Jump to ratings and reviews
Rate this book

Love Cycle Series #3

Jika Aku Milikmu

Rate this book
Bisakah cinta tumbuh tanpa keragu-raguan?

*

[Sarif]
Bila suatu ketika cinta datang dan menghampirimu,
mampukah kau menerima ketidaksempurnaan yang dibawa oleh cinta?


[Nur]
Berapa lama yang dibutuhkan untuk mengubah keragu-raguan menjadi cinta?
Mungkin tidak selama waktu yang diperlukan untuk memupuk luka.

[Mei]
Di dalam setiap alunan melodi rindu, ada satu nada yang berbeda.
Seperti perasaan ganjil tentang cinta yang tidak semestinya—yang saat ini kurasa.


**
Jika suatu hari nanti, tiba waktunya kau untuk mencintai,
bisakah kau memberikan cinta kepada seseorang yang tidak sempurna?

265 pages, Paperback

First published September 1, 2015

13 people are currently reading
222 people want to read

About the author

Bernard Batubara

26 books818 followers
I am a best selling writer of 19 books.

They are "Angsa-Angsa Ketapang" (2010), "Radio Galau FM" (2011), "Kata Hati" (2012), "Milana" (2013), "Cinta." (2013), "Surat untuk Ruth" (2014), "Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri" (2014), "Jika Aku Milikmu" (2016), "Metafora Padma" (2016), "Elegi Rinaldo" (2017), "Mobil Bekas dan Kisah-kisah dalam Putaran" (2017), "Luka Dalam Bara" (2017), "Untuk Seorang Perempuan yang Memintaku Menjadi Hujan" (2017), "Asal Kau Bahagia" (2017), "Espresso" (2019), "Tentang Menulis" (2019), "Residu" (2019), "Batu Manikam" (2020), and "Banse Firius" (2020).

My short story “Goa Maria” appeared in the bilingual anthology of Indonesian writing Through Darkness to Light (Ubud Writers and Readers Festival 2013 & Hivos).

I provide editorial and copywriting services, for commercial and literary purposes. I accept prose, poetry, and nonfiction story.

Contact me through the information below.

Whatsapp: +6287839894689
Twitter & Instagram: @benzbara_

benzbara89@gmail.com
www.bisikanbusuk.com

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
30 (18%)
4 stars
47 (28%)
3 stars
63 (38%)
2 stars
18 (10%)
1 star
6 (3%)
Displaying 1 - 29 of 29 reviews
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
December 29, 2015
Nggak bisa suka sama buku ini. Saya sudah mencoba, oke.

"Jika Aku Milikmu" bercerita tentang Sarif Tizaruddin, seorang pemuda yang kembali pulang ke Pontianak atas permintaan ayahnya. Sang ayah, yang sedang menjadi calon wali kota Pontianak, mengadakan pameran buku dan meminta Sarif untuk mengurusnya.

Dalam pulangnya kali ini, Sarif bertemu kembali dengan Nur, seorang gadis yang pernah disukainya, tapi dia tinggalkan karena mengejar pendidikan. Di Pontianak jugalah, dia bertemu dengan Mei, mantan teman kampus sekaligus saingannya dalam hal menulis, yang dijodohkan dengannya.

Bagi Sarif, Nur adalah cinta lama yang ingin dia gapai kembali. Sementara Mei adalah seorang gadis yang mampu membuatnya penasaran dan bersemangat.

Ini novel gelombang dua dari seri "Love Cycle" Gagas Media. Saya tidak tahu kenapa judul dan konsep kovernya tampak berubah dari dua judul yang sebelumnya terbit. Pas pertama muncul, sebelum lihat logo "Love Cycle, saya malah ragu kalau ini novel dari seri yang sama.

Untuk saya, buku ini terasa kurang matang. Ya plotnya, ya karakter, dialog, sampai ke pesan yang ingin disampaikan. Saya rasa penyebabnya adalah terlalu banyaknya unsur yang ingin penulisnya masak secara bersamaan.

Saya akan mulai dari hal yang bikin saya agak ilfil. Dialog, khususnya percakapan antara Sarif dan Nur yang kadang terasa... bodoh? Seperti:

"Aku cuma mau tanya, kamu masih suka pedas, tidak?"

Butuh dua hingga tiga detik keheningan bagi Sarif untuk mencerna pertanyaan Nur.

"Kalau pedas itu artinya kamu, berarti iya, aku masih suka pedas."

"Apa kamu pernah keracunan?" tanya Nur.

"Belum. Tapi, aku tidak keberatan kalau kamu mau meracuniku."

Nur tertawa. "Aku harap aku bisa meracunimu. Tapi, aku tidak punya kemampuan membuat racun. Aku cuma bisa bikin bubur pedas. Kamu mau?" (hal. 85)


Yang dilanjutkan dengan:

"Dari mana kamu belajar membuat racun seenak ini, Nur?"

[...]

"Ibuku. Dia pandai sekali membuat racun."

"Ibumu pembunuh profesional, kalau begitu."

"Tentu saja. Lalu, ia menurunkan bakatnya itu kepadaku."

"Aku rela mati, Nur, di tanganmu."

"Ya, kalau kamu suka, aku akan membunuhmu setiap hari." (hal. 88)


Terus ada yang ini, waktu mereka membicarakan tentang pembangunan Rumah Radakng:

"Di Jakarta, Nur, uang sebanyak itu akan habis untuk membangun tempat hiburan," kata Sarif. "Dan jika kukatakan tempat hiburan, yang kumaksud adalah tempat-tempat yang hanya menghabiskan uangmu tanpa manfaat apa pun."

"Mal?" tanya Nur.

"Tidak harus mal. Iblis bisa mengambil wujud apa pun."

Nur tertawa. "Bagaimana bisa mal menjadi iblis?"

"Segala hal yang membuatmu terlena adalah iblis." Sarif menoleh kepada Nur. "Termasuk kamu juga. Kalau kamu membuatku terlena, kamu adalah iblis. Tapi, aku tidak masalah kalau dirasuki iblis seperti kamu." (hal. 115)


Sarif... kamu mabok, ya?

Saya paham kalau orang dilanda asmara, kadang terjadi percakapan yang mengawang-ngawang dan bisa terdengar bodoh. Mungkin bicara tentang mengambilkan bintang untuk pacar (jangan lakukan, karena akan mengganggu bumi), atau seperti yang Sarif bilang: "abang rela mati untukmu.".

Tapi, entahlah. Menghubungkan bubur dengan racun, lalu jadi pendakwah KW? Kalau jadi Nur, saya mungkin bakal pikir-pikir lagi soal jadian dengan Sarif setelah kena tiga pembicaraan macam gitu.

Lalu untuk plot. Terlalu banyak yang berusaha dijalankan. Mulai dari soal Sarif yang ingin menulis novel yang akan diikutsertakan di sebuah penghargaan sastra nasional, lokalitas yang tampak tidak semenarik metropolitan, hubungan Sarif dengan Nur, pembalakan liar, soal Mei yang suka sama Sarif, cita-cita, sampai ke masalah konflik antar keluarga.

Terlalu banyak sampai akhirnya ada yang tidak selesai.

Untuk ceritanya, it's ok. Saya kurang begitu suka dengan drama antar keluarganya yang terasa dilemparkan begitu saja dan tidak begitu kuat di dalam cerita.

Untuk karakternya, tidak ada yang betul-betul saya suka. Sarif, saya merasa dia ini seperti "Sajak Seonggok Jagung"-nya Rendra. Mungkin lihat review yang ini saja biar paham apa maksudnya. Buat saya, sebenarnya akan lebih menarik kalau dia kemudian menulis soal pembalakan liar untuk novelnya. Itu akan lebih memberi warna pada karakternya, sekaligus bisa menjadi plot yang menarik untuk novel ini sendiri.

Karakter lain yang patut dipertanyakan adalah ibunya Nur. Awalnya . Kenapa? Apa yang membuatnya berubah haluan seperti itu? Kalau hanya karena apa yang Nur lakukan, saya susah untuk paham. Rasanya bukan alasan yang cukup kuat.

Lalu, ada beberapa selip kecil dalam cerita, seperti:

Ketika itu adalah hari Senin di bulan Februari, empat tahun lalu. Udara begitu kering dan langit biru tanpa awan. Nuraini Abubakar berusia tujuh belas tahun, tepat tujuh belas tahun, tidak kurang dan tidak lebih. Langit di kota Pontianak tampak kelabu, namun tidak wajah Nur. (hal. 74)


Jadi, langitnya waktu itu biru tanpa awan atau kelabu?

Lalu yang ini, bagian ketika Nur dan Mei bicara tentang pembalakan liar:

"Kamu tidak keberatan ayahmu bermain kayu?"

"Semua orang mencuri, Nur. Hanya berbeda cara dan objeknya."

"Aku tidak setuju," kata Nur. "Aku tidak mencuri apa-apa dari siapa-siapa."

Mei tersenyum. "Kamu mencuri hati Sarif dari dirinya." (hal. 231)


Saya tidak suka susunannya. Kenapa? Di bagian awal, Mei dan Nur bicara tentang pencurian kayu. Sesuatu yang sifatnya nyata. Kayunya ada, bisa disentuh, dan memang dicuri.

Di bagian kedua, mereka membicarakan sesuatu yang sifatnya metafora. Kalau Nur mencuri hati Sarif, pastinya bukan livernya Sarif yang Nur ambil. Kecuali, kalau si Nur ini ternyata pemanen organ tubuh manusia (yang mungkin akan membuat novel ini jadi lebih menarik sebenarnya), tapi justru itulah kesan yang saya tangkap, karena mereka membicarakan sesuatu yang sifatnya harfiah lebih dulu.

Lagian, ya, orang lagi serius bicara soal pencurian kayu, tiba-tiba pindah ke soal "mencuri hati". Beda keleus.

Secara keseluruhan, saya kurang suka dengan novel ini. Tidak ada karakter yang menarik, percakapannya kadang bikin ilfil, ceritanya terasa biasa saja, dan ada plot yang tidak selesai. Saya mungkin akan lebih suka dengan novel ini kalau Nur memanen organ dalam ada rasa keadilan yang lebih kuat terhadap masalah pembalakan liar.

Buku ini untuk tantangan baca:
- 2015 Young Adult Reading Challenge
- 2015 New Authors Reading Challenge
Profile Image for Maggie Chen.
145 reviews85 followers
June 5, 2017
Sebenarnya, aku tidak mengikuti seri Love Cycle dari Gagas Media. Aku tidak pernah membaca satupun seri Love Cycle (kecuali Jika Aku Milikmu) dan aku membeli buku ini semata karena Kak Bara adalah penulisnya.

Dan, satu-satunya kesalahanku dalam membeli buku ini adalah karena sudah melabelinya terlebih dahulu dengan 'Karya Kak Bernard Batubara'.

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai cerita, aku ingin sedikit menyinggung mengenai cover. Cover-nya manis, warnanya juga cantik. Hanya saja bahannya menggunakan salah satu jenis bahan sampul yang paling kubenci. Semacam kertas tebal yang mudah kotor jika tanganmu belepotan grafit pensil atau tinta, dan juga mudah basah jika tanganmu berkeringat. Hal ini tentunya sangat mengganggu bagiku yang tangannya selalu berkeringat. But, anyway... Mari kita lanjutkan pada inti cerita saja.

Jika Aku Milikmu bercerita mengenai cinta dan keragu-raguan. Seperti yang penulisnya sendiri tegaskan di dalam kata pengantar.

'...cinta dan keragu-raguan. Cinta yang diselimuti dengan angan-angan dan perandaian. Ketika seseorang mencintai atau dicintai, kadang-kadang ia akan bertanya pertanyaan semacam ini:

Jika aku milikmu, apa yang akan terjadi?

Ya. Apa yang akan terjadi? Apakah kebahagiaan yang akan ada? Ataukah hanya kesedihan dan luka? Pertanyaan-pertanyaan ini membuat kita merasa ragu melanjutkan perasaan kita terhadap seseorang, lebih-lebih lagi mengekalkannya ke dalam sebentuk hubungan.'

Namun selain mengenai cinta dan keragu-raguan, aku sendiri merasa menemukan hal lain yang mungkin secara tidak langsung tersampaikan juga melewati karya ini, yaitu untuk tidak menyerah akan impian masing-masing. Walau cinta dan keragu-raguan memiliki porsi besar di dalam Jika Aku Milikmu, aku merasa bahwa impian juga mempunyai peranan yang signifikan di dalam cerita ini. Selain itu, Jika Aku Milikmu juga dibalut oleh persoalan yang cukup berat seperti dendam masa lalu.

Dear, Kak Bara...
Dapatkah kau membuat kata pengantar yang emm.. mungkin sedikit lebih santai? Sungguh, ekspektasiku melambung hingga setinggi-tingginya setelah membaca kata pengantar itu. Dan kesalahan terbesar dari membaca sebuah buku adalah dengan berekspektasi tinggi terlebih dahulu...

Aku baru mengenal Kak Bara dari karyanya yang berjudul Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, dan buku itu benar-benar menjadi favoritku hingga saat ini. Terutama cerita mengenai Perempuan di Loftus Road. Sungguh, aku tidak dapat mengekspresikan cerita itu dengan kata lain selain 'indah'. Aku benar-benar menyukai Perempuan di Loftus Road. Sehingga, salahkah diriku jika berekspektasi terhadap karya Kak Bara yang lain?

Ketika baru mulai membaca Jika Aku Milikmu, aku benar-benar jatuh cinta terhadap karya ini. Rasanya aku akan menyukai apapun yang Kak Bara tulis karena kemampuannya untuk meramu kata-kata menjadi kalimat indah. Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana Kak Bara mampu membuat kalimat yang tidak rumit untuk dipahami, tidak menggunakan kata-kata 'alien', tapi... indah. Kak Bara tidak membutuhkan kata-kata berat aneh bin ajaib yang harus dicari di dalam kamus KBBI dahulu untuk dipahami demi membuat sebuah kalimat indah. Kata-kata yang ia gunakan cukup sederhana. Namun, indah... Dan lagi, hal ini membuat ekspektasiku mencuat. Sangat-sangat tinggi...

Read Full Review here --> Nocturnal Catfish: [BOOK REVIEW] Jika Aku Milikmu by Bernard Batubara... http://iamnumberthirteen.blogspot.com...
Profile Image for Dhani.
257 reviews17 followers
November 15, 2015
Bernard, adalah salah satu pengarang laki laki yang novel karyanya saya suka. Diksinya juara. Dan kelebihannya, dia juga jawara menulis cerpen juga puisi. Di JIKA AKU MILIKMU, saya juga menemukan keindahan itu. Walau menurut saya tak sepekat CINTA, juga RUTH yang belum saya selesaikan membacanya.Awalan dari novel ini bagi saya lambat. Dan keindahan baru terasa saat memasuki halaman halaman tengah.

Yang saya suka dari novel ini,
- Quote quote di setiap awal bab itu sumpah, keren keren.Saya suka menulis puisi juga, tapi tetap BB juara. Pendek pendek kalimatnya, tapi nonjok.
- Lokalitasnya kental. Rasa Pontianaknya pekat, tapi nggak maksa.

Yang sedikit agak mengganjal dari novel ini,
- Di halaman 80 disebutkan bahwa Suma sempat mabuk saat menyetir, karena ditemukan kandungan alkohol dalam darahnya.Dan Suma berangkat dari rumah. Agak mengherankan, Suma minum alkohol. Karena sepanjang cerita tak ditemukan pembenaran atas fakta itu.
- Di halaman 233 disebutkan bahwa Marwan telah mendapatkan vonis dari pengadilan. Tapi mereka sekeluarga masih ngobrol di rumah? Sepengetahuan saya, baru dijadikan tersangka saja sudah ditahan lho.Jadi janggal jadinya.

Masih menunggu karya karya BB yang lain...
Profile Image for Sherly Wie.
3 reviews3 followers
November 18, 2015
pada bagian prolog dan bab 1, banyak plot twist yang dianyam dengan apik. tapi pada bab kedua, terjadi penurunan sehingga ada sedikit kebosanan saat membaca. tapi mungkin itu disengaja, mengingat konflik cerita dan penyelesaian yang cukup apik ternyata tersaji di bagian akhirnya. Menurut saya, meski masih banyak kekurangan di sana-sini, logika yang kadang masih kacau di beberapa bagian, dan deskripsi yang bercela, tetapi Bernard Batubara menjadi penulis yang semakin matang di buku ini. Berbeda dengan novel terakhirnya, Cinta. (Cinta dengan titik), Jika Aku milikmu memiliki background untuk setiap penempatan karakter yang dimunculkan. Juga, tidak bertele-tele. Kalimat-kalimatnya efektif dan efisien, tidak asal indah. Meski suara penulis banyak bocor di karakter-karakternya,tapi overall, buku ini cukup menarik.
Profile Image for Mechelin Sky.
77 reviews2 followers
November 23, 2015
Akhirnya selesai juga membaca kisah keragu-raguan cinta Nur dan Sarif di Pontianak. Pas baca ini langsung inget sama anime "Your Lie In April" (tapi kayaknya Kak Bara nggak suka anime juga sih!)

Ini buku kedua Kak Bara yang saya baca, setelah baca dari dua buku ini, Kak Bara punya gaya menulisnya sendiri yang kalo menurut saya unik tapi agak terlalu cewek banget. Ini masih pendapat saya loh! Disini Sarif kurang dapat gregetnya. Malah lebih ke Nur-nya yang terus berjuang.
Profile Image for Evita MF.
92 reviews8 followers
December 29, 2015
Jika Aku milikmu adalah buku kedelapan yang ditulis oleh Bernard Batubara. Sebelumnya penulis telah menerbitkan beberapa buku dengan judul Angsa-Angsa Ketapang (2010), Radio Galau FM (2011), Kata Hati (2012), Milana (2013), Cinta (2013), Surat Untuk Ruth (2014), dan Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri (2014). Jika Aku Milikmu bercerita tentang cinta yang diselimuti oleh perasaan ragu-ragu.
Sarif Tizaruddin baru saja menyelesaikan pendidikan di salah satu universitas di Jakarta, dan kembali ke Pontianak atas permintaan ayahnya. Saat ia kembali, ayahnya tengah sibuk dengan pencalonan dirinya sebagai wali kota Pontianak dan sedang mengadakan pameran buku.
Sarif juga dipertemukan kembali dengan wanita yang pernah membuatnya jatuh cinta, Nuraini Abubakar. Lelaki itu jatuh cinta pada Nur sejak di bangku SMA setelah mendengarkan gesekan biola yang dimainkan oleh Nur. Meski ragu dengan hubungan yang akan dijalani dengan Nur, Sarif memutuskan untuk menyatakan cintanya.
Di Pontianak, Sarif juga kembali dipertemukan dengan Mei, teman kuliah sekaligus teman diskusi dalam menulis. Ternyata Mei adalah anak dari teman ayahnya, sekaligus wanita pilihan kedua orang tuanya. Mei adalah wanita cerdas dan satu-satunya wanita yang membuatnya nyaman untuk membicarakan banyak hal.
Saya cukup menikmati ketika membaca novel Jika Aku Milikmu. Banyak sekali kalimat-kalimat yang cantik dan quotable khas Bernard Batubara. Tapi saking banyaknya kalimat yang indah dan quotable membuat penulis terjebak untuk menuliskan kalimat-kalimat yang berbunga-bunga terus menerus. Akibatnya beberapa dialog dalam novel ini terkesan dipaksakan dan tidak natural. Seperti berikut ini:
“Aku cuma mau tanya, kamu masih suka pedas, tidak?"
Butuh dua hingga tiga detik keheningan bagi Sarif untuk mencerna pertanyaan Nur.
"Kalau pedas itu artinya kamu, berarti iya, aku masih suka pedas."
"Apa kamu pernah keracunan?" tanya Nur.
"Belum. Tapi, aku tidak keberatan kalau kamu mau meracuniku."
Nur tertawa. "Aku harap aku bisa meracunimu. Tapi, aku tidak punya kemampuan membuat racun. Aku cuma bisa bikin bubur pedas. Kamu mau?" (halaman 85)

Juga dialog Nur ketika berbicara dengan ibunya:
“Ibu melihat api di dalam matamu. Siapa yang sedang kamu benci , Nur?”
“Aku tidak membenci siapa-siapa, Bu.”
“Kalau begitu, siapa pemuda beruntung yang kejatuhan cintamu?” (halaman 127)
Mungkin bila ditulis dengan kalimat sederhana dan tidak dilebih-lebihkan. Dialog-dialog dalam novel ini akan terasa nyata dan lebih enak dibaca. Saya merasa sulit membayangkan ketika membaca dialog-dialog dalam novel ini, sangat terasa kaku.
Untuk karakter dalam novel ini, saya pikir karakter Sarif, Nur, dan Mei terasa kurang kuat. Alur cerita dalam novel ini juga sedikit lambat diawal, hingga memasuki bagian pertengahan saya baru merasakan sisi menarik dalam novel ini. Beberapa masalah juga tidak diselesaikan dengan baik seperti, misteri kematian ayah Nur. Di awal, ibu Nur mengatakan bahwa kematian suaminya berkaitan dengan ayah Sarif, tapi kemudian di bagian akhir ibu Nur mengatakan bahwa semua murni kecelakaan. Saya dibuat bingung dengan masalah ini. Seharusnya ada sedikit penjelasan mengenai kematian ayah Nur yang sebenarnya, dan mengapa ibu Nur plin-plan dengan pernyataannya.
Saya suka dengan pemilihan latar Pontianak dan masalah illegal logging. Tidak banyak novel yang mengambil latar Pontianak dan kasus illegal logging seperti ini. saya juga suka dengan tema keragu-raguan dalam cinta. Setiap orang pasti sempat merasakan ragu ketika memulai atau tengah menjalani suatu hubungan.
Secara keseluruhan novel ini cukup menarik untuk dibaca.

baca selengkapnya: https://booknivore.wordpress.com/2015...
Profile Image for Putri Review.
74 reviews13 followers
December 18, 2015
Actual Score : 3,8 from 5 stars

Baca lebih lengkap review novel ini di blog Putri Review : Dahsyatnya Kata Pengantar dalam novel "Jika Aku Milikmu" by Bernard Batubara

Kali ini review saya akan diwarnai curhat colongan :D, spoiler alert bagi yang membenci spoiler :P

Baru satu kali ini saya jatuh cinta pada kata pengantar sebuah novel. Begini kata-katanya :

Jika Aku Milikmu, apa yang akan terjadi?Apakah kita akan bahagia? Atau kita justru akan terluka?

Pertanyaannya cukup tepat sasaran untuk sebuah hubungan percintaan yang akhirnya diresmikan (bukan sekedar kecengan lagi, tapi pacaran), dan saya rasa cocok sekali untuk tema L.O.V.E. Cycle Gagas media season 2 ini :)

Karena dua kalimat penutup kata pengantar itu, imajinasi saya tentang plot novel ini pun berkembang. Memori saya terkuak, interpretasi dibuat, dan harapan pun muncul di hati. Saya sudah punya bayangan plot yang saya inginkan, yang nantinya bisa membuat saya menangis, mengacungkan jempol dan berkoar2 seperti fans sepakbola yang kesurupan.

Itulah mengapa saat ternyata plotnya tidak sesuai bayangan, tidak bisa dipungkiri saya sedikit kecewa. Dari kacamata netral saya akan katakan kalau novel Bernard seperti biasa rapih, indah dan mendayu2 seperti biasa. Plot dan alurnya disusun begitu selaras dan serasi. Saya seakan bisa membayangkan sudut2 kota Pontianak meski saya belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di sana. Karakterisasinya pun kentara : Sarif yang ambisius, Nur yang kurang percaya diri, semuanya tersampaikan dengan jelas.

Nah, berikut dari kacamata yang kabur, tak jelas netral atau miring atau hilang satu lensa, tapi semoga masih berguna sebagai pendapat yang membangun -- paling tidak sudut pandang yang berbeda : saya berharap novel ini bisa memberikan pesan moral yang lebih berbekas. Mungkin dengan plot yang lebih berani, konflik yang lebih tak tertebak, atau mungkin tema yang lebih terjalin antara cinta - judul 'Jika Aku Milikmu' - dan biola.

Karena jujur saja, begitu saya membaca tentang hubungan antara kedua orangtua Sarif dan Nur, mood saya yang tadinya masih tertarik sudah berubah menjadi bosan. Apalagi setelah kisahnya lebih cenderung ke pengorbanan cinta yang dilakukan Nur, bukan lagi fokus pada pertanyaan "Jika aku milikmu, apakah kita akan bahagia?"

Menurut saya, pesan moralnya justru menjadi hambar dan monoton, karena Sarif dan Nur berakhir bersama. Tokoh Mei terasa menjadi benar-benar hanya sebagai penghias chapter cemburu saja, padahal saya rasa dia berpotensi untuk memperdalam plot lebih jauh lagi. Apalagi di awal2 cerita memang sudah ada indikasi bahwa Sarif pun merasa nyaman dengan Mei, kan? Kalaupun pada akhirnya Sarif tetap harus berakhir bersama Nur ya tidak apa, saya hanya mengharapkan alasan yang lebih dari sekedar 'pokoknya sudah telanjur jatuh cinta' saja. Betapapun di dunia nyata kita menemukan banyak kasus serupa.

Saya memang mengeluh ini dan itu, tapi meskipun begitu, saya tetap mengacungkan jempol untuk Bernard Batubara dan penerbit Gagas, ide L.O.V.E, Cycle ini tetap brilliant adanya :D Rasanya saya tak sabar untuk melihat kisah macam apa yang dihadirkan pada cycle ke-3 :)
Profile Image for Ade Putra Habibi.
13 reviews3 followers
December 5, 2015
Buku kedua bara yang saya baca setelah kumcernya jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri.

Sebenarnya alasan saya beli ini karena penasaran sama gimana sih penulisan si bara kalau di novel? Apa menarik kayak kumcernya? Sama sedikit berharap ada twist2 seperti di kumcernya.

Sayang, saya harus kecewa. Bukan hanya karena konfliknya yang menurut saya terasa bland, Gaya penulisan bara ternyata ada sedikit sastranya. Bukannya saya tidak suka, tapi kalau diksinya pakai bahasa langit dan rumit, otak saya lemot banget mencernanya. Jadinya ada beberapa perkataan yang bikin saya mengernyit dan bolak balik baca hanya untuk tahu arti percakapannya. Dengan kata lain, dialognya susah dicerna oleh orang awam.

Untuk karakter, saya merasa aneh dengan hubungan sarif dan nur. Chemistrynya kurang dapet. Dan ketika si sarif ketemu sama Mei dan menjalin hubungan selama 4 tahun... Mustahil banget kalau si sarif gak ada rasa sama si Mei. Padahal sudah dijabarkan kalau mereka saling cocok satu sama lain. Tapi si sarifnya malah masih berharap sama si Nur yang kabarnya gak tahu gimana. Kayak gak realistis aja

Konfliknya sendiri menurut saya kurang greget dan mudah ketebak. Apalagi waktu tahu hubungan kedua bapaknya ketahuan. Sayang, saya berharap ada sedikit twist seperti di kumcernya.

Dan sekali lagi, novel ini bukan untukku. Banyak hal2 yang terasa ganjil dan kurang digodok dalam novel ini.

Tapi ini novel masih bagus kok kalau kalian ingin bacaan ringan dan tidak keberatan sama sedikit bumbu sastra dalam percakapannya.
Profile Image for Ajeng Veran.
18 reviews
January 23, 2016
Adalah fiksi pertama yang saya baca di tahun 2016. Sebenarnya telah ada di tangan sejak 2015 awal Desember. Entah kenapa untuk memulai membacanya butuh waktu cukup lama, akhirnya selesai juga. Dan, untuk karya-karya Bernard Batubara, saya selalu merasa berkewajiban memilikinya. Iya, karena dia salah satu penulis muda Indonesia favorit saya.

Novel ini bercerita tentang seorang gadis pemain biola, Nur yang takut akan mimpi-mimpinya, dan seorang pemuda Pontianak, Sarif, yang mampu membuat Nur berani bermimpi lebih tinggi. Adanya orang ketiga, sekaligus sahabat Sarif, Mei, menjadi bumbu dalam kisah cinta mereka. Yang menarik, novel ini juga mengangkat kritik seputar pembalakan liar. Secara umum novel ini berkisah mengenai pertentangan cinta dan mimpi yang sama-sama perlu diperjuangkan. Keunggulan Bara, ia selalu menyisipkan kalimat-kalimat kutipan yang bagus dalam bercerita. Jadi, dalam novelnya kali ini, Bara mencoba mengungkapkan apa yang ingin disampaikan (tentang pengejaran sebuah mimpi dan pesan moral aktivitas penebangan ilegal) melalui sebuah cerita panjang berupa novel. Sebab ada kebenaran dalam sebuah fiksi. Tetapi, tidak dapat saya pungkiri, saya tetap merasa jatuh cinta lebih sedikit pada karya Bara berupa kumpulan cerpen.
Profile Image for Gie.
149 reviews20 followers
March 10, 2017
tema cerita: jatuh hati, dengan mengambil garis besar keragu-raguan dalam konflik ceritanya. untuk keragu-raguan, oke. dapet. walau jadinya agak kesel sih sama Nur ini.

suka dengan diksi-diksi Bara di sini. yang dia ibaratin kalo lagi kesel & cemburu itu ada api di kepala lah, atau apalah, walau ada yang jadinya berlebihan seperti waktu Sarif dikasih bubur sama Nur *meh*.

usaha penulis buat menceritakan kampung halamannya dan persoalan sosial bisa diapresiasi, walau belum sampe yang dalem banget (tapi sempet yang 'wah' juga nih idenya bikin kampanye politik lewat pameran buku *mehehee*). dan usaha Bara buat meracuni pembacanya untuk baca karya penulis dunia-- iya, Bara di sini ala-ala Murakami gini yang suka sebut-sebut penulis lain di buku.

well, ini kok jadi ngomongin Bara, sik? bukannya Sarif, atau Nur? yang pasti, masih nunggu karya Bara yang fantastis-- hasil endapan dari banyak hal yang udah dia baca & bedah dari penulis-penulis besar lainnya.

**oh ya saya suka Nur sebagai pemain biola yang benar-benar bisa main biola dan tampil di konser juga.
Profile Image for Pringadi Abdi.
Author 21 books78 followers
October 29, 2015
Bernard masih menulis dengan mengandalkan kalimat-kalimat yang quotable dan intensitasnya pada karakter. Selain itu, yang perlu diapresiasi adalah usahanya memasukkan konflik sekunder yang bersifat CSR banget, eh, masalah-masalah sosial... sebagai bagian dari kepekaan penulis. Meski, rajutan konflik sekunder dengan konflik primernya, belum memuaskan aku. Kematian Bapak Nur belum terjelaskan dengan purna.

Usaha kedua yang patut diapresasi adalah penciptaan ruang. Sebuah cerita tidak bisa terjadi di mana saja. Dan ini Pontianak. Meski belum ehhh, oh ini di Pontianak, tapi usaha itu ada....

Adain lomba resensinya ya Ben...
Profile Image for Arief.
73 reviews1 follower
November 30, 2015
Ini adalah buku ketiga dari seri L.O.V.E Cycle GagasMedia. Tentang cinta segitiga yang rumit antara tiga insan manusia. Ini adalah novel pertama dari Batubara yang saya baca, karena saya baru baca kumcer miliknya yang berjudul Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri.

Bagi saya, ini seperti cerita yang belum selesai. Saat saya selesai membaca, muncul pertanyaan, "Bagaimana dengan mimpi Sarif menjadi seorang penulis?"

Bagi Nur, satu hal yang saya suka adalah bagaimana ia membiarkan mimpinya lebih jauh untuk digapai untuk kepentingan orang lain.

I'm in love with every chapter's titles. (and the illustration too)
Profile Image for Cindy Pricilla.
Author 4 books13 followers
December 5, 2015
Suka sama tulisannya Bara. Mengalir. Menyentuh. Menghanyutkan. Meski kadang agak berlebihan hehe.
Tema cerita yang diangkat juga suka. Tentang keragu-raguan dalam cinta.

4 stars buat buku ini! :)
Profile Image for B.
11 reviews54 followers
November 30, 2015
dengan alur yang mudah ditebak, agak sedikit kecewa dengan ekspektasi saya terhadap novel pertama Bernard Batubara yang saya baca.
Profile Image for Rani Rachman.
93 reviews4 followers
July 13, 2021
Hubungan tanpa status, teman tapi lebih dari teman yang terjadi antara Sarif dan Nur di masa lalu, Sarif yang ketika itu masih berusia remaja tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan perasaannya. Berakhir tanpa kejelasan ketika Sarif pergi meninggalkan kota kelahirannya, Pontianak untuk ke Jakarta. Kemudian setelah 4 tahun berselang Sarif yang pulang ke Pontianak tidak sengaja bertemu dengan Nur, perempuan yang telah membuatnya jatuh cinta.

Merasa ini adalah kesempatan yang diberikan semesta untuknya, Sarif mengumpulkan keberanian untuk menyatakan cintanya, tapi kemudian berbagai masalah dan rintangan menyelubungi kisah asmara dua insan ini, bahkan terkuaknya rahasia cerita masa lalu. Belum lagi hadirnya perempuan lain bernama Mei sahabat Sarif ketika berkuliah di Jakarta yang membentuk hubungan cinta segitiga yang rumit.

Mengangkat tema tentang romansa yang dibalut dengan perjuangan karakternya yang berusaha untuk mewujudkan mimpi yang mereka yakini masing-masing. Mimpi yang mendapatkan pertentangan dan mimpi yang harus di kubur karna situasi. Tema terkait pembalakan hutan, dan pencurian kayu menjadi bahasan yang menarik dari novel ini.

Pov ke tiga yang memberikan sudut pandang secara luas dan gambaran mendalam pada tiap karakter membuat pembaca larut dalam alur ceritanya dan di tambah dengan barisan kata yang sangat puitis. Walaupun ada pertanyaan yang menganjal di akhir cerita yang belum terjawab tentang bagaimana kelanjutan mimpi Sarif dan keikutsertaannya di festifal menulis itu, ini yang membuatku bertanya-tanya.

Judul buku: Jika Aku Milikmu
Penulis: Bernard Batubara
Tahun : 2015
Penerbit : GagasMedia
Halaman: 262 halaman
Profile Image for Nining Sriningsih.
361 reviews38 followers
May 3, 2022
* baca ebook di Google Playstore

dapat gratis dari Ultah Gagas Media, udah lamaaaaa & baru q baca sekarang.. XD

B aja sich ceritanya..
cukup enak dibaca tulisannya..
=)
Profile Image for Fikriah Azhari.
362 reviews144 followers
June 13, 2016
"Pertanda cinta mulai tumbuh : rasa takut kehilangan." - Jika Aku Milikmu.



Sarif Tizaruddin kembali bertemu dengan gadis itu, Nuraini Abubakar, gadis yang selama empat tahun ini ditinggalkannya. Pertemuan tidak sengaja mereka saat Sarif menghadiri pameran buku yang diselenggarakan oleh Ayahnya dalam rangka kampanye pencalonan diri menjadi walikota Pontianak tanpa disadari kembali menyatukan kedekatan antara keduanya yang awalnya sudah putus akibat kesibukan masing-masing dalam menjalani kuliah.

Empat tahun lalu, Sarif yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistrik melakukan liputan dalam rangka perayaan Imlek. Sarif tak sendiri, ia meliput bersama Nur yang saat itu berstatus sebagai juniornya, itu adalah kali pertama Nur mengadakan liputan. Saat selesai meliput, mereka berdua duduk bersantai sambil memakan es krim, hingga akhirnya Sarif meminta Nur untuk memainkan biola yang daritadi Nur bawa karena belum sempat pulang ke rumah setelah selesai dari les biola, namun Nur tak mau melakukannya dengan alasan ia tak mahir bermain biola, Ayahnyalah yang mahir.

Lalu, setelah empat tahun berlalu, akankah mereka bisa menjalin lagi sebuah kedekatan? Akankah hubungan keduanya akan lebih dari seorang teman?

Baca review lengkapnya di : http://fikriah-bookaddict.blogspot.co...
Profile Image for Awal Hidayat.
195 reviews35 followers
December 29, 2015
Saya hampir sudah membaca tulisan Bernard, hingga buku ini muncul. Saya pun hampir selalu suka dengan ceritanya, kebanyakan dengan metafora melankolis yang diksinya juara. Namun, membaca buku ini terasa janggal saja. Seperti bukan Bernard.

Memang, diksinya masih tetap indah. Deskripsinya pun okelah. Tapi alurnya terkesan begitu memnjemukan. Barangkali, karen seperti berlebihan. Banyak sekali yang hendak dicucukkan ke pembaca. Tentang cinta dengan keragu-raguan, konfilk antar keluarga, lokalitas Pontianak, impian menulis dan bermain biola, orang ketiga, pembalakan liar, dan apa lagi? Lengkapi saja sendiri kalau sudah membacanya.

Apa hasilnya? Hampir tak ada. Akhirnya menggantung, nyaris tak ada yang selesai.Dan benar-benar mengganggu. Kemudian, dialognya... Ya ampun, di beberapa bagian terkesan "too much".
Profile Image for Maya Saputra.
Author 2 books2 followers
January 23, 2016
Saya selalu lebih menggemari cerita pendek dan puisi yang ditulis Bara, walaupun Bara lebih sering menerbitkan novel. Namun, saya akhirnya memberikan pengecualian pada novel terbarunya 'Jika Aku Millikmu'.

Saya menyukai latar belakang cerita yang bertempat Pontianak dan konflik yang terbangun dengan cukup baik. Tidak bertele-tele seperti pada novel-novel sebelumnya. Kalimat-kalimat pada 'Jika Aku Milikmu' memiliki kadar 'manis' yang pas: puitis namun tidak terkesan dipaksakan (yang jatuhnya malah terasa seperti membaca teenlit).

Gaya menulis yang terasa lebih matang ini mulai terlihat pada kumcer terakhir Bara 'Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik Untuk Bunuh Diri'. Sebagai pembaca, saya ikut senang melihat bagaimana kemampuan seorang penulis ikut berkembang seiring berjalannya waktu.

P.S. Apakah ada peranan faktor U juga dalam perubahan yang lebih baik ini? ;)
Profile Image for Bintang Ach.
94 reviews
March 11, 2016
Ini adalah buku pertama dari Bernard Batubara yang aku baca. FYI: Ini adalah buku ketiga dari seri Love Cycle yang dikeluarkan oleh GagasMedia.
Buku ini mengangkat tema tentang cinta dengan keragu-raguan. Sekilas nampak klise. Dan, saat mengetahui tema tsb untuk pertama kali, aku sempat mengira kalau cerita di buku ini tidak jauh dari seseorang yang takut untuk melamar kekasihnya.
Tapi ternyata dugaanku salah, banyak sekali adegan manis nan romantis yang terjalin antar sepasang kekasih; Sarif dan Nur. Gaya bercerita penulis juga mengalir lancar, konfliknya seru. Terlebih dengan kemunculan tokoh Mei.
Buku ini juga mengangkat unsur lokalitas, itulah yang membuat aku suka untuk membacanya.
Ditunggu buku selanjunya dari Kak Bara.
Review selengkapnya: http://ach-bookforum.blogspot.co.id/2...
Profile Image for Rini Budihartati.
137 reviews14 followers
April 7, 2018
3.5/5
Buku ini lumayan membosankan dan membuat ngantuk pada saat diawal. Namun, di bab-bab setelahnya membuat penasaran. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari novel ini. Tentang merantau, tentang cinta sejati, tentang hidup, tentang mimpi, tentang perpisahan, dan tentang kekuatan hati. Aku suka dengan jiwa berapi-apinya Sarif. Aku suka dengan pikiran dewasa tokoh-tokoh disini. Tetapi, aku belum mendapatkan percikan api seperti yang biasanya aku rasakan saat membaca novel yang menarik perhatianku. Tetapi, novel ini bagus kok.
Profile Image for Tutut Laraswati.
16 reviews
January 26, 2016
Aku belum nemu feel yang sama kayak Surat Untuk Ruth.
Belum terlalu nendang kayak cerpen-cerpen di Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik Untuk Bunuh Diri.
Bagiku, sosok Sarif masih bisa dieksplor lebih banyak, terutama mimpi-mimpinya yang katanya ingin menjadi seorang penulis. Ini menurutku kekurangannya.
5 reviews17 followers
December 29, 2015
jalan ceritanya sih klasik, bisa ditebak alir ceritanya. pokoknya bintang 2 kalo dari segi jalan ceritanya.

tapi kalo buat bahasa penyampaiannya, gue akuin laah, berhasil bikin gue terpesona.

thanks bara!
Profile Image for Wory Kharisma.
5 reviews
December 7, 2015
Kekuatan buku ini ada pada karakternya yang memikat, tidak sekedar mendalam. Meskipun ada beberapa kejanggalan perihal kematian Bapak Nur, dan... (spoiler intinya) buku ini tetap memiliki batas yang cukup, untuk sebuah cerita cinta. Sedikit membosankan, tapi punya ketertarikan tersendiri.
Profile Image for Panji Nulis.
2 reviews1 follower
January 15, 2016
Keragu-raguan adalah satu hal yang kerap hadir dalam hubungan. Begitulah cerita dalam buku ini. Keragu-raguan merupakan lubang dalam percintaan yang bisa menyeret seseorang kedalam luka yang amat dalam.
Profile Image for Kresna.
36 reviews2 followers
March 28, 2016
Not as "Surprised" as Nessa and Demas in Cinta. (Cinta dengan titik.) -,-
Profile Image for Finesta Biyantika.
353 reviews
March 26, 2016
Kisah cinta lokal khas Pontianak. Seperti biasa tulisannya Bara mengalir dan enak dibaca.
Displaying 1 - 29 of 29 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.