Jump to ratings and reviews
Rate this book

My Wedding Dress

Rate this book
Apa yang lebih mengerikan selain ditinggalkan calon suamimu tepat ketika sudah akan naik altar? Abby pernah merasakannya. Dia paham betul sakitnya.
Abby memutuskan untuk berputar haluan hidup setelah itu. Berhenti bekerja, menutup diri, mengabaikan dunia yang seolah menertawakannya. Ia berusaha menyembuhkan luka. Namun, setahun yang terasa berabad-abad ternyata belum cukup untuk mengobatinya. Sakit itu masih ada, bahkan menguat lebih memilukan.
Lalu, Abby sampai pada keputusan gila. Travelling mengenakan gaun pengantin! Meski tanpa mempelai pria, ia berusaha menikmati tiap detik perjalanannya. Berharap gaun putih itu bisa menyerap semua kesedihannya yang belum tuntas. Mengembalikan hatinya, agar siap untuk menerima cinta yang baru.

276 pages, Paperback

First published November 4, 2015

8 people are currently reading
66 people want to read

About the author

Dy Lunaly

12 books21 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
9 (10%)
4 stars
37 (41%)
3 stars
38 (42%)
2 stars
3 (3%)
1 star
3 (3%)
Displaying 1 - 30 of 44 reviews
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
September 6, 2016
Abby ditinggalkan oleh kekasihnya sesaat sebelum acara pemberkatan pernikahannya. Tanpa alasan yang jelas, Andre kabur begitu saja. Sampai di sini saya nebak, kalau ga karena cewek lain pasti karena preferensi seksual.
Setahun kemudian, berbekal tekad yang besar Abby melakukan solo travelingnya ke Penang dengan menggunakan gaun pengantinnya. Dia ingin agar kesedihannya selama ini akan "diserap" oleh gaun itu. Di Penang dia bertemu dengan traveler lain, terlibat interaksi panjang penuh dialog ala-ala film Before Sunrise/Before Sunset dan mulai terbentuk chemistry di antara mereka. Nothing spesial sih kalau dari jalan ceritanya. Dua orang yang pernah tersakiti tentunya lebih mudah untuk menemukan klik. Saya penasaran sama Andre-nya aja sih...pengen tahu dugaan saya yang mana yang benar. Jadinya dibetah-betahin sampai habis.

Yang jadi pertanyaan itu gaun pengantinnya kayak gimana ya? Sesimpel apa, sampai bisa dipakai kemana-mana traveling. Meski di ceritanya dibilang dia sering dianggap orang aneh yang keluyuran pake gaun pengantin. Trus nyucinya gimana? cuci-kering-pakai dong...hehe.
Profile Image for Bila.
315 reviews21 followers
November 29, 2018
Kamu tahu cara terbaik untuk menjalani hidup, By? Enjoy your life whether it's up or down. Life is always like a rollercoaster. You have the right to be afraid, but try to climb into the front seat, throw your arms in the air, and enjoy the ride. Find the joy in all choices you make. Remember, in the end good girls always win. (hal.244)


(Catatan: aku sebenernya bingung banget mau ngasih rate 3 atau 4, karena aku benar2 butuh rate setengah bintang di Goodreads ini! Hah! Tapi jadinya dibulatkan ke atas, untuk di sini. Tapi untuk aku pribadi lebih ke 3, secara sangat subjektif.)

Abby ditinggal calon suaminya di hari pernikahan! Dan ia sedih sampai berlarut-larut selama setahun. Kemudian supaya rasa sedihnya hilang, secara impulsif ia solo travelling ke Penang. Dan di sana, ia bertemu bule traveler, Wira.

Kalau kalian mengikuti karya-karya kak Dy pasti langsung ngeh dengan nama cowo bule ini. Yup, ini si Bule bijak yang kisahnya (bersama 4 sahabatnya) diceritakan di buku Pssst...! Ah senangnya, bisa bertemu dia lagi! Ditambah lagi, sahabat-sahabatnya juga muncul sebagai tokoh pendamping, tentu dengan keadaan berbeda.

Sudah, sudah, kita kembali ke Abby. Kegalauan dia benar-benar terasa. Walaupun dia sering flashback (yang kadang menyebalkan juga sih kalau kebanyakan begitu) tapi hal itu justru menunjang agar pembaca semakin bisa merasakan betapa dia ingin bebas dari tekanan masa lalu.

Seperti biasa, kita juga diajak jalan-jalan keliling Penang dan Singapura melalui deskripsi. Jadi, setidaknya bisa kebayang walaupun kita belum pernah ke sana. 😆😆

Lalu, banyak kata-kata bijak yang dilontarkan oleh Wira di buku ini. Entah tentang cinta, move on, atau tentang cara menghadapi persoalan dalam hidup. Apalagi poin terakhir tuh, aku lagi butuh hehe.

Satu lagi kelebihan yang kudapat di sini: perkembangan gaya mendeskripsikan pakaian tokoh. Sekarang pakai bahasa / istilah yang lebih manusiawi, sehingga semua pembaca bisa membayangkannya.

Namun, aku tidak merasakan suasana weddinglit dalam buku ini. Entah karena aku jarang baca buku berjenis seperti ini atau memang lebih jatuhnya ke buku romance pada umumnya. Hmm. 🤔🤔🤔🤔

Lalu, di sedikit bagian, jalan ceritanya jadi agak kabur karena kebanyakan jalan-jalan. Untung cuma sedikit.

Dan aku tidak suka twist yang dimunculkan. Itulah kenapa sebenarnya buku ini hanya kuberi rate 3.5. Hih.

Intinya, buku ini kurekomendasikan untuk kalian yang pengen move on, pengen jalan-jalan tanpa merogoh kocek dalam-dalam (hiyah 😂😂😂😂), ingin mendapat wejangan soal hidup, dan yang kangen sama Wira dkk. (itu poin terakhir jadi motivasi terbesarku 😂😂😂)

Kalau lagi patah hati, kamu cukup ingat ini, if it's good, it's wonderful, but if it's bad, it's experience. Intinya, kita nggak perlu menyesali apa pun yang terjadi, baik atau buruk. Kalau udah bisa ngelakuin itu, berarti kita udah berdamai dengannya. (hal.234)
Profile Image for Ifa Inziati.
Author 3 books60 followers
December 14, 2015
Sebelumnya, selamat Teh Dy buat launching buku MWD-nya. Acaranya seru dan menarik, tempatnya oke, sampai diajak jalan-jalan juga hehe. Pokoknya senang bisa datang akhir pekan kemarin.

Buku ini juga spesial bagi saya karena saya jadi orang ke-8 pertama yang punya buku ini, plus dapat pouch cantik. Kavernya adalah yang pertama kali memberitahu saya kalau saya harus menjemputnya. Ditambah, saya sedang ketagihan dengan cerita bertema pernikahan atau sesuatu yang berbau-bau seperti itu.

(Ya... mungkin memang sudah saatnya bacaan saya seperti ini)

Premis novel ini mengesankan dan memancing. Seorang gadis--Abby namanya--ditinggal pergi calon suaminya tepat di hari pernikahan, dan untuk mengobati itu ia memutuskan pergi travelling menggunakan gaun pengantinnya. Selanjutnya mudah ditebak seperti cerita dewasa lainnya. Yap, heroine kita bertemu dengan sang hero di perjalanan dan jatuh cinta kepadanya.

Saya suka pemilihan latarnya yang membumi. Kebanyakan kisah roman identik dengan musim dingin atau bangunan barok di semenanjung Alpen, tapi MWD hadir membawa Penang dan Singapura. Destinasinya pun menarik, favorit saya adalah (maaf agak lupa namanya, maklumi kalau salah) di satu tempat yang penuh dengan graffiti dan ada instalasi berjudul 'Boy on a Bicycle'. Terbayang banget lokasi dan keseruannya.

Bukti kalau latar novel ini memang mengena: setelah baca, saya pergi ke BIP bareng teman-teman guru dan langsung beli ice cream bread. Saya cerita ke mereka kalau saya beli itu karena habis baca novel, dan besoknya mereka pinjam buku ini. Sampai sekarang masih dibaca Bu Wida. Kalau kata Bu Sherly, ceritanya so sweet dan ada bagian yang mirip sama pengalamannya.

Terus, saya juga menikmati ilustrasi buatan penulis di sini. Sederhana tapi punya makna. Quote di tiap perpindahan bab juga merangkum ceritanya dengan baik. Secara keseluruhan, kemasan novel ini memuaskan juga dijamin collectible.

Lagi-lagi bacaan memang masalah selera. Saya mendambakan sesuatu yang agak sendu sebetulnya, tapi percapakan Abby-Wira menurut saya terlalu ceria. Lalu referensi yang justru membuat adegan romantis itu tampak mengikuti si referensi . Kalau soal karakter Wira... yang penting dia konsisten dengan yang di 'Pssst...'

Dan twist-nya... tebakan saya tepat! Hehe.

Ada satu saja yang mengganjal, tentang gaun pengantin Abby. Di awal dijelaskan kalau Andre tidak menyetujui gaun itu, tapi di bab-bab berikutnya diberikan flashback ketika Andre justru memuji Abby ketika memakai gaun itu. Tapi hanya itu, kok.

Selebihnya, novel ini menghibur dan menyenangkan. Dan saya tidak kapok untuk menikmati cerita dewasa populer Teh Dy selanjutnya! (dengar-dengar, ada nama makanan penutupnya, ya? Yah, siap dibuat lapar dan ngidam makanan unik lagi, nih!)
Profile Image for Putri Review.
74 reviews13 followers
December 19, 2015
Actual Score : 3,2 from 5 stars

Baca lebih lengkap review novel ini di blog Putri Review : Traveller Berbaju Pengantin dalam "My Wedding Dress" by Dy Lunaly

Untuk novel dengan genre pernikahan dan kisaran umur dewasa (karena sudah pantas menikah) saya merasa Dy Lunaly membawakan novel ini masih dengan gaya yang sangat remaja.

Saya suka dengan kombinasi ide2 yang dirangkai : travelling, penang, menjangan, singapore, gaun pernikahan, dan teman travelling yang ganteng menyenangkan. Untuk deskripsi latar wisatanya pun sangat detail dan mendalam, membuat saya ingin mengunjungi Penang barang sekali di masa depan. Hanya saja, ada banyak elemen plot yang terasa terlalu instan dan naif, romancenya pun terasa dipaksakan, membuat semuanya terasa kurang real (bagi saya).


Kesan terkuat yang tertinggal di saya setelah membaca novel ini : My Wedding Dress berisi gaya menulis yg seringkali kontradiktif. Sebentar bilang A, satu paragraf kemudian akan ada pernyataan B yang menganulir/mendiskreditkan fakta A yang sudah dijelaskan. Seperti saat pembaca sudah dibombardir dengan perasaan Abby yang begitu memuja Andre, begitu merasa Andre menyayanginya, mengerti dirinya (itulah sebabnya dia menerima lamaran Andre, bukan?) lalu ada satu scene di dalam novel dimana Abby mendapatkan perhatian dari Wira, dan Abby berkata dalam hati bahwa selain keluarga, tidak ada yang pernah memperhatikannya sebaik Wira saat ini, membuat saya bertanya2 lalu Andre dianggap apa sebelumnya?


Lalu contoh lainnya saat Abby berkata pada diri sendiri bahwa dia tidak mau mengganggu Wira yang sedang berkonsentrasi lalu paragraf berikutnya Abby mengajak Wira bicara. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Untungnya, novel ini dibuat dengan sudut pandang orang pertama, jadi saya bisa saja menyimpulkan : oh kontradiktif, naif, pelupa, kurang konsen, dan gak masuk akal (Abby ingin gaun pengantinnya menjadi hitam setelah menyerap semua kesedihannya) itu memang sifat Abby. Tapi karena tidak ada sesuatu yang memperkokoh dugaan saya seperti : komentar dari karakter lain mengenai sifat kontradiktif (dan lain2) Abby, atau apakah sifat Abby mempengaruhi kandasnya hubungan dia dengan Andre, saya merasa ceritanya malah berkesan kurang matang.

Ganjalan berikutnya, alurnya sedikit kurang efisien. Ada banyak flashback yang menurut saya tidak perlu. Ada momen2 yang bisa dibahas lebih jauh dan memperkuat cerita, tapi malah mengambil momen lain yang kurang penting dan memutuskan untuk membahas momen penting sebagai flashback.

Saya menunggu novel berikutnya dengan tema dan susunan yang lebih matang. Semangat!
Profile Image for Wardah.
925 reviews171 followers
March 2, 2016
Sering mendengar seorang perempuan travelling seorang diri? Sepertinya tidak. Travelling seorang diri dan perempuan seperti bukan pasangan serasi. Perempuan mana pun yang melakukannya jelas sangat berani atau justru kelewat nekat.

Lalu, apa kata yang tepat untuk menggambarkan Abby? Abby, si perempuan rumahan yang memutuskan travelling seorang diri dengan gaun pengantin. Berani? Nekat? Gila?

Setahun setelah ditinggalkan Andre di depan altar pernikahan, Abby memutuskan untuk kabur dari kehidupannya di Jakarta. Berbekal tabungan masa depan, petuah dari Gigi, dan gaun pengantin, Abby menjejakkan kaki di Penang.

“Kemarin kamu nanya kenapa aku travelling pakai gaun pengantin, kan? Ini jawabannya, dalam pikiranku gaun ini bakal menyerap semua kesedihanku dan berubah menjadi hitam.” (h. 75)


Saya selalu tidak setuju pada orang yang menganggap remeh sebuah novel karena novel ini novel romantis. Saya selalu percaya bahwa ada lebih dari sekadar “kisah romantis” yang bisa dipetik dari sebuah novel. Dan Dy Lunaly membuktikannya lewat My Wedding Dress.

Bisa dibilang novel ini juga mengandung latar tempat yang bikin ngiler, juga memberikan kita hikmah.

“Karena aku memilih untuk bahagia, By. Aku memilih untuk berhenti mengeluh dan mulai mensyukuri hidupku, apa pun kondisinya.” (h. 131)


Secara keseluruhan saya sangat menikmati My Wedding Dress. Ceritanya cukup gampang ditebak, tapi penulisannya sangaaaat rapi. Karakternya juga dapat. Latar tempatnya cukup terbangun. Dan pembaca berhasil dibikin penasaran pakai banget sama alasan Andre meninggalkan Abby. Misteri ini yang membuat saya betah duduk sampai larut buat menamatkan langsung My Wedding Dress.

Novel ini bakal lebih bagus kalau perjalanan Abby-Wira di Penang lebih … bergejolak? Gimana ya, si Wira ini sopan banget sih. Mungkin kalau Wira lebih playful bakal lebih asyik.

Review lengkap silakan baca di sini.
Profile Image for Nurjannah Intan.
4 reviews
November 18, 2015
Rasa-rasanya, buku ini memang ditakdirkan untuk saya. Hal-hal favorit saya ada di sini: Wira (iya, saya memang Tim Wira di novel Pssst :D), Fix You-nya Coldplay, dan film 500 Days of Summers.

Dan jujur, dari semua novel Dy Lunaly yang pernah saya baca, ini yang terbaik. Mulai dari gaya menulisnya, plot, setting, dan ... ilustrasinya yang menghangatkan hati.

My Wedding Dress bercerita tentang Abby yang ditinggalkan calon suaminya, tepat sebelum mereka naik altar. Meskipun awalnya mengira kalau tema ini klise, ternyata bab-bab awal sangat sukses mengaduk-aduk perasaan saya. Saya merasa menjadi Abby yang ditinggalkan Andre begitu saja tanpa penjelasan. Marah, kecewa, dan sedih!

Ada yang bilang, cara terbaik untuk menyembuhkan patah hati adalah menemukan cinta baru. Tapi cinta baru sebenarnya tidak terbatas kepada sosok saja, bisa juga hal-hal baru. Di sini, Dy Lunaly menggabungkan itu. Cinta baru adalah sosok baru dan pengalaman baru.

Di sepanjang cerita, Abby selalu mempertanyakan kenapa dirinya ditinggalkan. Saya juga begitu. Tapi lama-kelamaan, rasanya saya mulai tidak peduli alasan kenapa si tokoh utama ditinggalkan pasangannya. Ada banyak hal yang dibawa Wira dan Abby: cara mereka menikmati hidup, saling menyembuhkan, menerima kenyataan paling pahit, dan bersikap jujur.

Btw, Wira di novel ini jauh lebih dewasa dan lebih menyenangkan. Saya jadi makin cinta deh :D

Anyway, thanks buat Dy yang sudah menuliskan kisah semanis ini. Love u!
Profile Image for Adek Fbree.
159 reviews
August 28, 2016
Sesuatu yg bagus atau keren dihasilkan dari hal2x yg luar biasa mah itu biasa dan wajar. Nah, yg luar biasa adlh karya yg bagus terlahir dr hal2x yg biasa dan standar. And for me this book is one of them.

Tentang buku ini yg skaligus karya dr sang penulis yg sy baca utk pertama kalinya. Tak ada yg benar2x baru, plot dan temanya msh tipikal kisah romance. Patah hati, mencoba hidup baru tp msh stuck jg, new hero saves the day, si hero jg trnyata lg galau sama masa lalunya sendiri, hero & heroine sama2x saling mendukung buat berubah (henshinnn!!!), and finally good things will come to those who wait (wait, what???! :P).

Intinya sy menikmati ceritanya. Terutama bagian2x ketika usilnya Wira lg kambuh ke Abby. Lumayan bikin senyam senyum (^ ^)

Profile Image for Elsa Puspita.
Author 10 books44 followers
February 18, 2016
Honestly, Wira isn't my favorite Hero. Dia terlalu manis buatku. Bukan tipe Hero yg bikin aku naksir banget. Tapi dia sosok yg sempurna buat dijadiin sahabat. Makanya di-prenjon-in, ya, Wir? :)) *dikeplak Wira*

Aku menikmani kisah Abby. Perjalanannya dan Wira juga ngajak aku sebagai pembaca ikut jalan-jalan, khas Dy Lunaly. Meskipun beberapa interaksi mereka masih kerasa ala remaja *IMO*, banyak juga percakapan yang bikin ikut mikir. Bukan cuma kisah 'move on'-nya Abby, tapi bagian usahanya 'menemukan jati diri'.

Ada beberapa hal yg ganggu aku, kayak ikatan Abby-Wira yg menurutku terlalu cepat terjalin erat di awal, juga sikap Wira yg nyaris tanpa cela. Selain itu, alur di sini udah terjalin cukup rapi. Gaya tulisan Dy Lunaly juga cukup enak buat diikuti.

Kalau ada yg boleh kuubah, itu bagian Kalyan. Tolonglah ya. TOLONG!!! Aku patah hatiiiii :(((( *salah fokus* #TeamKalyan

Overall, aku mau ngucapin congratulation, buat kelahiran My Wedding Dress, Mbak Dy! Aku akan selalu jadi pembaca setia tulisanmu :*
Profile Image for Aya Murning.
162 reviews22 followers
December 14, 2015
waktu baru mendengar kabar kalau Dy Lunaly akan merilis sebuah novel baru berjudul My Wedding Dress dan masuk lini Wedding Lit, aku kira novel ini benar-benar akan mengulik soal rumah tangga sebuah keluarga. ternyata aku salah besar. novel ini lebih konsen ke travelling daripada pernikahannya sendiri. bahkan sama sekali tidak mengulik sisi pernikahan dari si tokoh utama. bagiku ini sesuatu yang baru. ditambah sosok Wira, yang kusebut si Raja Gombal, ternyata telaten sekali menemani Abby selama jadi travelmate-nya. nah, apa kalian juga ingin ikut mencicipinya?

untuk review selengkapnya silakan dibaca di sini https://murniaya.wordpress.com/2015/1...
Profile Image for Annisa D. Lestari.
74 reviews4 followers
December 14, 2015
Ini pertama kalinya baca tulisan Dy. Terasa sekali banyak mimpi-mimpi Dy dirangkum dalam cerita ini. Dy yang memang seorang lulusan arsitektur, Dy yang suka jalan-jalan, Dy yang suka minuman matcha, Dy juga suka nonton pertunjukkan Bolshoi. Mungkin terselip mimpi Dy juga kalau suatu hari bisa nemuin kekasih seperti Wira ;) *piss

Overall, aku ngga terlalu suka bacaan yang lebih banyak menceritakan setting tempat. Selera kali yaa. Aku lihat di novel ini kurang konflik dan tema besar yang diangkat yaitu tentang Wedding jadi kurang terasa karena lebih banyak menyoal travelingnya.
Profile Image for Noni Rosliyani.
23 reviews
January 12, 2016
Inget pas dulu baca draftnya pertama. Dan sekarang hasilnya kerennn..... Jadi pengin ke Penang sama Wiraa.... #teamWira
Profile Image for Putri Ananta.
Author 1 book12 followers
April 23, 2016
“Aku menunggu. Berjam-jam. Hingga matahari sempurna menghilang.
Akan tetapi, percuma. Dia tak kunjung datang.
Kenapa kamu tega ngelakuin ini, Dre? Apa salahku?!” (Hlm. 11)


Abigail Kenan Larasati begitu bahagia saat hari itu akhirnya tiba. Akhirnya, dia akan menikah dengan kekasihnya, Andre, setelah empat bulan sebelumnya ia dibuat menangis terharu karena pria itu melamarnya bersama dengan miniatur Tokyo Tower dan cincin bermata zamrud. Sayangnya, mendadak hari yang seharusnya membahagiakan itu berubah menyedihkan setelah papa Abby mengatakan bahwa Andre tidak datang.
Andre tidak datang. Rasanya tidak mungkin sekali bagi Abby. Abby mencoba memastikannya sendiri, dia memasuki ruang pemberkatan sambil berharap bahwa apa yang terjadi padanya hari itu akal-akalan Andre semata. Namun, Papa benar. Tidak ada Andre di sana, yang ada hanyalah pandangan penuh sedih dan kasihan orang-orang pada Abby. Sejak itu, Abby memiliki gelar sebagai pengantin yang ditinggalkan di altar.
Satu tahun berlalu, tetapi tidak ada perubahan berarti. Setelah memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan membuka bisnis online sendiri, Abby kian sering mengurung diri di rumah. Ia tak suka dengan pandangan kasihan yang dilempar oleh orang-orang padanya, ia butuh waktu sendiri dan melihat ke dalam dirinya—setidaknya begitu menurut Abby. Satu tahun berlalu, tetapi rasa luka itu masih ada.

“Tapi, kalau mau jujur, bukankah sebenarnya kita semua merupakan kumpulan masokhis, disadari atau tidak? Terlalu sering kita sengaja membuka kenangan menyakitkan atau menyedihkan dan menyesapnya kembali. Membuka luka yang belum benar-benar mengering. Luka yang tidak akan pernah kita biarkan mengering karena kita mencandu rasa sakit itu.” (hlm. 17)

Abby masih sering mengingat kenangan-kenangannya bersama Andre, bertanya-tanya pada dirinya apakah yang telah ia lakukan hingga Andre meninggalkannya seperti itu, dan menerka-nerka kabar Andre. Rutinitas yang sebenarnya menyiksa dirinya sendiri.

“One bad day is just that; one bad day. Jangan sampai satu hari buruk merusak kebahagiaan yang sedang mengantre untuk menghampiri kehidupan kita. So, smile and don’t ever stop." (Hlm. 18)

Sepotong tulisan Quirky Traveler—seorang penulis buku travelling—berhasil menampar Abby. Membuat Abby buru-buru bangkit untuk masuk ke kamarnya, memantapkan niatnya untuk memusnahkan semua barang kenangannya bersama Andre. Ketika tiba di bagian lemari, Abby menemukan gaun pengantinnya yang membuat mulutnya mendadak pahit. Dia hampir saja menggunting gaun simpel nan manis itu, namun urung karena kenangan tentang Andre menyerbu. Abby masih tak bisa keluar dari kesedihan yang mengungkungnya.
Abby mengutarakan keinginannya untuk travelling pada Gigi—adiknya. Dan, siapa sangka jika akhirnya Abby dibawa untuk memperpanjang paspor esoknya. Abby hanya bisa menurut dan memutuskan untuk travelling. Mungkin travelling ke Penang bukan ide buruk? Kali ini sendirian dan dinikmatinya sambil mengenakan gaun pengantin—yang Abby harapkan mampu untuk berubah menjadi hitam setelah menyerap kesedihannya. Beruntungnya, gaun pengantin yang Abby gunakan bukanlah jenis gaun yang menyusahkan. Gaunnya sederhana dan kesannya santai sehingga tidak masalah untuk digunakan sembari travelling.

“Bandara tempat semua hal yang saling bertolak belakang berkumpul dan terlihat wajar. Perpisahan dan pertemuan, akhir dan awal sebuah kisah, suara tawa dan isak tangis, masa lalu yang ingin dilupakan dan masa depan yang masih misteri. Semua menyatu dan saling melengkapi.” (Hlm. 29)

Di bandara, itulah pertama kalinya Abby bertemu dengan pria pirang tersebut. Saat itu, ia mengira-ngira pekerjaan pria yang asyik membaca sambil mendengarkan musik melalui earphone tersebut. Di Penang, Abby bertemu lagi dengan pria pirang itu saat ia kebingungan cara menuju hotelnya menggunakan Rapid Penang. Abby merasa canggung sekaligus malu dengannya karena sebuah insiden di pesawat saat ia kebingungan mencari kabin yang kosong. Insiden yang sangat buruk untuk dua orang asing. Abby tak tahu cara menuju hotelnya dan pria pirang tersebut memberitahunya, tidak menggunakan Rapid Penang, melainkan dengan jalan kaki. Saat itulah, Abby tahunya namanya. Namanya... Wira.

“Hidup kayak nyusun puzzle, harus berantakan dulu biar kita semangat nyusunnya karena penasaran bakal sebagus apa kalau semua udah tersusun.” (Hlm. 120)

Wira mengajak Abby untuk mencoba kuliner Penang, dan untuk pertama kalinya Abby tidak mengatakan ‘tidak’ lagi, ia mengiakan ajakan pria berwajah bule yang ternyata berpaspor sampul garuda itu. Dan setelah pertemuan tersebut, selalu ada pertemuan-pertemuan lain. Liburan Abby di Penang tidak dijalaninya sendirian, ada Wira—expert traveller—yang menemaninya. Bersama Wira, Abby tak merasa kesepian, pria itu selalu memiliki bahan obrolan menarik, membuatnya betah untuk bersamanya terus-menerus. Yah..., meskipun terkadang kenangan tentang Andre hadir.
Abby menikmati liburannya. Abby mengajaknya ke banyak tempat seperti Armenian House, Chinatown, Little India, Penang Hill, Pantai Tanjung Rhu, dan lain-lain. Bukan hanya spot-spot menarik di Malaysia, bahkan, Wira mengajak Abby pergi ke Singapura! Kunjungan Abby ke Singapura bersama Wira membuatnya menemukan jawaban akan pertanyaannya selama ini; perasaan Andre, perasaan Wira, dan perasaannya sendiri.

“Buatku rumah itu bukan bangunan. Rumah itu seseorang yang aku cintai, pasanganku.” (Hlm. 173)

Akhirnya saya memiliki kesempatan untuk mengetahui kelanjutan dari kisah Wira. Jadi, Wira ini adalah satu dari lima orang sahabat yang ikut jalan-jalan bersama ke Eropa di novel Kak Dy yang lain yaitu Psstt...! (nanti saya akan reread dan me-review-nya bila memungkinkan). Kali ini Wira hadir bukan di sebuah novel remaja lagi, melainkan di novel dewasa pertama Kak Dy Lunaly, sounds interesting, right?
Ini novel kedua Dy Lunaly yang kubaca setelah sebelumnya saya membaca Psstt...! Novel ini jauh dari kesan remaja karena mengangkat kisah pernikahan. Sebagai salah satu seri dari Wedding Lit Bentang Pustaka, novel ini pastilah memiliki unsur pernikahan, bukan? Akhir-akhir ini, dunia perbukuan Indonesia memang sedang musim novel pernikahan. Ada banyak sekali novel-novel sejenis di pasaran, namun My Wedding Dress berbeda. My Wedding Dress bukan hanya mengisahkan tentang pernikahan saja, tetapi juga memiliki unsur travelling sebagai penopang cerita. Paduan yang menarik, bukan?
Rasa travelling yang diselipkan di kisah ini sangat terasa dibandingkan rasa pernikahannya. Hal ini dapat dirasakan dari cara penulis mengisahkan perjalanan Abby yang terasa menarik. Bukan hanya Penang, penulis juga menyampaikan rasa travelling dari kisah ini dengan latar Singapura dan Menjangan, Bali. Penulis pandai sekali untuk mengajak travelling dengan tulisannya, selipan-selipan informasi tidak terasa seperti reportase, terselip sempurna sehingga nyaman sekali untuk dibaca.
Novel ini mengangkat tema pernikahan, meskipun rasa travelling-nya cukup kental. Pernikahanlah yang menjadi akar permasalahan dari kisah Abby ini. Kegagalan pernikahan Abby membuatnya mengambil keputusan untuk mencoba travelling sendirian sembari mengenakan gaun pengantinnya. Dari situlah, kisah ini bergulir dengan manis.
Abby digambarkan sebagai seorang perempuan yang sering pasrah saja dengan apa yang dialaminya, terkadang labil, polos, dan mudah untuk digoda. Wira seringkali menggoda Abby hingga membuat gadis itu berteriak kesal dan berteriak, “In your dreams, Wira!” Saya suka dengan konsistensi penulis untuk mempertahankan karakter Abby dari awal hingga akhir. Penulis hanya membuat tokohnya lebih dewasa lagi dalam berpikir tanpa menghilangkan nyawa yang telah ditiupkannya sejak awal. Saya suka sekali dengan karakter Abby ini, selain karena karakternya konsisten, karakter Abby juga sangat realistis. Percayalah, pasti ada orang seperti Abby yang suka mencandu perihnya mengenang.
Wira, seorang traveller yang sangat ahli. Dia hidup secara nomaden selama melakukan travelling. Karena hobinya tersebut, karakter Wira digambarkan sebagai seorang yang bijaksana, sangat menghargai orang lain, dan teman mengobrol yang seru. Wira adalah seorang pria berambut pirang alami yang berkewarganegaraan Indonesia. Seperti yang kusebut di atas, Wira adalah sahabat dari Jiyad, Noura, Adhia, dan Kalyan—tokoh-tokoh di novel Pssst...!.
Selain kedua tokoh utama di atas, ada Gigi—adik Abby yang dewasa dan protektif, Andre—kekasih Abby yang meninggalkan Abby di hari pernikahannya, Jiyad, Noura, Chacha, Adhia, dll. Sebagian besar tokoh-tokoh yang ada di My Wedding Dress ini hadir dengan porsi yang pas dan setiap tokoh memiliki karakter yang menarik. Jujur, saya senang sekali karena akhirnya tokoh-tokoh Pssst...!, dapat reuni kembali di novel yang berbeda, ikut senang. :D

“Kalau lagi patah hati, kamu cukup ingat ini, if it’s good, it’s wonderful, if it’s bad, it’s experience. Intinya, kita nggak perlu menyesali apa pun yang terjadi, baik atau buruk. Kalau udah bisa ngelakuin itu, berarti kita udah berdamai dengannya.” (Hlm. 234)

Dengan sudut pandang Abby, penulis menuliskan kisah ini. Sangat menarik karena pembaca akan dibuat lebih tahu bagaimana rasanya apabila ditinggalkan pasangan saat akan masuk altar. Diksi-diksi yang penulis pilih benar-benar memukau sehingga setiap perkataan dari para tokohnya dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Gaya bahasa mengalir dan kalimat-kalimat yang quotable membuatku betah sekali untuk membaca novel ini.
My Wedding Dress memiliki alur maju yang mendominasi. Penulis secara gamblang mengajak pembaca untuk tahu kelanjutan dari kisah Wira dan Abby ini, meskipun sesekali penulis menyelipkan potongan-potongan masa lalu pada bagian mengenang.
Twist yang dihadirkan penulis lumayan mengejutkanku. Alasan Andre meninggalkan Abby benar-benar tak mudah tertebak. Endingnya memang mudah tertebak, tetapi untuk plot twist ini, sama sekali tak tertebak! Penulis pandai sekali menyimpan rahasia ini hingga akhir cerita dan mengungkapkannya dengan tenang tanpa terburu-buru.
Saya suka sekali dengan penulis yang masih berbagi informasi di novelnya kali ini. Paling kusuka sih, pada bagian yang menjelaskan balet. Saya suka dengan cara Wira dan Abby yang menjelaskan Swanlake melalui obrolan mereka. Tak dipaksakan dan informasinya menarik sekali. Good jod, Kak Dy!
Jika ditanya bagian kufavoritkan, maka saya akan memilih bagian ketika Abby memutuskan untuk membuang barang-barang yang mengingatkannya pada Andre. Saya suka sekali dengan cara Abby mencoba untuk bangkit dari keterpurukannya tersebut.
Dari My Wedding Dress, saya belajar banyak hal, terutama tentang mengapa kita harus bangkit kembali dari keterpurukan. Dari Abby saya belajar bahwa setiap luka pasti akan ada yang menyembuhkan, hanya perkara waktu—entah lama atau sebentar luka tersebut akan sembuh. Tidak ada gunanya terus menerus bersedih, move on then move up!

“Aku pernah baca, cinta itu sama kayak energi. Sekali hadir, dia nggak akan pernah bisa menghilang, hanya bisa berubah bentuk. Kamu pernah cinta dia sebagai wanita, tapi bisa aja tanpa kau sadari, cinta itu berubah jadi cinta sebagai sahabat.” (Hlm 110)

Kaver dari My Wedding Dress ini begitu cantik. Saya suka dengan pilihan warna yang digunakan; gambar gaun, kamera, topi, sachel-bag, flatshoes dengan latar belakang berwarna hitam. Font untuk judul, sub judul, maupun nama penulisnya sangat cocok dan terasa pas. Kavernya sangat menarik! Two thumbs up, deh!
Novel ini dilengkapi dengan ilustrasi di setiap bab yang menggambarkan setiap babnya bersama dengan quotes berbahasa Inggris yang menarik. Yang membuat ilustrasinya adalah Kak Dy Lunaly—penulis My Wedding Dress ini—lho!
Oh ya, satu kopi My Wedding Dress milikku memiliki cetakan yang kurang rapi menurutku. Pemotongan kertasnya tidak sama sehingga bukunya terkesan bergerigi. Sebenarnya tak terlalu bermasalah, namun kurang sedang saja untuk dipandang. Entah ini hanya punyaku saja, atau banyak yang memiliki eksemplar yang bernasib sama denganku.
Secara keseluruhan, My Wedding Dress merupakan novel pernikahan unik yang mengajarkan kita untuk menikmati hidup. Seperti kata Kak Dy, novel ini sangat cocok bagi kalian yang (masih) percaya akhir setiap kisah cinta adalah bahagia selamanya. Percayalah, kebahagiaan itu pasti ada! Recommended sekali novel ini!

“Kamu tahu cara terbaik untuk menjalani hidup, By? Enjoy your life whether it’s up or down. Life is always like a rollercoaster. You have the right to be afraid, but try to climb into the front seat, throw your arms in the air, and enjoy the ride.Find the joy in all choices you make. Remember, in the end good girls always win.” (Hlm. 244)

4 bintang dari 5 bintang untuk My Wedding Dress!


XOXO,
PutriPramaa
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews296 followers
April 18, 2016
Bisa dibaca juga di http://www.kubikelromance.com/2016/04...

Ada sepuluh alasan kenapa seorang Abigail Kenan Larasati harus melakukan solo travelling; biar dia bisa move on, biar sadar kalau kebahagiaan ada di tangan Abby sendiri, bahwa hidup itu cantik dan sayang kalau disia-siakan, bisa melihat dari perspektif yang baru, bisa kembali fokus, bisa menciptakan kenangan baru, mendapatkan inspirasi desain baru, bahwa hidupnya sangat beruntung, untuk jatuh cinta lagi sama hidup, dan terakhir travelling bisa menemukan diri Abby yang sebenarnya.

Setahun yang lalu, Abby adalah salah satu mempelai paling bahagia di dunia, dia sudah merancang hidup dengan Andre, kekasih yang dipacarinya sejak beberapa tahun sampai akhirnya dia dilamar. Dengan gaun satin model princess silhouette tanpa lengan sepanjang lutut, berwarna sampanye, dan berlapis lace dengan aksen swaroski pada bagian dada dan ujung gaun membuat penampilan Abby sempurna. Dia sangat bahagia, tapi hanya sementara. Tidak lama setelah penampilannya siap dan akan menuju altar, ayahnya mengabarkan kalau Andre tidak datang ke pernikahan mereka. Tanpa kabar sama sekali, bahkan keluarga Andre tidak tahu kemana dia pergi, Abby ditinggal sendirian di altar, pernikahannya batal.
Bukankah sebenarnya kita semua merupakan kumpulan masokhis, disadari ataupun tidak? Terlalu sering kita sengaja membuka kenangan menyakitkan atau menyedihkan dan menyesapnya kembali. Membuka luka yang belum benar-benar mengering. Luka yang tidak akan pernah kita biarkan mengering karena kita mencandu rasa sakit itu.

Ternyata benar, tidak ada manusia yang benar-benar ahli menghindar dari kenangan, termasuk aku. Sekuat apa pun aku berusaha berlari dan menghindar dari kenangan, selalu ada hal-hal kecil yang mengembalikannya. Menggerus habis pertahananku.

Aku selalu percaya cinta itu sama dengan luka. Kita mungkin ngira waktu bakal nyembuhin atau ngilangin bekasnya, tapi sebenarnya nggak. Bekasnya cuma menipis. Sama kayak cinta.
Cinta itu sama kayak energi. Sekali hadir, dia nggak akan pernah bisa menghilang, hanya bisa berubah bentuk.

Kondisi tersebut tentu saja membuat kehidupan Abby hancur, dia menarik diri, dia melepas karier yang sedang menanjak di salah satu konsultan arsitektur terbaik di Asia Tenggara dan memilih bekerja dari rumah sebagai desainer kartu ucapan, dia muak dikasihani. Dia kecewa, dan tentu saja terluka amat dalam, hidupnya tidak akan tenang sampai mengetahui apa alasan Andre sampai tega meninggalkan dirinya dan mempermalukan keluarga besar di hadapan para undangan. Abby butuh waktu untuk sendiri.

Babak baru kehidupan Abby dimulai ketika dia membaca sebuah buku yang direkomendasikan oleh adiknya, Gigi. Buku perjalanan yang berjudul Stranger's Stories karya Quirky Traveler. Abby jatuh cinta pada tulisannya dan menginspirasi untuk mengakhiri penderitaan yang selama ini dia pelihara. Abby mulai memusnahkan semua barang pemberian dan kenangannya bersama Andre, hanya menyisakan satu, yaitu baju pengantin. Abby punya rencana sendiri untuk baju pengantin tersebut, dia akan memakainya ketika travelling, merayakan kesedihan. Gaun tersebut akan menyerap semua kesedihan Abby, kemudian memasukkan sebanyak mungkin kebahagiaan agar baju tersebut berubah menjadi hitam.
"Ngobrol sama orang asing selalu jadi pengalaman yang luar biasa karena kita nggak pernah tahu siapa yang kita ajak ngobrol, gimana kehidupan yang mereka jalani, cerita apa yang mereka punya. Itu ngajarin aku buat nggak cepat menghakimi, dan itu nyenengin."

"Travelling itu tentang keberanian menantang batasan yang kita punya. Keberanian buat ngelewatin tantangan yang kita temui saat travelling."

"Travelling itu bukan sesuatu yang bisa direncanain seratus persen, By. Adakalanya kita pasrah sama nasib." Wira tersenyum lembut. "Dan, travelling bukan tentang berapa banyak tempat yang kita lihat, melainkan sebanyak apa kita menikmatinya."

Kali pertama membaca tulisan Dy Lunaly, jujur saja, awalnya saya tidak memasang ekspektasi berlebih, di mana selalu saya lakukan ketika membaca karya seorang penulis untuk pertama kalinya, mengikuti bagaimana Dy menarik saya ke dalam cerita rekaanya, dan ternyata sukses, saya sangat menikmati membaca My Wedding Dress. Tema ceritanya unik, dia menyisipkan sesuatu yang berbeda dari tema pernikahan yang cukup booming sejak tahun kemarin, kemudian menggabungkan dengan tema travelling sehingga menjadi sesuatu yang baru dan segar.

Bisa dibilang tema travellingnya cukup kental sehingga mengaburkan tema pernikahan, yang hanya akan kita dapatkan di bagian awal. Selebihnya bercerita tentang Abby mencoba bangkit dari sakit hati dan mengunjunggi berbagai tempat untuk mengubur masa lalu dengan memakai baju pengantinnya. Tentu saja aja kisah cintanya dong, bagian yang saya sukai. Dalam perjalanan menemukan Abby yang 'baru' dia bertemu dengan seorang traveller bule yang ternyata berasal dari Indonesia, dia bernama Wirasana Pieter Smit atau biasa dipanggil Wira.

Pertemuan keduanya bisa dibilang kebetulan, Abby bertanya kepada orang asing tentang cara pulang ke hotel ketika kebingungan memilih transportasi di halte bus Rapid Penang, dan orang yang dia tanyai tidak lain tidak bukan adalah bule yang tidak sengaja Abby cederai di pesawat. Tahu kalau sama-sama orang Indonesia, Wira pun mengajak Abby menikmati kuliner di Penang, berlanjut mengajukan proposal sebagai travelmate kurang lebih selama seminggu menjelajahi Penang. Mulai dari Bazaar Chowrasta, menyusuri jalanan Georgetown, ke puncak Penang Hill, Blue Mansion, Chocolate & Coffee Museum, Camera Museum, ke dermaga Clan Jetties, sampai menonton pertunjukan balet Swan Lake - Bolshoi di Singapura. Setting buku ini tidak hanya di Malaysia dan Singapura, tapi kita juga akan dibawa ke Menjangan, Indonesia.
"Hidup itu kayak nyusun puzzle, harus berantakan dulu biar kita semangat nyusunnya karena penasaran bakal sebagus apa kalau semuanya udah tersusun."

"Hidup itu tentang mengeja ikhlas. Bagaimana kita belajar untuk ikhlas menerima kondisi apa pun dalam hidup kita dan menjalaninya dengan sebaik-baiknya."

Saya sangat menikmati interaksi antara Abby dan Wira, sangat mengalir sekali. Penulis tidak serta merta membuat hubungan keduanya terlihat kebetulan semata, tapi ada prosesnya. Ada saat di mana Abby merasa curiga dengan Wira ketika pertama dia mengajukan proposal perjalanan, ada saat keduanya merasa marah karena telah mencampuri urusan pribadi masing-masing, ada batas yang tidak boleh dilanggar bahkan sempat tidak saling menyebutkan nama asli. Pembawaan Wira yang ceria dan humoris mau tidak mau mencairkan tembok kekauan hubungan mereka. Lambat lain Wira menyadarkan Abby kalau hidup harus dinikmati. Wira membantu memasukkan kebahagiaan ke baju pengantin Abby.

Menggunakan sudut pandang orang pertama dengan Abby sebagai sang narator, pembaca dengan mudah menyelami apa yang dia rasakan dan alami. Beralur maju dan plotnya cukup rapi, ada twist yang cukup menyenangkan dan berhasil saya tebak dengan mudah. Deskripsi tempat dan karakter para tokohnya cukup detail, memudahkan saya membayangkan tempat-tempat yang dikunjungi dan bagaimana tokoh ciptaan penulis tercetak di imajinasi. Membaca buku ini saya jadi ingin keliling Penang, khususnya Chocolate & Coffee Museum, tempat favorit di buku ini. Sedangkan tokoh favorit saya tentu saja Wira, dia sangat perhatian, baik kepada siapa pun, pembawaanya ceria dan berpikiran terbuka, mungkin karena lima tahun hidup nomaden, telah mengunjungi banyak tempat dan bertemu banyak orang membuatnya sanggup mengatasi berbagai masalah, jangan sampai memutus langkah selanjutnya untuk mendapatkan kebahagiaan.
"Because happiness is like a kiss, you must share it to enjoy it. Aku nggak takut hidup sendiri, tapi," dia menatapku lekat, "aku takut kalau nggak punya seseorang untuk berbagi kebahagiaan. Kamu tahu rasanya ketika bahagia, tapi nggak bisa membaginya? Lebih nyesek daripada sendirian waktu sedih."

"Kalau lagi patah hati, kamu cukup ingat ini, if it's good, it's wonderful, but if it's bad, it's experience. Intinya, kita nggak perlu menyesali apa pun yang terjadi, baik atau buruk. Kalau udah bisa ngelakuin itu, berarti kita udah berdamai dengannya."

Saya juga sangat menikmati diksi yang Dy Lunaly suguhkan, jangan heran kalau resensi ini bertabur quote, karena tulisannya memang quoteable sekali, ini saja sudah saya pangkas banyak XD. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari, tidak baku dan beberapa menggunakan bahasa Inggris. Saya cukup nyaman, tidak ada kalimat yang susah dicerna. Disetiap bab ada ilustrasi yang digambar sendiri oleh penulis, disertai kalimat yang tidak kalah indah dan mencerminkan isi bab tersebut. Covernya juga pas sekali, cocok dengan isi cerita.

Selain kita di bawa ke tempat-tempat yang indah, ada sebuah adegan yang menurut saya romantis dan tidak kalah indahnya, salah satu adegan favorit di buku ini, yaitu ketika mereka tiba di Singapura dan Abby terpisah dengan Wira, Abby keasikan mengunjungi IKEA. Sejak kejadian itu Wira tidak pernah melepas tangan Abby, selalu menggandeng karena tidak ingin terpisah lagi, romantis banget, kan? Hehehehe. Inilah yang saya suka dengan Wira, perhatian-perhatian kecilnya tanpa sadar membuat hati setiap perempuan akan berbunga-bunga XD.
"Jangan pernah," napasnya masih tersengal, tapi aku bisa mendengar kemarahan dalam suaranya, "kamu ninggalin aku lagi kayak tadi! Kamu benar-benar bikin aku panik, By! Aku lari muterin tiap sudut buat nyariin kamu! Aku nggak mau pengalaman di Grand Bazaar terulang di sini, makanya aku berusaha nemuin kamu secepatnya."

Sedikit kekurangan adalah penulis tidak menyebutkan negara tempat Abby bertualang, sepele sih, mungkin banyak orang yang tahu di negara mana Penang berada, kecuali saya, hahaha. Kemudian tentang pengertian critical eleven, hal tersebut sangat identik dengan buku lain, sehingga saya harap penulis menyuguhkan sesuatu yang baru dan lain daripada yang lain. Overall, saya sangat menikmati membaca buku ini, saya jadi kepingin mencoba membaca karya Dy Lunaly yang lain :D.

Buku ini bercerita tentang mencari kebahagiaan yang baru, mencoba bangkit dari masa lalu. Bahwa kadang tersesat itu tidaklah buruk, siapa tahu dengan tersesat kita akan mengalami hal yang tak terlupakan :D.
"One day is just that; one bad day. Jangan sampai satu hari buruk merusak kebahagiaan yang sedang mengantre untuk menghampiri kehidupan kita. So, smile and don't ever stop."

4 sayap untuk Tuang Pengelana dan Nona Gaun Pengantin.
Profile Image for Riawani Elyta.
Author 33 books103 followers
April 22, 2016
Sinopsis :

Kebayang nggak situasi seperti ini : saat-saat menjelang momen pernikahan, dengan tubuhmu yang sudah berbalut gaun pengantin, para tamu undangan dan keluarga sudah berkumpul, tinggal selangkah lagi kamu dan dia akan mengikat janji suci pernikahan, tiba-tiba saja kamu mendapat kabar kalau calon suamimu tidak akan datang dan pernikahan kalian dipastikan batal?

Duh, pasti deh, semua jenis perasaan negatif yang kamu kenal, bercampur menjadi satu : sakit, terluka, kecewa, malu, geram, marah, patah hati, trauma, apapunlah namanya.

Hal ini jugalah yang dialami Abigail Kenan Larasati, atau Abby, saat ditinggal calon suaminya Andre Danadyaksa atau Andre, pada menit-menit menjelang pernikahan mereka diikrarkan. Peristiwa tak terduga itu membuat Abby memutar haluan hidupnya 180 derajat. Ia melepas karirnya yang sedang menanjak di salah satu konsultan arsitektur terbaik di Asia Tenggara dan banting setir menekuni bisnis online. Yaitu bisnis mendesain kartu ucapan dan sketsa (hal. 15).

Namun kesibukan barunya itu tak lantas membuat Abby dapat melupakan kenangan buruknya itu dengan mudah. Setahun sudah ia lalui, tetap saja Abby masih berkubang dalam kenangan. Akhirnya, sebuah buku travelling yang ia baca menginspirasinya untuk melakukan hal gila : travelling dengan mengenakan gaun pengantin! Dan Penang, menjadi kota destinasinya.

Di kota ini, Abby bertemu dengan Wira, seorang passionate traveller dan juga penulis buku travelling. Sebuah kebetulan yang mengejutkan, karena Wira ternyata adalah penulis buku travelling berjudul Quirky Traveler yang sudah menginspirasi Abby untuk melakukan travelling. Bersama Wira, Abby menjalani pengalaman barunya sebagai traveller di Penang lalu berlanjut ke Singapura. Kebersamaan itu ternyata memberi warna baru pada kehidupan Abby serta memantik cukup banyak perubahan dalam dirinya. Hanya satu yang sulit berubah : keputusan Abby untuk melepas gaun pengantinnya selama melakukan perjalanan.

Memangnya, apa sih yang bikin Abby keukeuh memakai gaun pengantin selama travelling? Dan kenapa pula Andre tega meninggalkannya pada menit-menit menjelang pernikahan? Apakah perjalanan itu berhasil menghapus luka hati Abby?
Kalian harus temukan sendiri jawabannya di novel terbaru Dy Lunaly ini ya.

Ups, segitu doang? Ya enggak lah, masa’ saya tega bikin kalian penasaran dengan kasih sinopsisnya aja? :D Jadi, yuk ikuti ulasan lengkap saya untuk novel berstempel Wedding Lit terbitan Bentang Pustaka ini :

Kita mulai dari tema. Karena tema adalah dasar cerita atau gagasan utama dari sebuah novel. Dari sinopsis di atas, jelas terlihat kalau tema novel ini tergolong konvensional, alias sudah umum diketahui. Atau dalam istilah teoritisnya disebut tema tradisional. Yaitu tentang seorang wanita yang ditinggal menikah, dampak psikis yang dialaminya pasca kegagalan, dan bagaimana langkah yang ia tempuh untuk mengobati lukanya itu. Namun, satu hal yang unik di sini, adalah keputusan si tokoh utama (Abby) untuk mengenakan gaun pengantin saat melakukan travelling.

Buat kamu yang udah pernah bersanding di pelaminan, pasti deh tahu persis kaya’ apa rasanya mengenakan gaun pengantin, bahkan gaun pengantin yang paling simpel sekalipun. Tetep aja rasanya sepuluh kali lebih ribet dan nggak nyaman dibanding pake t-shirt!

Nah, kebayang nggak, gimana rasanya pake gaun pengantin selama travelling? Apa nggak merepotkan? Tapi......meski ini hanya fiksi, ada satu message yang bisa kita ambil : wanita bisa nekad melakukan hal-hal paling absurd di dunia saat hati mereka udah luar biasa tersakiti dan kecewa. Jadi, kalo ada orang terdekatmu – entah kakak, adik, sahabat atau kerabat – yang baru aja melewati peristiwa tragis dalam hidupnya dan itu bikin dia down banget, sebaiknya jangan pernah meninggalkannya, berilah dia dukungan dan perhatian agar jangan sampai melintas di pikirannya untuk melakukan sesuatu yang absurd apalagi yang sampai membahayakan dirinya.

Kita lanjut ke plot. Novel ini sesungguhnya menggunakan pola plot progresif atau kronologis, di mana rangkaian peristiwa disajikan secara runtut mulai dari tahap awal (situasi, pengenalan tokoh dan akar pemunculan konflik), tahap pertengahan (mulai terjadi konflik diikuti klimaks), dan tahap akhir (penyelesaian). Namun di sini, penulis mengombinasikannya dengan beberapa kali flashback peristiwa yang dilalui oleh tokoh utamanya (Abby). Dan untuk kejadian di masa lampau, tulisannya dicetak miring sehingga kita bisa langsung tahu, mana peristiwa yang sedang terjadi, dan mana yang merupakan rewind dari memori Abby.

Unsur lain yang tentu saja nggak boleh kita lewatkan adalah penokohan. Ada 2 (dua) tokoh utama dalam novel ini : Abby dan Wira. Selain itu, ada tokoh tambahan seperti Gigi (adik Abby), ortu Abby, Noura (sahabat Wira) dan Jiyad suaminya serta Cacha anaknya, Adhia (sahabat yang pernah dicintai Wira) dan Kalyan (pria yang dinikahi Adhia). Tidak terlalu banyak, memang. Dan kehadiran para tokoh tambahan ini juga porsinya tidak terlalu besar. Jadi, jalan cerita ini memang lebih banyak digerakkan oleh kedua tokoh utamanya Abby dan Wira. Otomatis, pembaca bisa dengan mudah mengenali watak kedua tokoh utama ini. Apalagi, penulis juga nggak pelit dalam mendeskripsikan tokoh-tokohnya.

Si Abby digambarkan sebagai gadis yang cantik, mungil, takut sama ketinggian, awalnya nggak suka travelling, punya skill di bidang desain dan sketsa, serta sifatnya sedikit childish. Sedangkan Wira, hmm, ini bener-bener representasi karakter Gary Sue banget deh, alias Mr. Perfect. Cakep, cool, sweet, romantis, selalu nolongin Abby pula. Oh ya, si Wira ini punya passion di dunia travelling dan rajin menulis pengalaman travellingnya di blog, dari situlah dia sering dapet job sebagai kontributor travelling untuk majalah, mengulas tempat-tempat yang dikunjunginya atas permintaan brand tertentu dan juga membantu web tourism board lokal (hal. 54). Sepertinya, apa yang dilakukan Wira ini merupakan incaran para travel blogger deh. Bisa jalan-jalan dan liburan ke berbagai tempat dan dibayar pula!

Yuk kita lanjutkan pada unsur berikutnya yaitu latar. Nah, menurut saya, unsur latar dalam novel ini nih juaranya. Karena cara penulis mendeskripsikan latar tempat dan pengalaman kedua tokohnya saat jalan-jalan, sukses bikin saya mupeng ke Penang dan ke Singapura (lagi).

Jadi, menurut saya lagi nih, novel ini sepertinya lebih cocok dikasih stempel TravelLit ketimbang WeddingLit. Karena nuansa travelling-nya benar-benar kental, sementara kisah tentang wedding (yang gagal) hanya menonjol di awal cerita. Walaupun diceritakan bahwa tokohnya terus-terusan mengenakan gaun pengantin selama travelling, “ruh” dari cerita bernuansa wedding tidak terlalu kuat. Ini mungkin disebabkan deskripsi dari respon orang-orang terhadap Abby yang mengenakan gaun pengantin di saat travelling terasa minim. Sepertinya, kesan dari wedding dress ini akan lebih menonjol jika disertakan juga pengalaman-pengalaman seru Abby terkait gaunnya itu selama perjalanan.

Misalnya aja nih, dia kesulitan melangkah, terinjak ujung gaun lalu jatuh guling-guling, bajunya kena lumpur tebal yang sulit dibersihkan sementara Abby sudah bertekad mau memakai gaun itu terus, Abby dilarang masuk ke tempat-tempat tertentu karena dikira sakit jiwa, atau kalo mau yang agak heboh, saat Abby jalan sendirian di Penang dan tersesat (hal. 33), dia ketemu pria yang sakit jiwa beneran dan mengira Abby itu pengantinnya yang berusaha kabur. Tapi yang Abby temui saat tersesat itu justru......si Mr. Perfect alias Wira. Enak banget deh si Abby. Lagi kesusahan malah ketemu pangeran ganteng yang penolong :p.

*kenapa pula saya jadi ngiri sama Abby?* Let’s back to the topic.

Saya lanjutkan dengan sudut pandang. Novel ini menggunakan sudut pandang persona pertama : Aku, yang diceritakan dari tokoh utamanya Abby. Jadi sudah pasti, semua cerita yang mengalir, adalah berdasarkan sudut pandang Abby. Pikirannya, perasaannya, responnya, pengamatannya, dan sebagainya.

Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya pop-komunikatif yang memang jadi ciri novel populer pada umumnya dan ciri si penulis sendiri. Kebetulan, ini adalah novel kedua Dy Lunaly yang saya baca (yang pertama judulnya NY Overheel). Dan gaya bahasa di kedua novel ini jelas menunjukkan ciri khas seorang Dy. Lincah, ngepop, komunikatif, mengalir, kadang diselipi humor. Sekilas mengingatkan saya pada gaya penuturan Sophie Kinsella tapi dalam versi yang lebih muda.

Terakhir, amanat atau pesan. Selain membawa pesan tentang pentingnya menjaga perasaan wanita seperti yang udah saya sebutkan di atas, dari novel ini juga kita bisa menarik pelajaran bahwa melakukan perjalanan itu dapat mengantarkan kita pada hal-hal yang tak terduga. Mulai dari mendapatkan pengalaman dan wawasan baru, mengubah cara pandang, pikiran dan perasaan kita bahkan sampai mempengaruhi keputusan penting dalam hidup kita, juga bukan hal mustahil, kita bisa berinteraksi dengan orang-orang baru yang akan memberi warna baru pula dalam kehidupan kita. Pesan lain yang tak kalah penting adalah, bahwa kita bisa bahagia jika kita sendirilah yang memilih untuk bahagia.

Selain pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan Abby dan Wira, hal positif tentang travelling ini juga disampaikan secara eksplisit sejak awal lewat tokoh Gigi. Ini nih yang dikatakan Gigi pada Abby sebelum Abby melakukan travelling (saya ringkas saja ya) :

“Ini aku kasih sepuluh alasan kenapa kamu harus travelling. Satu, biar kamu bisa move on. Dua, biar kamu sadar bahwa kebahagiaan itu bergantung sama diri kamu sendiri. Tiga, buat ngingetin kamu kalau hidup itu cantik banget. Empat, travelling ngajarin kamu ngelihat dari perspektif yang baru. Lima, biar kamu bisa kembali fokus. Enam, untuk ciptain kenangan baru. Tujuh, kesempatan nyari inspirasi desain baru. Delapan, biar kamu sadar betapa beruntungnya hidup kamu. Sembilan, untuk jatuh cinta lagi sama hidup. Dan sepuluh, bisa bikin kamu menemukan diri kamu.” (hal. 26-27).

Secara umum, novel yang bersih dari typo ini tergolong menghibur dan menyenangkan. Terutama buat kamu yang ngefans dengan gaya penceritaan model Dy Lunaly ini - lincah, segar, ringan, mengalir, komunikatif. Oh ya, di dalam novel ini juga bertabur ilustrasi sketsa karya penulisnya sendiri lho.

Khusus untuk sosok Andre, saya ingin memberikan komentar khusus. Mulai dari kemunculannya yang tiba-tiba saat Abby nonton di Esplanade setelah setahun sosok ini raib, juga alasannya meninggalkan Abby yang bikin saya langsung ngomong sendiri dengan tanda seru : omaigot, kenapa diantara sejuta alasan, harus alasan itu yang menjadi sebab dia meninggalkan Abby?!

Buat saya, cowok seperti Andre ini sangat tidak pantas berkeliaran bebas dan damai di muka bumi, apalagi setelah dengan semena-mena mencampakkan seorang gadis cantik di altar pernikahan dan saat bertemu kembali, si gadis hanya bisa terdiam menyaksikannya pergi bergandengan dengan *teeeet, alarm spoiler berbunyi*.

Baiklah, sepertinya, komentar saya untuk Andre sekaligus jadi penanda kalau ulasan saya sudah selesai. Untuk itu, sebelum pamit saya mau menyampaikan ucapan closing : kepada Dy Lunaly, tetap produktif berkarya ya, karena kamu punya potensi untuk jadi Sophie Kinsella-nya Indonesia. Kepada kalian yang udah baca ulasan ini dan penasaran mau baca novel ini, ayo segera cari di toko. Buat kalian yang lagi patah hati dan pingin menghibur diri dengan baca novel ini, sebaiknya segera antisipasi dengan cari-cari info destinasi travelling yang menarik, karena bisa jadi kalian langsung mupeng travelling setelah baca novel ini :)

Oh ya, seperti biasa, saya selalu mengakhiri ulasan dengan kutipan-kutipan favorit dari buku yang saya baca. Dari novel My Wedding Dress ini, berikut adalah kalimat-kalimat favorit saya :

Life is more than series of moments. We can always make choices. And that what makes us who we are.

Bahagia bukan tentang apa yang kamu punya, apa yang udah kamu lakuin, bahagia itu tentang mensyukuri hidup dan menikmatinya sebaik mungkin (hal. 131).

Kalau lagi patah hati, kamu cukup ingat ini. If it’s good, it’s wonderful, if it’s bad, it’s experience. Intinya, kita nggak perlu menyesali apa yang terjadi, baik atau buruk. Kalau udah bisa ngelakuin itu, berarti kita udah bisa berdamai dengannya. (hal. 234).

Nggak ada hidup yang sempurna. Hidupku jauh dari sempurna. But yes, I’m happy. Karena aku memilih untuk bahagia. Aku memilih untuk berhenti mengeluh dan mensyukuri hidupku, apapun kondisinya (hal. 235).

Sumber : http://www.riawanielyta.com/2016/04/r...
Profile Image for Ryvannafiza Nisa.
Author 1 book4 followers
April 23, 2016
Gagal menikah, apalagi kalau hari bahagia itu hancur dalam hitungan menit karena orang yang kamu cintai dan (setidaknya menurutmu) mencintaimu menghilang di detik-detik terakhir, tentu akan jadi tamparan keras. Dan Abby tahu rasanya. Bahkan setahun setelah Andre seakan mendadak lenyap dari bumi, luka hati Abby masih bernanah.

Abigail Kenan Larasati, yang lebih suka dipanggil dengan Abby, akhirnya memilih menutup diri dari dunia. Sampai akhirnya, sebuah buku travelling berjudul Stranger’s Stories karya seorang penulis bernama Quirky Traveler “memaksa” Abby bangkit dari keterpurukannya dan membuatnya menemukan diri berada di Penang, Malaysia, berkat sebuah keputusan impulsif.

“One bad day is just that; one bad day. Jangan sampai satu hari buruk merusak kebahagiaan yang sedang mengantre untuk menghampiri kehidupan kita. So, smile and don’t ever stop.”

Tidak hanya itu, Abby juga memutuskan untuk menjelajah Penang dengan gaun pengantinnya. Ia berharap, di akhir perjalanannya itu, gaun putih itu akan berubah menjadi hitam karena menyerap seluruh kesedihannya. Dan cara apalagi yang paling manjur menyembuhkan sakit hati dibanding kehadiran tokoh prince charming dengan nama Wirasana Pieter Smit (Itu beneran Smit ya? Kirain typo habis biasanya kan Smith lol #abaikan)

Pertemuan Abby dengan Wira di Penang membuat perjalanan gadis itu lebih berwarna dan tidak takut nyasar. Usut punya usut, ternyata Wira adalah seorang traveller ulung dan penulis buku travelling bernama pena Quirky Traveller yang sedikit banyak bertanggung jawab membawa Abby ke Penang. Berdua, mereka menjelajahi Penang, juga Singapura, untuk membantu Abby menemukan kebahagiannya kembali.

“Travelling itu tentang keberanian menantang batasan yang kita punya. Keberanian buat ngelewatin tantangan yang kita temui saat travelling.”

My Wedding Dress adalah novel Dy Lunaly kedua yang saya baca setelah NY Over Heels bertahun silam. Jujur saja, awalnya saya nggak terlalu banyak berekspektasi dengan novel ini, karena novel sebelumnya er… membutuhkan perjuangan keras dari saya untuk menyelesaikannya. But people do improve, dan mbak Dy berhasil membuktikannya lewat novel terbarunya.

Jika harus membandingkan dengan tokoh dari novel NY, unlike Zee, saya merasa Abby jauh lebih nyata dan likeable. Saya bisa membayangkan bertemu dengan orang seperti Abby, cewek patah hati yang melakukan hal gila untuk menghilangkan kesedihannya. Bagaimana Abby jatuh dalam keterpurukan, mengasingkan diri, tersadar karena hal-hal yang mungkin kita anggap sepele tapi sangat mungkin terjadi, dan setelah berbulan-bulan dan ribuan kilometer kemudian, Abby menemukan kembali kebahagiannya. Perjuangan Abby bisa kita rasakan dan pada akhir cerita kita bisa berkata, “You deserve it, girl.” Sedikit trivia, setiap ada yang manggil Abby dengan ‘By’, saya bacanya jadi ‘bay’ (by as in English) lol #maap

Saya suka dengan imejnya yang girl next door. Saya pun bisa relate keengganan Abby untuk travelling dengan diri saya sendiri. Kalau Abby karena trauma karena tersesat di masa remajanya, saya lebih karena ogah ribet packing unpacking planning dan tetek bengeknya lol. Membaca kisah Abby yang akhirnya nekat keluar dari zona nyamannya dan terjun ke dunia baru, membuat saya sedikit iri dan berpikir mungkin sudah saatnya saya juga mengepak koper dan kabur ke Jepang? #oke #skip

Abby yang cenderung labil dan kekanak-kanakkan (which is sedikit nggak sesuai sama umurnya yang… 26, ya? But, ‘sokay, because berjiwa muda is a must!) sungguh kontras dengan Wira yang terkesan dewasa dan matang. A bit too good to be true, tapi Wira jelas bisa membuat banyak wanita sirik dengan pasangannya dengan sikapnya yang sangat gentleman. Komunikasi dan interaksi keduanya sering membuat saya senyum-senyum geli sendiri. Wira yang iseng, dan Abby yang pasrah jadi korbannya =D Meski begitu, saya kok sedikit terganggu sama Wira yang kesannya touchy feely banget ya? Dikit-dikit pegang tangan, ngacak rambut, bersihin remah roti di pipi Abby. Untuk ukuran orang yang baru kenal beberapa hari, dan Abby yang katanya memegang adat ketimuran, Wira berani sekali.

Ada yang sedikit mengganjal bagi saya saat pertemuan pertama (atau diitungnya kedua ya?) mereka. Awalnya saat Abby bertanya arah pada Wira, dia pikir Wira itu orang asing karena penampilannya kan sehingga dia pakai bahasa Inggris? Tapi di beberapa percakapan awal mereka (saat Abby belum keceplosan menggunakan bahasa Indonesia), ada beberapa obrolan yang diselingi bahasa Indonesia. Buat saya, ini membingungkan. Saya baru tahu kalau mereka sebenarnya (pura-puranya) full berbahasa Inggris saat Abby keceplosan. Menurut saya, ketika sedang ‘pura-pura’ menggunakan bahasa lain, konsistenlah. Kalau bahasa Inggris, ya Inggris saja, begitu juga dengan bahasa Indonesia. Memangnya bahasa gawul Jakarta? Hehe.

“Yup!” Wira menggigit kentang goreng pesanannya. “Kamu mau gaun itu segera berubah hitam, kan? Berarti kamu harus masukin kebahagiaan sebanyak mungkin,” dia mengedipkan matanya, “karena itu keahlianku.”

“Keahlianmu? Apa? Masuk-masukkin?”

Ketika mendengar istilah weddinglit, yang melintas di kepala pastilah kisah drama menjelang/saat/setelah pernikahan. Mbak Dy berusaha menampilkan sesuatu yang baru dengan keluar dari stereotip konvensional tersebut. Dibuka dengan pernikahan Abby dan Andre yang gagal, My Wedding Dress berfokus pada cerita Abby menjelajahi Penang dengan gaun pengantin yang membuatnya sering menjadi tontonan dan objek foto para turis. Dan terobosan ini patut untuk diapresiasi.

Kover novel ini pun sangat eyecatching. Latar hitam (my favorit colour!) dipadu dengan ‘perlengkapan perang’ Abby terserak di atasnya. Warna hitam ini sendiri cukup penting, yaitu warna gaun dalam bayangan Abby ketika dia akhirnya berhasil membuat seluruh kesedihannya terserap oleh gaun pengantinnya. Meski begitu, untuk judul, setelah membaca keseluruhan cerita, sepertinya agak kurang pas. Habis, meskipun Abby travelling mengenakan gaun pengantin, gaun ini sendiri tidak banyak berperan aka hanya sekadar numpang lewat saja. Bahkan di beberapa kesempatan, saya sering lupa kalau Abby sebenarnya sedang pakai gaun pengantin. And btw, itu gaun nggak pernah kotor kecipratan atau ketumpahan apa gitu? Saya mah pakai baju sehari aja adaaaa aja noda nempel nggak jelas dari mana #maapcurcol

Saya juga cukup menyukai cara mbak Dy menjelaskan detail tempat-tempat yang mereka kunjungi. Tidak berlebihan sehingga membuatnya seperti buku panduan wisata, tapi juga cukup sehingga setidaknya saya bisa sedikit membayangkan suasananya. Karena novel ini mengambil POV 1, kebanyakan detail itu datang dari Abby. Saya bisa merasakan kekaguman Abby dari caranya menjelaskan vocal point dari setiap tempat yang didatanginya. Sayangnya, bahkan sampai bab terakhir mbak Dy enggan meluangkan space 8 huruf untuk sekadar menuliskan Malaysia sebagai negara tempat Penang berada. Jujur aja, saya yang buta geografi dunia harus googling dulu karena penasaran =D

“Kalau lagi patah hati, kamu cukup ingat ini, if it’s good, it’s wonderful, but if it’s bad, it’s experience. Intinya, kita nggak perlu menyesali apa pun yang terjadi, baik atau buruk. Kalau udah bisa ngelakuin itu, berarti kita udah berdamai dengannya.”

Novel ini kental dengan konflik batin Abby yang masih juga gagal move on bahkan setelah setahun Andre meninggalkannya. Alasannya, Abby mengaku masih belum bisa melepas masa lalunya jika dia belum mengetahui alasan Andre meninggalkannya. Alasan Andre sendiri sebenarnya sudah bisa saya tebak sejak awal (dan tepat!), tapi yang membuat saya kesal sama mantannya Abby itu jelas karena dia memutuskannya tepat di hari pernikahannya. Like, nggak ada hari lain sebelum-sebelumnya gitu? Hih, kzl.

Tapi saya kecewa dengan cara Abby saat mengingat kembali tanda-tanda rahasia Andre yang membuatnya meninggalkannya. Di halaman 222, “Pria tidak akan sedetail itu jika menyangkut warna, kecuali dia berprofesi sebagai desainer atau seniman.” Ada sebuah generalisasi yang mendiskreditkan laki-laki yang membuat saya mengangkat alis. Kalau diumpamakan, saya perempuan, saya nggak bisa membedakan salem, taupe, maupun fuschia. Lalu, saya apa dong?

“Travelling bukan tentang seberapa banyak tempat yang kita lihat, melainkan sebanyak apa kita menikmatinya.”

Saya merasa, mbak Dy cukup banyak ‘memasukkan’ dirinya dalam novel ini. Abby yang seorang (mantan) arsitektur, perjalanan ke Penang, hingga kecintaan Abby pada balet terutama pertunjukan Swan Lake Bolshoi Campany. Juga ilustrasi-ilustrasi cantik buatan tangan yang menghiasi setiap bab baru. Mbak Dy bisa mengembangkan kesukaannya juga pengalamannya menjadi sebuah cerita apik. Tanya aja Mbak, Mas Wiranya udah ketemu juga belum? #eh

Terakhir, meski cukup menyukai buku ini, saya sebenarnya berharap ada lebih banyak naik turun dalam petualangan Abby dan Wira. Perjalanan mereka terlalu… lancar? Tidak ada halangan berarti yang bisa membuat saya khawatir apakah mereka akan aman-aman saja sampai lembar terakhir. I like more spice, spicy is good!

Menemani 3 bintang buat My Wedding Dress, ada satu hal yang ingin saya sampaikan sama Abby.

“By, By, jauh-jauh sampai ke Penang & Singapura, dapetnya orang Indonesia jugak? Terlalu.”

#kabur #takutdiprotes
Profile Image for Evita MF.
92 reviews8 followers
April 17, 2016
Ini adalah kali pertama saya mencicipi tulisan Dy Lunaly melalui karyanya yang terbit pada tahun 2015 dengan judul My Wedding Dress. Sebelumnya penulis telah menerbitkan beberapa novel di antaranya My Daddy ODHA (2012), Remember Dhaka (2013), NY Over Heels (2013), Pssst! (2014), dan beberapa novella seri #CrazyLove: #MoveOn, #Mantan, dan #Stalking (2014-2015). My Wedding Dress berkisah tentang Abby yang sakit hati pasca peristiwa pernikahannya yang gagal. Setahun kemudian Abby pun memutuskan untuk travelling ke Penang menggunakan gaun pengantinnya.

Dikisahkan Abigail ‘Abby’ Kenan Larasati tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Sebab sebentar lagi ia akan menikah dengan laki-laki yang amat dicintainya, Andre Danadyaksa. Namun, kebahagiaan itu begitu cepat menghilang, tepat ketika orang tua Andre mengatakan bahwa Andre tak akan pernah datang. Malu, sedih, dan kesal bercampur menjadi satu, saat mengetahui calon suaminya tak akan pernah mengucap janji setia di depan altar bersamanya.

Pernikahan Abby yang gagal membuat banyak perubahan besar padanya. Karir Abby yang cemerlang di salah satu konsultan arsitektur terbaik di Asia Tenggara terpaksa ia lepas dan beralih membuka usaha online. Luka hati akibat pernikahannya yang gagal juga tak kunjung sembuh. Bukan hanya malu dan sedih karena ditinggal oleh mempelai pria yang membuat Abby sulit melupakan peristiwa tersebut, namun juga tatapan kasihan dan sedih dari orang-orang di sekelilingnya yang menyakiti hati Abby.

“Apa hidup mereka segitu santainya sampai sibuk ngurusin hidup orang lain?” (Halaman 14)

“Kalau mau jujur, bukankah sebenarnya kita semua merupakan kumpulan masokhis, disadari ataupun tidak? Terlalu sering kita sengaja membuka kenangan menyakitkan atau menyedihkan dan menyesapnya kembali. Membuka luka yang belum benar-benar mengering. Luka yang tidak akan pernah kita biarkan mengering karena kita mencandu rasa sakit itu.” (Halaman 17)

Setahun telah berlalu, mungkin sudah waktunya bagi Abby untuk mulai belajar melupakan Andre. Ia pun membuang semua barang-barang pemberian Andre yang bisa mengingatkannya pada laki-laki itu. Namun ada satu benda yang tak bisa Abby buang yakni gaun pernikahannya. Gaun satin selutut berhias swarovsky di bagian dada dan ujung gaunnya tak sanggup Abby enyahkan begitu saja.

“One bad day is just that; one bad day. Jangan sampai satu hari buruk merusak kebahagiaan yang sedang mengantre untuk menghampiri kehidupan kita. So, smile and don’t ever stop.” (Halaman 18)

Sempat membaca buku travelling berjudul Stranger’s Stories yang ditulis oleh seorang traveler yang menyebut dirinya Quirky Traveler membuat Abby berkeinginan untuk melakukan perjalanan. Jakarta sudah terlalu menyakitkan baginya, dan Abby butuh jalan-jalan untuk mengobati luka di hatinya. Abby pun akhirnya memutuskan untuk sejenak meninggalkan Jakarta atas saran dari Gabriela ‘Gigi’ Kenan Saraswati, adiknya.

“Travelling ngajarin kamu untuk mensyukuri hal-hal kecil dan ngajarin kamu melihat kebahagiaan dari sudut pandang yang berbeda” (Halaman 26)

Akhirnya Abby pun nekat pergi ke Penang selama seminggu. Sebenarnya Abby bukan orang yang suka trevelling, tapi demi menghapus kesedihannya, ia tetap berangkat ke Penang sendirian. Selama di Penang, ia memutuskan untuk melakukan travelling dengan memakai gaun pengantinnya. Ia berharap gaun pengantin inilah yang akan menyerap semua kesedihannya. Di Penang Abby juga tidak sengaja bertemu dengan Wira, laki-laki berwajah bule asal Indonesia yang akan memandunya mengelilingi Penang dan membantu mengobati sedikit demi sedikit kesedihannya.

“Mungkin juga aku lagi ngerayain kesedihan. Kedengarannya konyol, tapi itu alasanku travelling. Kemarin kamu nanya kenapa aku travelling pakai gaun pengantin, kan? Ini jawabannya, dalam pikiranku gaun ini bakal menyerap semua kesedihanku dan berubah menjadi hitam.” (Halaman 75)

Tema

Saya tertarik membaca novel My Wedding Dress setelah membaca sinopsis yang tercetak di sampul bagian belakang. Tema pernikahan dan travelling begitu menggoda saya untuk membaca novel ini. Meskipun ternyata setelah membaca habis novel ini saya menyimpulkan bahwa novel My Wedding Dress lebih menonjolkan sisi travelling-nya dari pada pembahasan mengenai kehidupan pernikahan. Walau lebih menonjolkan cerita mengenai perjalanan Abby saat travelling di Penang dan Singapura, kisah mengenai pernikahan Abby yang batal memiliki peranan penting dalam cerita.

Setting, Plot, dan Karakter
Saya suka sekali bagaimana penulis mendeskripsikan tentang Penang (Malaysia) dan Singapura yang tak hanya sekadar tempelan. Selama membaca novel ini saya dapat merasakan bagaimana suasana dan bagaimana bentuk tempatnya. Dengan latar Penang dan Singapura pembaca serasa diajak jalan-jalan dari satu tempat cantik ke tempat cantik berikutnya.

My Wedding Dress menggunakan alur maju, namun diselingi oleh flashback mengenai kenangan indah Abby bersama Andre. Sisipan flashback dibeberapa bagian membuat saya merasakan betapa sulitnya Abby untuk melupakan Andre. Layaknya orang yang baru putus cinta, setiap mendengar lagu, mengingat benda, atau pun berada di suatu tempat bisa saja membangkitkan kenangan yang sebenarnya ingin dikubur dalam-dalam.

Untuk karakter dalam novel My Wedding Dress saya bisa dengan lantang mengatakan bahwa Wira mengambil tempat di hati saya. Wira merupakan karakter favorit saya di novel ini. Laki-laki berwajah bule dan bermata biru, namun asli Indonesia ini memiliki sifat yang unik. Layaknya seorang traveler, tentu saja Wira mudah bergaul dan berani. Selain itu Wira juga pandai ngegombal dan super duper iseng, membuat saya sebagai pembaca senyum-senyum sendiri berulang kali. Selain Wira, tentunya saya juga suka dengan karakter Abby. Saya suka bagaimana penulis menuliskan karakter Abby yang sangat rapuh dan sulit move on. Bahkan ketika bertemu dengan Wira, karakter Abby tetap konsisten belum bisa melupakan Andre yang sangat dicintainya. Saya menikmati perkembangan perasaan Abby yang rapuh hingga menemukan caranya untuk bangkit kembali.

Konflik

Konflik dalam novel ini cukup menarik bagi saya. Di novel lain biasanya mempelai wanita yang kabur dari pernikahan, tapi di novel ini saya menemukan bahwa pengantin pria yang malah lari dari pernikahan. Masalah gagalnya sebuah pernikahan inilah yang menjadi dasar cerita, dan kejadian-kejadian selama travelling menjadi solusi untuk permasalahan yang di alami karakter utama. Saya juga dibuat terkejut dengan akhir dari novel ini. Saya bahkan tidak menyangka alasan Andre meninggalkan Abby di pesta pernikahan mereka bakal seperti itu. Saya pun sama terkejutnya dengan Abby ketika mengetahui kebenarannya.

Pesan Moral

“Mungkin karena semesta pengin kamu tahu kalau, some people come into our lives just to teach us how to let go. Ngajarin kita tentang perpisahan.” (Halaman 120)

Novel My Wedding Dress tak hanya memberi sebuah kisah mengenai pernikahan yang batal atau betapa cantiknya Penang dan Singapura, namun saya mendapat banyak pelajaran melalui novel ini. Bahwa terkadang kita terlalu erat menggenggam kesedihan hingga lupa bagaimana caranya untuk bahagia. Mungkin kita terlanjur meletakan kebahagiaan di tangan orang lain, hingga ketika orang itu pergi, kita merasa bahwa kebahagiaan kita dibawa pergi bersamanya. Seperti Abby dalam novel ini, ketika Andre pergi meninggalkannya, lantas hari-harinya diselimuti kesedihan. Dan benar kata Wira bahwa “Bahagia itu bukan tentang apa yang kamu punya, apa yang kamu lakuin, buatku bahagia itu tentang menysukuri hidup dan menikmatinya sebaik mungkin.” (Halaman 131)

Selain menulis novel My Wedding Dress, penulis jugalah yang membuat ilustrasi di setiap awal bab baru. Selain gambar, penulis juga menyelipkan kalimat-kalimat yang memotivasi.


Kesimpulan

Secara keseluruhan My Wedding Dress yang ditulis oleh Dy Lunaly merupakan novel dengan perpaduan yang menarik antara pernikahan dan travelling. Kisah antara seorang mantan arsitek dan traveler ini dapat menerbitkan senyum bahagia di wajah pembaca. Tidak salah jika saya memberi 4 bintang di goodreads untuk novel ini, karena memang ceritanya cukup menarik dan bisa membuat saya berulang kali tersenyum dan tertawa. Meskipun tergolong dalam lini ‘WeddingLit’, tapi jangan takut, untuk remaja berumur 18 tahun sekalipun novel ini bisa dibaca karena isinya bukan bacaan dewasa. Untuk kalian yang sedang bingung karena bacaan dalam rak buku sudah habis, novel My Wedding Dress sangat saya rekomendasikan!

Read my full review on https://booknivore.wordpress.com/2016...
Profile Image for Deva Aksara.
47 reviews2 followers
December 15, 2017
Kisah dimulai dengan kegagalan pernikahan Abby akibat ditinggal oleh calon pengantin pria tanpa alasan yg jelas. Abby yg belum bisa menerima keadaannya yg menyakitkan, membuat rencana gila yaitu traveling dengan menggunakan gaun pengantin sendirian 😂.
Awalnya, ia berencana untuk traveling sendiri. Namun siapa sangka kalau ia ternyata dipertemukan dgn teman seperjalanan yg menyenangkan 😆.
.
.
Good Point:
💮 I love this book cover. Black, mystery and sexy
💮 ide nya unik
💮 Alur nya yg maju mundur, membuat saya tidak bosan menikmati petualangan Abby
💮 Tokoh Wira dan Abby terasa pas sekali.
💮 Quotable banget. Sudah ngga diragukan lagi kalau buku kak dy emang yg paling TOP untuk quotes-nya
💮 Setting pariwisatanya bikin penasaran, rasanya jadi pengen ikutan travelling juga.
💮 Penyelesaian konflik yg greget.
.
.
Bad point:
🍃 Deskripsi settingnya kurang detail. Terkadang bikin saya bertanya-tanya.
🍃 Alurnya lebih lama dari yg saya duga.
.
.
Ini buku kedua kak Dy yg saya baca. Uda lama banget saya pengen baca buku ini. Ide-nya unik dan bikin greget. Saya paling suka dengan cerita yg penuh mksteri dan membuat saya bertanya-tanya. Selama saya baca buku ini, saya paling ngga sabar dengan rahasia dibalik kepergian Andre yg tiba-tiba. Dan setelah saya tau alasan kepergian Andre, saya malah tidak bisa berkata-kata 😂. Cara kak Dy mengeluarkan emosi para tokoh bikin saya gregetan, Abby dan Wira dua tokoh yg terlalu mellow. Ini bukan sifat tokoh yg saya sukai. Tapi untuk kisah ini, sikap mellow Abby dan Wira lah yg membuat buku ini lebih hidup.
Meski alurnya lebih lama, tapi keunikan alur maju mundurnya membuat saya tetap menikmati jalan cerita Abby sampai tamat.
Jangan tanya tentang quotesnya, pada bikin baper semua 😂.
.
.
Quote favorite:
"Hidup itu kayak nyusun puzzle, harus berantakan dulu biar kita semangat nyusunnya karena penasaran bakal sebagus apa kalau semuanya udah tersusun"
(Hal 121)
.
.
Buku ini rekomen bagi penikmat romance dan travelling. Saya jamin, pasti kesel saat sampai pada rahasia Andre.
Profile Image for Jawahirul Arifah.
1 review
November 16, 2017
#IGBookreview #FinalReview

Identitas buku
Judul : My Wedding Dress
Series : WeddingLit
Penulis : @dylunaly
Penerbit : @bentangpustaka
Tebal : 270 Halaman
Rating : 4.5/5
.
.
Buku ini kudapatkan hasil menang giveaway yang diadakan sama ka @dylunaly.
.
Abby mempunyai pengalaman mengerikan, susah dilupakan dan selalu dikasihani sama orang-orang. Apalagi kalau bukan ditinggal calon suami tepat didepan altar. Abby paham betul bagaimana sakitnya. Semua rencana pernikahan berakhir berantakan
.
Life must go on. Begitu pula dengan Abby. Abby memutuskan untuk mengubah halauan hidupnya. Dimulai dari berhenti bekerja, sibuk sendiri, berpura-pura tidak peduli dengan omongan orang lain tentang dirinya.
.
Sampai akhirnya Abby memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal gila. Solo travelling mengenakan gaun pengantin, meski tanpa mempelai pria!.
.
Dalam solo travelling ini, Abby menemukan hal hal tak terduga, sseperti teman baru travelling yang menyenangkan dan alasan kenapa Abby batal nikah. Aku jamin, kamu kamu akan terkejut dengan alasannya.
.
“One bad day is just that; one bad day. Jangan sampai satu hari buruk merusak kebahagiaan yang sedang mengantre untuk menghadiri kehidupan kita. (hal. 18)”
.
Ini pertama kalinya aku baca novel karya ka @dylnaly. Novel ini menggunakan POV pertama yaitu Abby. Aku pilih novel ini diantara yang lain karena suka sama idenya. Greget gitu. Solo travelling pake gaun penganting. Hihi. Penasaran sama gaunnya. Itu emang ngga ribet gitu yaah curingkai (cuci, kering, pakai) gaun pengantin.
.
Yang kusuka dari novel ini alurnya ngalir bebas, bahasanya sederhana dan banyak kata kata yang quotable. Di sisi lain, cover yang dominan hitam dan putih ini bikin penasaran dan cantik. Tokoh teman sepetualangan Abby yang rasanya pas banget buat mendampingi Abby. Duo sahabat Abby dan Gigi saling menguatkan dan melengkapi, digambarkan sama ka @dylunaly pas sekali.
.
Kurangnya mungkin ada beberapa tempat yang penjelasannya kurang detail. Selain itu, semua bagus. Jika dibaca sekali duduk, 2 sampai 3 jam, kelar lah bacanya. Ataupun pingin dibaca bersambung, masih nyaman dan ngga bikin bingung.
.
Ending cerita yang ‘out of the box’ bikin novel ini rekomended buat dibaca. Cocok untuk yang suka travelling sama cerita ala-ala romance.
.
#bacaanArifah #Arifahmereview #bookstagramindonesia #bookstagramer #bookstagram #bookish #bookaholic #bookalicious #Bookaddict #booklovers #bookphotography #bibliophlie #bookworm #booknerd #instabook #photoofbook #photography #photooftheday #MyWeddingDress #WeddingLit #DyLunaly #PenerbitBentengPustaka
Profile Image for ijul (yuliyono).
811 reviews970 followers
January 10, 2016
Entah jodoh, entah kebetulan, oleh sebab saya tak bisa mengunjungi event Big Bad Wolf book fair di Kuala Lumpur akhir Desember 2015 kemarin, saya yang mendadak kangen melancong ke Malaysia atau Singapura, pas banget ketika menerima novel rilisan terbaru karya Dy ini. Apa pasal? Setting lokasi novel dalam cita rasa weddinglit ini ternyata di dua negara tersebut. Ahay, saya bisa sedikit bernostalgia selama membacanya.

Meet Cute:
Sebagaimana disebutkan di sinopsis novel ini, tokoh Gabriella "Abby" Karen Saraswati dirundung patah hati setelah gagal menikah. Oleh karena suatu alasan yang impulsif, Abby memutuskan untuk melakukan solo traveling ke Penang. Di salah satu negara bagian Malaysia inilah, Abby yang kebingungan mencari alat transportasi untuk kembali ke penginapannya bertemu dengan Wirasana "Wira" Peter Smit di halte bus Rapid Penang.

Ide cerita dan eksekusinya:
Saya menyukai ide cerita yang diangkat di dalam novel ini. Gaun pengantin dan traveling. Unik dan menarik. Meskipun demikian, saya tak merasai nuansa wedding yang kental mengingat novel ini dilabeli weddinglit. Well, memang ada dua momen pernikahan, sih, di sini, tapi... entahlah, nuansa pernikahannya tenggelam oleh acara jalan-jalannya. Mungkin, saya-nya saja, sih, yang mulai bosan dengan novel-novel berbalut traveling. Waktu baca Sunset Holiday-nya Nina Ardianti-Mahir Pradana, saya juga susah dapat feel-nya.

Sayangnya (lagi), gaya penulisan Dy yang lincah agak sedikit kurang orisinal dengan banyaknya adegan yang entah sudah pernah digunakan di buku atau film. Bukan pula ingin mendiskreditkan pengarang, tapi penjelasan soal critical eleven di halaman 153 tentu saja akan segera mengingatkan pembaca pada novel fenomenal karya Ika Natassa. Dan, beberapa adegan lainnya. Sedikit banyak --buat saya-- itu mengurangi kenikmatan membaca novel ini. Plus, terlalu banyak kebetulan, menurut saya. Apakah jalan cerita memang dimaksudkan untuk menciptakan momen-momen serendipity yang mudah? I dunno. Meskipun begitu, saya cukup dibuat surprise lho ketika mendapatkan snap-moment menjelang ending, saat mencocokkan suasana ruang tunggu bandara Soetta (sebelum keberangkatan) dan segala peristiwa yang terjadi di Penang. Everything happens for a reason. Hufft, bisa saja gitu, ya.

Omong-omong, Dy ini tipe yang suka memperkenalkan para tokohnya melalui dialog masing-masing dengan menyerukan nama lengkapnya, ya. Agak awkward, tapi bolehlah tanpa harus dinarasikan.

Plot, setting, dan karakter:
Plotnya bergerak maju, namun di sepanjang pergerakannya banyak bagian yang mengingat masa lalu, lengkap dengan dialog dan suasana dan detail-detail kecil lainnya. Ingatan akan masa lalu itu biasanya ditulis miring (kursif) sehingga secara tak langsung memisahkan antara kejadian di masa sekarang dan masa lalu.

Setting waktu: modern. Setting lokasi: Jakarta, Penang (Malaysia), Singapura, dan Pulau Menjangan (Bali). Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, bahwasanya novel ini menghadirkan nostalgia, saya memang sempat mengunjungi Penang dan Singapura. Sayangnya, saya tak berlama-lama di Penang, kurang dari 12 jam malah, hahaha. Jadi, saya memang sama sekali tak menikmati suasana kotanya. Keperluan saya hanya sekadar belanja buku lalu pulang. Segala macam mural, street art, dan tempat-tempat bersejarah tidak sempat saya kunjungi. Syukurlah, saya bisa membayangkannya dari deskripsi yang diberikan oleh pengarang.

Novel ini didukung dua tokoh utama yakni Abby, seorang arsitek yang banting setir menjadi wirausahawan online setelah kegagalan pernikahannya, dan Wira yang adalah travel-writer yang menikmati perjalanan sebagai hobi sekaligus profesinya. Di samping itu ada tokoh Gigi (adik perempuan Abby yang tampak lebih dewasa), Andre (objek patah hatinya Abby), Noura dan Jiyad (kawan Wira di Singapura), dan beberapa tokoh pendukung lainnya. Sejatinya saya menyukai interaksi anara Abby dan Wira, tapi berkat serendipity yang agak terlalu banyak membuat saya sulit merasai chemistry mereka. Belum lagi sifat Abby yang di saya kok terkesan kekanakan, ya? Hmm, si Abby ini sudah pernah kerja (arsitek mestinya jadi orang yang serius dan penuh perhitungan, kan?) dan juga sempat mau nikah. Dan, saya juga mencatat (dalam ingatan), Abby ini suka sekali berteriak-teriak pada Wira. Agak berlebihan dan mengganggu (buat saya, sih).

Oiya, PoV untuk novel ini adalah PoV orang pertama dari sudut pandang Abby.

Konflik:
Bumbu cerita berasal dari serpihan masa lalu--tragedi setahun sebelumnya, tepatnya-- yang menimpa Abby lalu ditambah potongan masalah yang juga sedang dihadapi oleh Wira. Ini pula yang jadi masalah buat saya, "Kenapa, sih, pengarang suka banget bikin alasan patah hati agar tokohnya ber-traveling?". Maaf, tapi saya gagal bersimpati pada alasan Abby dan Wira melakukan perjalanan. Alasan simpel yang terlalu dibesar-besarkan, buat saya.

Ujung konflik juga seperti dibegitukan saja. Hmm, bagaimana, ya? Sepertinya pengarang maunya bikin semua tokohnya mendapat jalan keluar. Enggak dipaksakan juga, sih, tapi semuanya tampak terlalu mudah untuk konflik yang dibuat sedemikian rumit. Bahkan, gong dari semua hal yang berkaitan dengan alasan Andre memutuskan batal menikahi Abby... huhuhu, enggak ada subplot lain sajakah? Subplot macam begitu saya rasa sudah terlalu biasa.

Lalu, tentang my wedding dress yang menjadi nyawa keseluruhan cerita ini... hmm, kurang "sakral" rasanya. Saya tak merasa diikat dengan erat oleh kenyataan bahwa gaun pengantin Abby itulah yang menciptakan, memperuncing, hingga memecahkan masalah yang dihadapi Abby. Seperti halnya pada kurang kuatnya chemistry Abby-Wira, saya juga kurang menghayati peran besar si gaun pada keseluruhan cerita.

Kesimpulan:
Pada akhirnya, saya mesti bilang, perasaan saya agak sedikit campur aduk setelah merampungkan-baca novel ini. Namun, saya menyukai ide ceritanya: unik dan menarik, plus membuat saya bernostalgia ketika traveling ke Penang dan Singapura. Buat kamu yang sedang ingin membaca novel romance berlatar belakang traveling, silakan coba cicipi racikan anyar Dy Lunaly ini. Dijamin kamu pasti kepingin bisa traveling bareng pasangan atau menemukan pasangan saat traveling. *grin*

End line:
Pria favoritku.

Resensi di www.fiksimetropop.com
Profile Image for Lala.
128 reviews46 followers
May 12, 2016
Siapapun akan tersenyum bahagia saat hari pernikahan mereka tiba, tak terkecuali Abigail Kenan Larasati. Perempuan itu begitu mencintai Andre, calon suaminya, yang sudah menjalin hubungan dengan dirinya selama tiga tahun terakhir. Abby begitu cantik saat mengenakan gaun pengantin yang dia impikan. Di depan Gigi, adik perempuannya, Abby membagi kebahagiaannya, begitu pun dengan sang adik yang tak kalah bahagia. Akhirnya lamaran yang dilontarkan Andre saat itu, membawa mereka berdua kepada jawaban nyata bernama pernikahan. Tetapi tiba-tiba kabar dari ayah Abby menghancurkan semuanya. Ayahnya datang dengan ekspresi yang tak tertebak, mencoba menenangkan putrinya sebelum mengatakan kenyataan yang sebenarnya. Kebahagiaan Abby nyaris habis tak bersisa saat sang Ayah berkata bahwa pernikahan dirinya dan Andre terpaksa dibatalkan. Andre tidak datang, Andre memutar arah di perjalanan menuju gereja. Abby tentu tak percaya, dan berharap semuanya hanyalah lelucon. Dia berharap saat dirinya melihat altar, Andre akan berdiri dengan gagah, menunggu Abby berjalan dengan sang Ayah. Sayangnya, itu hanya terjadi di khayalan Abby.

Genap setahun setelah pembatalan pernikahan Abby, namun perempuan itu belum bisa melupakan Andre dan segala kenangannya. Tatapan iba dan simpati dari orang-orang disekitarnya pun memperparah keadaan. Seakan semua orang mengenal Abby sebagai pengantin yang batal menikah. Abby memutuskan untuk berusaha melupakan Andre, dimulai dengan membuang seluruh benda yang berhubungan dengan lelaki itu. Saat itu, tak sengaja dia kembali membuka luka lamanya, yang paling perih, yang paling sakit; gaun pengantin. Abby bertekad untuk menggunting gaun cantik itu, namun terhenti karena dirinya tak sanggup merusaknya. Perempuan itu memutar otak, mencari cara lain untuk lepas sejenak bahkan selamanya dari kurungan bernama masa lalu, yang akhirnya membawanya kepada keinginan untuk menjelajahi tempat baru; travelling. Sesuatu yang takkan pernah dilakukannya seumur hidup, sesuai yang takkan pernah disukainya.

Penang, sebuah pulau di Malaysia yang menjadi pelarian perempuan itu. Mengenakan gaun pengantin, Abby berharap gaun itu mampu menyerap seluruh kesedihannya, hingga warna putih itu berubah menjadi hitam. Berbekal ke-impulsifannya, Abby berniat menjelajahi Penang, perempuan itu kembali bertemu dengan seorang turis bule tampan, yang tak sengaja terlibat insiden kecil yang melibatkan kabin pesawat. Lelaki tampan itu bernama Wira, dan berdarah setengah Indonesia. Abby dan Wira berusaha mengenal satu sama lain. Mereka berdua menjelma sebagai travel partner. Dengan mudahnya Abby dan Wira begitu terbuka saat saling menceritakan kisah hidup masing-masing. Wira dengan pekerjaannya sebagai traveller dan blogger, dan Abby dengan pekerjaannya sebagai ilustrator dan pengusaha greeting card. Abby perlahan-lahan mulai menaruh kepercayaan kepada Wira, ketika perempuan itu berani menceritakan perihal Andre kepadanya.

Wira menjadi travel partner yang menyenangkan, memandu Abby ke tempat-tempat menarik, bahkan membantu Abby untuk melepaskan kesedihannya. Wira berusaha membuat Abby kembali tersenyum dan melupakan hari-hari gelapnya. Mereka berpetualang ke Penang, kemudian Singapura, untuk bertemu Jiyad dan Noura, sahabat Wira. Menyaksikan kebahagiaan mereka bersama putri kecilnya. Abby mengetahui bahwa dibalik sikap supelnya, Wira masih berusaha memendam perasaannya kepada Adhia, sahabat yang dicintainya namun harus direlakannya untuk lelaki lain. Abby dan Wira sama-sama sedang saling menyembuhkan, bersama-sama memupuk memori baru di setiap sudut kota yang mereka jejaki. Sampai suatu hari, setelah pertunjukan balet yang mereka saksikan, Andre muncul membawa jawaban tentang pertanyaan yang menghantui Abby selama ini. Apakah Abby akan kembali merajut kebahagiaan bersama Andre, ataukah memutusnya lalu merajut kenangan baru bersama Wira?

***

Saya sangat jarang menonton film romansa barat, sehingga saat menemukan sinopsis yang tertera di kover belakang My Wedding Dress, saya seketika tertarik. Mantan calon pengantin wanita yang bepergian mengenakan gaun pengantinnya? Seems interesting. Terlihat seperti kisah-kisah romansa luar negeri. Ditambah lagi dengan desain kover yang luar biasa cantik, membuat saya akhirnya membeli novel ini lewat pre-order Dy Lunaly. Saya begitu ingin mencicipi kisah Abigail, The Runaway Bride.

Kisah ini dibuka dengan kebahagiaan Abby di hari pernikahannya. Apa yang dirasakan perempuan ketika sebentar lagi menjadi seorang istri. Saya membaca bagian ini dengan senyuman, ikut merasakan aura kebahagiaan yang diantarkan Dy Lunaly melalui sudut pandang Abby. Tentunya hal ini membuat keuntungan besar, karena apa yang dirasakan Abby lebih mudah tereksplorasi dengan POV 1. Kemudian, senyum saya ikut lenyap ketika kabar mengejutkan itu datang. Pernikahan yang batal. Saya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Beberapa penggalan kisah Abby-Andre yang romantis dan hangat tentu sangat bertolak belakang dengan keputusan Andre yang kabur di hari pernikahannya. Apa yang salah? Kemudian hal ini menjadi misteri, yang akan segera terjawab menuju akhir halaman.

Proses 'menyembuhkan hati' ala Abby memang mungkin akan terlihat biasa. Namun bagaimana jika dia membawa gaun pengantinnya? Memakainya di setiap tempat yang dia kunjungi. Tentu akan menjadi lebih dari biasa. Wira yang dia temui di perjalanan, yang menjadi seseorang yang mewarnai perjalanan Abby, mengubah pandangan Abby terhadap definisi dari perjalanan juga membuat saya enjoy saat membacanya. Novel ini mengutip banyak hal tentang bagaimana memaafkan diri sendiri atas kejadian buruk di masa lalu, mengajarkan untuk tidak terus menerus tenggelam dalam kesedihan, dan hal-hal semacam itu. Yang dapat saya simpulkan adalah, lewat Wira dan Abby, Dy Lunaly mencoba membawa pesan tentang pentingnya menikmati hidup, menjalani hidup tanpa memikirkan hal-hal buruk yang akan terus terjadi. Menikmatinya tanpa memikirkan konsekuensi dan resiko yang akan terus ada. Menjalani hidup layaknya Wira yang menjalani pekerjaannya dengan tanpa beban.

Baca selengkapnya di: http://readingvibes.blogspot.co.id/20...
Profile Image for Seffi Soffi.
490 reviews142 followers
October 20, 2016
"Kamu harus move on, By. Dan, move on itu proses. Butuh usaha. Kita nggak bisa nyerahin semuanya sama waktu gitu aja. Kita harus usaha buat berdamai dengan masa lalu, buat nyembuhin luka, buat ngelepasin ikatan apa pun yang ngehalangin kita maju." (Hal 124)

"Bahagia itu bukan tentang apa yang kamu punya, apa yang udah kamu lakuin, buatku bahagia itu tentang mensyukuri hidup dan menikmatinya sebaik mungkin. Dan itu, sama sekali nggak sederhana." (Hal 131)

"Tiap luka butuh waktu sembuh yang berbeda-beda. Nggak usah buru-buru, yang penting kamu tetap berusaha nyembuhin luka itu. Dan, jangan sampai itu bikin kamu nggak percaya lagi sama cinta." (Hal 200)

Gaya cerita nya asik, alur nya mengalir, ide nya pun menarik. Travelling pake baju nikahan, kebayang kaya gimana kan ya.. Meskipun semacam dress. Tetep kaya nya ribet banget hehe..
Penggambaran tentang tempat travelling nya juga baik, bikin penasaran.
Bagi yang butuh bacaan move on, wajib baca nya kayanya :)
Profile Image for Dian.
21 reviews4 followers
March 15, 2019
Novel yang lama tertimbun dan akhirnya kubaca di 2019 padahal terbitnya udah lama banget kalo nggak salah 2015 dan kupunya cetakan pertamanya. Seneng banget nggak sih jadi travelmate seorang Wira yang perhatiannya bikin jantung dag dig dug duaarrr walaupun baru kenal di jalan...
Cuma aku concern apakah Abby nggak ribet traveling pake gaun pengantin? Atau sesimple apasih gaun pengantin Abby ini sampai kelihatannya dia nggak ada masalah pake gaun itu sepanjang hari. Masalahnya cuma ya dia di perhatikan orang doang 😂
Profile Image for yanti.
117 reviews2 followers
April 10, 2016
“Wedding Dress”…Saat mendengar kata ini apa yang terbayang dalam benak kita? Gaun yang putih memanjang dan menjuntai sampai ke lantai dengan dihiasi pernak-pernik seperti mutiara yang indah atau swarovski ? atau hanya setelan baju kebaya pengantin seperti waktu saya nikah…ups malah buka kartu . Yang pasti gaun itu melukiskan kebahagiaan sang pemakainya. Gaun itu akan menjadikannya Princess dalam sehari:)
Tetapi tidak dengan Abigail Kenan Larasati, atau Abby. Baginya gaun itu melambangkan kesedihannya. Kesedihan yang tak kunjung hilang meskipun peristiwanya sudah berlalu setahun yang lalu

Apa yang lebih mengerikan selain ditinggalkan calon suamimu tepat ketika sudah akan naik altar ? Abby pernah merasakannya. Dia paham betul sakitnya

Andre tiba-tiba menghilang di hari pernikahan mereka berdua, tanpa ada kabar apapun, bahkan keluarganya sendiri juga tidak tahu. Abby larut dalam kesedihan dan terus bertanya alasan apa yang membuat Andre pergi, bahkan hubungan mereka saat itu baik-baik saja. Abby banyak mengurung diri di kamar bahkan ia keluar dari pekerjaannya dan beralih ke bisnis online membuat kartu ucapan dengan desain khusus,istilahnya Costumizable greeting Card

Setahun kemudian Abby memutuskan untuk menghilangkan kesedihannya dengan Travelling sendirian. Ini merupakan keputusan besar, mengingat Abby bukan orang yang suka dengan Travelling, bahkan cenderung trauma, karena pernah tersesat saat kecil.

Travelling ngajarin kamu untuk mensyukuri hal-hal kecil dan ngajarin kamu melihat kebahagiaan dari sudut pandang berbeda (pg: 26)

Travelling bisa bikin kamu menemukan diri kamu (pg:27)

Tapi yang lebih sensasional lagi, Abby Travelling dengan baju pengantinnya yang seharusnya ia pakai saat pernikahannya. Meskipun harus tahan karena menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya. Berharap dengan gaun ini bisa menyerap semua kesedihannya. Tujuan wisatanya adalah ke Penang, Malaysia

Aku yakin gaun ini akan berubah menjadi hitam karena kamu akan membuang kesedihanmu dan berdamai dengan mantanmu (pg:75)
Takdir akhirnya mempertemukan Abby dengan Wira seorang Traveller Profesional sekaligus penulis buku Quirky Traveler, yang secara kebetulan bukunya sedang dibaca Abby. Meskipun awalnya Abby tidak tahu, sebelum akhirnya Wira membuka identitasnya. Bahkan Wira meminta Abby menjadi Travelmate nya selama di Penang.Bagi Wira Travelling adalah hobi sekaligus pekerjaanya sebagai seorang Travel-writer, dia berkeliling dunia sesuai dengan broad tourism yang memintanya.Pria bule asli Indonesia yang memiliki mata biru dan berkaca mata ini , mampu membuat Abby tersenyum bahkan tertawa lepas. Setelah hampir satu tahun terkurung dalam kesedihan.
Bersama Wira, Abby mengelilingi Penang; Blue Mansion, Chocolate & Coffe Meseum, Camera Museum, dan menjelejahi kota tua Georgetown tanpa harus khawatir tersesat, karena ia bersama Traveler Profesional. Di Geoergetown banyak mural yang menghiasi dinding di jalan, menggabungkan lukisan dengan benda asli, seperti pada gambar di atas. Lukisan dua anak yang sedang tertawa sambil berboncengan di sepeda (asli). Selama seminggu Abby dan Wira melakukan perjalanan bersama, terkadang Abby tiba-tiba histeris hanya karena mencium parfum yang mirip dengan mantannya, di lain waktu tiba-tiba mukanya betubah sendu saat teringat Andre. Dan dengan penuh perhatian Wira menemani dan menghibur Abby, hingga akhirnya Abby selalu dapat tertawa lagi. Sikap Wira yang penuh perhatian dan suka menggoda Abby membuatnya sering tersipu dan Abby merasakan kenyamanan di dekatnya.

Kayanya setiap wanita memang bakalan klepek-klepek dengan sosok Wira, pria tampan, yang humoris, penuh perhatian dan cukup bijak menghadapi hidup. Cara berpikirnya yang matang itu mungkin didapat karena seringnya travelling, bertemu berbagai macam orang dan budayanya. Tapi bagi Abby yang sedang trauma karena cinta, pesona Wira tidak serta merta membuatnya terpikat, meskipun terkadang pikiran itu melintas tetapi buru-buru Abby menyangkalnya. Travelling mereka berlanjut ke Singapura. Abby selalu tidak dapat menolak tawaran manis Wira untuk travelling bareng mengunjungi sahabatnya Naora dan Jiyad di Singapura.Dengan diiming-imingi pertunjukan balet Swan Lake yang sangat diimpi-impikan Abby, Bolshoi adalah salah satu ballet company terbaik di dunia.

Perjalanan mereka sampai ke Bali . Kalau di pulau Bali mereka mengadiri pernikahan sahabat Wira sekaligus wanita yang pernah di cintainya. Ternyata Wira juga menyimpan kesedihan yang sama rasanya, tetapi beda penyebabnya:). Kisah cinta Wira ini sering kubaca dalam novel-novel lainnya mencintai sahabat sendiri dan bertepuk sebelah tangan, karena sahabatnya orang lain yang juga sahabat mereka. Apakah Wira sudah move on sehingga menghadiri pernikahan sahabatnya ?

Bagaimana hubungan Wira dan Abby selanjutnya? Bagaimana dengan Andre, apakah akan kembali kepada Abby? Apa sebenarnya penyebab Andre kabur di hari pernikahan mereka??

Review lengkapnya ada di https://jendeladuniaku2015.wordpress....
Profile Image for ima.
102 reviews3 followers
January 22, 2017
Review :
Aku menunggu. Berjam-jam.Hingga matahari sempurna menghilang.
Akan tetapi, percuma. Dia tak kunjung datang.
Kenapa kamu tega ngelakuin ini, Dre?! Apa salahku?! (hal. 11)

Saat seharusnya menjadi hari paling indah dalam hidup Abby, pernikahan itu tak terjadi. Mempelai pria tak hadir dalam acara pemberkatan itu. Andre, sang mempelai pria itu, menghilang bak di telan bumi. Tak ada yang tahu alasan dibalik ketidakhadiran Andre. Seluruh keluarga, baik keluarga Abby maupun Andre, menanggung malu. Tapi untuk Abby, malu saja tidak cukup. Ia jatuh terpuruk!

Hingga setahun sudah berlalu. Dan keterpurukan itu masih belum menghilang. Tiap mengingat kenangannya bersama Andre, air mata kesedihan terus berjatuhan. Hingga ketika ia membereskan kamarnya, gaun pernikahannya tertangkap oleh mata. Keputusan yang diambil secara impulsif membuatnya berada di Penang. Menjauh sejenak dari Jakarta. Menjauh dari segala kenangannya bersama Andre.
Ternyata benar, kita memang ahlinya mesin waktu. Cukup dengan sepotong lirik, aku kembali terlempar ke masa lalu. (hal. 155)

Menjalani travelling seorang diri tak pernah terpikirkan oleh Abby sebelumnya. Apalagi ditambah travelling menggunakan gaun pengantinnya. Benar-benar gila! Tapi memang itulah yang terjadi. Di Penang, secara tidak sengaja, ia bertemu dengan Wira. Seseorang yang sangat bertolak belakang dengan dirinya. Wira sudah lama sekali melakukan travelling.

Abby dan Wira adalah dua orang asing yang bertemu tanpa sengaja dan akhirnya menjadi teman seperjalanan. Wira membantu Abby keluar dari zona nyamannya selama ini. Walaupun beberapa kali kenangan tentang Andre mengusik liburan Abby, tapi Wira tahu cara membuat Abby bahagia. Dan Wira juga berjanji membantu Abby membuat gaun pengantin warna putihnya itu berubah menjadi hitam.

Dapatkah Abby terlepas dari bayang-bayang masa lalu? Akankah Abby memilih untuk bahagia?

^*^*^*^*^*^*^*^*^*^

Aku nggak tahu kalau Wira akan jadi tokoh utama novel lagi, lho. Aku sudah baca yang Pssst! dan suka sama Wira. Dan ketika promo buku ini lagi gencar-gencarnya di twitter, aku langsung masukkin buku ini jadi wihslist. Apalagi kalau bukan karena Wiranya, hehehe. Kalau di Pssst! aku nyesek karena Wira, dibuku ini aku dibuat senyum-senyum sama tingkahnya Wira, apalagi kalau lagi menggoda Abby. Serasa aku yang digodain soalnya, hahaha.

Untuk ceritanya sendiri, sebenarnya aku suka. Hanya saja terkesan lambat. Jujur, aku cuma suka banget tuh pas mereka di Singapura sampai endingnya. Yang di Penang seru sih mengikuti perjalanan mereka, tapi ya gitu. Alurnya lambat banget, sampai aku bosen. Konfliknya enggak maju-maju. Kalau pas di Singapura, setelah nonton balet sampe ending nggak kerasa udah habis saja bukunya.

Dan aku juga suka twist-nya. Enggak ngerti lagi kenapa alasannya itu. Nyesek mendengar penjelasan Andre. Sampai aku nulis resensi ini, aku masih enggak percaya, hehe.

Buku ini quote-able sekali. Banyak post-it yang kutempel utuk menandai kutipan-kutipan mak jlebnya.
“Maafin itu nggak cuma tentang orang yang berbuat salah sama kita, By. Tapi, juga tentang ngobatin luka hati kita.” (hal. 199)

Pada setiap kepergian, sakit bukan hanya milik mereka yang ditinggalkan, melainkan juga milik mereka yang memilih pergi. (hal. 223)

Tapi, kalau mau jujur, bukankah sebenarnya kita semua kumpulan masokhis, disadari ataupun tidak? Terlalu sering kita sengaja membuka kenangan menyakitkan atau menyedihkan lalu menyesapnya kembali. Membuka luka yang belum benar-benar mengering. Luka yang tidak akan pernah kita biarkan mengering karena kita mencandu rasa sakit itu. (hal.17)

Favorite Scene :

Huwaa, ada yang baru di resensi Pink’s Review. Mulai tahun 2017, di tiap resensi novel yang aku buat akan ada bagian yang namanya ‘Favorite Scene’ dimana di bagian itu akan aku tulis adegan-adegan favoritku di novel yang bersangkutan.

Untuk novel My Wedding Dress sendiri ada banyak adegan favoritku, terlebih ketika Wira menggoda Abby. Tapi, yang paling favorit adalah adegan :
Di halaman 173-175, dimana Abby menanyakan rumah impian Wira dan dijawab Wira sebagai pasangan hidupnya kelak. Jawaban Wira tuh bikin pengin nyalonin diri jadi istrinya deh, ups. Dan alasan Wira yang sudah mengeksplor dunia tapi tetap menyisakan Indonesia itu maniiis banget, ya ampun. Wira husband material banget ih.

Novel ini aku rekomendasikan untuk kalian pecinta novel bergenre romance dan dibumbui dengan travelling. Selamat jalan-jalan bareng Abby dan Wira!

Pink's Review - https://pinksreview.wordpress.com/
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews87 followers
April 21, 2016
"One bad day is just that;one bad day. Jangan sampai satu hari buruk merusak kebahagiaan yang sedang mengantre untuk menghampiri kehidupan kita. So, smile and don't ever stop."

Seharusnya, hari ini adalah hari paling membahagiakan bagi seorang Abigail Kenan Larasati, yang biasa dipanggil Abby. Setelah menjalani hubungan selama 3 tahun, akhirnya hari ini Abby dan Andre, kekasihnya akan mengikrarkan cinta mereka ke dalam sebuah pernikahan. Undangan telah hadir, gedung, makanan, semua persiapan telah beres, hanya 1 saja yang kurang, sang calon mempelai pria memilih untuk tidak hadir...

Tentu saja Abby shock dan berpikir ini semua hanya mimpi. Ini semua hanya akal-akalan Andre dan keluarganya saja yang ingin menggodanya, nyatanya mau ditunggu sampai kapan pun, Andre tak pernah datang.

1 tahun pun berlalu, namun rasa sakit itu masih ada. Hidup Abby langsung berubah drastis, senantiasa dirundung duka. Belum lagi tatapan kasihan dan sedih dari orang-orang di sekitarnya membuat Abby makin frustasi. Abby pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuat usaha desain kartu ucapan.

Suatu hari, terinspirasi dari sebuah buku perjalanan yang dibacanya, Abby memutuskan untuk move on. Abby tidak bisa seperti ini terus. Akhirnya, Abby memutuskan untuk membuang semua barang kenangannya bersama Andre. Namun, ketika melihat gaun pengantinnya, Abby sulit sekali membuangnya. Secara impulsif, Abby akhirnya memutuskan untuk solo travelling dan lebih gilanya lagi Abby akan melakukan perjalanan sambil memakai gaun pengantinnya itu.

"Kemarin kamu nanya kenapa aku travelling pakai gaun pengantin, kan? Ini jawabannya, dalam pikiranku gaun ini bakal menyerap semua kesedihanku dan berubah menjadi hitam."

Namun, jangan bayangkan gaun pengantin Abby ribet dan susah untuk dipakai kemana-mana. Gaun pengantin Abby sederhana namun cantik sekali, sehingga gampang dipadupadankan dengan pakaian lainnya. Namun tetap saja, Abby menjadi pusat perhatian dengan gaun pengantinnya. Yang ada di pikiranku saat membaca ide Abby ini gak ribet ya harus bolak balik nyuci gaun pengantinnya??^^

Abby pun akhirnya terbang ke Penang, menikmati perjalanannya membuang kenangan bersama Andre dengan gaun pengantinnya. Secara tak sengaja, Abby bertemu dengan Wira, seorang traveller sejati yang sudah banyak melakukan perjalanan. Bersama Wira, Abby menemukan banyak hal baru. Abby diajak untuk keluar dari zona nyamannya dan melakukan hal-hal baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Mereka pun menjadi teman seperjalanan.

"Kenapa aku harus semasokhis ini, sih? Kenapa aku masih sering bermain dalam kenangan yang seharusnya kulupakan? Tapi, kalau mau jujur, bukankah sebenarnya kita semua merupakan kumpulan masokhis, disadari ataupun tidak? Terlalu sering kita sengaja membuka kenangan menyakitkan atau menyedihkan dan menyesapnya kembali. Membuka luka yang belum-belum mengering. Luka yang tidak akan pernah kita biarkan mengering karena kita mencandu rasa sakit itu."

Abby tahu bahwa Wira adalah orang asing yang kebetulan ditemuinya di perjalanan, namun kehadiran Wira membuat hidup Abby lebih berwarna. Namun, kadang-kadang kenangan akan Andre masih saja sering hadir di pikiran Abby. Akankah Abby menemukan jawab dari semua pertanyaannya tentang Andre? Akankah Abby bisa melepas masa lalu dan move on? Bagaimana akhir kisah perjalanan Abby dan Wira?

Review selengkapnya bisa dibaca disini http://rizkymirgawati.blogspot.co.id/...
Profile Image for Perpustakaan Dhila.
200 reviews12 followers
April 22, 2016
3.5 Bintang

“Happiness is like a kiss, you must share it to enjoy it. Aku gak takut hidup sendiri, tapi aku takut kalau gak punya seseorang untuk berbagi kebahagiaan. Kamu tahu rasanya ketika bahagia, tapi ga bisa membaginya?”

Abby masih tidak percaya dengan apa yang terjadi tepat di hari pernikahannya. Dengan sisa-sisa kekuatan, dia menunggu Andre—sang calon suami—hingga berjam-jam, berharap ada keajaiban yang membawa Andre tiba di tempat upacara pernikahan. Kenyataannya ... Andre tak pernah datang. Lelaki itu menghilang sesaat sebelum mengikat Abby di altar pernikahan.

Dalam proses melupakan kejadian yang menyakitkan itulah Abby membuat keputusan yang cukup mengejutkan: travelling menggunakan gaun pengantin! Wew, Abby bakal jadi pusat perhatian pastinya. Dan terpilihlah Penang sebagai tujuan Abby melepas kesedihannya setahun belakangan ini.

Di Penang, Abby bertemu Wira secara tidak sengaja saat sedang nyasar. Ini sih, namanya nyasar membawa berkah. Wira yang ramah, humoris, dan perhatian bertemu dengan Abby yang tertutup dan penakut. Selanjutnya, perjalanan Tuan Pengelana dan Nona Gaun Pengantin di Penang dimulai.

Membaca buku ini awalnya kupikir akan sama sensasinya dengan membaca cerita bertema sama. Dengan percaya diri saya menebak-nebak jalan cerita bahkan ending buku ini, dan ternyata ... tebakan saya banyak salahnya! Hahaha. Saya suka sekali dengan cara Dy Lunaly mendeskripsikan latar tempat di dalamnya. Membaca kisah travelling Abby dan Wira di Penang seolah-olah saya diajak mengunjungi tempat-tempat yang mereka datangi.

Karakter Wira pun digambarkan Dy cukup apik melalui sosok Abby sebagai pencerita. Saya langsung jatuh cinta dengan sosok Wira. Apa yang menarik dari Wira? Lelaki itu pandai membuat orang nyaman berada di sampingnya. Dia menikmati berbicara dengan orang lain. Wira sering tersenyum dan tertawa. Kalau kata Abby, Wira bisa menularkan kebahagiaan dengan cepat. Tak heran, banyak pembaca yang baper dengan lelaki yang mata dan senyumnya mampu membuat Abby gelagapan ini. :p

Baca resensi lengkapnya di [Resensi Buku] My Wedding Dress : Teman Perjalanan yang Menyenangkan https://perpustakaandhila.wordpress.c...
Profile Image for Agatha Vonilia.
27 reviews4 followers
April 23, 2016
Abigail Kenan Larasati, hidup tidak akan pernah bisa kita prediksi dan rencanakan. Semangat ya Abby, aku berharap Abby selalu bahagia bersama Kak Wira. Aku penasaran udah punya anak berapa ya sekarang? Heheheee

Wirasana Pieter Smith, seorang traveller cakep, berkharisma dan penyayang banget. Wah ... Abby beruntung banget bisa nikah sama Wira. Aku yakin Wira adalah jodoh yang telah dipersiapkan Tuhan untuk Abby. Setiap orang memiliki kebahagiaannya sendiri dan terkadang orang asing pun bisa menjadi jodoh kita.

Gabriella Karen Sarasawati, sifat ceria dan hobi travellingnya menular bangetttsss. Pastiii seru deh punya adik sekaligus sahabat seperti Gigi. Aku saranin juga buat Gigi jangan terlalu sibuk bekerja lhooo ... Hehheeee

Andre Danadyaksa, seorang pengecut, meninggalkan Abby tanpa alasan hingga Abby selalu menyalahkan dirinya sendiri. Ending, aku sungguh terkejut ternyata dia ......

Noura dan Jiyad, sahabat yang jarang ditemukan dalam kehidupan era ini. Tulus dan menyayangi sahabat sebagai keluarga serta mendukung kebahagiaan sahabatnya.

Adhia dan Kalyan, sahabat dan sekaligus masa lalu Wira (Adhia). Wira berhasil move on dan dia merestui pernikahan Adhia dan Kalyan.
Displaying 1 - 30 of 44 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.