Jump to ratings and reviews
Rate this book

Api Awan Asap

Rate this book
Di sebuah kawasan, tepi Sungai Nyawatan, penduduk membangun lou (betang, rumah panjang). Dari lou itu, dua sahabat -Jue dan Sakatn- setelah menempuh perjalanan 300 kilometer, memasuki gua untuk mengambil sarang burung walet. Jue yang baru sebulan menikahi Nori, putri Petinggi Jepi, bertugas masuk ke dalam gua sambil pinggangnya diikat dengan tali plastik; sementara Sakatn menunggu di luar. Karena diam-diam Sakatn juga mencintai Nori, Sakatn lalu mengerat tali plastik itu. Akibatnya, Jue tersesat dalam gua yang gulita.

184 pages, Paperback

First published January 1, 1999

5 people are currently reading
97 people want to read

About the author

Korrie Layun Rampan

71 books18 followers
Korrie Layun Rampan lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953. Semasa muda, Korrie lama tinggal di Yogyakarta untuk berkuliah. Sambil kuliah, ia aktif dalam kegiatan sastra. Ia bergabung dengan Persada Studi Klub yang diasuh penyair Umbu Landu Paranggi. Di dalam grup ini telah lahir sejumlah sastrawan ternama seperti Emha Ainun Nadjib, Linus Suryadi A.G., Iman Budhi Santosa, Naning Indratni, Sri Setya Rahayu Suhardi, Yudhistira A.N.M. Massardi, dll.

Pengalaman bekerja Korrie dimulai ketika pada 1978 ia bekerja di Jakarta sebagai wartawan dan editor buku untuk sejumlah penerbit. Kemudian, ia menjadi penyiar di RRI dan TVRI Studio Pusat, Jakarta, mengajar, dan menjabat Direktur Keuangan merangkap Redaktur Pelaksana Majalah Sarinah, Jakarta. Sejak Maret 2001 menjadi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Koran Sentawar Pos yang terbit di Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Di samping itu, ia juga mengajar di Universitas Sendawar, Melak, Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Dalam Pemilu 2004 ia sempat duduk sebagai anggota Panwaslu Kabupaten Kutai Barat, tetapi kemudian mengundurkan diri karena mengikuti pencalegan. Oleh konstituen, ia dipercayakan mewakili rakyat di DPRD Kabupaten Kutai Barat periode 2004-2009. Di legislatif itu Korrie menjabat sebagai Ketua Komisi I.

Sebagai sastrawan, Korrie dikenal sebagai sastrawan yang kreatif. Berbagai karya telah ditulisnya, seperti novel, cerpen, puisi, cerita anak, dan esai. Ia juga menerjemahkan sekitar seratus judul buku cerita anak dan puluhan judul cerita pendek dari para cerpenis dunia.

Novelnya, anatara lain, Upacara dan Api Awan Asap meraih hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta, 1976 dan 1998. Beberapa cerpen, esai, resensi buku, cerita film, dan karya jurnalistiknya mendapat hadiah dari berbagai sayembara. Beberapa cerita anak yang ditulisnya ada yang mendapat hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Cuaca di Atas Gunung dan Lembah (1985) dan Manusia Langit (1997). Selain itu, sejumlah bukunya dijadikan bacaan utama dan referensi di sekolah dan perguruan tinggi.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
25 (30%)
4 stars
18 (22%)
3 stars
28 (34%)
2 stars
6 (7%)
1 star
4 (4%)
Displaying 1 - 22 of 22 reviews
Profile Image for Nisa Rahmah.
Author 3 books105 followers
June 4, 2016
Seperti merica, seperti lombok, bagaikan ada yang menoreh. Ada keperihan yang tidak mengandung dendam, tetapi mengandung suka. Ada sakit yang tidak mendatangkan aduh,tetapi mendatangkan terima kasih yang melimpah ruah, bahkan mendatangkan tuah. --- Halaman 99

***

Kisah ini bermula dengan pesta pernikahan antara Nori dan Sakatn, yang harus dinodai dengan Pune, anak Nori dan Jue, yang terjatuh saat membawa darah kerbau sebagai ritual terakhir dari prosesi pernikahan ibunya. Lalu, cerita mengalami kilas balik ke masa lalu, saat Nori masih remaja dan menikah dengan Jue suami dan cinta sejatinya yang hilang dalam gua.

Selama nyaris dua puluh tahun Nori menjanda, membesarkan anaknya, juga memajukan desanya. Tidak sebersit pun ia menanggapi lamaran Sakatn yang tak henti datang menghampirinya. Nori pun dibuat bimbang dengan tawaran pernikahan ini. Apalagi, sebenarnya ia masih berharap bahwa Jue--entah bagaimana ceritanya--masih hidup. Cintanya begitu besar dengan Jue yang hanya sempat bersama dengannya satu bulan saja.

Sungguh susah menduga kebahagiaan dan keberhasilan sebuah perkawinan, karena hidup ini memang suatu misteri yang sukar diterjemahkan ke dalam perhitungan matematika. Keberhasilan sebuah perkawinan sangat ditentukan dari perjuangan, nasib, dan peruntungan pasangan itu sendiri. Bukan juga ditentukan oleh cantik atau ganteng, tidak juga ditentukan oleh kaya atau mskin, tetapi terutama ditentukan oleh niat utama perkawinan itu sendiri. --- Halaman 87

Setelah sekian lama, akhirnya Sakatn memberanikan diri untuk melamar secara adat dengan membawa seserahan yang begitu banyaknya. Nori pun akhirnya menerima lamaran itu. Tapi apa yang terjadi dengan pernikahan mereka? Mengapa seolah ada tangan-tangan gaib yang merusak prosesi sakral itu?

Selain kisah percintaan tersebut, cerita tentang lingkungan dan budaya suku Dayak Benuaq disajikan di sini. Ayah Nori adalah seorang tetua adat, di mana posisinya selain sebagai seorang pemimpin juga bertanggung jawab seputar apa yang terjadi dengan hutan yang sudah turun menurun mereka jaga. Keberadaan orang-orang kota, dengan surat-surat yang menyatakan tentang klaim kepemilikan dan penguasaan hutan menjadi ancaman. Belum lagi, asap membumbung karena mereka tidak paham bagaimana proses pengelolaan hutan dengan baik dan benar.

Kisah tentang bagaimana adat istiadat suku Dayak membumbui kisah ini dengan apik dan tentunya memberikan banyak pengetahuan bagi pembacanya.

***

Selama membaca novel ini, setting yang ada di dalam bayangan saya adalah seperti film zaman saya kecil, Ari Anak Rimba Indonesia (yang pemerannya Om Piet Pagau kalau nggak salah), yeah meskipun harus dinodai sama ingatan tentang film Jupe yang nggak sengaja ditonton saat nginap di tempat keluarga. Keduanya bercerita tentang suku Dayak, meskipun di sinetron Ari settingnya benar-benar melekat dalam ingatan.

Sebagai seseorang yang lahir dan besar di Kalimantan Timur, sebenarnya saya tidak benar-benar paham dengan kebudayaan suku Dayak. Pernah punya sahabat dekat orang Dayak waktu SMP juga rasanya pengetahuan saya tentang suku ini masih minim. Maklum, hidup di Samarinda, jauh sekali dengan lokasi di mana suku Dayak hidup dan berkembang.

Membaca buku ini, membuat pengetahuan saya menjadi bertambah. Ada beberapa yang sudah saya ketahui, tapi banyak juga yang menjadi pengetahuan baru. Memang, kisah mistis yang ada di buku ini rasanya tidak masuk di akal. Tapi, hal-hal yang seperti itu sepertinya bukan tabu dan bisa jadi memang ada di dunia nyata saat ini. Oh saya tidak mau membahas itu sebenarnya. Yang saya ingin ceritakan dari membaca novel ini adalah, tentang dua kisah dan dua cerita yang disampaikan penulis di sini.

Pertama, kisah cinta antara Nori-Jue-Sakatn. Penulis dengan cerdas membawa pembacanya ke kilasan masa lalu dengan menampilkan cuplikan yang sebenarnya menjadi ending di dalam novel ini. Dengan pembukaan semacam ini, pembaca dibawa untuk mengikuti alur cerita, dengan menyimpan tanya apa yang terjadi dengan upacara pernikahan yang tengah berlangsung. Pembaca disuguhkan cerita seputar kehidupan suku Dayak, bagaimana mereka bersosialisasi, dan hal-hal yang berhubungan dengan adat istiadat suku ini.

Kedua, isu sosial yang diangkat dalam cerita, dan ini adalah kisah yang tidak asing di tanah Kalimantan yakni soal pembalakan, kebakaran, hak kepemilikan atas hutan. Ini menjadi poin plus. Dengan menyuguhkan kisah tentang apa yang terjadi dengan hutan Kalimantan saat ini, setidaknya membuat pembaca jadi mengetahui bahwa hutan Kalimantan sekarang sudah tidak sama lagi, semenjak pihak yang berkuasa mengelola hutan secara berlebihan. Dampaknya? Kebakaran hutan, kerusakan lahan, bahkan tidak mungkin keadaan ini bisa mengganggu kawasan pemukiman suku-suku yang berada di dekatnya.

Bahasa yang berbunga (kalau kata teman-teman lain yang baca, katanya bahasa khas anak role-playing) sebenarnya tidak begitu menjadi masalah bagi saya. Narasi juga cukup banyak, dan ini tidak mengganggu karena saya cukup menyukai narasi atau bahasa berbunga yang tidak berlebihan. Karena bukunya juga lumayan tipis, membuat saya menghabiskan buku ini dalam waktu yang cukup singkat.
Profile Image for Darnia.
769 reviews113 followers
February 5, 2017
Model penceritaannya bisa dibilang cukup unik. Berawal dari sebuah upacara pernikahan Nori dan Sakatn, yg telah diadakan selama delapan hari delapan malam, dimana pada hari terakhir malah ada bencana. Pune, putri semata wayang Nori tiba-tiba terperosok ke dalam sebuah lubang ketika hendak menyerahkan piring antik berisi darah kerbau yg hendak digunakan sebagai syarat upacara terakhir untuk pernikahan. Dari situ, kejadian yg berlangsung selama semenit itu, mendadak di-pause dan banyak tokoh di situ mulai ber-flash back.

Ada dua inti cerita dalam novel ini: kisah Nori-Jue-Sakatn dan kisah masyarakat Dayak Benuaq lou Dempar dalam menghadapi perambahan hutan yg mulai mengancam kehidupan mereka. Gw lebih tertarik pada permasalahan kedua dimana kearifan lokal dikalahkan oleh sepucuk sertifikat. Miris memang, namun ada realita semacam itu. Masyarakat adat yg hidup berdampingan dengan hutan selama berpuluh-puluh tahun harus rela kehidupannya tersingkirkan oleh "surat-surat resmi" kepemilikan lahan untuk dirombak menjadi perkebunan kelapa sawit (mungkin sudah saatnya bagi gw stop pake minyak goreng kelapa sawit...yg sungguh berat dilakukan). Dalam novel ini, ending permasalah kedua tersebut memang tidak terselesaikan. Hanya himbauan dari Petinggi Jepi untuk "berdamai" dengan orang-orang kota tersebut mengingat mungkin lou mereka tidak terdaftar di kantor pertanahan Jakarta.

Untuk kisah cinta segitiganya, ya gitu deh. Blurb di belakang buku ini juga sudah menjelaskan keseluruhan kisah cinta ini sampe seending-endingnya. Menurut blurb, novel ini juga merupakan lanjutan novel Upacara dari pengarang yg sama. Jadi, mending baca novel itu dulu sebelum ini.

Terima kasih iJak atas peminjaman novelnya
Profile Image for Mandewi.
570 reviews10 followers
May 28, 2016
Isu yang dikemukakan, bagus. Tentang pemanfaatan hutan secara beradab. Bahkan judulnya (API AWAN ASAP) merujuk pada pembakaran hutan oleh 'orang kota' dengan cara-cara yang kurang tepat. Dilengkapi dengan roman tentang kesetiaan Nori terhadap Jue, Sakatn terhadap Nori. Penggunaan Dayak (Kaltim) sebagai latar cerita juga menarik. Keren.

Review lengkap: https://sebelumprolog.wordpress.com/2...
Profile Image for Larasestu Hadisumarinda.
188 reviews34 followers
June 24, 2016
Kelar baca ini gak dapet hadiah ya #heh (budak hadiah). Sastra berhaluan romance, mayan lah meskipun saya kurang suka permainan dialognya, dan 3 atau 4 bab awal agak memgernyitkan dahi tapi tema yang diangkat beneran informatif dan bagus. Soal bagaimana orang Dayak bertani di dalam hutan tanpa merusaknya. Yang lain-lain buku ini berbicara soal cinta & pernikahan & kesetiaan & perjuangan perempuan yang 20 tahun jadi single mother, membangun sesuatu dengan tangannya dan tetep setia ke suaminya.
Profile Image for e.c.h.a.
509 reviews259 followers
October 19, 2009
Kisah romansa yang dibalut dalam budaya dayak benuaq, adat istiadat yang masih dipegang teguh penduduk dari lou dampar, kecintaan dan penghormatan terhadap alam. Dimana kesetiaan seorang wanita utama bernama Nori, yang selama 20 th hidup dalam ketetapan hatinya dan cinta yang besar terhadap Jue, suaminya. Dan ketetapan itu membuahkan hasil.
Profile Image for Titish A.K..
Author 1 book131 followers
February 7, 2017
Blurb yang tertulis di Goodreads ini saja sudah saya anggap sebagai spoiler, tapi ternyata di edisi yang saya baca lebih paraahh! Padahal ceritanya lumayan unik, kalau nggak gondok duluan soal blurb mungkin saya bisa kasih bintang lebih.

Masih nggak habis pikir kenapa Grasindo segitunya tega mengurangi kenikmatan membaca +_+
Profile Image for Chels.
167 reviews3 followers
November 20, 2024
Novel ini mengisahkan cinta segitiga (Jue-Nori-Sakatn) dengan kearifan lokal suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. Berbagai istilah daerah muncul yang baru kuketahui dapat disimak maknanya dalam glosarium di akhir buku—aku berharap tersedia versi catatan kaki saja supaya memudahkan proses baca. Novel ini menyajikan keteguhan hati manusia dalam menjalani hidup dengan tujuan dan filosofinya masing-masing. Nori teguh mempertahankan cinta kepada suami yang tak jelas rimbanya sembari melanjutkan hidup dengan mengikuti modernitas beserta inovasi-inovasinya. Sementata itu, Sakatn meneguhkan diri mengejar cinta Nori selama 20 tahun dengan membawa nilai-nilai filosofi dan tradisi masyarakat.

Alur yang digunakan dalam novel karya Korrie ialah campuran: (kebanyakan) satu bab maju dan satu bab mundur dengan pengulangan kejadian teriakan Pune yang terjatuh dalam sebuah lubang misterius. Alur ini awalnya membingungkanku, tetapi selanjutnya mudah saja untuk kupahami. Hanya saja, banyak repetisi yang lama-kelamaan membuatku bosan.

Aku suka bagian pembahasan pengelolaan hutan, perjuangan dan perlawanan masyarakat adat kepada perusahaan dan pemerintah tentang HPH dan HTI, kritik masyarakat adat tentang kerusakan lingkungan yang terjadi, dan tradisi yang diusung—baik itu upacara, bahasa, dan sistem pengelolaan alamnya. Novel ini juga mempertanyakan hakikat cinta sejati yang cukup menarik untuk direnungkan. Namun, kisah cinta Sakatn & Nori—terkhusus dialognya—cukup mengganggu. Aku rasa hal ini karena repetisi dan perpindahan alur yang kurang halus. Bagiku, secara garis besar novel ini menarik—banyak bagian yang kugarisbawahi. Hanya saja, secara eksekusi, novel ini masih kurang mantap.
Profile Image for Owen Lee.
17 reviews5 followers
June 4, 2016
Menarik. Nambah pengetahuan baru ttg budaya suku dayak benuaq.
Profile Image for Bunga Mawar.
1,352 reviews43 followers
June 10, 2019
Saya masih ingin mengunjungi Kalimantan. Terutama hutan2nya, tebing2, lembah2, dan sungai2nya. Saya ingin melihat keasliannya sebelum semua menghilang dirampas pemegang HPH, HTI, izin kuasa pertambangan, atau infrastruktur jalan tol.

Bukan maksud saya menginginkan penduduk pulau besar itu "tidak maju" dibandingkan Pulau Jawa tempat saya tinggal. Saya hanya berharap kemajuan yang didapat itu setara dengan kelestariannya. Bisa dinikmati hingga bergenerasi masa depan, bukan cuma 50 tahun lagi kemilau tapi kemudian ditinggal setelah intisari buminya tersedot habis keluar negeri.

Buku ini sebenarnya kurang memenuhi harapan saya, yang menanti hal yang sejalan dengan judul "api, awan, asap". Sebagai pencinta keributan temporer, saya ingin melihat konflik fisik antara masyarakat Dayak dengan pihak luar pemegang sertifikat atas tanah ulayat mereka. Atau bagaimana wujud kebakaran hutan yang meluas dari pandangan penduduk setempat. Ternyata belum ada di sini.

Fokus cerita rupanya pada kisah cinta Nori dan Jue, yang ditimpali oleh Sakatn. Sebulan setelah Nori dan Jue menikah, Jue menghilang dalam gua, dan selama dua puluh tahun berikutnya, Nori terus ditempel tanpa lelah oleh Sakatn untuk mau dipersunting sebagai istrinya. Sayangnya hubungan segitiga ini sebenarnya sudah jelas sih ujungnya mau ke mana. Nggak emosional atau bikin penasaran.



Nah, jadi saya nggak ketemu beneran dengan api, awan, dan asap yang saya inginkan lewat buku ini, yang saya beri 2,7 bintang. Tetap saja saya masih ingin menjelajah Kalimantan. Semoga bisa segera.
Profile Image for Moh. Ali.
1 review
April 13, 2022
Hadirnya tokoh Nori-Jue-Sakatn dalam cerita ini sangat menarik, meskipun tokoh lain di rasa seperti "di kesampingkan". Perjalanan hidup Nori pada teks dimulai pada 'saat ini' namun hebatnya penulis membuat seolah setting waktu mundur begitu jauh untuk membuat kisah hidup Nori menjadi menarik. Tokoh Sakatn secara penokohan pada awal pembacaan teks tentu dirasa adalah pria yang sangat luar biasa setia pada Nori hingga pada akhir cerita 'saat ini' terkuaklah sifatnya yang begitu rusak. (pembaca dilarang membaca Blurb agar tidak mengetahui hal ini dari awal). Tokoh Jue meskipun tidak dihadirkan sebanyak tokoh sentral Nori, Ia adalah tokoh yang sangat berdampak pada kehidupan dalam teks. Bagaimana tidak ? hampir semua bab terus menyinggung tokoh Jue melalui para tokoh lain sekalipun kehadirannya dalam bercerita tidak ada sama sekali. Kecuali terkhusus pada satu bab, tokoh Jue yang dihadirkan oleh Korrie dengan 'sudut pandang dia terbatas'. Hal ini seolah tokoh Jue adalah tokoh sentral, karena pada semua bab yang ada dalam novel tersebut menggunakan 'sudut pandang dia mahatahu' ditambah semua bab mengkisah-kisahkan Jue.

Terlepas dari permasalahan-permasalahan tokoh dalam novel ini, terdapat permasalahan lain yaitu mengenai kebudayaan dan lingkungan. Permasalahan hal ini dihadirkan oleh para tokoh termasuk tokoh diluar Nori-Jue-Sakatn, oleh karena itu jika dipandang biasa novel ini terkesan menyekat menjadi dua antara permasalahan tokoh dengan permasalahan sosial, padahal keduanya adalah satu kesatuan. Hal ini terjadi lantaran memang ditemukan adanya kerancuan penceritaan dalam novel ini. Bagian tiap bab terkadang tidak berkesinambungan meskipun judul babnya masih logis. Oleh karena itu penting untuk benar-benar membenah jalan cerita karena adanya ekstrim waktu yang dihadirkan oleh penulis.
Profile Image for Abiyasha.
Author 3 books14 followers
June 27, 2018
Api Awan Asap ini jenis sastra yang saya nggak yakin akan bisa diterbitkan kalau Korrie Layun Rampan berniat mengirim naskahnya sekarang. Untunglah cerita ini udah ada 20 tahun lalu. Thank God for that!

Tema yang diangkat Korrie masih sangat relevan sampai sekarang. JIka 20 tahun-an lalu praktek pembukaan lahan dengan membakar hutan sudah terjadi, nggak kebayang kan betapa banyaknya lahan yang udah berkurang sampai saat ini? Saya cukup bergidik saat menyadari ini. Inilah yang disebut karya sastra yang sebenernya, yaitu karya yang masih tetap punya relevansi meski udah puluhan tahun. Yang saya suka, unsur lokalnya juga cukup kental, tapi nggak terasa kaku. Saya jadi ngerti tentang suku Dayak Benuaq dan kebudayaan mereka karena disampaikan dengan bahasa yang sederhana. Bagi saya, unsur feminisme dalam cerita ini cukup kuat disampaikan melalui tokoh Nori. Buat saya, Nori adalah karakter yang paling saya sukai karena sebagian besar cerita ini berkisah tentang kehidupannya setelah kehilangan Jue, suaminya.

Ini adalah novel yang wajib dibaca bagi siapa pun yang tertarik bukan hanya dengan kebudayaan Dayak Benuaq, tetapi tentang pembakaran hutan yang ternyata sudah berlangsung lama.
Profile Image for Andria Septy.
249 reviews14 followers
July 23, 2019
Buku yang membuatku penasaran karena meraih juara ketiga pada tahun 1998 dalam Sayembara Novel Dewan Jakarta. Otomatis novel ini memiliki ciri khas tersendiri. Membawa kita seolah terbang ke sebuah kawasan tepi Sungai Nyawatan. Selain kisah percintaan mereka yang sebenarnya hanya sebagai pendamping cerita. Novel ini sebenarnya ingin menekankan kepada kearifan suku dayak dan juga kondisi lingkungan mereka yang semakin digerus oleh orang-orang kaya/pengusaha yang berdatangan untuk memanfaatkan wilayah mereka, tentu saja untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Novel ini berbau magis. Membuat saya melawat, seperti membaca karya-karya Amerika Latin.
Profile Image for yunda..
66 reviews2 followers
March 5, 2021
Sejujurnya, hal yang membuat saya malas membaca buku ini adalah karena penggambaran ceritanya yang terlalu kaku; terutama pada saat membahas tentang adat dan kebiasaan masyarakatnya dalam menjaga hutan milik mereka. Terlalu banyak menggunakan istilah yang tidak umum, sehingga sulit sekali diikuti alur ceritanya.
Profile Image for Pradipta Dirgantara.
33 reviews3 followers
June 2, 2020
Sungguh menarik membaca latar dan kata-kata diramu menjadi satu daya pikat. Meski plotnya terbilang singkat, latar yang dibuat sungguh kaya dengan unsur lokalitas dan penokohan yang unik. Tidak terlalu rumit, cenderung ringan, namun tetap menggigit.
Profile Image for Agung Djokotritanto.
12 reviews5 followers
September 18, 2022
Saya bertanya, barangkali ada yang bisa membantu: apakah novel ini adalah kembangan dari novel karya Korrie Layun Rampan yang berjudul "Perjalanan dalam Gelap" (pemenang lomba cerpen Femina tahun 1987) ?
Profile Image for Gita.
51 reviews
June 25, 2016
Kukira penulisnya kaula muda, makanya agak heran sama gaya menulisnya. Ternyata sudah senior. Kukira juga penulisnya perempuan, ternyata laki-laki. Semua ini terkuak setelah beres baca bukunya dan baca biografi singkat penulis.

Awal-awal halaman udah kayak hidup aja (baca: butuh perjuangan keras). Ditambah lagi istilah-istilah lokal yang nggak kutahu, jadinya harus bolak-balik ke bagian akhir buku untuk liat glosariumnya. Tapi lama-lama enak dibaca, meskipun rasanya kadang-kadang terasa begitu mendayu-dayu. Karena ini (kayaknya) pertama kalinya baca novel yang bahasanya begini banget, kalo cerpen sih cukup familier. Jadinya kayak too much gitu.

Ada bagian-bagian yang saya bingung di mana nyambungnya. Tapi kayaknya karena saya bacanya kurang menghayati. Endingnya mudah ditebak. Percakapan antara tokohnya kadang membosankan kadang bikin mikir karena cukup banyak juga filosofisnya. Kadang seharusnya saya ikut mendayu, saya malah ngakak karena ucapan orang yang dimabuk cinta (setidaknya Sakatn berpikir dia memang mencintai Nori) kadang-kadang jatuhnya polos lawak gitu.
Profile Image for Stella Wenny.
458 reviews143 followers
June 6, 2016
Jadi ada dua topik yang diceritakan di buku ini, satu tentang kebudayaan Suku Dayak Benuaq, satu lagi roman tentang Nori, Jue, dan Sakatn. Saya suka sebenernya sama kisah bagaimana Nori bertahan tetap setia dan dalam hati meyakini bahwa Jue masih hidup. Tapi kadang terasa diulang-ulang saja dialog dan deskripsi adegan Nori dan Sakatn. Memang Sakatn terus mengulang-ulang lamaran, tapi tetap saja. Dan buat saya cerita tentang masalah pembakaran hutan dan lain-lain kurang menyatu dengan kisah Nori Jue Sakatn. Kadang rasanya kayak baca dua buku berbeda, satu fiksi roman, satu nonfiksi budaya Suku Dayak Benuaq dan masalah yang dihadapi. Tapi bahasa dan penyusunan kalimatnya kadang terasa amat cantik, meski tidak selalu.
Profile Image for Pris.
431 reviews38 followers
June 5, 2016
TBH ratingku buat buku ini paling mentok di 2,5 bintang. Dibuletin ke atas demi Nori, karakter yang paling kuat dalam buku ini. Juga demi adat budaya suku Dayak Benuaq yang diangkat di sini.

Sisanya? ...Nanggung :|

Review yang agak panjangan insya Allah menyusul.
Profile Image for Esti Sadiyah.
16 reviews3 followers
December 28, 2007
saya selalu suka cerita khas kedaerahan..
sewaktu sang suami muncul...wahhh..bener2 kebayang suasananya (narasinya dapet banget!)
Displaying 1 - 22 of 22 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.