What do you think?
Rate this book


250 pages, Paperback
First published August 1, 2015
Bahagia itu relatif. Tergantung gimana lo memandang pernikahan lo. Just be happy, Darling!
“Kenapa kita harus menikah? Pertanyaan yang selalu ingin dilontarkan oleh Nadya pada setiap orang, terutama pada kedua orangtuanya yang selalu menanyakan perihal pernikahan. Seakan-akan menikah adalah tujuan akhir hidup seseorang. Jika seseorang tidak menikah, maka itu akan menjadi aib seumur hidupnya” (Hal. 1)
“Tapi memang itu kan, esensi pernikahan? Saling mencintai dan saling memiliki”. (Hal. 96)
“Kita tidak akan menyakiti orang yang kita cintai, kan? Atau malah sebaliknya? Karena cinta, kita bisa seenaknya pada orang yang kita cintai?”. (Hal. 135)
“Elo yang enggak tahu apa-apa Irena! Lo menganggap hidup lo yang paling menderita. Gue gak perlu mengumbar kesedihan gue ke semua orang. Enggak perlu seluruh dunia tahu hidup gue seperti apa, Ren!” (Hal. 137)
“Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta karena hati tidak bisa diprediksi. Begitu juga dengan jodoh, keinginan dan harapan kadang berbenturan dengan realitas yang ada. Seperti halnya mencintai, jodoh pun tak dapat diprediksi. Rahasia Ilahi.” (Hal. 168)
“Tidak ada hidup yang sempurna. Hidup itu pilihan, begitu juga dengan kebahagian.” (Hal. 270)