Arini menoleh ke arah Nick dengan perasaan serba salah. Nick pasti tersinggung kalau tidak diperkenalkan. Dan Arini tidak dapat melupakan bagaimana reaksi tamu terhormatnya itu. Dia begitu terkejut. Tidak menyangka pemuda yang seperti anak SMA itu suami Ibu Arini Utomo yang direktris...
"Mengapa kamu tidak memakai pakaian yang lebih baik kalau menjemputku?" "Apa kurangnya pakaianku? Aku tidak memakai celana pendek seperti Tarzan, kan?" "Istrimu direktris, Nick!" "Apa bedanya kalau istriku tukang jual jamu sekali pun?" "Tolonglah menghargai istrimu. Menjaga perasaannya di depan karyawan-karyawannya. Kolega-koleganya. Tamu-tamunya." "Kamu yang tidak pandai menjaga perasaan suamimu! Di depan mereka seperti malu mengakui aku sebagai suamimu! Jika seandainya muat, kamu pasti sudah menyimpanku baik-baik di dalam tas!"
Apa yang terjadi jika wanita karier yang punya kedudukan menikah dengan seorang pemuda yang berumur sepuluh tahun lebih muda?
Lebih-lebih bila pemuda itu belum punya pekerjaan dan memiliki seorang ibu yang gemar mencampuri urusan rumah tangganya.
Terlahir sebagai Mira Widjaja, seorang dokter lulusan FK Usakti (1979) dan penulis novel yang begitu aktif. Karyanya begitu banyak. Yang terlaris Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi mencapai oplah 10.000, dan mengalami lima kali cetak ulang.
Sejumlah karyanya sudah difilmkan: Kemilau Kemuning Senja, Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Ketika Cinta Harus Memilih, Permainan Bulan Desember, Tak Kupersembahkan Keranda Bagimu, dll. Pemfilman karyanya mungkin karena faktor ayahnya, Othiel Widjaja, yang dulunya produser Cendrawasih Film.
Mira mengakui karyanya tidak mendalam. Karya-karyanya dipengaruhi oleh karya- karya Nh Dini, Marga T., Y.B. Mangunwijaya, Agatha Christie, Pearl S. Buck, dan Harold Robbins. Karena berasal dari lingkungan yang sama, kedokteran, Mira yang bungsu dari lima bersaudara ini merasa karyanya dekat dengan karya Marga T.
Ia mengaku mulai menulis sejak kecil, dan karangan pertamanya, Benteng Kasih, dimuat di majalah Femina, 1975, dengan honor Rp 3.500. Pengarang yang populer di kalangan remaja ini memakai bahasa yang komunikatif, bahkan dalam dialognya banyak menggunakan bahasa prokem.
Mira sudah melanglang di lima benua, dengan honor tulisannya. Praktek dokter dibukanya petang hari, sedangkan pagi ia bertugas sebagai Ketua Balai Pengobatan Universitas Prof. Dr. Moestopo, Jakarta.
Bibliografi: + Dari Jendela SMP, + Bukan Cinta Sesaat, + Segurat Bianglala di Pantai Senggigi, + Cinta Cuma Sepenggal Dusta, + Bilur - Bilur Penyesalan, + Di Bahumu Kubagi Dukaku, + Trauma Masa Lalu, + Seruni Berkubang Duka, + Sampai Maut Memisahkan Kita, + Tersuruk Dalam Lumpur Cinta, + Limbah Dosa, + Kuduslah Cintamu, Dokter, + Semburat Lembayung di Bombay, + Luruh Kuncup Sebelum Berbunga, + Di Ujung Jalan Sunyi, + Semesra Bayanganmu, + Merpati Tak Pernah Ingkar Janji, + Cinta Diawal Tiga Puluh, + Ketika Cinta Harus Memilih, + Delusi (Deviasi 2), + Deviasi, + Relung - Relung Gelap Hati Sisi, + Cinta Berkalang Noda, + Jangan Renggut Matahariku, + Nirwana Di Balik Petaka, + Perisai Kasih yang Terkoyak, + Mekar Menjelang Malam, + Jangan Pergi, Lara, + Jangan Ucapkan Cinta, + Tak Cukup Hanya Cinta, + Perempuan Kedua, + Firdaus Yang Hilang, + Permainan Bulan Desember, + Satu Cermin Dua Bayang-Bayang, + Galau Remaja di SMA, + Kemilau Kemuning Senja, + Sepolos Cinta Dini, + Cinta Menyapa Dalam Badai 2, + Cinta Menyapa dalam Badai 1, + Mahligai di Atas Pasir, + Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat, + Titian Ke Pintu Hatimu, + Seandainya Aku Boleh Memilih, + Tatkala Mimpi Berakhir, + Cinta Tak Melantunkan Sesal, + Bila Hatimu Terluka, + Cinta Tak Pernah Berhutang, + Di Bibirnya Ada Dusta, + Bukan Istri Pengganti, + Biarkan Kereta Itu Lewat, Arini!, + Dikejar Masa Lalu, + Pintu Mulai Terbuka, + Di Sydney Cintaku Berlabuh - Sydney, Here I Come, + Solandra, + Tembang yang Tertunda, + Obsesi Sang Narsis, + Sentuhan Indah itu Bernama Cinta, + Di Tepi Jeram Kehancuran, + Sisi Merah Jambu, + Dakwaan Dari Alam Baka, + Kumpulan Cerpen: Benteng Kasih, + Seruni Berkubang Duka, + Di Bahumu Kubagi Dukaku, + Sematkan Rinduku di Dadamu, + Dunia Tanpa Warna
Hahhaaa baru tahu kalau ternyata buku Masih Ada Kereta yang Akan Lewat yang diangkat menjadi film "Arini" ini ada lanjutannya.. Lalu dengan kebodohan dan kekepoan saya lanjut membaca kisah ini penasaran kan menikah gak jadinya Nick dan Arini?
Hahha setelah membaca bukunya waduh udah deh saya dibuat kesal dan jengkel sama kelakuan dan sifat Nick yang ababil setengah mati. Gak kuat deh kalau saya menjadi Arini kesabarannya udah taraf dewa banget menghadapi lelaki seperti Nick =__=a
Udah Nick itu pengangguran, rumah rajin dia berantakin dan Arini pula yang beresin hasil karya berantakannya yang berupa baju dan koleksi kaset. Mana dia hobi dugem dan minum miras. Rajin nongki2 sampai pagi. Aji gile pokoknya kehidupan Nick ini.. Anak Gaul dan Hedon tahun 90an =__=a (Masih mending si Boy kemana2 ganteng, ketua senat, pintar, lalu sholeh? #eaaa)
Makin kebelakang pas membaca buku ini saya makin antipati sama sikap Nick udah tahu ya ambil risiko mau sama wanita yang lebih tua 15 tahun dan posisinya direktur perusahaan ya sudah sesuain diri dong Arini udah berkorban banyak begitu. Gemas pokoknya sama kelakukan Nick dan sedikit banyak mengingatkan saya akan Balada Si Roy Gola Gong
Pertama kalinya aku membaca buku langsung selesai dalam waktu 5,6 jam. Mira W. memang novelis drama favoritku yang sulit membuatku mengantuk ketika membaca karyanya.
Awalnya aku hanya iseng menonton film Arini (mana aku tidak pernah tau kualitas aktingnya Aura Kasih) namun sesuatu yang menarik perhatianku adalah tingkah laku Nick yang begitu berusaha keras mendapatkan cinta Airini. Novel Biarkan Kereta Itu Lewat, Arini adalah novel lanjutan dari Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. Believe it or not, aku menangis dua kali ketika membaca novel ini.
Dua pasangan yang sangat berbeda gaya hidupnya itu sebenarnya bisa menjadi merupakan pasangan yang cocok karena benar-benar bisa saling melengkapi. Jika di novel pertama diceritakan besarnya perjuangan Nick, di novel kedua diceritakan besarnya perjuangan Arini. Terus terang, aku senang adanya novel kedua ini karena merupakan omong kosong jika kisah percintaan mereka hanya sebatas perjuangan-perjuangan di novel pertama.
Beberapa adegan favorit di novel ini adalah: 1. Setiap kali Nick membalas dengan santai semua sinisme dari ibunya sendiri.
2. Spontanitas Nick saat membuat surprise dan usil-usil lainnya yang membuat tipikal well-organized bin serius Arini menjadi bete atau panik.
3. Ketika Arini lupa memakai sepatu.
4. Ketika design mobil Arini dimodif oleh Nick.
5. Ketika Nick datang dengan memperkenalkan pelacur bernama Susan ke rumah mereka setelah 8 bulan Arini mengandung tanpa kehadiran Nick dan ketika Nick masih bisa melihat setitik air mata di ujung mata Arini yang berusaha Arini tahan ketika mengantar Nick dan Susan keluar rumah.
6. Ketika Arini menangis melihat Nick datang menjenguknya pasca melahirkan di rumah sakit. Arini senang karena anaknya sempat melihat ayahnya namun pada saat yang sama, Arini sedih karena dia diceraikan oleh Nick padahal Arini sangat rindu karena 11 bulan mereka tidak harmonis.
7. Arini tegas menolak rujuk meskipun Nick mengatakan bahwa dia tetap mencintai Arini dan tidak peduli Arini selingkuh dengan lelaki manapun.
Yang aneh dari novel ini adalah: 1. Ke manakah orangtua Arini? Mengapa hanya kakak kandungnya saja yang diceritakan di novel ini?
2. Nick punya uang dari mana ketika hidup bersama Susan selama 8 bulan? Sedangkan dia seperti gembel.
Pesan moralnya: 1. Jangan memutuskan sesuatu saat teralu marah, teralu sedih, atau teralu bahagia.
2. Meskipun marah sekali, namun Nick hanya menjatuhkan talak satu. Ada tuh kan yang langsung hajar talak 3 ke istrinya.
3. Balas dendam tidak bukan hanya melukai orang lain namun juga melukai diri kita sendiri karena tidak akan pernah puas dan malahan merusak kualitas (prinsip) diri kita
This entire review has been hidden because of spoilers.
Bagaimana jika seorang perempuan yang mengalami trauma dengan hubungan di masa lalu bertemu dengan anak muda yang terpaut usia 15 tahun?
Pertemuan tidak terduga Arini dengan Nick di kereta dengan tujuan Stuttgart ternyata berlanjut ketika Nick membuntutinya.
Bahkan Nick yang diberi 100 euro oleh Arini untuk membeli karcis, malah membeli bunga mahal di Hauptbahnhof.
Ketika Arini bertanya “Buat apa beli bunga yang mahal-mahal begitu?”
“Saya suka”
“Ini namanya pemborosan”
“Kamu enggak suka?”
“Tentu saja suka.”
“Kalau begitu bukan pemborosan namanya,” sahut Nick seenaknya.
Nick yang ganteng tapi slengean telah menghidupkan hari hari Arini yang bercerai dengan Helmi, karena pernikahan mereka hanyalah usaha untuk menutupi affair dengan Ira, sahabat Arini.
Helmi sebenarnya benci ketika harus melibatkan Arini dalam hubungan affair mereka. Dia memang tidak mencintai Arini, tapi dia tidak tega mempermainkannya.
Bagi Helmi, perkawinan mereka mungkin cuma pulasan. Tidak berarti apa-apa. Tetapi buat Arini, perkawinan adalah peristiwa terpenting dalam hidupnya setelah kelahiran dan kematian.
Helmi ternyata tidak lagi menjadi masa lalu bagi Arini. Kepulangannya dari study di Jerman dan menjadi CEO baru, ternyata disambut kenyataan bahwa ada Manager Marketing baru yang mengisi kekosongan setelah ditinggal olehnya. Pria itu Helmi.
Novel Arini yang saya baca adalah versi yang sudah direvisi dan disesuaikan dengan jaman sekarang (atau mungkin disesuaikan dengan filmnya). Tentunya akan menarik untuk mengetahui versi lamanya.
Novel ini mengajarkan pembaca wanita untuk tidak menikahi 'brondong', atau jika usia tidak selalu mencerminkan kedewasaan, maka jangan menikahi pria yang tidak dewasa. Hal yang sama juga berlaku untuk laki-laki. Kecuali kalau bisa seperti Arini. Yang tetap bisa sabar meski memiliki suami yang ketika masalah datang lebih memilih untuk pergi daripada menghadapi. Yang lebih memilih mengeluarkan emosi terpendam pada minuman keras dan club malam daripada membicarakan dan menyelsaikan langsung dengan yang bersangkutan. Yang lebih mudah menghakimi daripada memahami. Poin plus dari Nick hanya satu: dia seorang decision maker yang cukup baik dan itu bagus bagi seorang laki-laki, pun perempuan. Tolong, dong, mba Arini dan mas Nick, dikaji ulang tujuan kalian menikah untuk apa? Kalau hanya untuk saling menyakiti dan mencurigai untuk apa kalian menikah?
Selalu suka sama gaya bercerita Mira W., begitu juga di novelnya yang ini.
Novel ini merupakan lanjutan dari 'Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat' jadi masih mengisahkan Arini, Nick, dan ibunya Nick yang rese itu. Plotnya bagus dan kompleks, khas Mira W. Namun, jujur gasuka banget sama karakter Nick disini yg menurut gue childish banget. Harusnya dia udah mempertimbangkan risiko punya istri 15 thn di atas dia dan berkedudukan penting di kantornya, jangan mau enaknya aja gituloh. Arini disini sih super sabar banget!! Gayakin beneran ada sosok 'Arini' di dunia ini karena ya.. sabar banget :")
Aku pribadi lebih suka buku pertamanya (Masih Ada Kereta yang Akan Lewat). Bukan berarti yg ini jelek sih, tapi ga sesuai ama ekspektasi aku. Benci banget sama karakter nick yang plin plan dan kekanak2an... Ceritanya bener2 fiksi banget...