What do you think?
Rate this book


204 pages, Paperback
First published October 1, 2015

Konon laki-laki lebih lemah daripada perempuan. Toh laki-laki hanya terbuat dari debu dan perempuan terbuat dari tulang rusuk. Jelas sudah kenapa kalian perempuan lebih tegar dan kuat.
Aku rasa, kau tidak akan pernah bisa berhenti bertindak bodoh. Karena kau laki-laki. Laki-laki memang bodoh, kan?
"Dari sekian banyak hal yang bisa kau lupakan, otakmu memilih melupakanku."Membaca buku ini rasanya seperti sedang menonton sebuah film melodrama yang memberikan kesan sendu dan melankolis. Buku ini ditulis dengan menggabungkan sudut pandang pertama dan kedua yang menempatkan pembaca sebagai karakter Lynn; dan hal tersebut berhasil membuatku seolah terlibat dengan apa yang sedang terjadi pada karakter yang ada di dalamnya. Ceritanya dinarasikan oleh karakter utamanya, Sam, yang berusaha membuat Lynn mengingat dirinya dengan mengisahkan kembali masa lalu mereka. Ada banyak flashback yang memperdalam hubungan antara keduanya yang terlupakan oleh Lynn. Konflik antara Sam dan Lynn mulai muncul dengan kehadiran karakter Billy dan Leon yang berhasil mengintimdasi Sam serta membuatnya meragukan banyak hal. Selain itu, ada juga konflik sampingan yang menyangkut problem dalam keluarga Sam dan juga Ayah Lynn yang kesulitan menghadapi keadaan yang ada. Meskipun konflik yang ada dalam buku ini sebenarnya tidak terlalu rumit, aku rasa ceritanya lebih banyak mengeksplorasi perasaan setiap karakter terhadap apa yang sedang mereka hadapi. Menjelang ending, terjadi sesuatu yang sama sekali tidak aku duga dan agak membuatku menganga. Tentu saja aku tidak akan memberikan spoiler dan membahasnya secara detail, yang jelas ending-nya lumayan menyayat hati :'(( Entah aku harus menyebutnya sebagai happy atau sad ending; karena menurutku ceritanya berakhir dengan bittersweet
"Kadang aku berharap, aku punya kemampuan untuk membuang perasaanku. Karena hati yang terluka terasa lebih sakit dibandingkan dengan kulit yang tersayat pisau baru."

"Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Semua orang, tanpa kecuali, memiliki perasaan dan pikiran mereka sendiri saat mengambil sebuah keputusan. Ketakutan mereka, rasa cemas, bahkan rasa sayang bisa menjadi alasan itu. Apa hakku untuk mengabaikan perasaan itu dan menyuruh mereka mengambil keputusan yang bertolak belakang dengan perasaan mereka?"Overall, buku ini telah berhasil membuatku tenggelam dalam kisahnya yang sendu dan sarat emosi. Meskipun jalannya cerita terkadang terasa lambat, aku menikmati setiap perkembangan yang terjadi pada karakter-karakternya. Yang jelas selama membaca buku ini mood-ku seketika jadi mellow karena pergolakan emosi yang terjadi dalam ceritanya. Dan sebagai penutup, aku sangat berterimakasih pada penulisnya, Andry Setiawan, yang menawarkan naskah pre-release ini untuk aku baca. Semoga saat bukunya terbit, kisah Sam dan Lynn bisa dinikmati oleh lebih banyak pembaca :))
"Maaf, ya."
"Untuk apa?" tanyaku setengah tertawa. Kau tidak memiliki kesalahan apa pun sampai harus meminta maaf seperti itu.
"Karena sudah melupakanmu." Kau mendesah. "Kau baik sekali, tapi aku sama sekali tidak ingat kita pernah bersama. Aku tidak ingat pernah menyukaimu, dan itu pasti sangat menyakitkan buatmu. Dilupakan tidaqk pernah menjadi sesuatu yang menyenangkan