Jump to ratings and reviews
Rate this book

Tanjung Luka

Rate this book
Kematian seorang mucikari di kediaman Barkumkum, membuat orang-orang Ulakkungkung, sebuah kampung di utara Lubuklinggau, dengan riang-gembira menabalkan sebuah kutukan yang mengerikan bergeliat dalam kehidupan laki-laki itu.

Tanjungluka, sang anak, mati-matian mencari upaya untuk membebaskan diri dari kutukan, termasuk melepaskan ayahnya dari tuduhan sebagai pembunuh.

Pencarian itu membawanya ke Palembang dan Musi Rawas, sekaligus mempertemukannya dengan pengacara tampan, gadis perawat di RSJ yang menaruh hati padanya, bekas kepala puak yang terlalu gampang percaya pada orang asing, seorang perempuan renta yang hidup dalam trauma tanpa ujung, dan bekas narapidana yang membenci pengidap disorientasi-seksual setengah mati!—mereka semua takluk di tangannya dalam drama yang menegangkan—Hingga… perjalanan berkelok itu menjerembapkan Tanjungluka ke dalam kegeraman dan kehampaan yang brutal dan membunuh orang-orang tak bersalah.

Tanjungluka baru menyadari kalau ia sudah diseret arus kesia-siaan terlampau jauh dan harus bangkit lalu memulai segalanya dari awal, justru ketika kebrutalan itu menghendaki nyawanya.

298 pages, Paperback

First published December 3, 2015

5 people are currently reading
67 people want to read

About the author

Benny Arnas

31 books27 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
14 (20%)
4 stars
37 (52%)
3 stars
14 (20%)
2 stars
2 (2%)
1 star
3 (4%)
Displaying 1 - 29 of 29 reviews
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
January 11, 2016
Saya membayangkan sedang makan semarmendem saat membaca novel ini. Bukan sedang makan lemper atau pun arem-arem. Mengapa? Saat makan semar mendem, isi dan kulitnya bisa dimakan. Seperti itu pula novel Tanjung Luka yang kulit dan isinya terasa sangat istimewa.

Dalam sastra lokalitas, seperti prosa-prosa Benny Arnas yang sangat kental santan melayu, rasa (yang saya anggap sebagai kemasan dan menjadi kulit) dari prosa sangatlah penting. Jangan sampai hendak menceritakan novel melayu tapi tidak kerasa melayu-nya. Dalam novel ini akan bertaburan dialek, diksi, kemudian istilah-istilah Melayu yang meyakinkan bahwa ini benar-benar Melayu. Kemudian isi, ini juga penting. Bagaimana pun kalau menceritakan Melayu tentu yang diulas juga budaya dan khasalah prosa Melayu. Dan menurutku, keduanya dicukupi secara pas dalam novel Tanjung Luka ini.

Kemudian, ada kejutan antara hubungan Tanjungluka, Markonet, dan ayahnya. Benar katanya si penulis, ini bukan roman namun semengerikan thriller!

Silakan diklik https://alterteguh.wordpress.com/2016... resensi yang kebetulan dimuat di Jawa Pos, 10 Januari 2016
2 reviews
February 6, 2016
Luka dan Ikhtiar Memperbaiki Nasib

Novel terbaru Benny Arnas bertajuk Tanjung Luka ini sejatinya merupakan cerita bersambung yang pernah dimuat di harian Sumatra Ekspres (Sumeks) dalam kurun tahun 2014 –sebagaimana pengakuan Benny dalam catatan akhir buku tersebut. Novel ini (masih) menyuguhkan latar lokalitas di mana pengarangnya berasal beserta beragam tokoh dan kecamuk konflik yang berkelindan di dalamnya. Dan memang, sesungguhnya suatu karya yang ditulis, apapun itu, tentunya harus merupakan sesuatu yang kita kenali dan kuasai bahkan dekat dengan kita, supaya dapat mengena di hati pembaca.
Novel Tanjung Luka bercerita tentang keluarga yang terdiri dari Barkumkum, Markonet, dan Tanjungluka. Sebuah keluarga kecil yang dianggap sebagai “kutukan” bagi warga kampung Ulakkungkung. Mereka menyebutnya begitu sebab sejak-mula Barkumkum dan Markonet sudah membawa kutukan sedari-belum menikah. Barkumkum adalah anak-tunggal yang sebatang-kara, yatim-piatu, dan hanya seorang garin masjid dengan upah tak-menentu, meski sebenarnya ia memiliki warisan berupa kebun peninggalan orangtuanya. Setali-tiga-uang dengan Barkumkum, Markonet pun juga merupakan anak-tunggal-kolokan yang sejak belia gemar mengendarai sepeda unta (sepeda yang mempunyai palang sejajar di antara roda depan dan roda belakang) hingga sebuah kecelakaan terjadi dan membuat darah-perawannya pecah.
Tanjungluka yang merupakan anak pasangan “ganjil” itu pun tak-luput dari “kutukan” yang dibenamkan oleh warga kampung. Kelahirannya ditandai dengan hujan lebat tak kepalang, petir menyambar-nyambar, angin mengumpar-ngumpar. Suara deru kabel listrik yang bertabrakan dan riap kanopi pohon, meredam suara erangan Markonet yang terus mengelus-elus perutnya yang hendak mengeluarkan isinya (hal. 30).
Ibunya, Markonet, melahirkannya di hutan sebelum sempat sampai di rumah dukun beranak bernama Mak Jakun (sebab sebelumnya tiada satu bidan pun di kampungnya yang mau menerima Markonet; selain karena ayahnya, Barkumkum, tidak punya uang); bersisihan dengan babi-babi betina yang juga melahirkan bayi-bayi babi (hal. 31-32).
Meski begitu, Barkumkum tidak mau menyebut semua hal itu sebagai “kutukan”. Ada sikap optimisme bernama iman yang menjadi kekuatan Barkumkum menjalani kehidupan sehari-hari: sebagai suami Markonet, sebagai ayah Tanjungluka, dan sebagai garin masjid untuk menghapus “kutukan” itu. “Bila kutukan memang ada, biar Tuhan yang menyelesaikannya. Aku takkan berhenti beribadah dan berdoa untuk mengharapkan keajaiban. Kau tahu, tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan.” (hal. 30).
Sikap tersebut juga tercermin dalam dialog-dialog Barkumkum dengan Tanjungluka berikut: “Siang-malam aku beribadah di masjid. Apakah kau tak menganggapnya sebagai langkah paling baik untuk kemaslahatan keluarga kita?” (hal. 222).
“Tak harus kau hirau kata-kata orang. Di mana- mana, orang beribadah ingin masuk surga. Tapi apa salah kalau aku menggandengnya dengan tujuan lain –untuk menghapus kutukan, misalnya?” (hal. 222).
“Tak ada urusan dengan Tuhan. Kalau menyalahkan Tuhan, aku takkan beribadah untuk meminta-Nya menghapus kutukan itu!” (hal. 223).
Bukankah selayaknya seperti itu sikap seorang yang beriman meski di dalam hatinya iman itu hanya sebesar zarrah dan ada luka yang menganga bercampur nanah dan darah?

Konflik
Konflik itu muncul ketika Mami Berong terbunuh. Cerita tentang Markonet yang mencuri uang satu peti milik mucikari itu dan alibi ibunya itu yang mengatakan bahwa ia bukan pembunuh si rentenir semakin membuat Tanjungluka bingung, siapakah pelaku sebenarnya, sehingga Barkumkum ditetapkan sebagai tersangka.
Kejadian itu adalah mula bagaimana seluruh nyali Tanjungluka terkumpul. Ada dorongan yang kuat yang tiba-tiba merasuki Tanjungluka untuk membebaskan Barkumkum dari jerat hukuman atas pembunuhan itu –selain juga menyembuhkan sakit fisik dan mental ayahnya itu, sembari menunggu kebenaran itu terungkap melalui jasa pengacara Andrea Lee yang ia sewa. Ia yakin bahwa semua yang ia lakukan itu akan berwujud dan menghapus “kutukan” yang mendera keluarganya selama ini. Itulah janji yang diucapkannya.
Dalam novel ini, Benny menyuguhkan permainan intrik yang tampaknya terpengaruh dengan konsep film-film Hollywood; yang menyuguhkan misteri di pembuka cerita, dengan konflik yang berkecamuk di tengah cerita, dan ending cerita yang mengejutkan dan tidak mudah ditebak. “Permainan” cerita semacam ini tentu menyiratkan seolah-olah pembaca sedang menonton sebuah film yang apik. Hal tersebut dapat disimak melalui bagaimana novel ini dibagi menjadi 6 bab, yang seolah-olah tiap babnya membentuk plot tersendiri namun saling berangkai dengan bab yang lain. Tiap bab seperti sebuah babak atau episode dalam sebuah film. Bab 1: Kutukan, merupakan pembuka cerita. Bab 2: Pembunuhan, merupakan konflik cerita bermula. Bab 3: Penjara, adalah masa permenungan tokoh utama. Bab 4: Pengacara, merupakan usaha tokoh utama meredam konflik. Bab 5: Pelarian, merupakan upaya penemuan jawaban atas konflik tokoh utama. Dan bab 6: Permulaan, adalah jawaban atas semua yang dialami tokoh utama.

Pesan
Dalam banyak situasi, tentu terdapat palajaran berharga yang bisa dipetik. Tak terkecuali cerita tentang Tanjungluka dan keluarganya ini. Dalam kehidupan, ikhtiar yang kita lakukan adakalanya berhasil dan tidak sedikit yang gagal. Ada yang terwujud ada yang sia-sia. Barangkali pun dengan usaha Tanjungluka, barangkali tergambar seperti itu. Ya, ia berhasil menemukan Markonet, ibunya, yang ia anggap sebagai saksi kunci pumbunuhan Mami Berong, juga nenek Karimah –walau selanjutnya ia bunuh. Namun di sisi lain, ia gagal menghapus “kutukan” yang telah lama dilekatkan warga kampungnya, bahkan sedari orangtuanya masih muda, sebab pada akhirnya ia menjadi pembunuh orang-orang di sekitarnya, termasuk Barkumkum, ayahnya sendiri.
Tanjungluka menyadari bahwa apa-apa yang selama ini ia perjuangkan dan usahakan hanya membawa kesia-siaan belaka. Usaha menyembuhkan Barkumkum, ayahnya, bukan malah memberikan titik terang pencarian kebenaran itu malah diam-diam menipunya. Andrea Lee, pengacara yang ia sewa dengan biaya selangit pun tidak lebih dari penipu yang hanya mengeruk uang Tanjungluka atas nama profesi. Pun dengan Markonet, ibunya, malah memberinya sejuta pertanyaan lagi sebelum ia peroleh jawaban atas persoalan-persoalan terdahulu. Menurutnya, semua tiada guna: … hanya menghabiskan waktu, tenaga, pikiran serta ketenangan demi memperjuangkan sesuatu yang tidak mestinya diperjuangkan, yang tidak layak diperjuangkan. Dan ia tak lagi berani menyebutnya kutukan. Dalam hati, sekalipun (hal. 283).

Simpulan
Buku kedelapan sepanjang karier kepenulisan Benny ini menyuguhkan sesuatu yang menarik. Sebab, jika diteliti lebih lanjut, novel ini seolah-olah kelanjutan dari cerpen “Dilarang Mencintai Gadis Berkereta Unta” yang termaktub dalam buku kumcernya bertajuk Bulan Celurit Api (Koekoesan, 2010). Sebagai pembaca tentu kita bertanya-tanya, apakah tokoh Siti dalam cerpen tersebut memiliki nama panjang Siti Markonet, yang juga sama-sama merupakan gadis yang mengendarai sepeda unta? Ataukah hal ini hanya kebetulan semata? Sampai di sini pembaca dapat mereka-reka sendiri ihwal itu.
Sebagaimana karya-karya sebelumnya, Benny senantiasa bermain-main dengan bahasa, mengolahnya menjadi berirama, seraya tidak meracaukan alur cerita. Tentu sebagai orang Melayu, Benny juga pandai membuat perumpamaan dan bahasa-berirama yang berpadu dengan alur cerita, yang menahbiskan posisinya sebagai pengarang yang gemar membaur dan berada dalam pergaulan tersebut. “Hei kalian pasangan terkutuk, tinggallah di sini, hiduplah di sini, dan meregang-nyawalah di sini. Kami akan menjadi penonton paling setia!” (hal. 11)
Selain itu, bagi pembaca yang menyukai cerita yang romantis dan berbunga-bunga, bersiap-siaplah kecewa, sebab dalam novel ini hampir tidak ada scene semacam itu –kecuali kisah percintaan Tanjungluka dan Maesaroh di dapur RSJ (hal. 166-167). Barangkali hal itu bisa disebut kekurangan dalam novel ini dan seolah mengisyaratkan bahwa hal itu hanya sekadar tempelan cerita.
Namun, terlepas dari semua itu, yang tidak kalah penting adalah bagaimana Benny menunjukkan kepiawaiannya dalam mengolah cerita yang kuat, bak cerita dalam film-film Hollywood yang menunjukkan betapa kekuatan sebuah cerita juga ditentukan oleh pengaturan pola dialog antar-tokoh dan ritme konflik yang saling berkait serta akhir cerita yang mengejutkan berikut amanat yang disampaikan. (*)
Profile Image for Afifah Alfiandri.
46 reviews
February 6, 2021
Setelah lama saya mengabaikan kehadiran novel ini di perpustakaan daerah, akhirnya saya putuskan untuk meminjamnya dalam jangka waktu satu pekan, sebagaimana biasanya. Dugaan saya tentang isi novel ini yang tak jauh dari kisah cinta menye-menye, salah besar! Malah novel ini seolah memaksa saya untuk melahap isinya sampai habis tak sampai setengah hari di hari Sabtu -yang artinya novel ini menarik sekali bagi saya wkwk.

Saya cukup tertarik dengan kepiawaian penulis membawakan mitos orang pedesaan di Indonesia sebagai sajian pembuka, pun sekaligus sebagai biang permasalahan di cerita ini. Ditambah lagi, penulis juga pandai memilih diksi sehingga ciri khas dari novel ini, yakni sastra Melayu, sangat tampak. Dengan begitu, penulisan ceritanya tidak monoton. Akan tetapi, saya rasa, pembaca yang berasal dari luar Sumatera akan mengalami kesulitan dalam memaknai beberapa kata-katanya. Tapi tak akan menjadi masalah besar kalau pembacanya memang paham bahasa Melayu.

Selebihnya, pembaca akan dibawa ke selatan pulau Sumatera dan dibawa terkaget-kaget dengan alur ceritanya. Semangat membaca!
Profile Image for Sadam Faisal.
125 reviews19 followers
January 2, 2017
Pelarian demi pelarian, pembunuhan demi pembunuhan. Orang tua dengan emosi yg meledak-ledak, anak tunggal yg kebingungan. Semua yg dikorbankan & diperjuangkan habis2an oleh Tanjung Luka ternyata ga ada artinya.
Profile Image for Dedi Setiadi.
291 reviews24 followers
September 11, 2016
Novel tentang keluarga dysfunctional yang ditulis dengan menggebu-gebu dan berapi-api.
Masih ga nyangka dan speechless ternyata seberdarah itu ceritanya.... :))
Profile Image for Balqis Abdillah.
84 reviews3 followers
December 17, 2022
🏚Judul Buku : Tanjung Luka
Penulis : Benny Arnas
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
289 halaman
Cetakan pertama, Agustus 2015

🏚Blurb
Kematian seorang mucikari di kediaman Barkumkum, membuat orang-orang Ulakkungkung, sebuah kampung di utara Lubuklinggau, dengan riang-gembira menabalkan sebuah kutukan yang mengerikan bergeliat dalam kehidupan laki-laki itu.

Tanjungluka, sang anak, mati-matian mencari upaya untuk membebaskan diri dari kutukan, termasuk melepaskan ayahnya dari tuduhan sebagai pembunuh.

🏚Bercerita tentang seorang pemuda, yang berjuang membebaskan ayahnya dari tuduhan pelaku pembunuhan. Ia melalangbuana mencari kebenaran tentang kejadian yang menimpa ayahnya. Bahkan, Tanjung Luka mencurigai ibunya sendiri. Di awal cerita, buku ini begitu tenang, menceritakan suasana daerah Lubuklinggau yang sangat mempercayai tentang kutukan. Dibumbui dengan kisah cinta Tanjung Luka dan Maesaroh di RSJ tempat ayahnya dirawat. Tapi sampai di penghujung cerita, BOOM! ini adalah kisah yang sangat sadis. Pembunuhan dan penganiyaan😖, disertakan juga plot twist untuk pembaca. Dari awal membaca selalu dibuat penasaran tentang teka teki pembunuhan, sampai di akhir cerita pun seperti masih banyak pertanyaan yang ingin diketahui kelanjutannya. Rekomendasi untuk pecinta thriller karya Indonesia.

🏚Rate Pribadi ⭐️3,5
#tanjungluka #gramediapustakautama #oneweekonebook #reviewbuku #indonesiamembaca #bennyarnas
Profile Image for 沈沈.
737 reviews
September 27, 2021
Novel berlatar Melayu ini berkisah tentang perjalanan pencarian kebenaran di balik suatu peristiwa. Terasa sangat menarik. Cara penulis membuat alur, memaparkan isi cerita, bagiku keren banget. Novel ini tak henti membuatku bertanya-tanya bagaimana kelanjutannya, apa sih yang sebenarnya terjadi, dll. Kind of book i like. Memancing rasa penasaran, bikin nggak bosan. Ini novel Benny Arnas pertama yang aku baca dan membuatku jatuh hati dengan tulisan-tulisannya. Unik.

Dalam buku ini, ada banyak hal-hal disampaikan secara tersirat. Tentang kasih sayang seorang Ibu, bahwa Ibu mampu melakukan banyak hal demi anaknya. Tentang keluarga, perjuangan, kehidupan.

Ini memang bukan seperti novel remaja yang ringan untuk dibaca, tapi novel ini recommended banget untuk dibaca. Banyak hal-hal mengejutkan yang muncul dalam cerita. Pun, kau pasti akan terkejut dengan apa endingnya. Sama sekali unpredictable.

Pada akhir novel, ada sebuah kalimat penutup yang terasa seperti sebuah pukulan yang mengingatkan, bahwasanya jangan sampai apa-apa yang kita lakukan dalam hidup ini hanya sebuah kesia-siaan.

"Ia baru saja menyadari, selama ini telah menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, kedamaian serta ketenangan demi memperjuangkan sesuatu yang tidak semestinya diperjuangkan, yang tidak layak diperjuangkan. Dan ia tak lagi berani menyebutnya kutukan. Dalam hati, sekalipun."
Profile Image for Heru Prasetio.
210 reviews2 followers
March 19, 2021
“Tak harus kau hirau kata-kata orang. Di mana-mana, orang beribadah ingin masuk surga. Tapi apa salah kalau aku menggandengnya dengan tujuan lain—untuk menghapus kutukan, misalnya?” -Hlm. 222-

"Novel ini awalnya terbit secara bersambung (cerbung) di koran Sumatera Ekspres sepanjang tahun 2014 dengan judul yang sama. Novel sastra melayu ini mengandung muatan lokalitas padat mulai dari diksi, dialek, tempat, budaya dan istilah-istilah dalam bahasa Melayu. Sebagian besar aku tahu dan paham serta akrab dengan kehidupan sehari-hari. Plot tiap bab punya kekuatan masing-masing dan saling berhubungan layaknya mengikuti alur sebuah film kenamaan. Diawali dengan misteri, terus konflik, perenungan, cari jalan keluar dan jawaban atas pertanyaan dengan akhir yang 'membagongkan'. Karakter tokoh yang sulit ditebak, lecutan kemunafikan dan kejutan-kejutan liar nan lugas meluluhlantakkan emosi pembaca. Sangat rekomendasi lah!"
Profile Image for Yogi Pratama.
56 reviews
June 11, 2019
Kata siapa sastra melayu sulit dinikmati?

Kaya siapa?

Jelas tidak dalam buku ini, sebuh teka-teki misteri pembunuhan seorang mucikari yang diulas sedemikian menarik, alurnya tegas dibangun sampai klimaks, fakta-fakta cerita diungkap selapis demi selapis

Sedikit membingungkan karena banyak peran-peran yang muncul namun seperti lewat begitu saja! Namun jika kita fokus pada apa yang ingin dicari yaitu siapakah pembunuhnya maka keseruan yang akan timbul

Saya terhibur! Menunggu karya-karya serupa terbit
Profile Image for Yoyovochka.
308 reviews7 followers
July 19, 2024
Novel melayu yang underrated menurut saya. Ide ceritanya gila, awal-awal mungkin terkesan datar, tetapi seiring bab berhasil menghadirkan ketegangan tanpa berlebihan. Diksi yang digunakan sangat melayu. Tabiat-tabiat tokohnya yang mudah percaya mitos pun sangat melayu. Meski buat saya tidak ada pelintiran plot berarti, buku ini masih legit untuk dinikmati. Semoga semakin banyak orang yang membaca buku ini.
Profile Image for Fasiha.
23 reviews31 followers
August 26, 2020
Novel ini tak henti membuatku bertanya-tanya bagaimana kelanjutannya, apa sih yang sebenarnya terjadi, dll. Kind of book i like. Memancing rasa penasaran, bikin nggak bosan. Ini novel Benny Arnas pertama yang aku baca dan membuatku jatuh hati dengan tulisan-tulisannya. Unik.

Lebih lanjut: https://bit.ly/3jfKEEB
Profile Image for Lunar Angel.
79 reviews12 followers
August 25, 2019
sebenarya bku ini mempunyai alur cerita yang bagus namun saya kurang memahami sastra melayu yang membuat saya kurang memahami isi cerita. Namun kaget dengan semua kesia-sia an yg dibuat oleh Tanjung Luka
Profile Image for Karyaningsih.
4 reviews
January 27, 2021
Speechless! Liukan dan ketegangannya ambrol di endong! Tega banget ya penulisnya buat cerita yang meluluhlantakkan perjuangan membaca novel thriller rasa melayu ini. Gub job. Setelah baca Ethile, saya kini berburu buku Benny Arnaz!
Profile Image for Salma.
18 reviews1 follower
February 7, 2022
Dari pertama liat sinopsisnya langsung tertarik dan BOOM akhirnya diselesaikan dalam waktu setengah hari. Beneran bikin penasaran terus tiap chapternya, pokoknya batin terus "ini terus gimana, oh kayaknya bakalan ini." Dijamin ngga bakalan nyesel
Profile Image for Ares.
24 reviews2 followers
August 4, 2023
Wow, such a heavy ride membersamai Tanjungluka sebelum dia lahir sampai dia mengakhiri hidupnya.

Untuk sementara ini dulu, nanti diedit jika ingat karena masih memproses rentetan kejadiaannya.
Profile Image for Rima.
23 reviews1 follower
May 14, 2023
Sebuah cerita yang bisa dibilang Thriller dan diceritakan dengan luar biasa menarik, penulis menggambarkan kalimat demi kalimat dengan diksi yang sangat bagus dan buku ini termasuk dalam sastra melayu yag sangat khas dengan mitos-mitos yang sering terjadi di Indonesia, berlatar di tanah Sumatera. Konflik yang terjadi antar tokoh dalam keluarga yaitu Tanjung, Markonet dan Barkumkum di ceritakan dengan sangat mampu membuahkan rasa penasaran pembaca.
Profile Image for Septian Dhaniar.
28 reviews1 follower
March 13, 2017
Sebuah novel thriller yang kental rasa Melayu. Tanjungluka adalah sebuah karakter yang menarik sejak awal begitu pula ayah ibunya Barkumkum dan Markonet. Yang hebat dari novel ini adalah tiadanya sosok protagonis. Betul-betul asyik bagi saya.
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
March 17, 2023
"Siang-malam aku beribadah di masjid. Apakah kau tak menganggapnya sebagai langkah paling baik untuk kemaslahatan keluarga kita?"

"Jadi Ayah beribadah bukan untuk masuk surga, seperti yang orang-orang katakan?"

"Tak harus kau hirau kata-kata orang. Di mana-mana, orang beribadah yang ingin masuk surga. Tapi apa salah kalau aku menggandengnya dengan tujuan lain -untuk menghapus kutukan, misalnya?" Hal.222

Pembicaraan sengit itu dilakukan oleh Tanjungluka dengan ayahnya -Barkumkum. Itu saat-saat yang sulit bagi keduanya. Bagaimana tidak, saat itu (bisa dikatakan) keduanya dalam pelarian. Setelah setahun lebih ayahnya masuk RSJ imbas dari tuduhan sebagai pembunuh yang diterima ayahnya, Luka akhirnya dapat "mengeluarkan" sang Ayah dan mengajaknya melakukan perjalanan panjang menemui sang ibu -Markonet, demi mencari jawaban pasti apa yang sebetulnya terjadi di hari seorang muncikari mati di rumah mereka.

"Ketidakmujuran dalam ketidaktahuan adalah sekadar ketidakmujuran. Itu saja." Hal.4.

Kisah ini bermula di sebuah Kampung bernama Ulakkungkung saat Barkumkum dan Markonet bertemu dalam muara cinta (atau kutukan?). Markonet dikenal sebagai gadis yang bebal dan keras kepala. Ia juga dikenal dekat dengan beberapa pria. Sebelum bertemu dengan Barkumkum pun sebetulnya Markonet sudah menikah dengan pria lain. Namun pernikahan itu hanya bertahan sebulan sebab di malam pertama, keperawanannya sudah tidak ada.

"Walaupun banyak yang bilang aku dulunya gadis gatal atau semacamnya, tapi aku tahu bagaimana menjaga kemaluan!" Air mata Markonet berlinang. Hal.16.

Lalu dengan atas nama harga diri keluarga, hadirlah tawaran dari bapak-emaknya kepada Barkumkum, untuk menikahi anaknya yang dicampakkan mantan laki akibat dianggap tak perawan lagi itu.

Barkumkum yang memang sudah menaruh hati lama, namun kerjanya tak ada -sebab ia "hanya" seorang garin/marbot yang tahunya hanya beribadah, entah kerasukan apa akhirnya menerima tawaran untuk menikahi Markonet itu.

Tanjungluka lahir tak lama kemudian. Dan, sebagaimana kehidupan berjalan hingga kemudian Barkumkum ditangkap dan dituduh membunuh seorang germo, kehidupan keluarga ini tercerai. Luka meyakini ayahnya yang hanya tahu sembahyang-mengaji itu tak mungkin sampai hati membunuh orang.

Tak lama, Barkumkum menjadi gila dan harus diinapkan di rumah sakit jiwa yang jauh dari dusun. Markonet memilih pergi. Luka harus menghadapi segala sesuatunya sendirian (walaupun tetap dengan sangu pemberian ibunya). Dari seorang pengacara, petugas RSJ hingga Karimah, nenek tua tetangga mereka yang sepertinya juga menyimpan satu rahasia atas tragedi marinya muncikari itu.

Lalu apa yang sebetulnya benar-benar terjadi di keluarga ini? apakah benar mereka hidup dalam bayang-bayang kutukan?

* * *

Sebagaimana informasi yang disampaikan Bang Benny sebagai penulis di bagian akhir buku, Tanjung Luka mulanya adalah cerbung yang tayang di koran Sumatra Ekspress yang kemudian dipoles lagi oleh Bang Benny sehingga diterbitkan berbetuk buku.

Sebagai orang yang tinggal di Palembang, bisa jadi saya punya sedikit kelebihan saat membaca buku ini. Beberapa tempat yang disebutkan cukup familiar, pun saat Bang Benny memakai kata-kata dalam bahasa setempat saya lebih cepat menangkap walaupun di halaman-halaman lain tak jarang saya juga mengerenyit saat mendapati kata-kata yang -karena keterbatasan saya sebagai pembaca, asing dan tadinya hanya bisa saya reka-reka maknanya.

Tanjung Luka sudah hadir dengan nuansa gelap sejak awal. Namun, saya pribadi tak menyangka jika menjelang akhir tensi ketegangan para tokoh di novel ini akan semakin meningkat. Di beberapa bagian tertentu saya sampai merinding sejadi-jadinya saat mendapati betapa banyak rahasia yang disimpan oleh Luka, Barkumkum dan Markonet, termasuk juga tokoh-tokoh lain yang hadir sebagai bagian tak terpisahkan dari kisah keluarga terkutuk ini.

Dari sederet karya yang ditulis oleh Bang Benny, jujur saja, Tanjung Luka menjadi favorit saya sejauh ini. Dan, saya membayangkan jika Mouly Surya berminat mengangkat novel ini menjadi film, sepertinya hasilnya akan sangat menghentak.

Skor 9/10
Profile Image for Laras.
202 reviews10 followers
September 22, 2021
Keluarga Tanjungluka disebut terkutuk oleh orang kampungnya. Walaupun kutukan itu tak lebih dari sekadar gosip warga kampung, setelah bertahun-tahun hidup sebagai yang terkutuk, setelah setiap ketidakberuntungan disebut sebagai manifestasi kutukan, mau tidak mau, sadar tidak sadar, kutukan itu semacam jadi nyata, atau dibuat nyata oleh orang-orang yang terlibat. Ini seperti prinsip fake it till you make it; percayai, maka akan terjadi.

Perpaduan kekeraskepalaan dan kekerashatian Markonet, kemalasan untuk mengubah nasib dan kepasrahan berlebihan Barkumkum, dan tindakan terburu-buru tanpa mencari informasi lebih dulu dari Tanjungluka seperti bersatu mewujudkan kutukan itu bagi keluarga ini, dalam bentuknya yang paling epik. Bagi Tanjungluka, seolah ke mana pun ia lari, kutukan itu terus mengejarnya.
Profile Image for Surya Gemilang.
Author 11 books17 followers
March 8, 2016
Pertama-tama saya agak bingung kenapa judul novel ini "Tanjung Luka", bukan "Tanjungluka" sebagaimana nama sang tokoh utama. Tapi saya memutuskan untuk tak terlalu memikirkan perkara judul, karena isi dari novel ini sangat tidak biasa.

Kalau Anda bukan tipe orang yang suka membaca review , di sini saya akan langsung menyampaikan kesan utama dari novel ini: mengerikan, mengena, dan mengejutkan.

*

Bagi yang menyukai prosa berbau "budaya" dan "thriller" seperti saya, novel ini sangat layak dibaca. Sesungguhnya dari awal hingga akhir kita diputar-putarkan hanya di satu masalah utama: siapakah yang membunuh si Mucikari? Masalah-masalah sampingan: Barkumkum yang gila, Markonet dan Karimah yang menghilang, dan lain-lain (untuk lebih jelas, silakan baca novel ini).

Saya tak tahu apakah ini pantas disebut kelemahan:
Beberapa dialog terasa membosankan--karena panjang--tapi ternyata dialog tersebut, belakangan diketahui, sangatlah penting. Justru karena awalnya pembaca tak diberikan pertanda bahwa dialog panjang yang membosankan itu ternyata penting, timbullah rasa bosan. Tapi, efek positifnya, adalah "rasa terkejut yang luar biasa" ketika akhirnya kita mengetahui bahwa dialog yang membosankan itu ternyata penting. SEBETULNYA BISA DIBILANG INI ADALAH KELEMAHAN YANG MESTI DITEMPUH UNTUK MENCAPAI KELEBIHAN.
Profile Image for Skylar Alvins.
17 reviews5 followers
April 30, 2016
Another one I bought in a shopping spree at the book market, but this one has been in my mind for some time. Only after the storm had passed do I have the time and funds to pursue this one.

I am quite familiar with the works of Benny Arnas, in multiple senses (including the locale, especially here - surprisingly I have even visited some of the villages where the story takes place to the point that I even remember "the only musala in Binjai", and the others like Muarabeliti or Pulopanggung are at least oft-heard in daily conversations around me), such that it might also provide me some bias, but regardless of this fact, I can say I enjoyed the whole ride.

One doesn't really have to be a South Sumatran to get lost in the story. The vivid picture of its rural life in Musi Rawas, and depictions of the lesser-seen side of Palembang (the mental hospital was kind of at the outskirts), and its hidden conflicts, gives the story just about the perfect temperature to set in. I especially note the complexity of problems and conflicting emotions, motives, and thoughts driving the story forward. And no, this is not about romance. Rather, it will keep you guessing to the very end. Who was, indeed, guilty? Why? And if you are as fortunate as this old lady, it might also bring contemplation on the nature of mankind's actions, sane or otherwise.
Profile Image for Azfa.
294 reviews2 followers
December 27, 2024
Hmm sejujurnya ide ceritanya emang segar, ngangkat isu kebiasaan masyarakat yg minim pengetahuan sehingga masih mempercayai mitos terkait kutukan.

Awalnya aku sangat menikmati membacanya, tapi ketika menjumpai tokoh LGBT dalam cerita, rasanya pengen berhenti. Awalnya masih berpikir oh si penulis mau nyampaikan pesan ni kalau perilaku penyimpangan itu sangat tidak patut sbg manusia, tapi sampai hlm akhir aku nggak menangkap adanya penegasan ttng hal itu, cuma menjadikan si tokoh itu berani membunuh sesama botinya agar perasaannya diterima.

Setelah menjumpai hal itu di cerita, bacanya jadi ku cepatin gitu. Eh ternyata fakta menuju ending hingga halaman akhir lagi lagi menyebalkan. Paham sih di dunia nyata memang tentu ada jenis manusia yg lupa jadi manusia seperti di novel. Hal itu tercipta karena cemohan dan fitnah yg mereka dapat selama hidup.

Iya intinya aku mual sama perilaku manusia sepanjang membacanya.
Profile Image for Hertoto.
2 reviews4 followers
January 11, 2016
Benny Arnas begitu piawai merangkai kata, membangun cerita demi cerita. Membaca rangkaian kata di setiap babnya serasa tidak membaca sebuah novel namun seperti layaknya melihat kejadian demi kejadian dengan mata kepala kita sendiri. Begitu nyata.

Akhir yang tak terduga, agaknya juga merupakan nilai plus dari Novel ini.
Profile Image for Julie Septy.
16 reviews2 followers
March 17, 2016
Siapa yang membunuh Mami Berong?
Apakah Markonet? Atau Barkumkum?
Kenapa pula Nenek Karimah melarikan diri dan bersembunyi?
Apa benar semua itu terjadi karena kutukan?

Awal baca novel ini, saya ragu. Bisakah? Mampukah saya mencerna novel dengan loyalitas kental ini? Saya cenderung menghindari novel-novel berbau misteri yang berat. Tapi ternyata malah asik melahap novel ini hingga habis.
Profile Image for Choirul Rosi.
32 reviews1 follower
March 3, 2017
Novel yang sangat menyentuh. tema yang menarik. ending yang tidak terduga. sangat bagus cerita yang diangkat. perwatakan tokoh benar benar hidup.
Profile Image for Echi.
7 reviews
January 10, 2017
Novel yang telak endingnya menjungkirbalikkan semua dugaan gue di awal! Sukak!
Profile Image for N.  Jay.
241 reviews9 followers
April 4, 2017
seakan-akan berjalan di tegalan,sesekali takut terkena duri-duri dari ranting bambu,takut pecahan beling yang mungkin berserakan,namun tak bisa karena sudah terlanjur darah mengalir karena tergores. Itulah yang saya rasakan begitu memasuki bagian akhir,semua sia-sia,tak da gunanya tuduh-menuduh,semua sudah terjerumus.

Bagus sih,namun ada satu dua bagian yang terasa nggak,pada bagian susunan kalimat atau pun penggunaan kata bahasa melayu,kadang terasa pas,namun juga tidak,jika dibilang sastra,buku ini belum sampai segitunya.
Profile Image for Muhammad Ramadhan.
36 reviews6 followers
July 17, 2017
Tak percaya kalau akhirnya Tanjung Luka menjadi seorang pembunuh, bahkan tega membunuh orang terdekatnya seperti Barkumkum, ayahnya sendiri. Konflik bermula ketika Tanjung Luka mendapati ayahnya, Barkumkum digiring polisi atas tuduhan pembunuhan terhadap Mami Berong, seorang mucikari. Tanjung Luka yakin kalau ayahnya yang seorang garin masjid tidak mungkin tega membunuh manusia. Maka dimulailah perjalanan Tanjung Luka mencari ibunya, Markonet. Karena Markonet lah saksi kunci atas kasus yang menimpa ayahnya. Lalu mampukah Tanjung Luka menemukan Markonet dan membuktikan ayahnya tidak bersalah?

Membaca Tanjung Luka yang berlatar Lampung membuat saya seperti menelusuri daerah-daerah di Lampung yang namanya sangat asing bagi saya. Secara keseluruhan isi novel ini sangat bagus, banyak kejutan demi kejutan didalamnya.
Displaying 1 - 29 of 29 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.