Jump to ratings and reviews
Rate this book

Perfect Pain

Rate this book
Sayang, menurutmu apa itu cinta? Mungkin beragam jawab akan kau dapati. Bisa jadi itu tentang laki-laki yang melindungi. Atau malah tentang bekas luka dalam hati-hati yang berani mencintai.

Maukah kau menyimak, Sayang? Kuceritakan kepadamu perihal luka-luka yang mudah tersembuhkan. Namun, kau akan jumpai pula luka yang selamanya terpatri. Menjadi pengingat bahwa dalam mencintai, juga ada melukai.

Jika bahagia yang kau cari, kau perlu tahu. Sudahkah kau mencintai dirimu sendiri, sebelum melabuhkan hati? Memaafkan tak pernah mudah, Sayang. Karena sejatinya cinta tidak menyakiti.

316 pages, Paperback

First published November 1, 2015

10 people are currently reading
129 people want to read

About the author

Anggun Prameswari

20 books55 followers
After Rain adalah novel debut Anggun Prameswari. Sebelumnya, cewek Gemini yang juga pencinta bulan purnama ini, sering menulis cerpen di banyak media nasional.
Selain menulis, kesehariannya diisi dengan mengajar bahasa Inggris di SMP-SMA Harapan Bangsa, Tangerang

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
25 (20%)
4 stars
59 (47%)
3 stars
34 (27%)
2 stars
4 (3%)
1 star
2 (1%)
Displaying 1 - 30 of 46 reviews
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews297 followers
December 21, 2015
Review lengkap >> http://www.kubikelromance.com/2015/12...

giveaway & ask author >> Interview with Anggun Prameswari about Perfect Pain | Ask Author, Blog Tour, Giveaway http://dlvr.it/D43Fl3




***

Jadi first reader buku ini dan baru baca sampai bab 18, katanya sisanya dibaca kalau bukunya udah jadi aja, kejammmm deh mbak Anggun, tapi berasa spesial juga sih, penasaran dengan akhir kisah #Bi :D

Buku ini tentang KDRT, kalau suka After Rain, sama-sama kelam namun buku ini jauh lebih emosional, sangat-sangat menguras perasaan. Kalian akan bisa merasakan sakitnya #Bi, lucu dan polosnya Karel serta kecenya Sindhu, salah satu buku terbaik tentang domestic drama yang pernah aku baca, untuk KDRT-nya sendiri juara deh.

Buku ini juga membuktikan kalau mbak Anggun nggak hanya jago dalam menulis cerpen, novel pun dia kuasai.

Ditunggu buku roman depresi selanjutnya ya, mbak :D
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
September 21, 2016
'Perfect Pain' bercerita tentang Bidari, seorang ibu rumah tangga yang terjebak dalam lingkaran kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Bram, sang suami, sering memukul dirinya kalau dia melakukan kesalahan. Tidak punya tempat untuk berpaling, serta keberadaan Karel, sang anak, yang ingin dia lindungi, membuat Bidari berusaha hidup dengan ketakutannya. Hingga suatu hari Bram juga menyakiti Karel dan membuat Bidari mengambil keputusan.

Ini novel kedua dari Anggun Prameswari yang saya baca. Sebelumnya sudah baca 'After Rain' (review) dan saya rasa keduanya punya unsur yang sama: menempatkan seorang wanita dalam posisi rumit karena masalah cinta. Bedanya, kalau tema yang 'After Rain' angkat adalah masalah orang ketiga, 'Perfect Pain' ini bercerita tentang KDRT.

"Karena menikah itu untuk bahagia. Dua orang yang saling cinta, pasti akhirnya akan menikah Dengan begitu, mereka akan bahagia." (hal. 43)


Buat saya, ada suatu kesan text book dari novel ini. Dalam artian bahwa, seluruh sebab-akibat cerita dipaparkan secara linear, tanpa ada kejutan di dalamnya. Hal ini menimbulkan kesan realistis bagi plotnya, tapi di saat yang sama juga tidak membawa kejutan apa-apa. Mungkin satu-satunya kejutan yang ada adalah ketika Karel mencari seorang pengacara untuk ibunya, plot yang serupanya kebetulan pernah saya baca di 'My Sister's Keeper'-nya Jodi Picoult.

Saya tidak tahu apakah penulisnya memang sengaja hanya mengincar peningkatan kesadaran pembaca akan KDRT lewat novel ini atau bagaimana. Yang jelas, pesannya sampai dan kena, tapi secara plot juga nyaris hambar. Malah kisahnya Lola Bonita, penyanyi dangdut korban KDRT di novel ini, terasa lebih menarik sebagai bahan fiksi.

Ceritanya sudah mengalir dengan baik. Saya suka dengan usaha yang Karel lakukan untuk menolong ibunya. Saya juga suka dengan Bi yang pelan-pelan bangkit dari keterpurukannya. Yang agak kurang buat saya adalah pengolahan masalah antara Sindhu, pengacara Bi, dengan Elena, pacar Sindhu sekaligus guru Karel yang memberi Karel inspirasi untuk meminta bantuan seorang pengacara. Ada sesuatu yang terasa hilang dalam novel ini untuk kisah mereka.

Secara keseluruhan, 'Perfect Pain' adalah sebuah novel yang berhasil mengangkat tema KDRT, suatu masalah yang penangannya sangat rumit dan membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak.
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
June 30, 2016
Bidari (Bi) telah menikah selama kurang lebih 12 tahun. Anaknya semata wayang, Karel, adalah alasannya untuk bertahan hidup. Pernikahannya memang tidak bahagia. Bi menjadi korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suaminya sendiri, Bram. Namun Bi juga menyadari, Bram adalah pria yang dipilihnya. Semua ini adalah pilihan hidupnya. Apalagi Bram sering menyesal telah melakukan kekerasan padanya. Bram selalu meminta maaf dan mengaku khilaf telah memukul Bi.

Bagi Bi, dia layak menerima semua perlakuan itu. Dia memang tidak becus mengurus rumah tangganya sendiri. Luka memar yang dia terima adalah hal yang wajar. Namun hatinya pedih ketika melihat Karel yang berusaha membelanya. Karel sendiri merekam di kepalanya semua perlakuan yang diterima oleh ibunya. Hal itu tentu mempengaruhi hidup Karel.Perkenalan Karel dengan Sindhu, seorang pengacara yang juga adalah kekasih gurunya membuat Karel mulai berani. Suatu ketika Bram mulai memukul Karel yang membela Bi, saat itu juga Bi merasa perlu segera bertindak. Dibantu oleh Karel, mereka berdua pergi meninggalkan rumah.

Dengan Sindhu sebagai pengacaranya, Bi mulai memperkarakan Bram ke jalur hukum. Sindhu sendiri ternyata memiliki masa lalu yang hampir sama dengan yang dialami Karel. Sayangnya di tengah jalan Bi berubah pikiran, dia ingin kembali kepada Bram. Sementara Sindhu berusaha keras meyakinkan Bi akan kekeliruannya itu.

Sebelumnya, saya sudah membaca beberapa review teman-teman mengenai novel depresi ini. Hampir semua mengatakan nyaris nggak kuat membacanya karena apa yang dialami oleh Bi. Saya sendiri berkali-kali mengambil jeda saat membaca buku ini, bukan karena ikut merasa nyeri dan depresi seperti Bi, tapi lebih kepada capek dengan karakter Bi.

Ada 4 hal yang saya bisa saya petik dari novel ini, terutama dari Bi. Yang pertama adalah menjadi seorang perempuan sebaiknya berpendidikan tinggi. Bi bukannya tidak berpendidikan, setidaknya dia berhasil menamatkan jenjang SMA. Namun kegagalannya masuk ke bangku kuliah membuat Bi berpikir dirinya memang bodoh dan tidak layak mengenyam pendidikan tinggi. Yang kedua adalah kemandirian finansial. Bi tidak bekerja. Hidupnya bergantung sepenuhnya pada Bram. Bram memang tidak membutuhkan istri yang bisa mencari uang. Bram hanya membutuhkan perempuan yang bisa mengurus rumah tangga selagi dia mencari uang.

Yang ketiga adalah tentang mencintai diri sendiri. Bi selalu merasa dirinya tidak sempurna, tidak cantik, tidak bisa memuaskan suami dan berbagai pandangan negatif lainnya tentang dirinya. Akhirnya dia merasa layak diperlakukan sebagai seorang yang rendah. Dan yang keempat, yang menjadi dasar dari semua pemikiran di atas adalah tentang relasi dalam keluarga. Bi dibesarkan oleh seorang ayah yang otoriter dan ibu yang tidak bisa berbuat apa-apa. Ayahnya yang menginginkan anak laki-laki, malah hanya mendapatkan seorang anak perempuan. Kekecewaan ayahnya ditumpahkan lewat kata-kata negatif bagi Bi. Ayahnya selalu mencela apa yang dilakukan Bi, hingga puncaknya terlontarlah kata-kata bahwa si Ayah menyesal mempunyai anak seperti Bi. Ibunya hanya diam membisu. Kata-kata itu menjadi karakter yang menyusun pribadi Bi. Ketika Bi menemukan jalan keluar dari rumah yang bagaikan neraka baginya lewat seorang Bram, Bi langsung menyambar kesempatan itu. Minimnya sosialisasi Bi membuatnya pasrah pada satu-satunya kesempatan yang dia anggap datang padanya.

Tentang kemampuan penulis mengolah kisah KDRT ini membuat saya mengacungkan jempol. Saat membaca kisah Bi ini, saya teringat kembali dengan Serenade di After Rain. Kedua wanita ini sama menggemaskannya, membuat saya pengen ngomel-ngomel sama mereka. Namun saya hanya akan memberikan tiga bintang saja, karena ya itu saya capek dengan karakter Bi seperti yang saya bilang sebelumnya. Ditambah lagi kisah antara Sindhu dan pacarnya Elena hanya terasa seperti pemanis yang tidak lengkap.
Profile Image for Rido Arbain.
Author 6 books98 followers
December 3, 2015
Kebetulan sudah baca draf mentah novel ini sejak September 2014. Masih dengan kemasan roman depresi seperti novel pertama Mbak Anggun, tapi yang ini lebih kelam lagi. Mungkin karena tema yang diangkat agak berat, yaitu KDRT.

"Justru percakapan terbaik terkadang muncul dari ketiadaan kata."

Sama seperti saat membaca After Rain, aku suka cara Mbak Anggun membangun plot cerita; rapi dan runut. Karakter yang muncul juga menjalankan 'tugasnya' dengan baik, (rasanya) nggak ada yang mubazir.

Alasan Bidari bertahan dengan 'penyiksaan' dari suaminya, Bram, bukan tanpa alasan. Selain demi anaknya, Karel, masa lalu yang kelam dengan orangtuanya justru terasa logis ketika Bidari merasa tidak ada tempat lagi untuk pulang. Kehadiran Shindu yang bak pahlawan juga tidak serta-merta membuat Bidari cepat berpindah hati. Hal-hal semacam itu yang membuat kisah Perfect Pain lebih rumit daripada pikiran seorang cewek yang memakai lipstik seharga 500K, tapi rela bibirnya tersapu minyak gorengan.

Bagi pembaca yang menyukai cerita penuh kegetiran, novel ini harusnya jadi bacaan yang pas.

"Perempuan itu saling menguatkan."
Profile Image for owleeya.
307 reviews100 followers
February 22, 2016
3,5

Capek bacanya. Capek hati ikut merasakan Bi yang mengalami hubungan abusif.

Saya pernah diberitahu, kalo ada orang yang bilang,

"Gak ada yang lebih cinta kamu dari aku."

"Gak ada yang lebih peduli sama kamu dari aku."

Berarti hubungan itu gak sehat.
Profile Image for Stefanie Sugia.
731 reviews178 followers
December 23, 2015
"Seperti yang kubilang sebelumnya, meja makan merekam kisah-kisah yang ada di sebuah keluarga. Kadang-kadang aku bertanya, kalau meja makanku bisa bicara, apa benda itu akan memohon untuk berganti pemilik, sehingga bisa merekam kisah-kisah yang lebih bahagia?"
Ini merupakan kali pertama aku membaca karya Anggun Prameswari, meskipun buku ini bukanlah novel pertama yang ia terbitkan. Ditulis dari sudut pandang karakter utamanya, Bi, novel ini mengangkat tema domestic violence atau kekerasan domestik/kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Aku sendiri sangat jarang atau hampir tidak pernah membaca novel yang mengangkat tema sejenis ini, oleh karena itu apa yang dialami Bi dalam buku ini menjadi semacam pengalaman / pengetahuan yang baru untukku. Alur ceritanya menurutku lebih banyak terfokus pada perkembangan karakter Bi; dari sosok yang memandang rendah dirinya sendiri karena selalu mendapat perlakuan yang buruk hingga kemudian ia bertemu dengan Sindhu dan orang-orang yang menyadarkannya dirinya tentang banyak hal.

Salah satu hal yang paling aku sukai dari buku ini adalah penulisnya memberikan latar belakang karakter yang menjelaskan mengapa Bi bertahan sekian lama menghadapi suami yang terus-menerus menyakitinya. Masa lalu Bi diselipkan dalam buku ini lewat sejumlah kilas balik dan juga perkataan Ayahnya yang selalu terngiang dalam benak Bi. Latar belakang kisah ini akan membuat pembaca bersimpati dengan karakter Bi dan juga memahami jalan pikirannya. Sepanjang membaca buku ini, banyak momen-momen yang menyayat hati karena aku sangat sedih melihat Bi diperlakukan secara semena-mena oleh Ayah dan suaminya. Itulah sebabnya aku sangat lega dan turut senang saat pada akhirnya Bi berhasil berdamai dengan masa lalunya, terutama dengan dirinya sendiri. Ending-nya benar-benar memuaskan karena konfliknya terselesaikan dengan baik, dan aku senang karena penulisnya tidak memaksakan beberapa hal (no spoiler) untuk terjadi terlalu cepat. Kisahnya diakhiri dengan manis dan meyakinkan pembaca bahwa yang terjadi selanjutnya akan lebih baik daripada apa yang telah tertinggal di belakang.
"Jangan jadikan orang lain alasanmu bahagia atau sedih. Pada dasarnya manusia itu sendiri. Kita lahir sendiri, mati juga sendiri. Jadi, jangan takut pada kesendirian."
Selain karakter Bi, karakter-karakter yang lain pun tidak kalah menarik. Karel, anak lelaki Bi yang masih SD, adalah salah satu karakter favoritku. Meskipun usianya masih sangat muda, Karel memiliki sisi dewasa karena keadaan yang terpaksa membentuknya demikian. Kata-kata yang ia ucapkan untuk Bi selalu berhasil membuatku terenyuh. Dan tentunya aku tidak akan melewatkan karakter Sindhu, sang pengacara yang bagaikan sosok malaikat dalam hidup Bi. Aku suka bagaimana penulisnya juga memberi latar belakang masa lalu yang kelam untuk Sindhu. Dengan posisi yang demikian, Sindhu bisa lebih mengerti apa yang sedang dihadapi oleh Bi dan bagaimana cara menanganinya. Di buku ini, Sindhu bisa dibilang nyaris sempurna tanpa cela, sehingga tidak sulit untuk jatuh cinta pada karakternya.

Karakter pendukung yang lain adalah orang-orang di Rumah Puan, yang kemudian menjadi teman-teman baru bagi Bi. Merekalah yang membantu Bi menjadi mandiri, menemukan jati dirinya sendiri, dan terus mendukung Bi melewati berbagai macam masalah. Momen persahabatan yang terjalin antara mereka juga sangat menghangatkan hati. Karakter pendukung yang berkesan untukku adalah Bunda Roem; ialah yang memberi petuah pada Bi tentang mencintai diri sendiri terlebih dahulu untuk bisa merasa layak menerima cinta dari orang lain. Nasihat inilah yang kemudian akan membawa perubahan besar bagi Bi. Dan aku rasa nasihat itu tidak hanya berlaku untuk korban KDRT saja, tetapi juga untuk orang-orang yang kurang bisa menghargai diri mereka sendiri.
"Itulah yang saya bilang dengan tersesat dalam pencariannya sendiri. Seumur hidup, ayahmu selalu mengata-ngataimu. Kamu menerimanya mentah-mentah. Tapi, hatimu menolak. Makanya hatimu terus mencari. Mencari sosok yang mencintaimu. Menghargaimu. Menghormatimu. Sayangnya, pencarianmu tidak dibekali dengan rasa cinta diri sendiri. Makanya, lelaki perrtama yang menunjukkan sedikit jawaban yang kamu cari, langsung kamu telan begitu saja. Langsung kamu percayai. Dan, kamu pun lelah mencari."
Secara keseluruhan, buku ini memberikan sebuah gambaran yang bagus tentang KDRT serta mendalami perasaan dan pikiran korbannya. Penulisan Anggun Prameswari berhasil membuatku bersimpati dengan keadaan yang dihadapi oleh karakternya dan membuatku terlibat secara emosional dengan keseluruhan ceritanya. Sejujurnya, aku akan jauh lebih senang jika karakter Bram juga digali lebih jauh dalam buku ini; pastinya ada alasan tertentu di balik sikap serta tingkah lakunya yang demikian. Pada akhirnya, buku ini merupakan sebuah perkenalan yang manis antara aku dan gaya penulisan Anggun Prameswari. Di kesempatan berikutnya, aku tidak akan ragu untuk membaca apa saja yang ia tulis :)

Baca review selengkapnya di:
http://www.thebookielooker.com/2015/1...
Profile Image for Nana.
405 reviews27 followers
December 16, 2015
Review lengkap nyusul buat blog tour. Yang ini sih, gue cuap2 sendiri aja...

Nyokap pernah bilang--dan selalu gue inget-- supaya gue jangan memilih sesuatu hanya karena ingin meninggalkan sesuatu yg udah gue punya atau hanya karena pengin nyenengin orang lain. Pilih sesuatu hanya karena pilihan itu gue pandang bermanfaat buat gue dan gue akan enjoy ngejalaninnya. Urusan pindah kerja, misalnya. Atau mencari pasangan hidup--seagama atau ga, pindah agama atau agama masing2, dst. Banyaklah pokoknya.

Nah, buku ini ngasih contoh kasus konsekuensi menikah karena alasan yg ngga tepat tadi. Mengerikan jadinya.

Yaaa... ini sih kebetulan contohnya brutal aja dan jelas sebab-akibatnya. Tapi banyak juga contoh kasus nyata yg ngga sebrutal dan lebih abu-abu dari ini tp tetep aja nyebelin buat dijalanin.

Buat lo yang merasa hiduplo di persimpangan, coba deh baca buku ini. Pesan2nya mungkin bisa ngebantu lo mengambil keputusan yg paling bermanfaat buatlo. Daripada nyesel...

Btw salah ketiknya banyak... ada hilang kata, ada yg tiba2 jd POV 3... oiya ini bukunya Gagas yaaa... *nyengir bajing trus kaburrrrr*
Profile Image for Nurina Widiani.
Author 2 books15 followers
December 28, 2015
Saya akui membaca novel ini perlu kerja keras. Pada awalnya saya hampir menyerah melanjutkan. Bukan karena ceritanya nggak asyik, atau gaya cerita yang membosankan, bukan. Anggun tetaplah penulis kesayangan saya karena gaya berceritanya yang mengalir dan membius. Saya merasa nggak sanggup lebih karena saya nggak tega dan ngilu mengikuti perjalanan kisah Bi.
Sesak napas saya sampai kumat karena ikutan merana memikirkan nasib Bi. Gilak!!
Review selengkapnya http://kendengpanali.blogspot.co.id/2...
49 reviews
April 8, 2017
Lagi-lagi aku memberikan lima bintang untuk buku-buku yang bernuansa kelam.

Ah tapi memang novel ini bagus kok. Kasus KDRT yang diangkat dalam novel ini, diceritakan dengan detail yang mendalam dan gamblang, sehingga membuatku tidak bisa berhenti membacanya.

Padahal bisa dibilang akhir-akhir ini sejak pindah kerja, buku-buku yang kusentuh itu jarang sekali kuhabiskan hingga halaman terakhir.

Dan ya, dibandingkan After Rain, aku jauh lebih menyukai Perfect Pain. Semoga kak Anggun bisa secepatnya mengeluarkan kisah sebagus ini lagi.
Profile Image for Nova  Putri.
46 reviews23 followers
August 21, 2016
---------- UPDATE ----------
Review lengkap juga bisa dibaca disini

Ini kali pertama saya membaca karya penulis. Novel ini mengangkat tema kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Saya sendiri pernah membaca tema sejenis ini disini, hanya saja meski tetap mengangkat soal KDRT, tapi konflik dalam novel ini lebih kompleks dan lebih rumit menurut saya.

Saya sangat menyukai bagaimana cara penulis menuliskan ceritanya. Benar-benar detail sehingga pembaca [saya] benar- benar bisa ikut merasakan setiap kejadian yang tergambar dalam buku ini. Terlebih lagi karena buku ini diceritakan dari sudut pandang Bi. Sehingga pembaca [saya] benar – benar bisa merasakan apa yang Bi rasakan. Dan bahkan ada beberapa adegan cerita yang bisa membuat saya ngilu sendiri saat membacanya.

Dari segi karakternya pun juga tidak kalah menarik. Mulai dari Bram, Karel, Ayah Bi, Sindhu sampai Bunda Roem. Semua karakternya mempunyai andil yang sangat besar buat perkembangan Bi. Terutama Karel, he is my favorite. Jagoan Bi yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini benar – benar loveable banget. Caranya melindungi sang bunda benar – benar membuat saya tersentuh.

Sepanjang membaca buku ini saya seolah diingatkan tentang banyak hal. Mulai dari bagaimana mendidik dan memperlakukan sang anak sampai kepada tentang bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri. Bagaimana kita menghargai diri kita. Selain itu di buku ini juga terdapat banyak kalimat yang bisa djiadikan pelajaran terutama bagi para korban KDRT.

“Orang lain akan mencintaimu persis seperti caramu mencintai diri sendiri, Bi.”

“Kebanyakan kasus KDRT terjadi karena perempuannya dibuat lemah, ketergantungan, dan merasa sendiri. Dengan begitu, korban akan merasa tergantung pada pelaku. Ketergantungan secara ekonomi adalah salah satu yang dominan. Begitu korbannya tidak bisa mandiri, pelaku akan memperoleh kekuasaan lebih besar untuk terus mendominasi. Semakin korban lemah, maka pelaku semakin kuat. Kekerasan semakin nggak bisa dihindari. Salah satu cara untuk lebih percaya diri adalah dengan mandiri.”


Untuk romansanya sendiri gimana? Tentu saja novel yang termasuk dalam kategori roman depresi ini menyuguhkan kisah cinta yang manis. Saya suka bagaimana penulis membangun chemistry antara Bi dan Sindhu. Tidak ada kesan dipaksakan atau terburu - buru. Semua mengalir apa adanya. Dan itu juga yang membuat saya tidak berhenti membaca buku ini sampai akhir karena saya penasaran akan seperti apa endingnya nanti.

“Bi, setiap orang layak dicintai. Kalau di kepalamu selalu tertanam ide bahwa kamu nggak pantas dicintai, maka itulah cara orang akan memperlakukanmu.”


Secara keseluruhan saya sangat menikmati buku ini. Buku ini begitu banyak memberikan pelajaran dan juga gambaran tidak hanya tentang kasus KDRT itu sendiri tapi juga tentang bagaimana kita melihat hidup. Saya yang memang sejak awal sudah suka dengan buku ini karena blurbnya yang terangkai dengan indah namun mengandung kesedihan, semakin jatuh cinta setelah membaca ceritanya yang benar – benar emosional. Dan sekali lagi terima kasih untuk kak Nana dan mbak Anggun yang telah memberikan saya kesempatan membaca buku bagus ini. Dan setelah ini saya tidak akan ragu untuk mencicipi karya mbak Anggun berikutnya…:D

Bagi kamu yang ingin membaca novel roman yang tidak hanya menceritakan kisah cinta yang manis tapi juga kisah cinta yang dibalut dengan luka, maka saya sangat merekomendasikan buku ini untuk kamu baca. Dan semoga setelah membaca ini, kita para perempuan bisa menjadi perempuan yang jauh lebih kuat lagi…:)

“Jangan jadikan orang lain alasanmu bahagia atau sedih. Pada dasarnya manusia itu sendiri. Kita lahir sendiri, mati juga sendiri. Jadi, jangan takut pada kesendirian.”
Profile Image for Lelita P..
628 reviews60 followers
December 28, 2016
Udah lama nggak baca buku yang nggak berasa baca cerita fiksi. Perfect Pain ini terasa sangat nyata; bacanya sampai merinding sendiri. Kalimatnya mengalir dan menghanyutkan dengan lugas, cocok dengan kerealistisan ceritanya. Sejak awal membaca sampai akhir, pembaca akan terbuai untuk terus membaca sampai akhir.

Sebelum mulai membaca, saya sempat memindai review teman-teman Goodreads dan sudah tahu bahwa novel ini mengisahkan cerita yang bikin depresi. Dan ternyata benar. Bercerita tentang perempuan yang mengalami KDRT, kisah ini terasa begitu nyata. Lingkaran setan KDRT ternyata amat mengerikan. Saya bersyukur banget menjadi perempuan yang sejauh ini bisa mandiri secara finansial, dan telah belajar untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan apalagi yang terkait laki-laki.

Tokoh Bi di sini digambarkan sangat manusiawi. Pembaca akan sebal sekaligus simpati kepadanya--in between--karena karakter dia benar-benar diceritakan tiga dimensi. Kita dibuat gregetan dengan pilihan-pilihan Bi, tapi di sisi lain kita juga paham kenapa dia terjebak di pilihan itu.

Saya suka tokoh Karel, juga Sindhu. Secara agak subjektif saya setuju Sindhu dan Elena putus--bukan karena saya penyuka pairing SindhuXBi, melainkan karena saya tahu orang yang memiliki luka hati akan lebih bisa dipahami oleh orang yang memiliki luka hati hampir serupa juga. Tokoh Bram memang antagonis di sini, tapi saya jauh lebih benci sama Ayah Bi. Bagi saya, sosok ayah Bi ini sangat menjijikkan. Bisa-bisanya ada manusia seperti itu! (Sayangnya, di dunia nyata pasti ada.)

Lega rasanya karena akhirnya Bi mengambil keputusan yang benar, meskipun harus terjebak di siklus setan yang bikin pembaca tepok jidat. Usai membaca ini saya ingin percaya Bi akan mendapatkan kebahagiaannya kelak, perlahan-lahan. :)

Novel ini sangat patut diapresiasi karena mengangkat tema KDRT, menyebarkan kesadaran bagi kaum perempuan tentang hal ini serta menyelipkan pesan bagi kaum laki-laki untuk belajar menyayangi pasangannya.
Profile Image for Wardah.
926 reviews171 followers
September 20, 2016
Mulai baca sejak... lupa, kapan, yang jelas sudah lama. Baru selesai beberapa hari lalu. Kemarin berhenti baca karena sedikit terganggu dengan hubungan Bi dan Sindhu serta karakter Bi sendiri, serta orang tua Bi. Namun, baca berikutnya, buku ini langsung saya habiskan. Dan meski sudah dijeda lama, saya masih ingat betul ceritanya.

Karekter favorit saya Karel. Si bocah kuat itu. Siapa yang sanggup tidak jatuh hati padanya?

Skor sebenarnya 3.5 bintang. Saya genapkan jadi 4 karena akhrinya yang realistis. Meski saya cukup sedih karena penulis tidak membuat Bram (dan berbagai contoh yang disebutkan Sindhu dan orang tua Bi) menjadi ... lebih baik? Tapi toh ini cerita tentang Bi.

Ulasan lengkap baca di sini.
Profile Image for afin.
267 reviews20 followers
June 16, 2017
Rated 4/5 stars

Review:
Bidari adalah istri dari Bramawira Aksana, mereka memiliki anak bernama Karel yang seorang murid kelas 6 SD. Mungkin dari luar tidak terlihat berbeda dari pernikahan yang lain tapi di balik pintu tertutup Bidari atau biasa dipanggil Bi adalah korban KDRT dari suaminya sendiri. Segala kesalahan mau itu besar atau kecil pasti akan berakibat buruk bagi Bi, dia dianggap istri paling tidak becus oleh suaminya itu. Hampir tiap hari Bi akan disiksa oleh suaminya dan setelah itu suaminya akan meminta maaf walaupun ironisnya pada keesokan hari dia akan melakukannya lagi. Sayangnya lagi, Bi selalu takut untuk meninggalkan suaminya tersebut.

Pada suatu hari, guru di sekolah Karel, Miss Elena menelepon Bi menanyakan keberadaan Karel. Telepon ini membuat Bi panik karena dia yakin Karel ada di sekolah. Tak lama kemudian, kepanikan itu menghilang setelah keberadaan Karel akhirnya diketahui. Ternyata, Karel ada di sebuah kantor pengacara tempat pacar Miss Elena bekerja, Sindhu Sudiro. Sewaktu Bi sampai disana dan mengajak Karel pulang dia menolaknya dan secara tidak sengaja mengatakan bahwa jika mereka pulang papanya akan memukul Bi. Setelah mendengar ini, Sindhu yang merupakan pengacara yang biasa mengatasi kasus-kasus perceraian terutama karena KDRT mulai beraksi, dia langsung ingin melindungi Bi. Bi sendiri menolak bantuan apapun dari Sindhu dan bersikeras bahwa semua baik-baik saja.

Setelah pertemuan itu kejadian di rumah malah semakin memburuk, tidak cukup dengan menyiksa Bi suaminya juga menyiksa Karel, kejadian ini yang membuat Bi akhirnya melarikan diri dari rumah. Saat melarikan diri ini Bi ditampung di apartemen Sindhu untuk sementara. Sindhu sendiri memaksa Bi untuk segera menceraikan Bram. Disinilah Bi mengalami konflik batin, apa hidupnya akan lebih baik tanpa Bram? apakah dia bisa hidup tanpa Bram? apakah berpisah keputusan yang benar untuknya dan Karel? Di atas semua kegalauannya, Bi juga mulai tertarik pada sosok Sindhu yang jauh berbeda dari Bram.

"Setiap orang punya masa lalu, Bi. Hati manusia itu persis koper besar. Terus-terusan dijejali kenangan buruk, emosi negatif, rasa marah, semuanya. Makanya jadi berat. Susah dibawa kemana-mana, jadinya teronggok begitu saja. Biar enteng, Bi, kita harus membuang semua yang memberatkan. Itu proses yang terus berjalan, nggak boleh berhenti."

Read the full review on my blog http://booksoverall.blogspot.co.id/20...
Profile Image for Seffi Soffi.
490 reviews142 followers
December 7, 2016
3,4 bintang.

cerita nya bagus, gak kaya kisah biasa. cuman ya nyesek banget sama suami nya. jahat... agak penasaran juga sih, apa si suami punya kelainan ato apa. karena gak dijelasin detail..

Kasian juga sama Bi dan Karel.. terkadang cinta emang buta sih.
Profile Image for VaaRida.
133 reviews6 followers
September 11, 2017
tentang sebuah rumah tangga.
banyak belajar dari novel ini, bagaimana pentingnya menjadi seorang istri yang mandiri
dan semoga tidak ada lagi type suami seperti Bram.
hanya karena potongan wortel yang tidak sama saja tangan melayang.
Profile Image for Elfi.
49 reviews
February 14, 2018
Tumben ya bacanya bukan roman picisan 😄 ya karena aku suka buku pertamanya mbak Anggun (berasa ikrib banget), walopun kali ini genre nya sungguh berbeda. Meski berbeda aku bisa menyeleseikan buku ini dalam perjalanan Senen-Cileungsi sore kemarin tanpa kesusahan.
Sayang masih ada typo nya
Profile Image for Annie.
86 reviews7 followers
October 11, 2017
kalau baca novel KDRT entah kenapa suka keinget film Big Little Lies *menghela napas untuk ke sekian kali*
Profile Image for Ayu Muhairani Sirait.
58 reviews4 followers
February 3, 2016
Membaca sinopsis, awalnya yang aku fikirkan adalah sepasang ekasih yang akhirnya berbaikan kembali setelah berpisah. atau sepasang suami istri yang dulunya bercerai dan memutuskan untuk bersatu kembali, lalu... ketika mulai membaca lembar demi lembar ternyata dugaanku 100% salah. konflik yang disuguhkan penulis ternyata lebih kelam, sesuatu yang bernama KRDT. jujur aja aku gak pernah sebelumnya baca novel dengan tema seperti ini, jadi ada rasa penasaran yang menggebu-gebu untuk menamatkan cerita ini pada hari itu juga.
Cerita dibuka ketika Bi, mendapatkan telpon dari Miss Elena , guru sekolah dari Karel.
Miss E mengabarkan kalau Karel berkelahi dan mencekik teman sekelasnya karena mengambil buku sketsa milik Karel.
Bi yang hari itu memakai kacamata hitam ternyata juga menyimpan sesuatu yang tidak ingin dilihat oleh Miss E, yang lain dan tak bukan adalah bekas-bekas lebam yang diakibatkan oleh papa Karel.
Lembar demi lembar berikutnya mengalir menjabarkan semua kejadian yang dialami Bi selama di rumah. sikap Bram , laki-laki yang dinikahi nya ketika tamat SMA dulu ternyata mempunyai sifat kejam dan ringan tangan. Bram akan dengan santainya memukul Bi karena kesalahan-kesalahan kecil. misalnya: tomyum yang kurang asin, waktu memasak yang terlalu lama dan hal sebagainya.
bahkan Karel pun ternyata tidak luput dari kejamnya tangan Bram.
Satu waktu , kembali Miss E menelepon Bi karena ternyata Karel tidak sekolah hari itu. Bi yang lagi-lagi datang ke sekolah dengan berbagai lebam pun sudah menjadi pemandangan yang tidak aneh buat Miss E.
belakangan diketahui ternyata Karel pergi menemui pacar Miss E, Sindhu yang ternyata adalah seorang pengacara.
Karel yang menceritakan semua kejadian yang menimpa mamanya kepada Sindhu, Sindhu pun memutuskan untuk membantu, tetapi Bi menolak karena Bi tidak pernah percaya dengan orang lain.
Lalu, tiba saat Bram lagi-lagi lepas kendali. Bram memukuli Bi babak belur sampai akhirnya pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. dan lagi-lagi ternyata Sindhu yang hadir buat menolongnya.
Bi dihadapkan pada dua pilihan : tetap tinggal atau keluar dari rumah.

Okee, membaca novel ini emang bikin emosi naik turun, jujur aja dari awal sampai akhir pun aku udah kepalang kesel sama Bi. dia nikah dengan Bram sudah 12 tahun, itupun tanpa restu dari orang tua dan parahnya mereka memutuskan kawin lari.
Bi yang dengan tahan dan sabar nya nerima semua perlakuan kasar Bram , dan langsung luluh kalau Bram udah nangis2 minta maap , padahal lagi dan lagi Bram ngulangi hal yang sama buat Bi.
tapi memang sifat dan sikap Bi ternyata akibat dari didikan sang ayah yang sangat keras. aku bener-bener gak suka dengan sifat ayah Bi yang dengan mudahnya ngomong kasar, menghina dan mencaci maki Bi.
Bahkan saat Bi kabur dari rumah dengan muka lebam-lebam pun sang ayah tetap mencaci maki, bukan nya malah memberikan perlindungan dan kasih sayang dibutuhkan Bi dan Karel.
Berbicara tentang Karel , aku lebih suka dengan anak kelas 6Sd ini , di umur dia yang masih kecil dia udah ngerasain horor yang malah di hadirkan dari papa nya, Karel juga udah bisa nebak kapan setan papa bakal keluar, Karel pula yang mendorong sang mama untuk keluar daei rumah, dan Karel pula lah yang menelepon rumah sakit ketika Bi terkapar sehabis dihajar oleh Bram.
Karel juga punya sifat yang protektif terhadap ibunya, dia yang selama ini selalu jadi penyemangat buat hidup Bi, Karel pula lah yang mempertemukan antara Bi dan Sindhu.
lalu berbicara tentang Sindhu, siapapun bakal jatuh hati sama pengacara 32 tahun ini, ternyata masa lalu Sindhu pun hampir sama dengan Karel. itu juga alasan Sindhu membantu perkara perceraian anatara Bi dan Bram. tapi lagi-lagi sifat begonya Bi keluar , dia gak mau kalo harus berurusan dengan polisi dan gak mau harus cerai dengan Bram. bodoh ? pasti !
disaat masa-masa berat Bi, Sindhu senantiasa ada untuk Bi,
bahkan orang-orang di rumah Puan (rumah khusus korban KRDT yang sempat ditinggali Bi dan Karel) pun tau kalo Sindhu ada perasaan lain buat Bi. tapi dasar Bi yang dari dulu gak ada rasa percaya diri, dia gak yakin kalo Sindhu cinta dengannya , apalagi status Bi masih istri orang.
cukup semalam sih buat nyelesain novelnya, alur yang hadirkan penulis mampu bikin kita terhanyut dalam kisahnya.
aku gak akan bocorin ending dari novel ini , karena ternyata endingnya gak seperti yang aku harapin dan terasa agak gantung.
ini novel pertama yang aku baca dari seorang Anggun Prameswari. jujur aja aku menikmati cerita yang dihadirkan penulis , dengan POV dari Bi sendiri, kita dibawa untuk turut merasakan kesedihan dan kegalauan yang di alami oleh Bi . untuktypo dan beberapa kosa kata yang asing dan kurang aku mengerti juga sepertinya gak mengurangi isi dalam cerita. overall aku menikmati sekali membaca novel ini.
sukses terus mbak Anggun ~
Profile Image for Viona.
185 reviews6 followers
December 30, 2015
More: https://starlibrary.wordpress.com/

“Bi, setiap orang layak dicintai. Kalau di kepalamu selalu tertanam ide bahwa kamu nggak pantas dicintai, maka itulah cara orang akan memperlakukanmu.”



Ini kali pertama aku membaca karya penulis ini. Jujur, penulis sukses membuatku berkaca-kaca sepanjang cerita.
Cerita dibuka oleh Bi yang dipanggil sekolah karena anaknya, Karel menonjok temannya. Kemudian, cerita terus mengalir sampai ke alasan kenapa Karel selalu muran dan hanya menggambar sosok ibunya. Disisi lain, Miss Elena selaku wali kelas Karel sangat mengkhawatirkan anak itu.
Karena Karel sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan bejat ayahnya itu, Karel memutuskan untuk mengunjungi pacar Miss Elena yang merupakan seorang pengacara.

Nah, dari situlah cerita terus mengalir. Dimana Sindhu, si pengacara terus bertekat untuk menolong Bidari dan Karel.

Hanya saja, ada konflik selipan dalam buku ini. Tentang Sindhu.

Sama seperti Karel, Sindhu juga merupakan korban KDRT. Versi yang lebih parah. Kenapa?

Mungkin memang benar yang dikatakan Bi, bahwa suaminya memiliki kepribadian ganda. Disuatu waktu, Bram dapat naik pitam dan dengan gampangnya melayangkan pukulan bertubi-tubi pada Bidari. Tapi, di waktu yang lain, Bram akan minta maaf dengan wajah polosnya bahkan memelas dan hampir menangis! Barangkali, itulah alasan mengapa Bi bertahan sampai belasan tahun.

Pada akhirnya, apa keputusan Bi? Apakah ia tetap tinggal, atau pergi?

Pada awalnya, tokoh utamanya akan digambarkan sebagai sosok yang lemah. Benar-benar lemah.
Memang benar, sebagai tokoh utama, Bidari tergolong lemah. Tetapi tidak benar-benar lemah.
Ayah Bidari selalu mencacinya dengan mengatakan ia tidak berguna, lemah, bodoh. Karena itu, hal-hal yang tertanamkan di otak Bidari sama percis dengan yang dikatakan ayahnya: Lemah dan tidak berguna.

Pada titik tersebut, kesalahan benar-benar ada pada ayah Bidari. Mendidik anak dengan benar bukan berarti boleh men-judge anak seenaknya. Secara tidak langsung, itulah yang akan ‘ditangkap’ dan ‘diterima’ si anak. Bahwa mereka adalah apa yang dikatakan orang tuanya.

Disisi lain, Bidari telah menangkap mentah-mentah apa yang dikatakan ayahnya. Ia menerima Bram karena takut tidak ada yang mau mencintainya sebesar Bram mencintainya. Bi pikir ia tidak pantas dicintai, seperti yang dikatakan ayahnya.

Sindhu, si pengacara, yang awalnya aku pikir cuma ‘numpang lewat’ ternyata mendapatkan peran yang penting dalam cerita.

Overall, tokoh favorit aku dalam cerita ini tentu saja Sindhu. Ia benar-benar dapat diandalkan.
Disisi lain, aku cukup menyukai Miss Elena. Hanya saja, mungkin karena Elena yang hidup dilingkungan ‘Orangtua bahagia’, ia tidak begitu bisa merasakan apa yang dialami oleh Bidari sehingga perannya tidak begitu banyak.
Kemudian ada Bram, suami Bi yang aku pikir memiliki sedikit gangguan jiwa. Kadang aku merasa kasihan, tapi lebih banyak merasa marah! Haha.

Lalu untuk Bi, aku malah kurang menyukai karakter ini. Bi terlalu ‘pasrah’ dengan keadaan. Mungkin perkataan ayah Bi ‘sedikit’ benar (jadi ngerasa jahat.. xD)

Untuk covernya, aku suka banget! Pilihan warna latarnya bikin adem, bener nggak? Pilihan judulnya juga top. Langusng bikin galau. Setuju?

Tidak lupa, aku bener-bener suka gaya penulisan mbak Anggun! Mengingat banyaknya quotes yang bertebaran disepanjang cerita.

“‘Jangan jadikan orang lain lasanmu bahagia atau sedih. Pada dasarnya manusia itu sendiri. Kita lahir sendiri, mati juga sendiri. Jadi, jangan takut pada kesendirian.” – Sindhu
Profile Image for Evita MF.
92 reviews8 followers
February 3, 2016
Perfect Pain adalah novel kedua karya Anggun Prameswari setelah sukses dengan novel After Rain di tahun 2013. Masih seperti novel sebelumnya, novel kali ini bergenre roman depresi khas penulis, dengan mengambil tema KDRT.
Perfect Pain berkisah tentang Bidari atau biasa dipanggil Bi, seorang ibu beranak satu. Suaminya sering melakukan tindak kekerasan seperti berkata-kata kasar dan memukul. Namun, Bi hanya diam saja tanpa pernah melakukan perlawanan ataupun bercerita tentang Bram—suaminya—yang suka memukul kepada orang lain, termasuk keluarganya sendiri. Selama 12 tahun Bi berusaha untuk bertahan demi anak dan keluarga yang dicintainya. Ia selalu luluh setiap kali Bram meminta maaf dan berjanji untuk tidak memukul Bi lagi. Namun sesering apapun Bram meminta maaf dan berjanji, pada akhirnya Bi selalu jadi tempat untuk dipukuli.
Karel, anak Bi yang tak tahan lagi melihat mamanya dipukuli di depan matanya pun memutuskan untuk bertemu dengan Shindu, seorang pengacara kenalan Elena, ibu guru di sekolahnya. Pertemuan dengan Shindu seolah membuka jalan bagi Bi untuk keluar dari permasalahan rumah tangganya. Shindu membantu Bi untuk menjadi wanita yang lebih kuat dari pada sebelumnya, ia juga yang membantu proses perceraian Bi dengan Bram.
Membaca novel Perfect Pain membuat saya ngilu sejak membaca bagian prolognya. Tiap kalimat yang dituliskan oleh penulis benar-benar mengiris hati saya, karena permasalahan KDRT yang diangkat dalam novel ini terasa begitu nyata. Sebagai perempuan saya geram dengan masalah yang menimpa Bi dan sikap Bi yang kesannya ‘terima-terima saja’ bagaimanapun perbuatan kasar Bram padanya. Selama 12 tahun tak ada perlawanan atau pun keberanian untuk melaporkan kepada polisi. Hal ini karena sifat Bi yang penakut dan selalu bergantung pada orang lain. Bi juga ternyata dibayang-bayangi masa lalu kelam. Ayahnya selalu mengatakan bahwa Bi adalah anak yang mengecewakan orang tua, tidak becus, tidak pintar, tidak cantik, dan segudang kata cemoohan lainnya. Sebagai anak ia tidak pernah tumbuh dengan pujian, hingga setelah dewasa hal tersebut membuatnya rendah diri.
Saya mendapat banyak informasi mengenai KDRT dan penanganannya dari novel ini. Melalui tindakan yang dilakukan Shindu untuk Bi, saya jadi tahu hal-hal baru tentang masalah KDRT.
Saya sangat menikmati tulisan mbak Anggun yang penuh diksi indah, tiap kalimatnya sungguh membuat saya terkesan, masalah yang dihadapi Bi (baik dari Bram dan Ayahnya) juga membuat saya simpatik, dan deskripsi KDRTnya sukses membuat saya ngilu. Apalagi bagian Bi yang luluh setiap kali Bram meminta maaf dan kembali padanya. Antara greget sama Bi dan kasihan juga sama Bram yang memelas minta dikasihani. Perfect Pain sukses mengaduk-aduk perasaan saya.

Read my full review here: https://booknivore.wordpress.com/2016...
Profile Image for Juzma Fia.
35 reviews1 follower
June 29, 2016
Menikah untuk bahagia, kan?

Bidari atau lebih akrab dipanggil Bi telah bertahun-tahun membina rumah tangga dengan Bramawira Aksana. Ia berharap menikah untuk bahagia. Namun yang ia dapat adalah tamparan, pukulan, dan hinaan dari suaminya. Setelah melakukan hal tersebut, Bram akan meminta maaf, berjanji tidak akan mengulanginya, dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai Bi. Nyatanya, kejadian tersebut terus berulang setiap kali Bi membuat sedikit saja kesalahan.

Selama ini Bi mencoba untuk terus bertahan demi anak mereka, Karel, yang masih kelas 6 SD. Tetapi pertahanan itu runtuh tatkala Bram mencoba mencekik leher Karel saat bocah cilik itu ingin menolong ibunya. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Bi memutuskan untuk melarikan diri. Ia tidak ingin Karel terluka dan mengalami hal yang sama dengannya.

"Buatku, ada dua macam luka. Satu luka yang bisa sembuh. Bekasnya hilang seakan tak pernah terjadi apa-apa. Seperti memar-memar ditubuhku. Begitu warna ungu kebiruannya berubah menjadi warna kulit, memar itu siap lenyap. Namun, ada pula jenis luka kedua, yang semahir apapun pengobatannya, takkan pernah hilang. Seperti memar-memar di hatiku. Di jiwaku."

Bi mendapat pertolongan dari seorang pengacara yang sering menangani kasus KDRT bernama Sindhu. Awalnya bantuan yang diberikan Sindhu berupa perhatian dan perlindungan terasa asing bagi Bi. Ia selalu teringat bahwa laki-laki seperti Bram dan ayah kandungnya sendiri sering memperlakukannya dengan buruk.

Ketika kesempatan untuk berpisah dengan Bram terasa dekat di depan mata, Bi kembali dirundung keraguan akan berbagai macam pertanyaan. Apakah hidupnya akan baik-baik saja tanpa Bram? Apakah berpisah merupakan keputusan yang tepat untuk ia dan Karel?

---xx---

Ini pertama kalinya aku membaca buku tentang KDRT dan buku ini meninggalkan kesan yang dalam bagiku. Dengan menggunakan sudut pandang Bi, pembaca ikut merasakan perjalanan kisahnya yang menguras emosi dan menyayat hati. Selama membaca buku ini, banyak momen-momen yang membuatku sesak dan ngilu. Nggak tega melihat perempuan yang seharusnya dilindungi dan dicintai seperti Bi diperlakukan seperti itu oleh ayah dan suaminya sendiri.

Aku bersyukur Bi dipertemukan dengan Sindhu, Bunda Roem, dan orang-orang yang mengajarkannya akan banyak hal termasuk belajar untuk mencintai dirinya sendiri.

"Ada suami atau tidak, Bi, kamu harus tetap bahagia. Karena setiap anak berhak dibesarkan oleh ibu yang bahagia."

Endingnya membuatku lega karena semua konflik terselesaikan dengan baik. Kak Anggun juga nggak memaksakan sesuatu hal untuk terjadi terlalu cepat. Jadi semacam biarkan waktu yang menjawab kapan sesuatu hal itu akan terjadi.

Karakter favoritku di sini adalah Sindhu dan Karel. Mereka akan membuat kalian terenyuh dengan segala hal yang mereka lakukan untuk melindungi juga membantu Bi.
Profile Image for Titi Sanaria.
202 reviews37 followers
December 8, 2015
First of all, ini bukan genreku. Dari judulnya aku sudah agak paham sih. Tapi karena suka buku Mbak Anggun yang pertama, aku beli juga. Dan anggapanku tentang kisah yang kelam itu terbukti setelah membacanya.
Ini buku pertama yang murni mengangkat tentang KDRT yang kubaca. Angkat 2 jempol dengan penuturannya. Pergumulan batinnya sangat terasa. Membuat aku yakin risetnya pasti serius. Nara sumbernya pasti beneran yg pernah mengalami KDRT, atau psikolog. Atau aku yang sok tahu. Hehehe...
Di buku ini, kita akan bertemu dengan Bi, yang mengalami kekerasan secara verbal dari ayahnya seumur hidup, jadi ketika dia merasa menemukan seseorang yang mencintainya, dia langsung menerima pinangan pria itu untuk segera meninggalkan rumah. Hanya saja, dari kekerasan verbal, Bi kemudian berakhir dengan kekerasan fisik dari sang suami. Dia menjadi samsak hidup dari kelabilan emosi sang suami, Bram. Yang mencintainya, sekaligus membuatnya hidup dalam ketakutan. Yang harus memastikan semua yang dilakukannya berjalan sempurna agar dirinya tidak lebam dan berdarah-darah. Hanya satu hal yang membuatnya terus bertahan. Karel, sang buah hati. anak yang kemudian menjadi lebih dewasa dari usianya, yang mencari jalan untuk membebaskan sang ibu dari kekerasan.
Baca buku ini jadi merenung, betapa mengenaskannya nasib para wanita yang harus mengalami kekerasan yang bernada cinta di awal atau malah di antara kisah "sparing partner" itu dan menyadari betapa aku punya hidup yang sangat enak. Tak perlu takut pada gestur tubuh yang akan menyakiti. Bahwa ketaksepahaman hanya berupa tone suara yang sedikit naik. Itu pun sangat jarang terjadi. Sangat wajar dan manusiawi saat hari dan suasana hati sedang jelek.
Akhirnya, hanya ingin bilang, bahwa sebagai wanita, kita harus mencintai dan menghargai diri sendiri. Karena orang lain akan bisa menghagai kita setelah kita suka dan bangga menjadi diri sendiri. Menampilkan aura positif kita. Tidak seorang pun boleh menyakiti kita secara verbal atau fisik, atas nama cinta sekalipun. Titik.
Profile Image for Putri Utami Rahmania.
32 reviews2 followers
June 3, 2016
saya baru sekali ini baca tulisannya Anggun Prameswari, dan saya suka dengan caranya bercerita. tema KDRT dengan menggunakan POV 1, karakter Bi—tokoh utama novel ini—terasa hidup. potongan kata-kata menyakitkan dari masa lalu yang menggema di kepalanya cukup membuat saya ikut terhanyut, merasakan apa yang Bi rasakan; dengan segala traumanya.

secara keseluruhan, saya puas dengan kemasan penceritaannya, karakter-karakter yang ada, deskripsinya. padu. ceritany mengalir dan tidak terasa kesan terburu-buru. hanya, ada beberapa hal yang membuat kurang nyaman.

seringkali, setting waktu terasa blur. sempat bingung menebak dalam satu potongan cerita, apakah kejadiannya masih dalam satu waktu yang sama, eh ternyata sudah lewat beberapa hari kemudian. perpindahannya terlalu blur; bukan bentuk blur yang menyenangkan dan bikin penasaran serta nikmat, malah jadi sebel. beberapa typo seperti di halaman 2—pertama, Bidari mengutuk satpam yang menyapa "selamat siang" saat ia datang ke sekolah Karel, tapi di bawah gurunya Karel menyapa "selamat pagi". yang benar yang mana?

jadi, 3 bintang untuk cerita yang apik, 2 bintang saya umpetin dulu :)
Profile Image for Jessica Ravenski.
360 reviews4 followers
November 13, 2015
Sebenernya ga mau ditamatin cepet-cepet, tapi daripada makin depresi mending dikelarin sekalian wkwkwk.

Ini mungkin novel tentang KDRT pertama yang pernah saya baca (kan novel yang biasanya saya baca cuma ttg orang sampingan doang yang ngalemin KDRT, bukan si tokoh utama. gitu loh.). Gila serem banget ngebayangin tiap si Bram ini gebuk-gebuk Bi mulu. Bener-bener... >:o Aduh gimana yang bener kejadian di dunia nyata ya? :(( Semoga ga muncul lah Bram-Bram lainnya di dunia nyata #TendangBram.

Walopun berulang kali kzl sama Bi (TINGGALKAN LAKIKMU ITU LOH BI!!!!), tapi saya udah terlanjur kasian sama dia jadi ga bisa benci sama dia. Untung ya Bi ketemu Sindhu, pengacara baik hati dan ganteng (abis kzl-kzl sama Bram langsung dikasi cowok baik nan ganteng gini tuh..... :D) yang bersedia menolong Bi dan Karel (anaknya Bi) agar bisa lepas dari Bram.

Ah, pokoknya lebih asik dibaca sendiri lah. Nguras emosi banget >:o #SekaliLagiTendangBram.

☆☆☆☆☆
Profile Image for Arin.
10 reviews
June 30, 2016
Rasanya dari semua novel yang menangkat cerita mengenai rumah tangga, ini adalah novel terbaik yang pernah saya baca dengan tema yang sama.

Bukan hanya mampu mengaduk-aduk emosi pembaca, tapi juga mampu membuat para pembaca sedikit berintrospeksi diri. Saya sangat suka dengan bagaimana Bidadari yang mencoba menerima trauma masa lalu-nya dengan cara yang membuat hati kecil saya tersentuh.

Alur cerita juga sangat rapi, para tokoh yang ada mampu melakukan peran mereka dengan begitu baik. Akan tetapi, berhubung ini adalah novel romance.

Sosok Sindhu tergambarkan seperti tokoh yang begitu sempurna di masa sekarang, terlepas dari masa lalu yang dijadikan kekurangan dia. Saya rasa Sindhu terlalu sempurna untuk sosok Bidadari, belum lagi konflik-konflik kecil antara Sindhu dan Bidadari seperti hanya pengulur waktu sebelum masuk ke masalah utama. Terlalu cepat di selesaikan dan tidak membekas di hati saya.
94 reviews3 followers
September 18, 2016
Bidara tidak menyangka bahwa kehidupannya lebih keras setelah ia menikah dengan Bramawira Aksana, lelaki pilihannya sendiri. Bi mengira ia akan terbebas dari ayahnya yang tidak menyayanginya. Ternyata suaminya, Bram, lebih parah.

Bram kerap melakukan kekerasan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Setiap kali Bram sedang emosi, ia memukuli istrinya tanpa ampun. Baru setelah emosinya reda, ia meminta maaf dan membelikan salep untuk istrinya. Kejadian itu terus berulang. Sayangnya Bi tak sanggup meninggalkan Bram.

Beruntung Bi memilliki seorang putra yang cerdas dan pengertian yang bernama Karel. Dari Karel jugalah Bi berkenalan dengan seorang pengacara lembut dan baik hati bernama Sindhu. Karel awalnya menghilang setelah mendengat cerita dari gurunya, Miss Elena, bahwa kekasih Miss Elena adalah seorang pengacara.

Baca review selengkapnya di sini ya http://ertalin.blogspot.co.id/2016/09...
Displaying 1 - 30 of 46 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.