warisi kanker
zaman
kepala buat berjalan
kaki untuk mimpin sidang

(hal. 41)

Tuhanku
kukira telah tiba saatnya
Kau musnahkan segenap setan
sebab kami telah pandai
menciptakan setan-setan
di dalam diri kami
tanpa bantuan para setan

(hal. 42)

Tuhanku
kami hidup untuk menumpuk angka
memimpikan jumlah dan nama-nama
sedangkan satu, Satu
(yang tak terhitung oleh ilmu)
mengandung
segala sesuatu

(hal. 57)

Tuhanku
kamilah makhluk-Mu yang tertinggi
yang hari demi hari, abad demi abad
semakin gagal
memahami
ketinggiannya

(hal. 71)
Profile Image for  Δx Δp ≥ ½ ħ .
389 reviews161 followers
March 18, 2011
--66--

Tuhanku
jika kutanyakan kepadaMu
apa beda antara setan dan manusia?
mungkin begini kataMu
ooo, jelas amat berbeda
meskipun makin tak berbeda
meskipun makin mirip-mirip saja
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
Read
December 29, 2015
"Tuhanku, inilah kata-kataku, bahasa paling wadak dari gairah cintaku untuk ketemu."
Puisi bisa jadi medium paling mistis dan intim sekedar untuk curhat tentang Tuhan, kepada Tuhan, dan hanya untuk Tuhan semata. Membaca kumpulan puisi dengan judul 0-99 ini seolah diajak khusyuk mahsyuk untuk bertemu dengan kasih, cinta dan sayang Tuhan pada manusia. Tak perlulah segala usaha di dunia untuk mencariNya karena sejatinya dia sudah beserta kita dan memang kadang manusia sajalah yang semakin buta dalam mencariNya. Tuhanku, Tuhanku, Tuhanku.
Profile Image for Ilham Rabbani.
20 reviews4 followers
January 10, 2022
Saya coba menyorot sebijj puisi dalam buku karya Emha Ainun Nadjib ini, yakni puisi pertama. Sajak tersebut adalah sajak yang diberikan nomor atau judul “0” (nol). Angka nol menyiratkan arti (sense) tentang tingkat persiapan sebelum memasuki tingkat, fase, atau tahapan pertama dalam urutan (kelas). Angka nol sering diidentikkan dengan kekosongan atau ketiadaan (isi). Artinya, angka nol memungkinkan diri untuk diisi dengan angka-angka atau nilai-nilai yang dapat memungkinkan ia berlanjut menjadi angka satu, dua, tiga, dan seterusnya. Dalam khazanah Islam, angka ini dapat dimaknakan baik sebagai persiapan permulaan penciptaan dari alam semesta secara umum (makrokosmos) maupun manusia secara khusus (mikrokosmos). Berkaitan dengan penciptaan manusia di alam malakut, manusia sebenarnya tidaklah lahir ke dunia dalam keadaan benar-benar steril, melainkan telah memegang perjanjian dengan Tuhan (Allah) sejak awal mula penciptaan rohnya. Setelah dilahirkan dalam rupa bayi di alam dunia, manusia dapat dikatakan “bernilai” nol kembali, sebab pengetahuan dan ilmu dalam memahami realitas dunia dan seisinya haruslah diturunkan melalui pendidikan, baik pendidikan dalam lingkup keluarga, formal, non formal, lingkungan, dan sebagainya.
Angka nol, apabila ditarik ke dalam pemahaman tasawuf, maka yang tercermin adalah persiapan seorang penempuh jalan tauhid (salik) sebelum melakukan mujahadat (mujahadah) dan riyadlah dan melangkah ke fase-fase berikutnya: takhalli, tahalli, dan tajalli. Pada fase nol, lazimnya identik dengan penyucian rohani melalui tobat nasuhah. Setelah melakukan tobat nasuhah, masuklah ia ke dalam pengosongan sifat-sifat tercela dalam diri yang selanjutnya jiwa diisi dengan sifat-sifat terpuji.
Profile Image for Embun.
98 reviews3 followers
Read
November 29, 2021
Terlihat bahwa dalam 99 puisinya, Emha Ainun Najib ingin menggambarkan bagaimana superiotas Tuhan yang tidak ada tandingannya. Kata kuncinya dalam memahami buku puisi ini adalah bagaimana posisi hamba tidak bisa dilepaskan oleh sebuah Dzat yang begitu agung.

Maka tidak mengherankan sering kita menjumpai dalam isi puisinya, sosok aku, yang bisa dimaknai hasil proses pentafukkaran Cak Nun, dan tentunya kita, sebagai sidang pembaca, digambarkan tidak berdaya. Namun, anehnya, justru berperilaku angkuh dalam menjalani hidup. Dengan sosok Sang Kuasa, dengan begitu atributnya yang luar biasa oleh Cak Nun sering digunakan dalam puisinya, yang memang benarlah adanya.

Butuh waktu lambat memang untuk mengunyah setiap puisinya, meskipun secara jumlah ketebalan buku tidak terlalu tebal. Perlu waktu untuk mengulang-ulang dalam membacanya, dalam mencari apa pesan yang pesan disampaikan oleh Cak Nun. Terlepas dari kemudian benar atau tidaknya pemafsiran saya sama dengan Cak Nun, saya yakin beliau juga mengerti bahwa medium puisi adalah tempat kita berbeda pendapat, sehingga dengan perbedaan pendapat sebuah puisi justru semakin hidup.

Membaca puisinya, selain menekuri posisi Tuhan dalam hidup saya yang sejatinya belum-belum tertancap dalam hati saya. Penulis justru mendapatkan inspirasi tentang sebuah pembelajaran mengenai ketuhanan mampu diajarkan dalam puisi. Mengapa yang pembelajaran yang lain tidak? Demi memberikan sebuah jalan baru dan menyenangkan dalam mengenal sebuah ilmu.
19 reviews3 followers
June 15, 2021
"Tuhanku aku percaya tak sekali pun
Engkau berhenti menurunkan ayat-ayat
Dalam bahasa yang kami punya
Dan akupun sungguh percaya, Tuhanku
Bahwa mata kamilah
Yang makin buta."

Membaca kumpulan puisi memang memerlukan waktu lebih panjang. Tapi menurutku, kumpulan puisi 99 Untuk Tuhanku ini, lebih butuh banyak waktu panjang untuk diselesaikan.

Memang puisinya sepintas terlihat sederhana. Ada juga puisi yang singkat. Tapi karena mengandung tema ketuhanan, justru ini yang lebih membutuhkan waktu untuk merenung dan mencerna maknanya.

❤️
Profile Image for Izza.
382 reviews8 followers
August 27, 2021
Menyejukkan hati sekali kata-kata Bapak Emha Ainun Najib dalam puisi-puisinya. Bisa saya rasakan betapa besar cinta beliau pada Sang Kuasa. Ini cara sembahyang yang menyenangkan sekali. Tiap kali membaca puisi beliau saya jadi mikir dan introspeksi. Apakah saya sudah menjadi insan yang baik di hadapan-Nya? Bismillah~ semoga kita semua selalu membuka hati untuk terus mengingat Tuhan Yang Maha Esa. Amin...
Profile Image for Vinska Andrias.
23 reviews1 follower
June 28, 2021
Point of views ketuhanan dan kehidupan dari Caknun dibalut di dalam 100 puisi. Saya suka pendekatan Caknun mengenai Allah, dari sini saya juga mulai mencari tahu tentang Caknun dan karya-karyanya yang lain. Menurut saya buku puisi ini menarik sebagai pemantik ide untuk bertanya (dan menjawab) tentang keadaan dan pilihan-pilihan kita.
Profile Image for muhammad romadlon.
36 reviews
September 10, 2021
Tuhanku
lingkari jiwaku
dengan cincin kasih-Mu
kubuka mulut kuminum cahaya-Mu
demi kebenaran kitab-kitab-Mu Taurat
Injil Zabur dan Quran yang sempurna pagari
rumahku dengan tali pelindung Zukhal Musytari
Syakhlatusysyamsi Dzuhroh dan Atharid serta seribu
malaikat-Mu dirikan antara aku dengan musuh-musuh
ku dinding yang Kau jaga dinding yang Kau jaga
Tuhanku Tuhanku
Profile Image for Alif Nursukma.
3 reviews
March 19, 2023
Antologi puisi yang berisi 100 puisi karya Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Judulnya berupa angka dari 0-99 yang kemungkinan diambil dari 99 Asmaul Husna. Puisi-puisinya penuh akan nilai penghambaan kepada Allah SWT yang diwujudkan dalam berbagai macam perilaku.
69 reviews18 followers
January 24, 2018
Ah lebih syahdu lagi kalau membaca sambil membayangkan Cak Nun melafalkan puisi-puisi yang ia tulis di sini.
Profile Image for Citra Rizcha Maya.
Author 5 books23 followers
March 29, 2018
Tuhanku
kami hidup untuk menumpuk angka
memimpikan jumlah dan nama-nama
sedangkan satu, Satu
(yang tak terhitung oleh ilmu)
mengandung
segala sesuatu.
Profile Image for athenalovegood.
5 reviews
September 4, 2018
Karya-karya Emha Ainun Nadjib memang menakjubkan. Salah satunya adah buku ini. Puisi-puisi ini membuat saya kembali merenungkan hubungan saya dengan Tuhan.
Profile Image for Dwina RA.
17 reviews
November 1, 2020
tipikal buku yang aku baca berkati2 terutana saat jarak dengan Tuhan mulai menjauh
Profile Image for tia.
239 reviews7 followers
May 1, 2021
Menemukan buku ini karena prompt ngabuburead. Membaca, tertampar, dicatat beberapa bagiannya lalu merasa malu sama diri sendiri. Sedih.
Profile Image for endang cippy.
275 reviews25 followers
July 31, 2017
Edisi cover baru.
ISBN : 978-602-291-065-7
Penerbit : Bentang Pustaka

Tahu buku kumpulan puisi ini dr Wulan dan Harun. wkt itu d ajak siaran bareng dengan #KlubSiaranGri di RPK FM, Sabty, 2 juli 2016.

Saya juga gak tahu.. kalau tema bln Juli #TantanganBaca GRI adalah baca bareng buku puisi.

disiaran tersebut sempat baca beberapa puisi dr buku ini. dn suka banget sama puisi ke-48 :

Tuhanku
kami hidup untuk menumpuk angka
memimpikan jumlah dan nama-nama
sedangkan satu, Satu
(yang taj terhitung oleh ilmu)
mengandung
segala sesuatu.

Puisi tersebut ada di halaman 54. :)

setelah siaran tersebut.. sy baru sempat berburu ke toko buku Minggu, 24 Juli 2016 berbarengan dengan meet up dan booksigning bersama Tere Liye untuk buku barunya, Matahari.

Sambil menunggu antrian tersebut, saya sempetkan untuk membaca kata pengantar dari penulis dan penerbit.
Kalau diwaktu-waktu normal, mungkin saya akan melewatkannya. hahaha

Tak dinyana sungguh.. pengantar tersebut membuat saya takjub... bagaimana buku kumpulan puisi ini berjuang melintasi waktu yang sangat lama.

Dan ternyata buku ini pernah diterbitkan dengan judul yang sama pada 1983.

luar biasaaaa..
Profile Image for Rahmadiyanti.
Author 15 books173 followers
August 8, 2016
59

Tuhanku
apakah sesungguhnya arti kehendak-Mu
dengan tak menurunkan lagi
seorang Nabi pun
untuk zaman yang membutuhkan
lebih banyak Nabi-Nabi?

Puisi di atas mungkin terkesan memprotes ayat 40 Surat Al Ahzab. Mungkin ya, mungkin tidak. Inilah puisi-puisi, atau sembahyang sederhana, kata penulisnya. Usahanya untuk merebut dirinya dari cengkeraman kehidupan, kebudayaan, peradaban, politik, ekonomi, persaingan kalah-menang serta berbagai macam kecenderungan yang ia lihat kurang memberikan dan mengarahkan dirinya pada Allah.

Maka, puisi 59 mungkin semacam pertanyaan untuk Tuhan, tentang dunia yang makin hampa, hancur. Tentang manusia yang makin tak manusiawi, atau seperti dalam puisi 36, manusia yang telah pandai menciptakan setan-setan, tanpa bantuan para setan.

Begitulah, 99 atau 100 puisi dalam buku ini seperti pertanyaan-pertanyaan, protes, ketidakpahaman, harapan, dan tentu doa-doa. Ada yang sekali baca langsung kau pahami maknanya. Ada yang perlu berulang kali baca baru kau paham. Ada juga yang berulang kali kau baca, tak juga kau paham. Oh, tolong ganti kata "kau" dengan "saya".
Profile Image for Wirotomo Nofamilyname.
380 reviews51 followers
August 15, 2015
#55 in 2015.

Cetak ulang kumpulan puisi karya Cak Nun yang pertama kali terbit tahun 1980.

Berisi 100 puisi yang berjudul berurutan "0" sampai dengan "99". Puisi "0" sepertinya merupakan pembuka, sedang puisi lainnya adalah curhatan puitis seorang hamba kepada Sang Khaliq, Allah SWT.
Beberapa puisi saya ra ngerti blas. Tapi untuk beberapa puisi yang lain yang saya mengerti, harus saya akui sangat menyentuh dan menohok dan membuat kita memikirkan kembali hubungan kita dengan Sang Pencipta.

Puitis dan bagus untuk jadi bahan renungan.
Tapi bintang 4 saja deh, karena tetap saja ada puisi yang saya nggak mengerti itu. :-)

Gituuu....
Profile Image for Hani.
Author 4 books24 followers
January 22, 2016
Cak Nun menganggap bahawa buku ini sebagai sebuah bentuk "sembahyang"nya kepada Tuhan. Menerusinya, pembaca akan turut membaca sekian banyak pertanyaan seorang hamba kepada Tuhannya dalam menempuh kehidupan di dunia yang fana tercakup tentang ibadahnya, tentang hubungannya semasa manusia, mahupun rasa yang dalam kepadaNYA.

Membacanya dengan perlahan, penuh ketenangan sesekali menyentuh hati sendiri. Lalu, menimbulkan pertanyaan diri kepada diri sendiri tentang setiap sesuatu yang dilakukan di dunia sementara ini dan hubungan diri dengan Tuhan yang selalu ada.
Profile Image for Andri.
137 reviews
February 19, 2009
Kumpulan puisi. Buku kecil. Satu orang teman yang tahu saya penyuka tulisan-tulisan Emha memberikan buku ini. Padahal dia tahu, saya sudah punya buku ini. Jadi saya punya 2. Oleh karena itu... yang mau dan berminat untuk memperolehnya.. japri saya. Siapa cepat, dia dapat.

-andri-
Profile Image for Anggi Hafiz Al Hakam.
329 reviews5 followers
September 7, 2015
99 untuk Tuhanku adalah sebuah sembahyang. Suatu pendekatan personal yang vertikal terhadap Tuhan. Sebuah kecintaan yang bermula dari nol, satu, lalu sembilan puluh sembilan, untuk kembali menuju satu. Satu yang Maha Abadi.
Profile Image for Ratri Dian.
28 reviews5 followers
April 13, 2011
Titik berangkat bagi perjalanan spiritualku menuju panggilan-Mu, ya Rabb.
Profile Image for Wawan Kurn.
Author 20 books36 followers
October 11, 2015
61

Tuhanku
kamilah makhluk-Mu yang tertinggi
yang hari demi hari, abad demi abad
semakin gagal
memahami
keinginannya.
Profile Image for Hikmah.
14 reviews2 followers
October 14, 2015
Puisi antara aku dan Tuhan, curhatan MH Ainun Najib terhadap Tuhan. . .

kata katanya begitu sederhana dan sungguh indah. . .
Profile Image for Hilal.
43 reviews
March 3, 2016
dan kedangkalan, sungguh
adalah kefakiran yang nyata
Profile Image for Mochammad Taufik.
60 reviews2 followers
January 12, 2017
Emha adalah salah satu maestro puisi refleksi. Buku ini adalah pergulatan batinnya yang seakan saling berbicara dengan Tuhan. Menarik untuk dicermati.
Profile Image for Sylvia.
86 reviews3 followers
September 14, 2017
Membaca puisi tentu saja membutuhkan pemahaman lebih dibandingkan dengan membaca tulisan lainnya. Puisi terkadang menyimpan makna tersirat yang terkadang memunculkan multitafsir. Bagi yang kenal dengan tulisan Cak Nun mungkin sudah paham bagaimana beliau selalu menyentil sifat dasar manusia, salah satunya yang terangkum dalam kumpulan puisi ini. Puisi yang berjudul dari 0 hingga 99 ini menggambarkan sebuah perenungan manusia akan pertanyaan-pertanyaan, protes, ketidakpahaman hingga doa pada Tuhan. .
.
Buku ini memang tipis tapi sungguh memakan waktu dalam membacanya. Aku begitu menikmati setiap puisi yang ada dan coba menerka kemana maksudnya penulis dalam puisinya tersebut. Beberapa puisi ada yang langsung bisa dipahami maksudnya dan ada pula yang harus melalui perenungan untuk dapat mengerti. Secara keseluruhan, aku suka dengan puisi beliau ini yang menggambarkan kejujuran dari isi hati seorang manusia pada Tuhannya. Sejatinya Tuhan itu selalu ada bersama setiap insan namun terkadang manusia dibutakan oleh dunia sehingga tak dapat melihat Tuhan.
Displaying 1 - 30 of 30 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.