Dunia Duniya sudah saya baca beberapa bulan lalu, tapi hanya beberapa lembar halaman awal. Kemarin saya berniat menuntaskannya untuk mengejar persentase jumlah buku yang saya baca tahun 2021. Lha gimana, niat aja gede mau baca 52 buku, tapi sampai saat ini baru baca 8 buku. Sebenarnya lebih sih, tapi yang lain nggak ada di list goodreads.
Baik, kembali ke Dunia Duniya. I love this book so much. Wish I can write as good as Dewi in this book.
Dua Duniya berkisah tentang Duniya, akrab dipanggil Niya. Seorang gadis kecil kelas 3 SD. Duniya dan teman-temannya, Duniya dan kisah cinta monyetnya, Duniya dan temannya 'si gila', dan Duniya yang sangat takut membuat marah kedua orangtuanya.
Duniya tak ingat kapan tepatnya kedua orangtuanya menjadi kerap memukulinya. Ayah memukulinya dengan gesper - bahkan untuk kesalahan kecil - tak jarang di depan teman-teman Duniya. Mama mencubitnya bila marah dan bekas cubitannya akan biru-biru keesokan harinya.
Namun novel ini bukan hendak mempertontonkan dua sisi. Tak ada penjelasan mengapa orangtua Duniya melakukan kekerasan fisik terhadap anak mereka. Juga orangtua Sihar dan orangtua Mutasor, teman-teman Duniya.
Novel ini hanya menceritakan suara hati Duniya. Menceritakan kemalangan-kemalangan yang menimpanya bahkan persahabatannya dengan si gila. Orang gila di kompleks yang justru merupakan 'teman' yang sangat diperhatikan oleh Duniya.
Novel ini juga menceritakan betapa anak laki-laki suka mengganggu anak perempuan sampai memukul. Oh yes, waktu kukecil dulu ada juga anak-anak lelaki jahat seperti itu. Lalu teman yang berkhianat, mendorong Duniya hingga terluka, tapi kemudian mengaku bahwa teman lain yang melakukannya. Guru-guru yang mengabaikan murid bahkan tak adil. Itu semua ada. Kisah cinta monyet? Adaa di kehidupan nyata juga.
Dan kisah Duniya yang mendapatkan angka nol, pernah kualami juga. Nilai rapor yang tidak sesuai dengan hasil-hasil ulangan, pernah juga. Bedanya Duniya dibantu meraih keadilan oleh pamannya yang mahasiswa hukum, sedangkan aku dulu ... kalau tak salah orangtuaku memrotes lewat surat dan nilai rapor kemudian disesuaikan dengan nilai ulangan sehari-hari, guruku mengakui ada kekeliruan. Duniya juga berhasil mendapatkan nilai yang sesuai dengan kemampuan dia sebenarnya.
Entah mengapa, kisah Duniya terasa begitu dekat hingga aku merasa beberapa kisahnya mungkin adalah pengalaman masa kecil Dewi Sartika sendiri. Benar, nggak, Mbak Dewi?
Dan, Dunia Duniya ini bagus juga kalau difilmkan. Kisah cinta monyetnya mirip kisah Dilan-Milea walau Sihar-Duniya ini versi anak SD dan SMP. Kelembutan Sihar dan ngamuknya dia ke Surya yang mengganggu Duniya, mirip sikap Dilan ke Milea. Uhuuuy.
Sukses selalu, Mbak Dewi dengan kisah-kisah selanjutnya.
Novel ini sangat menarik dan unik di mata saya. Mengutarakan tentang bagaimana anak-anak menderita karena kungkungan, paksaan dan kekerasan fisik yang dilakukan oleh orang-orang yang selayaknya mendukung, memahami dan menyayangi mereka.
Salah satu dari tiga buku "anak-anak" yang aku baca minggu kemaren selain Anastasia Krupnik 3 dan Walk Two Moons. Tiga2nya bikin aku diem sebentar setelah baca. Terpesona. Karakter utamanya seorang anak, tapi aku rasa cerita ini perlu dibaca oleh orang tua. Buku tipis tapi sangat kaya. Menyentuh sistem pendidikan yang masih seringkali menyedihkan, ketika guru sembarangan menghakimi seorang anak bodoh hanya karena tidak mengerti apa yang diajarkannya. Menyentuh anak-anak korban kekerasan orang tua, dari kekerasan yang mungkin terlihat sepele sampai kekerasan yang betul-betul kasar. Menyentuh persahabatan anak-anak yang merasa memiliki kesamaan. Menyentuh cinta pertama seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketika membacanya, kadang aku merasa miris. Kadang gemas. Kadang terharu.
Ni buku sebenernya belum kelar baca--tinggal dikiiiiit lagi, tapi koq udah ilang dan dicari dimana-mana gak ada. Ya wes lah, aku anggap tuntas aja. Lagian aku gak suka isinya.
Alasanku beli buku ini adalah ingin merasakan bahasa suram seperti di buku Dadaisme, tapiiiii...hiks, ceritanya malah datar banget. Sempat terkecoh dengan sinopsis yang terkesan penuh dengan kekerasan pada anak-anak, eh ternyato biasa sajooooooooo!!!! :(( rugi gw udah "bayangin yang gak-gak sebelumnya" *ni maksudnya bayangin child abusenya di American Crime*
masih ada satu lagi buku Dewi Sartika yang mau dibaca, Ranah Sembilan, tapi liat dari "sambutan" di GR, ni buku kayaknya bakal mengecewakan juga....hiks!!!
Buku 'anak-anak' yang bisa dibaca semua umur. Topiknya menarik, yaitu childern abuse, tetapi plotnya cenderung datar. Sehingga rasanya enggak ada ekspresi terkejut atau klimaks saat membaca novel ini.
Mengangkat tema kekerasan pada anak, buku ini terhitung ringkas mengingat halamannya yang tdk sampai 200, buku yang cocok dijadikan bacaan ringan. Pengembangan emosi dlm cerita ini aku rasa kurang karena tiap ganti chapter, feel yang dirasa hampir menyentuh stagnan.