Jump to ratings and reviews
Rate this book

Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang

Rate this book
Bagaimana bila kau punya sepasang kursi rotan tua yang disesaki kenangan?

Kursi itu warisan ibumu. Dia memintamu untuk menjaganya.

Konon, di sepasang kursi itulah ayahmu raib dan menjelma kutu.

Ibumu percaya, kelak ayahmu akan kembali jadi manusia dan membawa oleh-oleh.

Yang kauminta dalam doa saban malam.

Inilah kumpulan cerita pendek tentang magi, mitos, dan perempuan. Ada cerita sepasang kursi warisan ibu yang penuh kenangan, dendam perawan cantik dan gadis buruk rupa, pun kisah kunang-kunang jelmaan iblis perempuan.

Kisah perempuan tak melulu soal tubuh dan seksualitas. Ada sisi yang lebih gelap, menggairahkan untuk digali dan dikisahkan, yakni hatinya.

Sebagian besar cerita pendek ini pernah dimuat di surat kabar lokal dan nasional

176 pages, Paperback

First published August 1, 2015

9 people are currently reading
55 people want to read

About the author

Guntur Alam

33 books196 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
15 (14%)
4 stars
37 (35%)
3 stars
39 (37%)
2 stars
11 (10%)
1 star
1 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 33 reviews
Profile Image for Szasza.
246 reviews20 followers
October 25, 2022
Novel ini berisi 21 cerita pendek yang menurut aku memiliki tema yang sama yaitu horror, mistis, dan ada juga beberapa retelling and somehow this book remind me of sihir perempuan. Untuk kepenulisannya menurut aku bagus, banyak penggunaan diksi diksi yang indah.

Hal yang cukup bikin turn off adalah dari semua 21 cerita agak mirip mirip semua, mulai dari eksekusi nya, plot nya, ending nya... Awalnya kayak okay terus buat aku lama lama jadi bosen??! Idk. Terus tema nya mirip mirip juga, rata-rata tentang balas dendam, terus bersekutu dengan setan, oppressed woman, a lot of sexual abused jadinya lama lama repetitive imo.

Overall this was an okay read at best, i enjoyed read this book ig
Profile Image for Anastasia Cynthia.
286 reviews
January 17, 2016
“Jangan jatuh tertidur, Bujang! Bulan pucat tengah penuh. Mengembang di kelam raya. Bila kau pantang, kau akan bangun esok paginya dengan dunia pekat selama-lamanya!” –Magi Perempuan dan Malam Kunang-kunang, hlm. 19


Boleh percaya, boleh tidak, tapi, perempuan sungguh makhluk yang kelewat misterius. Dari parasnya yang memukau bisa saja seorang bujang terjerat masuk perangkap. Lagi-lagi, seseorang boleh saja percaya, boleh saja tidak. Lewat cerita-cerita sederhana, kepalang banyak kisah tentang mereka yang menggandung magi dan mitos. Seperti kisah tentang sepasang kursi rotan tua yang disesaki kenangan.

Kursi itu bukan sembarang kursi yang dionggok di sisi gelap rumah. Kursi itu warisan ibu. Dan ia meminta dirimu untuk menjaganya yang mana konon dalam kursi itulah ayah raib dan menjelma menjadi kutu. Terendus sedikit sinting, tapi ibu percaya, kelak ayah akan kembali dari negeri kutu dan hidup bahagia menjadi seorang manusia bersama dirinya.

Bicara soal perempuan tak harus berbicara soal seks dan hal-hal yang terhidu sebagai candaan sensual. Relikui demi relikui teranyam begitu rumt dalam benak mereka, sampai-sampai seseorang perlu memilahnya menjadi untaian kisah.

1. Peri Kunang-kunang
2. Tem Ketetem
3. Malam Hujan Bulan Desember
4. Maria Berdarah
5. Gadis Buruk Rupa dalam Cermin
6. Tamu Ketiga Lord Byron
7. Dongeng Nostradamus
8. Boneka Air Mata Hantu
9. Tentang Sebatang Pohon yang Tumbuh di Dadaku
10. Dongeng Emak
11. Almah Melahirkan Nabi
12. Kastil Walpole
13. Hari Tenggelamnya Van der Decken
14. Sepasang Kutu, Kursi Rotan, dan Kenangan yang Tumbuh di Atasnya
15. Lola
16. Kotak Southcott
17. Kematian Heartfield
18. Tiga Penghuni dalam Kepalaku
19. Hantu Seriman
20. Anak Pintaan
21. Lima Orang di Meja Makan



Dari satu menuju dua puluh satu, kisah-kisah bikinan Guntur Alam tak bisa dianggap sepele. Ditilik dari judulnya, sebagian pembaca pasti mendapati kata asing di sana. Apakah “magi” itu?

ma·gi n sesuatu atau cara tertentu yg diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib dan dapat menguasai alam sekitar, termasuk alam pikiran dan tingkah laku manusia.



Dari penjabaran singkat tersebut, dapat ditarik satu intisari, yang mana “Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang” bukan sekadar kumpulan cerita pendek biasa. Sebagian besar memang dapat dianggap sebagai fiksi, tapi kalau biasanya fiksi masih dapat dipikir oleh nalar, ada satu atau dua cerita, bahkan lebih cerita-cerita dalam “Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang” hanya berupa mitos-mitos lampau yang kerap diturunkan dari generasi ke generasi, seperti dongeng dari seorang kajut (nenek) kepada cucu kesayangan mereka.

Ada satu benang merah di antara kisah-kisah tersebut, yaitu perempuan. Di tiap kisah yang diceritakan Guntur Alam, selalu tak lupa sosok perempuan. Perempuan di dalamnya selalu memegang kunci rahasia, walau ia berparas menarik, sekalipun buruk rupa, tapi lantaran ini cerita magi tentang mereka. Sosok perempuan selalu diceritakan punya rahasia gelap tersendiri yang mereka sembunyikan daripada orang-orang.

Baca selengkapnya di: https://janebookienary.wordpress.com/...
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
December 29, 2015

Nemu buku ini di IJak dan penasaran karena covernya unik. Isinya 21 cerita pendek yang menurut saya sih secara garis besar temanya sama. Tentang cinta dan dendam dibalut suasana mistis. Sebagian besar juga merupakan dongeng yang dikisahkan ulang, meski tentu saja dengan polesan yang membuat ceritanya jadi lebih mencekam.

Cerita yang paling berkesan buat saya adalah Tem Ketetem dan Hari tenggelamnya Van der Decken. Mungkin karena Tem Ketetem ada di awal cerita, jadi saya masih deg-degan banget membayangkan kisahnya. Kalau Hari tenggelamnya Van der Decken, karena ini merupakan legenda kapal hantu, Flying Dutchman, dan karena udah sering dengar tentang “kredibilitas” si Kapal hantu ini, mau nggak mau jadi penasaran juga bener nggak ya ceritanya si Guntur Alam ini.

Nah, keunggulan buku ini adalah bahasa yang digunakan, duh cantik nian. Nggak berbunga-bunga sih, pilihan katanya tepat sasaran tapi bagus. Kayak gini misalnya

Seolah-olah telah terjadi persengkokolan antara malam, pekat, dan arwah-arwah penasaran yang ditolak bumi mentah-mentah.


Atau yang ini

Ia khawatir karena anak semata wayangnya itu mendadak lenyap di petang temaram, saat cericip kelelawar ingar di atas bubungan limas.


Begitulah. Kalau kamu suka cerita yang bahasanya aduhai bohai, baca deh kumpulan cerpen ini. Singkat-singkat kok, jadi bisa sekali baca selesailah satu cerpennya.


Profile Image for Nina Bookshelves.
24 reviews
Read
February 5, 2021
Ok, so hari ini kelar baca buku ini. and saya ngerasa sedih karena udah tamat . karena rasanya saya masih mau baca lagi :D
ceritanya bagus2 banget. cara baca buku ini kyknya bs dgn 2 cara : ditelen bulet2, atau dibaca lalu coba cari kebenarannya , alias mencari info tentang fakta2 seputaran cerita2 ini . karena beberapa cerita disini merupakan mixed dari sejarah, fiksi literatur, mitos dll dengan imajinasi si penulis sendiri yang ditulis secara gothic. membuat saya harus memilah2 mana yang merupakan fakta/ yg berasal dr cerita asli dengan cerita si penulis sendiri.
penulisannya menarik, seperti seseorang yang menyimpan rahasia dan menceritakannya kepada pembaca, melewati batas ruang dan waktu, ditulis secara lancar sehingga hal teraneh pun terasa wajat.
ada bbrp yg menggelitik , seperti pada cerita tamu ketiga di castle lord bryon. fakta yg saya baca, memang ada tamu lain selain ke dua org tersebut.tapi apakah dia yg di maksud si penulis, atau memang hanya imajinasi penulis sendiri? banyak fakta, fiksi , mitos dan imajinasi penulis yang bercampur aduk , membuat cerita2 itu menjadi menarik :) good job!!
Profile Image for A.A. Muizz.
224 reviews21 followers
September 8, 2015
Menyenangkan sekali membaca buku ini. Saya lebih suka daripada kumcer yang diterbitkan sebelum ini.
Profile Image for Jefri S.
85 reviews2 followers
July 21, 2018
Berisi kumpulan cerita pendek dengan suasana kelam. Ada banyak cerpen yang mudah dipahami dan ada juga sih yang susah:") seperti "Almah Melahirkan Nabi". :l Dan aku mendapat pengetahuan di cerpen "Kotak Southcott":3

Dan dari beberapa cerpen tersebut, aku sangat suka dengan cerpen "Tiga Penghuni Dalam Kepalaku" dan "Lima Orang Di Meja Makan". Luaaar biazaaa😂😂😂

Profile Image for Lucky.
Author 3 books6 followers
September 12, 2015
MPMK (2015) mengingatkan kembali pada Sihir Perempuan yang lebih dulu lahir di tahun 2005. Melalui kedua puluh satu cerpennya MPMK kental dengan intertekstualitas dan dekonstruksi atas dongeng dan mitos baik lokal maupun internasional, juga penekanan pada tema keperempuanan. Salah satu cerpen yang mendekonstruksi dongeng Putri Salju memperkuat asumsi bahwa memang penulis sangat terpengaruh oleh Intan Paramaditha, yang secara langsung oleh penulis diberi pesan bahwa cerpen tersebut ia tulis untuk Intan.

Meski mengangkat tema yang senada, dari segi bentuknya, MPMK memang tidak lebih menarik dari Sihir Perempuan. Apabila Sihir Perempuan lebih nyaman dengan teknik berceritanya yang beragam: alur yang nonlinear dan cenderung bermain-main dengan teknik fragmentatif yang berdampak pada cerita yang berakhir mengejutkan, MPMK bisa dibilang sangat membosankan. Saya pikir bukan karena alurnya yang mayoritas linear, beberapa cerpen Sihir Perempuan pun yang menggunakan alur linear berakhir mengejutkan, tapi lebih kepada pengguliran cerita oleh penulis. Yang mana dalam MPMK seperti ada yang dipaksakan. Sudut pandang yang dipilih oleh penulis sebenarnya sudah sangat variatif dan mengejutkan (salah satunya seperti "Tamu Ketiga Lord Byron"), saat proses pembacaan berlangsung pun pembaca sangat dimanja oleh detail cerita yang sangat hidup tapi tidak bertele-tele, namun saya pikir ada dua hal yang sangat menggangu (dan selalu) di akhir cerita: kalau tidak ceritanya yang tertebak ya memang cerita terkesan terlalu cepat diakhiri.

Dari segi cerita, sebenarnya MPMK lebih kaya daripada Sihir Perempuan. Banyaknya jumlah cerpen yang dimuat membuat MPMK memiliki ruang lebih banyak untuk bereksperimen dengan lebih banyak dekonstruksi dongeng. Namun sayangnya memang eksekusi dari penulislah yang saya pikir terlalu tergesa. Saya sebagai pembaca sangat merasa bahwa Sihir Perempuan begitu berhati-hati dalam menggulirkan cerita demi cerita sehingga sangat nyaman dibaca, berbeda dengan MPMK yang selalu "riang" di awal namun tidak berenergi sejak pertengahan dan cenderung mengejutkan di akhir.

Bisa dibilang memang apesnya MPMK adalah lahir setelah Sihir Perempuan, yang notabene sangat memukau sehingga mau tak mau saya pikir kritikan akan banyak datang dari arah bandingan.

Terlepas dari hal-hal tersebut, saya menyukai font yang dipilih dan desain sampul halamannya, meski bahan sampulnya yang sedikit lebih tebal dari kertas karton itu akan meluberkan tinta cetakan gambarnya ke mana-mana kalau kita sedang baca, jadi saran saya ada baiknya disampul plastik dulu sebelum membaca.
Profile Image for ABO.
419 reviews47 followers
December 30, 2015
Yang saya suka adalah bagaimana Guntur Alam berhasil mengangkat banyak muatan lokal *kayak nama mata pelajaran jaman dulu x)* di daerah tempat asalnya di Sumatera Selatan. Terutama urban legend-nya yang beberapanya sering saya dengar dari cerita-cerita orang-orang tua di tempat saya tinggal.

Tapi... semakin ke belakang semakin sering terjadi pengulangan yang saya temukan. Pengulangan tema berupa pelecehan/kekerasan seksual, hamil di luar nikah, kisah-kisah berupa karya sastra, dongeng, dan sebagainya yang diceritakan kembali melalui sudut pandang berbeda. Memang menarik, tapi kalau terlalu sering, bosan juga.

Itu saja sih yang saya sesalkan, kurang variatifnya tema cerita-cerita di dalamnya. Yang lain-lainnya nggak ada yang perlu dikomentari terutama gaya penulisannya. Dua jempol!

Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
September 4, 2015
Cerpen-cerpen dalam buku ini rata-rata bergaya horor, kalau penulisnya menyebut gotic. KAlau bisa dipilah, ada dua kategori. Pertama cerpen dengan mengungkapkan cerita-cerita atau dongeng masa lampau. Sisanya adalah cerita tentang kekinian namun sebenaranya tidak bisa lepas dari kisah masa lampau.

Tiga cerpen favorit saya adalah Tamu Ketiga Lord Byron, Boneka Air Mata Hantu, dan Kastil Walpole. Selamat membaca kawan....
Profile Image for Dhamala Shobita.
Author 7 books15 followers
March 3, 2016
Satu per satu cerita pendek yang dibawakan Guntur Alam membawa saya menyelam ke dunia lain, dunia yang tidak melulu soal romansa perempuan. Banyak mitos, legenda, juga kisah di balik dongeng yang meskipun fiktif, mampu membuat saya merasa kisah itu begitu nyata.

review lengkap di https://dhamalashobita.wordpress.com/...
Profile Image for Aya S..
67 reviews5 followers
November 1, 2016
Kumpulan cerpen berbau horor dan mistis, cukup membuat merinding tapi tidak begitu dramatis.
Profile Image for Yudhi Herwibowo.
Author 44 books61 followers
June 11, 2016
Kisah misteri selalu punya pembaca sendiri. Dari yang kadarnya ringan seperti kisah thriller pembunuhan sampai pada kisah hantu-hantu pencabut nyawa, bagi saya pribad semuanya menarik. Mungkin karena saya sendiri tumbuh dengan bacaan-bacaan Alfred Hitchcock yang menegangkan. Tak hanya itu, kesukaan saya pada cerita misteri sampai pada film-film Indonesia yang dulu sering diputar di TPI tempo doeloe. Tentu yang ini kadarnya lebih berat. Horor.

Menariknya sekarang, dalam dunia cerpen yang beredar di koran, cerita-cerita misteri (dan horor tentunya) memiliki tempat sendiri. Kalau rajin mengamati cerpen-cerpen di koran, cerita misteri selalu rajin menghampiri pembaca-pembacanya. Tentu dalam kadar yang berbeda-beda. Pihak penerbit pun rasanya, tak ragu menerbitkan kumpulan cerpen seperti itu. Bahkan di akhir tahun 2014 sampai tahun 2015 ini, cerita misteri merajai penerbitan buku-buku remaja.

Namun, bukan perkara mudah menulis cerpen beraroma misteri, apalagi horor. Mungkin seorang penulis bisa sesekali menulis cerita seperti itu, namun tak banyak yang sampai menulisnya berkali-kali.

Beberapa buku yang saya ingat mengetengahkan tema itu, tentu Sihir Perempuan milik Intan Paramadhita dan Kumpulan Budak Setan kumcer keroyokan dari Eka Kurniawan, Intan Paramadhita dan Ugoran Prasad. Saya suka kedua buku ini. Sepertinya setelah era Abdullah Harahap yang sering menulis cerita misteri horor dengan kadar hardcore, saya pikir Intan Paramadhita punya aura sendiri sebagai penulis horor yang kuat.

Tahun ini, Guntur Alam (GA) mencoba mengumpulkan cerpen-cerpen misterinya dalam kumcer Magi Perempuan dan Malam Kunang-kunang (Magi Perempuan) Di status-status promonya yang begitu gencar, ia lebih suka menyebut bukunya ini kumcer gothik, bukan misteri atau horor. Tentu ini sah-sah saja, walau definisi gothik sendiri masih begitu rancu, sebutan misteri dan horor sendiri memang sudah terasa jadul dan sangat biasa. Covernya pun dipilih berwarna putih, seakan mencoba menghaluskan kekelaman tema horor yang sudah dikenali masyarakat. Atau, saya mengira, GA memang sengaja memberi penanda kalau cerpen-cerpennya memang belum diposisikannya sebagai cerita-cerita misteri atau pun horor layaknya Abdullah Harahap.

Berbeda dengan 2 kumcernya yang terbit sebelumnya, kumcernya kali ini saya sambut dengan gembira. Rasanya senang, ada penulis yang memposisikan bukunya seperti itu. Tak tanggung-tanggung, GA menyajikan 21 cerpen di situ. Tentu itu bukan jumah yang ideal untuk sebuah kumcer. Dari pengalaman yang sudah-sudah, membaca kumcer yang jumlahnya di atas 15 cerpen, akan menimbulkan rasa jenuh dan bosan, sehingga cerpen2 di bagian terakhir akan dibaca dengan rasa khusyuk yang sama.

Tapi untungnya, tidak dengan Magi Perempuan. GA mampu mengeksplorasi semua unsur kegelapan yang biasa digunakan penulis misteri atau horor. Saya terus berpikir, kira-kira apa yang luput dari pengamatan GA? Tapi semuanya seperti sudah dikuliknya. Malam, kastil, darah, kunang-kunang, kematian, penyihir, mitos, dongeng, dosa, gila, vampire, psikopat, boneka mengerikan, buku-buku horor, Notradamus, sepertinya sudah digunakan semua oleh GA. Sungguh, untuk yang satu ini, GA patut diacungi jempol, sehingga nyaris tak ada kesamaan tema dan penyajian cerpen yang satu dengan cerpen yang lain. Mungkin hanya satu atau dua cerpen saja yang sedikit mirip.

Dalam Tem Ketetem, Anak Pintaan, dan Hantu Sariman, GA seperti mencoba mengorek-ngorek dongeng atau mitos di daerahnya. Nuansa Melayu atau pun Sumatra terasa, walau pun tak cukup kental. Saya pikir GA merupakan penulis yang sudah sangat berasa Indonesia. Ini tentu bisa menjadi kelemahan, namun juga menjadi kelebihan. Cerpen Tem Ketetem, saya pikir satu yang terkuat. Balutan dongeng, masa kecil dan rahasia, tentu menjadi pakem yang hebat, dan GA mampu memainkan itu dengan sangat baik.

Seperti yang biasa dilakukan Stephen King, GA juga mengekplorasi kengerian dalam diri seseorang. Dalam Lima Orang di Meja Makan dan Tiga Penghuni dalam Kepalaku, ia mencabik-cabik otak pembaca dengan lompatan-lompatan liar tokoh-tokohnya. Hantu yang paling mengerikan bagai menjelma dalam diri para tokoh, sehingga seseorang yang dihinggapi pikiran-pikiran yang begitu mengganggu, pada akhirnya mampu melakukan hal-hal yang sangat mengerikan, bahkan lebih mengerikan dengan apa yang dilakukan para hantu!

Bagian yang menurut saya paling menarik adalah saat GA mencoba membuat intepretasi kisah-kisah yang sudah ada, seperti dalam Garis Buruk Rupa dalam Cermin dan Kematian Heartfield. Saya pikir, ini adalah bagian yang paling menantang. Terutama saat GA mencoba membuat perspektif lain dari Ratu Reveland, ibunda tiri dari Snow White. GA cukup lihai menempatkan dirinya dalam sebuah kejadian besar yang sudah cukup dikenal. Dalam Tamu Ketiga Lord Byron, ia juga mencoba mengutak-atik kejadian yang kelak membuat novel Frankenstein tercipta, dengan menghadirkan seseorang lainnya dalam kisah sebenarnya. Dengan berani GA ia menciptakan karakter kecil, tidak penting dan nyaris terlupakan. Namun di karakter inilah kisah nyaris mengubah keadaan sebenarnya. Bagi penulis, konsep ini adalah yang paling aman digunakan. Saya jadi ingat saat di Borobudur Writer and Cultural Festival, di salah satu sesi, seorang penanya menanyakan pada saya (dan Seno Gumira Ajdarma saat itu); saat kami menulis novel sejarah apakah kami takut terhadap imajinasi yang merusak sejarah yang sudah ada? Jawaban kami hampir sama saat itu, yaitu: memainkan tokoh kecil di antara tokoh-tokoh besar. Tokoh-tokoh kecil inilah yang bergerak liar, sedang tokoh-tokoh besar berjalan sesuai pakem. Sesekali saja kita menggerakkannya.

Konsep ini, ternyata juga dilakukan lagi oleh GA dalam Kastil Walpole, Kotak Southcott dan Hari Tenggelamnya Van de Decken. Saya rasa di cerpen-cerpen inilah, kekuatan GA bisa terlihat. Bagaimana pun dari pada membuat cerita baru yang utuh, menginterpretasikan sebuah cerita yang sudah ada jauh lebih sulit, karena bila cacat sedikit saja, cerita akan mudah sekali dianggap gagal. Untungnya, dalam cerpen-cerpennya ini, GA terlihat sangat luwes. Saya yakin, bagi yang tak mengetahui kisah sebenarnya, pasti akan mudah masuk dalam cerita yang dirangkainya. Jadi menurut saya, ini merupakan kelebihan yang saya singgung di atas: GA boleh jadi sudah tak lagi nampak sangat Melayu, namun upayanya menulis kisah berseting asing, sama sekali tak membuatnya kagok.

Membaca Magi Perempuan menciptakan kesenangan sendiri buat saya. Di buku ini, saya bisa memastikan kematangan GA dalam tulisan-tulisannya. Saya juga merasakan sekali imajinasi GA yang tak terbatas. Tentu dari awal, karena tahu sebagian besar cerpen-cerpen ini sudah dimuat di media, saya tak terlalu berharap akan ketakutan saat membacanya. Namun desiran menegangkan cukup saya rasakan di setiap saya menyelesaikan setiap cerpen. Saya pikir tanpa harus menyebutkan nama-nama seperti sundel bolong, gundoruwo, atau pun kuntilanak, GA mampu menyajikan nuansa seperti itu. Sepertinya ia sudah merapal magi di tulisan-tulisannya.
Profile Image for Tessa Monica.
11 reviews2 followers
September 22, 2020
Membaca buku kumpulan cerpen karya Guntur Alam ini benar-benar seperti candu. Saya tidak bisa berhenti membalik setiap lembarnya. Rasanya ingin segera menamatkannya, namun tentu setelah saya melahap semua isi buku ini. Saya merasa kosong. Ingin membaca lebih banyak cerita.

Kumpulan cerpen yang cukup berbeda. Bukan soal cinta atau apapun itu. Kumcer di buku ini menyibak sisi kelam, namun penulisnya cukup piawai mengemasnya sedemikian rupa hingga meskipun isi dalam buku ini kelam tapi tetap begitu mudah dinikmati pembaca seperti saya (yang notabene kurang suka genre seperti ini)

Ada beberapa cerita yang mungkin sedikit sulit saya cerna, tapi itu bukan masalah besar.
Saya suka gaya penulisan Guntur Alam. Mengalir.

Tentu buku ini menjadi barisan buku yang akan saya baca berulang-ulang. Bahkan saya rekomendasikan kepada kerabat.

Sekali lagi, saya tersihir dengan penulisan Guntur Alam dan ingin membaca karyanya yg lain.
Profile Image for Andria Septy.
249 reviews14 followers
July 6, 2019
Berhubung saya belakangan ini sedang suka membaca cerpen, maka kumpulan cerpen ini menjadi rekomendasi terbaik bagi siapapun yang menyukai hal-hal berbau fantasi, mitos dan dongeng. Namun, bukan hanya itu yang ditonjolkan. Saya paling suka cerita Tem Ketemtem dan Maria Berdarah. Bukan berarti yang lain tidak bagus loh! Biasanya mitos ataupun dongeng, diceritakan hanya untuk anak-anak. Tapi kumcer ini khusus untuk dewasa muda sampai dewasa (tua). Dari judulnya sudah kentara kalau kumcer ini tentang perempuan. Tak semata soal tubuh dan seksualitas, tapi hal-hal lainnya. kumcer ini ditulis oleh seorang pemuda asal Sumsel. Bagus, tapi sayangnya orang-orang kebanyakan lebih doyan baca novel yaaa.
Profile Image for Heru Prasetio.
210 reviews2 followers
March 19, 2021
“Jangan jatuh tertidur, Bujang! Bulan pucat tengah penuh. Mengembang di kelam raya. Bila kau pantang, kau akan bangun esok paginya dengan dunia pekat selama-lamanya!” -Hlm. 19-

"Buku karya penulis kelahiran Sumsel ini berisi 21 cerpen yang kental akan 'bau' mitos, urban legend & dongeng baik dalam maupun luar negeri. Dikemas sedemikian menarik dan kebanyakan alurnya bergelombang dengan akhir mengejutkan. Terlepas dari ceritanya hasil modifikasi ataupun dekonstruksi, yang pasti sebagai pembaca aku sangat menikmati. Kalau disuruh mana cerita favorit, aku pilih Peri Kunang-kunang dan Almah Melahirkan Nabi."
Profile Image for Rei.
366 reviews40 followers
June 26, 2018
Dongeng horor semi porno (atau erotis?) yang disampaikan secara metaforis dengan diksi semanis madu. Cerpennya amat pendek dengan tema kurang lebih sama (sexual abuse dan "bersekutu dengan iblis") sehingga pengalaman membaca lama-kelamaan jadi membosankan dan metafor-metafor indah itu pun tidak lagi memikat.
Profile Image for Oktabri.
147 reviews4 followers
September 12, 2015
mau sedikit curhat sebelum masuk ke inti review-ku. jadi, begini... sebelum memutuskan membeli buku ini, aku masih mengalami masa-masa gamang selepas pelatihan menulis cerpen yang dihelat oleh media besar beberapa bulan silam. kembali dari pelatihan itu membuatku seolah mati langkah, takut berkarya jika hanya menghasilkan sampah. dan, ketakutan itu berubah menjadi dahaga, aku ingin belajar menulis cerpen lebih banyak, dan dengan serangkaian pertimbangan, kuputuskan untuk membeli buku ini kala bertandang ke toko buku di kota. niatnya jelas, buku ini akan kujadikan pembasuh dahaga belajar menulisku. sesuai dengan arahan kak gulam (penulis kumcer ini---fyi, beberapa orang memang memanggilnya demikian), aku harus meyakinkan diriku sendiri bisa menulis bagus, sebagus karya-karyanya.

oh, baiklah. curhatku kepanjangan, ya? maaf. mari dilanjutkan membaca review ini, manatahu kegamanganmu untuk membeli atau tidak kumcer ini bisa teratasi (sudah rahasia umum jika kini banyak pembaca mengulik review-review di goodreads sebelum memutuskan membeli buku incarannya).

mencekam! ya, kau tidak salah baca. mengingat ini adalah kumcer dewasa dengan cerita-cerita gotik, buku ini benar-benar menghadirkan sekumpulan cerpen yang bertema gelap dan suram. racikan setiap ceritanya pas, tak berlebih-lebihan untuk menghadirkan kesan seram. beberapa cerita kaya unsur lokalitas yang berisi mitos atau cerita rakyat daerah sumsel---terutama tanah abang, kabupaten pematang abab penukal ilir (atau pali), tetapi ada pula beberapa cerpen yang sepertinya digubah dari cerita-cerita luar negeri (atau aku salah? sekadar memakai nama asing dan latar tempat/budaya luar sana saja).
satu hal yang kusoroti dari sejumlah cerpen dalam buku ini adalah diksi. seperti biasa, kak gulam dikenal dengan karyanya yang kaya permainan kata-kata dan andal membangun suasana dengan itu. namun, sepertinya kak gulam suka sekali menggunakan kata 'melindap' dan beberapa kata lainnya yang mengulang-ulang tidak hanya antar cerpen tapi juga muncul beberapa kali di cerpen yang sama, meski sebetulnya tidak sampai ke tahap 'mengganggu'.

beberapa cerpen menjadi favoritku, di antaranya: gadis buruk rupa dalam cermin, tentang sebatang pohon yang tumbuh di dadaku, lola, tiga penghuni dalam kepalaku, dan tentu saja lima orang di meja makan yang menjadi favorit para pembaca kumcer ini.

sumpulanku, kumcer gotik ini mampu melibas dahaga belajar menulisku dengan lekas, membuatku ingin menuliskan karya yang sebagus ini. namun, menghadirkan rasa ganjil yang lain. aku lapar dan 'mengidam' karya-karya kak gulam yang lainnya! berharap #indonesiana versi kak gulam cepat terbit, juga disusul oleh karya-karyanya yang lain. sukses!

*review ini ditulis melaui ponsel dan di daerahku tengah mati listrik sejak pagi, maaf jika aku tak sempat memerhatikan kapitalisasi dan kesalahan ketik di dalamnya*
Profile Image for Ratnani El Ratna Mida).
Author 11 books14 followers
May 16, 2016
Magi adalah sesuatu yang diyakini masyarakat sebagai suatu hal yang bisa menimbulkan kekuatan gaib, sehingga bisa mempengaruhi alam, pikiran dan tingkah laku manusia. Sedang Mitos adalah cerita yang disinyalir tentang para dewa dan pahlawan zaman dahulu, tapi memiliki makna yang mendalam tentang asal usul suatu alam, manusia dan bangsa dan bersifat gaib.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap masyarat dari berbagai suku pastinya memiliki magi dan mitos tertentu yang dipercayai. Karena cerita mitos semacam itu biasanya diceritakan turun temurun dari generasi ke generasi. Sehingga cerita semacam itu akan selalu melekat.

Hanya saja bagaimana jika cerita yang bermula dari mitos dan magi itu diceritakan kembali dalam sebuah cerita pendek—difiksikan? Apakah akan ada perbuahan yang terjadi pada kisah-kisah itu dan bagaimana para sastrawan mengubahnya menjadi karya sastra yang lebih menarik?

http://tulisanelratnakazuhana.blogspo...
Profile Image for Dedul Faithful.
Author 7 books23 followers
September 19, 2015
Dari banyak cerpen di buku ini, kelihatan sekali Mas Guntur Alam memiliki diksi-diksi yang hampir mirip di setiap cerpennya, tentu cerpen-cerpen gotiknya ya. Sering banget nyebut perjaka ingusan (emang semuanya gitu ya? abaikan...), terus juga neraka, pokoknya banyak lah, ada ciri khasnya. Meskipun begitu cerita-ceritanya menurutku sih gak terlalu serem, meskipun aku perlu mengapresiasi cerita-ceritanya sarat akan pesan moral, tetapi mayoritas ceritanya gak bikin kening berkerut walaupun sayang tak banyak yang meninggalkan kesan membuatku hampir merenung setelah sampai di akhir cerita-ceritanya.
Profile Image for Ryan.
Author 2 books17 followers
November 9, 2015
Kumpulan cerpen bertema magis, mistik, dan yang pasti kelam. Membaca buku ini seperti mengingatkanku saat membaca cerita-cerita dari Intan Paramadhita, penulis cerita kelam juga. Guntur Alam juga seperti menceritakan kembali Fairy Tales, urban legend, ataupun kisah yang beredar di masyarakat dengan caranya sendiri yang unik tapi membuat penasaran untuk diikuti hingga akhir.Cerita favoritku adalah Gadis Buruk Rupa dalam Cermin, yang menceritakan kembali dongeng Putri Salju, juga cerita Almah Melahirkan Nabi yang menyuguhkan cerita yang tak biasa.

Profile Image for Mia Fithriyah.
14 reviews2 followers
March 4, 2016
dalam buku ini, menurut saya Bang Guntur mencoba mengantarkan cerita 'Perempuan' lewat balutan yang berbeda, yakni dengan sentuhan yang benar-benar 'Magi. Mengangkat mitos, horor ringan, pilu, air mata, dendam dan kebencian.
|ma·gi/ n sesuatu atau cara tertentu yang diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib dan dapat menguasai alam sekitar, termasuk alam pikiran dan tingkah laku manusia;| http://kbbi.web.id/magi
http://miafithriyah.blogspot.co.id/20...
Profile Image for Darnia.
769 reviews113 followers
March 24, 2016
Satu lagi kumcer bertema horor yg gw baca. Banyak kisah yg diangkat dari legenda, mitos bahkan pengembangan imajinasi Guntur Alam terhadap tokoh dalam kisah horor yg populer. Pada cerpen-cerpen yg berlatar belakang Indonesia, agak ada sedikit "rasa" cerpen A.S Laksana. Awalnya, gw kira hanya perasaan gw saja. Namun, ternyata, nama itu disebut juga dalam salah satu cerpen di sini (dan baru tahu kalo belio itu editor galak hehehe).

Salut pada imajinasi Guntur Alam. Semoga makin banyak cerpenis Indonesia yg berbakat, macam bang Gulam ini.

Terima kasoh iJak atas peminjaman bukunya
Profile Image for Meyla Dee.
1 review
March 10, 2016
Kali pertama baca kumcer Guntur Alam dan langsung jatuh cinta.
Buku membuat saya sebagai pembaca terpesona akan cara penyajiannya. Mampu membawa pembaca masuk dalam imaji horor yang berbeda. Cerita-cerita mitos serta dongeng masa lampau yang disajikan dengan cara yang berbeda memberikan kesan tersendiri. Perempuan, mitos dan misterinya seperti kunang-kunang yang menarik dan membangkitkan rasa penasaran.
Profile Image for Arista Devi.
13 reviews3 followers
January 14, 2016
Jika kamu ingin bisa menulis cerpen berdasarkan cerita lain yang sudah ada, buku ini recommended banget.
Sebagai Perempuan, membaca kumcer Bang Gulam ini membuat saya tersesat ke labirin dunia lain yang dipenuhi kegelapan dan hanya dihuni oleh mahluk bernama luka dan kenangan.
Profile Image for Clara Utami.
24 reviews13 followers
August 9, 2016
Saat mulai membaca saya tidak mengira buku ini adalah antologi cerpen berbumbu misteri dan mitos. Desain sampulnya lah yang awalnya menarik saya. Lalu, setelah membaca cerita pertama saya mulai terpikat pada gaya tuturnya meski kesan yang sama tidak bertahan sampai akhir.
Profile Image for Fahrul Khakim.
Author 9 books97 followers
October 14, 2015
Suka cara Bang Gulam menyimpan ending yang magis. Kemahirannya dalam mix and macth dongeng-dongeng gotik menjadi cerita semibaru cukup memukau. Gaya bahasa masih terasa hambar.
Displaying 1 - 30 of 33 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.