Jump to ratings and reviews
Rate this book

Ayat-Ayat Cinta #2

Ayat-Ayat Cinta 2

Rate this book
Fahri, yang kini tinggal di Edinburgh dan bahkan menjadi dosen di University of Edinburgh, terpaksa menjalani ke hidupan sehari-harinya sendirian. Bersama dengan Paman Hulusi, asisten rumah tangganya yang berdarah Turki, ia meneruskan kehidupannya tanpa Aisha.

Terkadang Fahri masih saja menangis saat mengingat kenangan-kenangannya bersama Aisha. Kenyataan bahwa istri yang sangat dicintainya itu kini menghilang entah kemana, membuatnya nelangsa dan hampir putus asa. Maka ia menghabiskan hari-harinya dengan menenggelamkan diri dalam kesibukan pekerjaan, penelitian, mengajar, dan bisnis yang dulu dikelola berdua bersama Aisha.

Aisha menghilang dalam sebuah perjalanan ke Palestina bersama teman wanitanya saat ingin membuat cerita dan reportase tentang kehidupan di sana. Teman Aisha ditemukan dalam keadaan sudah kehilangan nyawa dan kondisi tubuh yang mengenaskan dan sangat mungkin kondisi Aisha juga sama meski tubuhnya belum ditemukan saat ini.

Sudah lebih dari dua tahun Fahri berduka dan tenggelam dalam usaha pencarian istri yang sanagat dicintainya itu. Ia pun pindah ke Edinburgh karena itulah kota yang sangat disukai Aisha di dataran Inggris. Dengan menyibukkan dirinya, ia berusaha menyingkirkan rasa sedihnya sekaligus memperbaiki citra Islam dan muslim di negeri dunia pertama itu. Ia berbuat baik pada tetangganya, menyebarkan ilmu agama pada berbagai pihak, dan membantu orang-orang yang butuh bantuannya tanpa memandang bulu.

Berbagai kegiatan menyibukkan dirinya, hingga sebuah pertanyaan mengusik datang dari berbagai pihak. Akankah ia membujang seumur hidup setelah ditinggal Aisha? Akankah ia bertemu dengan istrinya itu sekali lagi?

698 pages, Paperback

First published November 1, 2015

689 people are currently reading
7047 people want to read

About the author

Habiburrahman El-Shirazy

28 books1,353 followers
Kang Abik, demikian novelis ini biasa dipanggil, adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Karya-karya fiksinya dinilai kental nilai Islaminya dan mendorong semangat para pembacanya.

Selama di Kairo, kang Abik banyak menulis naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr.Yusuf Qardhawi yang berjudul ‘Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000).

Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP, 2005), Rihlah ilallah (Era Intermedia, 2004), dll. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004), dll.

Karya-karyanya:
Ayat-Ayat Cinta (2004)
Di Atas Sajadah Cinta (2004)
Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007)
Dalam Mihrab Cinta (2007)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
1,325 (51%)
4 stars
631 (24%)
3 stars
325 (12%)
2 stars
151 (5%)
1 star
124 (4%)
Displaying 1 - 30 of 230 reviews
Profile Image for Ginan Aulia Rahman.
221 reviews23 followers
April 17, 2016
catatan saya untuk novel ini

1. Fahri terlalu sempurna. bahkan kesalahan Fahri membuat dia sempurna. Tokoh macam begini seperti mustahil. Akademisi sukses terus pengusaha juga. padahal hidup ini pengorbanan dan ada opportunity cost. Di kehidupan nyata, Steve Jobs dan Bill Gates aja mau usaha mesti ngorbanin kuliah. ulama jaman dulu pun untuk nyari ilmu mesti mengorbankan kehidupan sosial dan bisnis. tapi rajin dan tekunnya Fahri bisa dijadikan pelajaran.

2. Hampir semua tokoh di novel ini pernah 'air matanya meleleh'. Si Baruch doang yang engga. Banyak juga kalimat 'matanya berkaca-kaca'. menurut saya terlalu banyak. Sayangnya saya tidak ikut terbawa berkaca-kaca atau memeleh air mata. jadinya aneh gitu. seperti waktu ngeliat semua orang nangis tapi kita bingung karena ga terbawa suasana. 'ini kenapa hey pada nangis?'

3. Tokoh di novel ini bicaranya panjang-panjang. Fahri bisa sampai 4 halaman dialog dia doang. gak ada gitu yang konsisten tokohnya bicara pendek-pendek aja? Di kehidupan sehari-hari, omongan kita tidak sepanjang di novel ini. saya jadi heran.

4. Kisah cintanya begitu.... apa ya? khas Habiburahman. Semua perempuan di novel ini cantik. Kalau ini di-filmkan kita mesti siap-siap punya ustadzah dan seleb instagram baru. Novel-novel dan film adaptasi Kang Abik ini membuat kita susah cari jodoh. Standar kita jadi terlalu tinggi. Kalau cari suami mesti seperti Fahri atau Azzam, sekolahnya di luar negri, sukses akademis dan bisnis. Kalau mau cari istri mesti seperti Aisha, Anna, dll. di bayangan kita ada Rianti Catwright, Oki Setiana Dwi, dll. Persoalan nikah jadi runyam dan sukar

5. kalau soal detil. Kang Abik emang jago. Risetnya bagus untuk nulis novel ini. tapi sayangnya detil itu terdapat nama tempat dan makanan aja. jadi tak terbayang gambar Edinburgh seperti apa. pembaca seperti saya sangat lemah mengingat nama dan sulit mengembangkan imajinasi dari modal nama tempat saja.
Profile Image for Rifani Magrissa.
129 reviews6 followers
August 20, 2016
Done! Saya akui novel ini sungguh fenomenal dan masuk dalam kategori 'berat'. Kenapa? Saya menganggap setiap hal yang diperbincangkan mengenai suatu agama merupakan hal yang sakral,dan harus dipahami baik-baik. Hampir separuh dari buku ini bercerita tentang islam kontemporer, dan pada bab-bab akhir disuguhkan dengan kehidupan rumah tangga Fahri, termasuk dengan 'ditemukan' nya Aisha.

Anehnya, saya justru bertahan dengan membaca pelan-pelan dibagian awal, namun entah kenapa di akhir-akhir justru 'membaca cepat' yang menurut saya tidak begitu berpengaruh jika saya membalik halaman dengan cepat. Lalu, saya menemukan beberapa pembaca berpendapat sosok Fahri terlalu sempurna, bahkan secara realistis satu banding sekian akan ditemukan. Tetapi, saya paham tujuan penulis, yaitu menghadirkan tokoh yang nantinya memberi pengaruh terhadap pembaca, baik tentang pemikirannya maupun tentang agamanya.

Jika ditanya, pada bagian mana saya paling suka dalam novel ini, maka jawabannya mengenai nenek Catarina. Meskipun beliau seorang Yahudi taat, bahkan diakhir hayatnya tetap memegang sumpah, entah kenapa saya tidak pernah sedikitpun membalik halaman jika itu mengenai nenek Catarina. Lalu bagaimana dengan kisah yang lain? Tentang Brenda, Jason, Keira, Misbah, ataupun Paman Hulusi serta Hulya? Masing-masing dari mereka punya cerita tersendiri yang poinnya memberikan pemahaman tersendiri bagi saya. Bagian akhir, bagaimanapun antara Fahri dan Aisha sungguh kisah yang menakjubkan.

Jika ditanya sudah berapa buku non-fiksi tentang agama yang saya selesaikan? Maka saya akan tertunduk malu. Saya lebih sering membaca buku fiksi, karena bagi saya melalui cerita, melalui pengalaman pesan moral itu dapat tersampaikan. Setiap menyudahi satu buku fiksi, maka terus terang saya selalu bertanya-tanya 'apa yang dapat saya ambil dari buku ini?'. Bagaimanapun harus ada, baik itu tingkah laku maupun pemahamana, jika tidak maka saya telah membuang waktu dengan percuma. Dan, sosok Fahri memang menginspirasi saya, tentang kebiasaannya, kerja kerasnya, ataupun kesantunannya. Walaupun dia adalah tokoh fiksi, namun saya percaya penulis mengharapkan hadirnya tokoh nyata nan sebenarnya.

Ah saya senang dipinjami novel ini. Terimakasih Nadia^^
Profile Image for Nor.
Author 9 books105 followers
March 28, 2020
Membaca buku Kang Abik sentiasa membuat diri bagai ditarik-tarik untuk tetap membacanya hingga selesai. Gaya bahasanya yang sangat menarik, kandungan ilmunya yang padat dan sarat, penguasaan latar tempat yang kemas membuatkan buku tebal ini tidak terasa berat untuk diselesaikan.

Membaca buku Kang Abik membuatkan diri rasa terlalu banyak kekurangan, lantaran disogokkan dengan cadangan bacaan lain yang dilihat perlu juga dikuasai untuk menjadi seorang Muslim yang boleh bermanfaat kepada ummat.

Membaca buku Kang Abik membuatkan saya rasa terlalu ingin melawati semua tempat-tempat yang disebutkan dalam novel ini kerana penjelasannya yang sangat teliti, satu persatu dan terlihat sangat menarik untuk dikunjungi.

Ada lagi senarainya yang panjang untuk dituliskan, membuatkan saya merasa kagum dengan penulis ini.

Allahuakbar, Subhanallah sedangkan makhluknya dilihat hebat, betapa Khaliqnya Maha Hebat dengan setiap kejadian yang Dia ciptakan.
19 reviews
February 26, 2016

Ayat-Ayat Cinta 2 by Habiburrahman El-Shirazy

Novelis nomor satu Indonesia dengan karya-karya sastra Islami fenomenalnya yaitu Habiburrahman El-Shirazy atau yang lebih dikenal dengan Kang Abik kembali menciptakan karya satra terbaiknya yang merupakan lanjutan dari karya sastra sebelumnya yakni Ayat-Ayat Cinta 2.

“Fahri lalu mengirim doa untuk Maria. Kemudian terisak-isak mengingat Aisha.” Merupakan salah satu penggalan dalam novel dengan 690 halaman dan berlatar sampul coklat muda ini, yang akan menjadi pembuka kisah lanjutan kehidupan cinta Fahri dan Aisha yang mengalami suatu hal yang tak pernah dibayangkan oleh mereka sebelumnya.

Novel kedua ini dibuka dengan Fahri yang menjadi asisten dosen sekaligus peneliti untuk menyelesaikan post doctoral-nya di salah satu universitas di Inggris. Tinggal di kota yang indah dan hidup berkecukupan ternyata tidak membuat hati Fahri tenang dan damai seutuhnya, bak merpati kehilangan sebelah sayapnya, tidak bisa terbang dan selalu larut dalam kegundahan, hal itulah yang ia rasakan saat ini. Yaitu semenjak hilangnya sang kekasih hati tercinta, Aisha beberapa tahun yang lalu.

Hidup di negara minoritas Islam membuat Fahri mendapatkan ujian dan cobaan, dianggap sebagai teroris karena seorang muslim, perlakuan diskriminasi, diperlakukan dengan tidak adil, menjadikan ujian iman bagi Fahri untuk menjadi insan yang lebih baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sebagai agama cinta kedamaian dan penuh kasih sayang.

Dengan kualitas diri yang dimiliki Fahri yaitu pintar, shaleh, baik, dan ramah, tentunya menghadirkan banyak pertanyaan dari orang sekitar perihal dirinya belum menikah lagi. Sejujurnya, tidak sedikit wanita yang dikenalnya di negeri ini yang mampu memberikan kesan tersendiri bagi dirinya, mulai dari Heba gadis cantik berwajah Arab anak salah satu Ustadz di masjid kampusnya, Keira yang merupakan salah satu tetangganya, mahir bermain biola seperti halnya Aisha namun sangat membenci Islam dikarenakan masa lalunya, dan Hulya gadis yang cantik parasnya dan bagus agamanya yang dalam satu dan lain hal mengigatkan Fahri akan istri tercintanya, Aisha. Dari sekian banyak gadis yang ia kenal, dia pun bertemu dengan sosok wanita yang mampu membuat hatinya berdesir, terlebih membuatnya rindu akan betapa berkah dan bahagianya jika memiliki pendamping hidup seperti beberapa tahun yang lalu. Namun dalam hati yang terdalam masih terbersit rasa untuk tetap setia hanya kepada Aisha, tapi sampai kapan? apakah Aisha juga merasakan hal yang sama dengan dirinya? Dan sampai kapan dia harus menanggung rasa sakit ini?

Novel ini lebih tebal dibanding dengan novel pertamanya dan alur cerita yang dipaparkan merupakan lanjutan kisah percintaan Fahri dan Aisha yang penuh dengan cobaan dan ujian baik yang datang dari dalam maupun dari luar.

Secara subjektif, gaya bahasa yang digunakan Kang Abik pun hampir sama dengan novel beliau lainnya yang penuh dengan wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Islam. Dari segi penokohan, tokoh utama pria merupakan pria yang hampir bisa dikatakan sempurna, baik secara materi, tingkah laku dan agama, sangat minim cela, yang menjadikan tokoh ini terkesan seperti malaikat, sedangkan tokoh perempuan digambarkan dengan watak-watak yang lebih real dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan dengan akhir cerita yang unpredictable memberikan efek candu untuk mengetahui bagaimana kehidupan sang tokoh utama sampai novel ini berakhir.

Pengambilan latar tempat di Inggris pun, yang merupakan negara dengan kesan liberal, intelek, dengan minoritas Islam, menjadikan novel ini lebih menarik lagi karena memberikan gambaran dari upaya tokoh utama dalam mempertahankan imannya dan perjuangannya menegakkan Islam di negara barat ini.

Sebagai poin akhir, perpaduan antara kisah cinta islami dengan sejarah Islam yang diceritakan secara menarik dan tak membosankan, penggambaran setting lokasi yaitu Inggris, dengan kota-kota indahnya yang disajikan secara apik, dan konten-konten berkualitas, cerdas, dan menyentuh yang menunjukkan indahnya Islam, toleransi beragama, dan persaudaraan menjadikan novel ini layak untuk mendapatkan tempat tersendiri bagi penikmat novel tanah air yang haus akan kisah sastra Islami yang cerdas dan berbobot.
Profile Image for Lee.
254 reviews46 followers
March 7, 2016
Ayat-ayat Cin.....TSAAAAAAH!!!

Sama dengan AAC yang pertama, saya baca cerita ini dari sejak masih berupa cerbung di koran Republika. Dari yang awalnya cuman sekali seminggu (kalo ga salah), sampai jadinya setiap hari--sampai sekarang (waktu review ini dibuat) juga masih belum selesai.
Tapi, meskipun cuman sedikit-sedikit seperti itu, sudah kelihatan kalau gaya si penulis masih sama dengan yang di buku pertama. Malahan, kalau tidak ada angka 2 yang besar di judulnya, saya kira ini terbitan ulang AAC yang pertama.

**Oh ya, kemungkinan besar review ini penuh dengan detil yang salah, kalo begitu ya maafkan sebelumnya, tapi saya gak minat untuk memperbaiki, karena berarti mengecek ulang buku ini yang.. ugh.**

Ya begitu, AAC 2 adalah gaya nulis yang masih sama, karakter para protagonis yang oh-so-super-duper sempurna, isu yang bisa dibilang masih sama, tapi dengan setting tempat yang berbeda. Kang Abik rapi kalau nulis detil--dalam artian nama orang, tempat, nama makanan, dll.--meski ada yang bikin meringis, dan saya anggap ga perlu (penyiksaan di penjara? harus sevulgar itukah menggambarkannya?!). Tapi meski review saya akan si penulisnya juga masih sama, reaksi saya ga sama, saya kesel karena ga ada perubahan atau perbaikan dari buku pertama, terutama dari karakternya yang terlalu sempurna tapi gak bisa disukai.

Dan akhir ceritanya, oh akhir ceritanya...



Profile Image for fayza R.
227 reviews56 followers
November 30, 2016
*duh capek baru keliling2 Skotlandia dan sekitar Britania Raya hhhh*

edited jadi 2 bintang ajaaa hehe
kalau bukan karena dapet bbrpa potong ilmu fiqh baru mungkin 1 bintang *jahat*, karena tebel banget dan minim konflik hwhw

apa ya ?
yang ga akan ngamuk dikasih spoiler mangga dibuka aja spoilernya hhh



Fahri nya terlalu malaikat. Sabina nya juga. Meskipun nggak semalaikat AAC 1 tapi ttep aja malaikat. Bukan malaikat sih, tapi memang seharusnya seperti itu muslim bertindak, tapi asa too perfect hehehehe. Sebenernya belum dapet ini konflik puncaknya dimana, karena menurut sy pribadi konfliknya semuanya setara (konflik cameo (?)) , alias nggak ada konflik utama sbg konflik puncak yang bikin nunggu2 gimana penyelesaiannya seperti apa, kecuali konflik mencari pengganti Aisha wkwkw.


Udah itu aja, bisi spoiler aku mah orangnya, baca aja sendiri haha.
Profile Image for Tika W.
75 reviews7 followers
August 3, 2017
Yes, tokoh Fahri lagi-lagi too good to be true. Terlalu banyak detail yang nggak perlu sehingga terasa sangat menggurui pembacanya. Karena novelnya lebih tebal dari kitab suci, tak jarang saya lewati 2-5 halaman ketika Fahri maupun penulis mulai menggurui, dan ternyata saya nggak rugi. Yah mungkin maksud penulis bikin novel sambil dakwah, tapi ini lebih mirip buku agama tapi pakai tokoh fiksi. Apalagi dari awal sampai akhir emosi yang dihadirkan melankoli melulu, justru bikin bosan. Mudah2an saja eksekusi filmnya bisa mengobati kekecewaan..
Profile Image for A.A. Muizz.
224 reviews21 followers
January 27, 2016
Secara kisah, nggak ada yang wow. Fahri terlalu sempurna dan menguasai karakter 'hero' dalam cerita. Siapa sosok Sabina pun sudah terbaca sejak awal, jadi nggak ada kejutan. Jadi, kurasa penjelasan Sabina di ending juga nggak perlu banget, pun ending-nya Keira yang terlalu bertele-tele.

Empat bintang untuk pelajaran dan hikmah yang bertebaran di novel ini. :)
1 review12 followers
January 7, 2016
Subhanallah, sungguh novel yang banyak sekali pembelajarannya.
Banyak sekali kutipan-kutipan ayat-ayat suci Al-Qurán dan Al-Hadist yang dapat lebih dipahami makanya. Menyajikan cara pandang dunia tentang islam.

Saya ngga' bakal nyangka juga kisah fahri dan aisyah bakalan berlajut seperti ini, sungguh sebuah kisah cinta yang begitu indah. Kali ini kesabaran dan kebesaran hati aisyah lagi-lagi membuat saya tercengang dan sungguh kembali mengangumi karakternya, zaman sekarang mungkin akan sanggat sulit dijumpai wanita yang memiliki kebesaran hati sepertinya, termasuk saya :v. Endingnya sungguh indah.

"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima Taubat".

p.s.:
Sebenarnya dari sudut pandang saya pribadi sebagai wanita, wanita mana yang mau membagi kasih sayang suaminya tecinta kepada wanita lain? wanita mana yang sanggup menahan perih dan sesaknya hati yang dibagi? sungguh dusta yang paling nyata jika ada wanita yang ikhlas mengizinkan wanita lain untuk membagikan cinta suaminya kepada wanita itu. Kisah cinta seperti ini terlalu menyayat hati dan menyesakkan, setidaknya mungkin saya akan memberikan bintang 5 jika sampai akhirnya fahri tidak menikah lagi. oh aisyah, mengapa kau harus selalu membagikan cinta kekasih mu kepada wanita lain?
saya harap kelak cinta fahri kepada aisyah takkan terbagi lagi. cukup sampai disini penderitaan aisyah. tidak. mungkin selamanya aisyah akan selalu merasakan penderitaan seumur hidupnya. mendapatkan amanah memiliki wajah wanita itu selamanya? jangan bercanda!!!
Profile Image for Aziz Ardiantono.
11 reviews2 followers
December 24, 2015
Pas tau kalau ayat - ayat cinta dibuat serialnya tentu saya langsung penasaran dan order.
Buku keduanya jauh lebih tebal dibanding buku pertamanya hampir dua kali lipatnya.

Masih cukup banyak typo dan salah ketik di buku ini. Mungkin karena buku ini terlalu tebal, sehingga mas/mbak editornya luput di beberapa bagian.

Dari segi cerita sangat menarik, penggambaran suasana bertetangga dalam suatu komplek kecil dengan segala dinamikanya sangat terasa.
Mungkin hanya saya yang meragukan apakah sosok seorang Fahri itu bisa benar-benar ada di dunia nyata. Terlalu banyak kegiatan Fahri sampai rasanya waktu 24 Jam itu kurang.
Jason, Keira, Nenek Catarina, Ju Se, Agnina, AFO butik dan kegiatan lainnya benar-benar luar biasa Fahri bisa menangani itu semua.

Di Dalam buku ini entah kenapa saya justru tidak tertarik dengan deskripsi utama buku ini yang seperti mengarahkan kita untuk memikirkan Fahri dan Aisha. Kang Abik memberikan terlalu jelas tanda tanda tentangnya hingga saya sama sekali tidak terkejut untuk membaca endingnya.

Saya justru tertarik dengan kisah Keira, Jason, Nenek Catarina dan Brenda. Overall sangat layak untuk dibaca, banyak ilmu dan pemahaman baru yang bisa didapat.. :D
Profile Image for Hana.
1 review2 followers
February 13, 2017
Menurut saya novel ini seperti penebar virus-virus kebaikan. Novel ini mampu membawa saya terbawa arus dengan deskripsi yang detail -khas kang abik- dan juga ceritanya mampu menjawab permasalahan dan keraguan yang ada di masyarakat dengan bahasa yang gamblang namun tidak terkesan menggurui. Ada banyak pelajaran kehidupan yang bisa dipetik, terutama bagi seorang muslim. Membaca novel ini benar-benar menyajikan paket komplit. Meski saya merasa bagian akhirnya sedikit terburu-buru, namun novel ini sangat worth it untuk dibaca.

p.s. Terdapat cukup banyak typo. Cukup kaget ketika saya menemukannya di tulisan penulis sekaliber kang abik, apalagi yang saya baca sudah cetakan kelima. Saya tau ini bukan kesalahan fatal dan maknanya masih bisa dicerdasi, namun menurut saya secara personal hal itu cukup mengganggu. Typo bisa mengurangi excitment terhadap cerita itu sendiri.
Profile Image for Ummi Maya.
68 reviews
Read
January 11, 2016
Buku pertama yang selesai di tahun 2016 ini. WOW buku yang sungguh luar biasa, walau tidak sampai membuat saya menangis tapi gerimis itu menetes terus laksana hujan di dalam dada ini. dan saya harap cahaya hidayah ini mau terus ada menyirami hati yang sedang meradang.
Dibuka dengan keadaan Fahri yang sendiri, membuat saya semakin panasaran, karena baru di bab ke 4 atau lebih tepatnya setelah kedatangan Misbah baru jelas di mana keberadaan Aisya. Semakin di baca semakin seru petualangan Fahri yang mendidik seseorang yang berbuat jahat padanya dengan membalas sebuah kebaikan. contoh yang luar biasa untuk saya amalkan.
Semakin banyak halaman yang saya baca semakin asyik, apalagi debat Fahri di Oxford sangat luar biasa gaya tutur katanya.
walau ada sedikit salah tulis di beberapa halaman dan terkadang ada kata yang tidak pas penempatannya menurut saya, tapi secara keseluruhan isi buku ini sangat berbobot sekali melebihi banyak halamannya.
Buku pembuka tahun ini yang sangat inspiratif. selamat untuk Kang Abik, di tunggu buku selanjutnya.
Profile Image for Nadhirah Ghani.
Author 4 books18 followers
May 18, 2017
Saya menyukai segala informasi yang diberikan oleh penulis. Sangat baik penyampaiannya.

Pada awalnya ingin saya beri 5 ⭐️ kerana gaya bahasa dan penyampaiannya yang bagus. Namun saya tolak satu ⭐️ kerana saya boleh mengagak penceritaannya malah pengakhirannya. Bukan tidak bersetuju namun ia mungkin agak mustahil untuk menganggapkan ia boleh terjadi dalam kehidupan sebenar. Terlalu baik? Atau mungkin saya yang terlalu inginkannya berakhir dengan lebih tragis? Atau mungkin watak utamanya Fahri terlalu baik hinggakan pastinya tidak wujud dalam alam nyata. Malah mungkin kehidupan Fahri nampak terlalu dilimpahkan dengan segala harta malah dikelilingi gadis-gadis yang baik? Tapi saya suka dengan info-info lain yang cuba diketengahkan oleh penulis. Banyak juga yang saya tidak ketahui mengenai perihal islamik ini. Alhamdulillah juga saya diperketemukan dengan buku ini.

Moga buku ini memberi manfaat pada pembaca yang lain. :)
Profile Image for Qayiem Razali.
886 reviews84 followers
April 26, 2016
54
Kali ini penulis membawa kita mengenal sisi hidup Fahri di negara barat. Bukan lagi di tanah Mesir. Lebih menarik, kali ini Fahri sendiri. Aisha? Hilang tidak tahu punca. Buatkan Fahri sering merindui isterinya itu dalam diam.

Kali ini, Fahri menerima ancaman dari segi mereka-mereka yang anti-Islam. Terdiri dari Keira, Jason dan Puan Janet serta Baruch. Juga perdebatan antara profesor tersohor yang mencantas tentang kesucian Islam. Namun, yang namanya Fahri takkan pernah balas dengan negatif. Sebaliknya, setiap serangan itu dia hadapi dengan penuh sabar bersama hujah2 yang mengasyikkan.

Secara keseluruhannya, naskhah kali ini sedikit baik dari sebelumnya. Cumanya... Bila penulis terlalu "menyempurnakan" Fahri buatkan saya kurang gemar. Kadang terfikir, memang wujud ke orang terlalu sempurna macam ni?
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
May 3, 2016
EDITED : 3 Mei 2016

Pada akhirnya saya merasa karakter Fahri terlalu too good too be true dan lagi-lagi dibuat terlalu sempurna sehingga saya merasa kurang realistis saja ceritanya. Rasanya Bintang untuk buku ini cukup sampai 2,3 dari 5 bintang! saja.

==============================================
** Books 306 - 2015 **

3,3 dari 5 bintang!

Tadinya mau ngasi 3,8 bintang tapi ada beberapa alasan yang membuat saya cukup berpuas diri memberikan buku ini 3,3 bintang.. review to be continued XD
Profile Image for Ku Nurasyiqin.
51 reviews16 followers
December 26, 2017
Buku ini merupakan bacaan yang telah tertangguh lama. Bagi saya, sosok Fahri yang terlihat pintar, kaya dan beriman itu tidak realistik. Kang Abik telah melakukan background research yang sangat baik berkenaan latar tempat dan perincian konsep-konsep yang digunakan. Namun saya masih mengharapkan sebuah novel yang mampu melangkaui skop percintaan di zaman kosmopolitan juga pergulatan dalaman seorang perempuan yang berlegar sekitar dilema untuk memenuhi kepuasan suami. Salah satu sebab mengapa saya lebih menggemari genre non-fiction.
Profile Image for sajida.
85 reviews4 followers
October 11, 2017
Saya mengambil masa yang agak lama juga untuk menghabiskan novel 1000 mukasurat ini. Alhamdulillah berjaya habiskan walaupun sejujurnya ada beberapa bahagian yang saya skip untuk baca, iaitu bahagian-bahagian Fahri berdebat atau berdiskusi secara ilmiah. Saya amat musykil mahu tahu apa yang terjadi kepada Aisha, kerana itu saya agak terganggu jika terlalu banyak diskusi ilmiah yang perlu dibaca. Maaf Kang Abik. Tapi diskusi itu semua sememangnya terlalu hebat serta sangat informatif, cuma saya yang memilih untuk skip ketika proses pembacaan.

Perasaan ketika membaca novel ini? Sudah tentu amat bercampur baur, namun yang paling banyak adalah rasa sayu. Sayu saat Fahri rindukan Aisha dan terluka hatinya tatkala tidak mengetahui apa yang terjadi kepada buah hatinya Aisha. Juga terbit rasa kagum dengan Fahri, yang mencuba sehabis baik untuk berdakwah menggunakan akhlak yang mulia, dengan cara membalas kejahatan dengan kebaikan demi kebaikan. Namun tertanya juga, apakah benar-benar wujud insan yang terlalu sempurna seperti Fahri?

Antara perkara lain yang amat menggembirakan hati saya ketika membaca novel ini ialah latar belakang kisahnya; iaitu di Scotland. Negara yang amat dekat di hati saya kerana di situlah saya dilahirkan. Membaca cerita yang dipetik satu persatu tempat di negara itu, benar-benar terasa nostalgik meski saya tidak lama berada di sana, malah masih terlalu kecil untuk mengingati setiap momen istimewa.

Jalan cerita novel ini, saya rasakan cukup teratur. Cerita satu persatu diselitkan, watak demi watak diperkenalkan dan tidak sukar untuk difahami jalan penceritaannya. Terlalu banyak tanda tanya yang menyebabkan tangan ini tidak mampu berhenti dari membelek helaian demi helaian sehingga saya temui jawapannya. Terlalu ramai wanita baik dan cantik yang muncul di sepanjang cerita namun bagaimanakah akhirnya penghujung kisah Fahri dengan wanita yang dihadirkan dalam hidupnya? Dan di mana sebenarnya Aisha?

Apapun, antara mutiara berharga yang dipelajari dari kisah Ayat-ayat Cinta kali ni ialah;

1) cinta yang kuat kepada seseorang mampu memberi kita kekuatan untuk meneruskan perjuangan

2) benarlah bahawa akhlak yang mulia itu melebihi segalanya

3) kesucian diri ternyata lebih penting dari paras rupa yang hanya sementara

4) bahagia itu ada, carilah dalam diri kita, minta dari Dia

5) Betapa besarnya pengorbanan mereka yang mempertaruhkan nyawa demi menjaga agama

6) Aisha, Hulya, Sabina.... daku ingin jadi seperti kalian!
Profile Image for ade.
274 reviews16 followers
December 27, 2017
AAC 2 masih berkisah tentang Fahri sang idola wanita semua orang. Seorang pria yang begitu sempurna untuk kondisi kehidupan dunia saat ini. Namun, AAC 2 tidak hanya berputar-putar pada kisah cinta fahri, ada yang lebih luas dari itu. Saya kagum bagaimana novel ini membuka mata saya, melalui pengetahuan-pengetahuan akan islam dan agama lain yang tertuang pada setiap bab nya. Kita diajak untuk memahami konflik abadi antara yahudi dan moslem. Kita diajak untuk meningkatkan sisi kemanusian kita. Dan semua dikisahkan nyaris begitu detail, tak heran novel ini menghabiskan 698 halaman untuk menyelesaikan seluruh kisahnya.

--FULL REVIEW ON MY BLOG--
Profile Image for Linda Satibi.
38 reviews39 followers
July 31, 2016
Mungkin saya termasuk telat ya, baca buku ini. Belinya sih dari Februari, tapi baru sempet baca kemarin.
Saya nggak bakal protes sama kesempurnaan Fahri. Sah-sah aja lah penulis memberikan karakter seperti apa pun pada tokohnya. Dan itu memang pesan dari Kang Abik, bahwa demikianlah seorang muslim. Sebisa mungkin kita ambil positifnya aja dari Fahri, nggak usah berpikir kalau Fahri terlalu dewa, terlalu sempurna. Diteladani aja sikap dan perilakunya yang bisa kita terapkan sesuai kemampuan kita. Memang Fahri itu tokoh khayalannya Kang Abik. Jadi ya mungkin Kang Abik berharap pembaca bisa mendekati sifat dan sikap Fahri, artinya mendekati sempurna.
Bagi yang pingin menikmati sisi fiksi dari novel ini, kayaknya bakal kecewa deh. Soalnya nggak dapet banget. Romance-nya apalagi. Duh, mainstream, gampang ketebak.
Tapi yang lagi haus siraman keislaman, wah tercerahkan banget. Kayak saya. Banyak hal yang menyadarkan saya akan posisi keislaman saya. Wawasan tentang pengetahuan Islam pun banyak bertambah dari novel ini.
Dan yang paling patut diacungi jempol adalah kepiawaian Kang Abik dalam deskripsi setting. Wuih juara banget. Bener-bener detil. Belum lagi tentang makanan yang berasal dari berbagai negara.. hmm.. nampak lezatos.. makanya buat yang lagi puasa tidak disarankan baca novel ini, nanti aja pas udah buka.. :D
Jadi, kalau mau baca novel ini diniatkan mau belajar aja. Karena memang banyak pelajaran di sana. Dalam dialog maupun narasinya. Memang terasa panjang-panjang, tapi dinikmati aja lah, supaya ilmunya jadi nggak sia-sia. Jangan di-skip-skip. Sayang kan, ilmu dilewatkan begitu aja.
Saya sih pingin bilang makasih sama Kang Abik, karena banyak hal yang membuka mata dan pikiran saya setelah baca novel ini.
Dan saya yakin Kang Abik nggak bakal kecewa, kalau novelnya ini ternyata nanti nggak dapet award sebagai Fiksi Dewasa Terbaik. Memang kurang cocok sih, menurut saya.
Profile Image for nur'aini  tri wahyuni.
894 reviews30 followers
April 18, 2016
pertama, ini buku ga diedit dulu, ya? langsung copy dari cerbung korannya atau gimana? kok ga enak banget susunan percakapannya, ga bisa bedain sapa yg lagi ngomong kalo ga pelanpelan, jadi bikin pembaca melompati bagian yg menurut mereka ga penting.

suka dengan keilmuan kang abik memaparkan debat terbuka, dan segala informasi yg berguna di dalamnya. memberi nasihat tentang bagaimana menjadi muslim yang baik.

benar, Fahri terlalu sempurna. seperti tidak ada cela nya. meskipun saya yakin ada seseorang di dunia ini yang seperti beliau, cerdas dan berakhlak mulia, tapi Fahri centric ini agak mengganggu.

trus, suka dengan Sabina. udah ngeh siapa dia sebenarnya sejak awal tinggal bersama Fahri. dan kisah asmaranya rada nganu, sih, yaa, soalnya kalau memang Fahri secinta itu dengan Aisha seperti kalimatkalimat puitis di novel ini setiap Fahri inget istrinya, ga mungkin dia sebuta itu dengan kenyataan yang ada di depannya. jadi, yaa, mungkin Fahri memang ga secinta itu. iya, kan, Fahri?

buat yg sangat anti poligami, sebenernya novel ini menjelaskan (meskipun tersamar) kenapa lakilaki boleh dan bisa mempunyai lebih dari satu istri, tapi sekaligus bisa membuat makin anti dengan poligami, IMHO.
Profile Image for Mia.
10 reviews
July 10, 2016
Yang belum baca bukunya, jangan baca ini ya :p

Segi dakwah wokeh, memberi contoh kerja keras wokeh...tp Fahri tiap hari kurang tidur gara2 begadang kerja & ngejar shalat tahajud kok gak sakit, ya? Hebat pisan euy, padahal gak diceritakan Fahri rajin olah raga atau doping suplemen. Selain itu ketebak banget dari awal kalau Sabina itu ternyata Aisha...

Dalam rentang waktu satu bulan dalam cerita edun pisan, banyak banget kejadiannya. Kurang dari satu bulan (atau satu minggu ya?...maaf bacanya gak detail hehehe) Keira & Hulya dah gape main biola hingga bisa menang lomba di Cremona. Memang sih, digambarkan dua2nya berbakat....tapi entah bagaimana rasanya kok maksa.

Kesan utama saya sama tokoh utama...Fahri si SuperBegawan :D

Ciri khas kang Abik, dari beberapa novel yang saya baca, hobi banget membuat mati tokoh pembantu yang ada dinovelnya sebagai penyelesaian. Maria, Hulya (AAC 1,2), kang Rahmad (Cinta Suci Zahrana), Linor (Bumi Cinta). Sekali2 tokoh utamanya aja atuh yang mati sekalian... biar beda (^_^)

Buku2nya kang Abik ternyata guilty pleasure saya...ahahaha. Dikritik abis-abisan tapi dibaca juga sampai selesai dan yang dibaca gak cuman satu judul gwihihihihi....
Profile Image for Badrikudos.
1 review4 followers
October 6, 2016
Novel2 kang abik memang selalu luar biasa. Bukan saja penceritaan dan laras bahasa yang indah, tapi isi, pengajaran, nilai2, nasihat2, perbincangan fiqh yang segar selalu memotivasi untuk mencari diri sendiri yang lebih baik, taat menjadi hamba Allah. AAC2 tetap luarbiasa selepas prekuelnya. Allah yubarik fiik, ustaz. Moga terus berkarya impak2 besar pada umat.
Profile Image for Sarie Rahmawati.
65 reviews8 followers
December 18, 2015
Dari awal sampai akhir buku ini saya suka! Ini gak hanya novel pembangunan jiwa, ini novel yang penuh pesan dan makna di dalamnya, novel ini menunjukkan betapa cerdas sang penulis, gak salah rasanya diberi label sebagai novelis no. 1 di Indonesia.
Profile Image for Nurul  Iskhak.
51 reviews4 followers
February 16, 2016
Khataaam! Alhamdulillah.. :D (dikejar deadline sama pemilik buku soalnya, hihihi. Maaf sudah mendzolimi keinginan baca Anda :p). Bingung mau review darimana. Semua kalimat dalam novel ini worth to read
Profile Image for Syandrez Prima Putra.
39 reviews5 followers
March 6, 2016
Buku yang menggambarkan seorang muslim yang berusaha memaknai keislamannya, tidak hanya sebagai agama, tetapi sebagai jalan kehidupan.
Profile Image for Amira.
34 reviews5 followers
October 9, 2016
Novel yang sarat dengan kisah-kisah perjuangan dan mesej kemanusiaan. Namun, plot berkisar Hulya seakan tidak perlu dan pada saya melemahkan mesej sebenar novel ini. Sedikit mengecewakan.
Profile Image for Eyiazzahra Fathurahman.
26 reviews4 followers
Currently reading
March 10, 2016
Mengejar Pribadi Muslim Ideal, Sejauh Manakah Kita?
Fahri Abdullah, lelaki sholeh asal Indonesia itu kini tinggal di Edinburgh, Skotlandia, dan menjadi staf pengajar (dosen) di University of Edinburgh dalam bidang ilmu Filologi. Ia menjadi salah satu doktor termuda yang dikagumi karena kecerdasannya. Ia tinggal di rumahnya di kawasan Stoneyhill Grove bersama Paman Hulusi yang selalu setia menemaninya sebagai sahabat, supir, dan membantu menyiapkan urusan dapur di rumah Fahri.
Tinggal di negeri asing sebagai muslim dan minoritas, tak membuat Fahri lemah atau kehilangan percaya diri. Ia senantiasa tampil cemerlang, tegas terhadap hel-hal yang sifatnya batil, namun lembut kepada tetangga dan orang lain. Ia selalu berupaya membantu dan meringankan beban para tetangga yang memerlukan bantuan meski mereka semuanya nonmuslim, termasuk Jason dan Keira yang terang-terangan memusuhi dan menganggapnya teroris. Ia bahkan membantu Sabina, pengemis buruk rupa dan bersuara serak yang kerap meminta-minta di masjid tempat Fahri sering shalat.
Kebaikan Fahri tak hanya mengundang kekaguman, tapi juga kebencian dari sekelompok ekstrimis Israel pimpinan Baruch yang memiliki pengaruh besar hingga Fahri terancam dipecat dari tempatnya mengajar. Bahkan ia harus bertaruh nyawa ketika Baruch hampir membunuhnya.
Kehidupan Fahri pun tak lepas dari kisah asmara. Pilunya, Fahri kehilangan Aisha tanpa jejak sejak bertahun-tahun lalu ketika Aisha pergi ke Palestina. Hulya, sepupu Aisha, diam-diam telah jatuh cinta kepada Fahri. Adapula tawaran dari sang guru untuk menikahi keponakannya, juga dari seorang kenalan. Fahri nelangsa, sanggupkah ia menikahi wanita lain jika dalam hatinya hanya ada nama Aisha? Akankah ia mengabaikan sunnah Rasul agar tak berlama-lama dalam keadaan membujang? Bagaimana lika-liku perjalanan Fahri dalam hidup bertetangga dengan orang-orang yang membencinya, juga menghadapi tantangan global dan isu-isi kontemporer yang menyudutkan muslim? Akankah ia mampu menunjukkan diri sebagai muslim ideal dan bermartabat? Siapa sebenarnya Sabina? Yuk cari tau dalam novelnya...
*****
Mengagumkan. Itulah kesan pertama saya sejak awal membaca sinopsis dan komentar-komentar tentang novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini. Buku yang disusun dengan apik, bahasa yang mengalir indah, menggetarkan jiwa saya sebagai pembaca. Sangat pantas disebut sebagai novel pembangun jiwa. maka tak heran jika Kang Abik, penulisnya, dianugerahi dengan berbagai penghargaan dalam bidang kepenulisan dan sastra.
Ayat-Ayat Cinta 2 ini merupakan sekuel dari Ayat-Ayat Cinta 1 yang terbit tahun 2004 silam dan sempat booming ketika kisah dalam novel tersebut diangkat ke layar lebar. Hayo, siapa yang masih ingat para pemerannya? Yup, sosok Fahri yang diperankan Fedi Nuril, Aisha diperankan Rianty Cartwright dan... sebagai Maria. Benar-benar kisah yang menarik dan menguras air mata. Tak sampai disitu, bahkan para wanita ramai-ramai menggilai sosok Fahri sehingga tercetuslah sebutan The Fahriholic. Hayoo, siapa nih para pembaca yang termasuk dalam barisan The Fahriholic ini ? Siap-siap semakin terpesona kembali setelah membaca sekuelnya ini ya ^_^
Yup, sosok Fahri memang sosok laki-laki dengan kategori nyaris perfect yang diimpikan banyak wanita, terlebih bagi para wanita yang memahami kriteria lelaki sholeh itu seperti apa. Di dunia ini, tentulah satu-satunya manusia yang paling sempurna dan patut dijadikan idola dan tauladan hanyalah Rasulullah SAW. Beliau sosok laki-laki yang sempurna dalam sifat dan sikap, lembut pada sesama, romantis dan adil dalam memperlakukan istri-istri beliau. Setelah Beliau, tentu ada sosok para sahabat yang tingkah lakunya paling dekat dengan sang Rasul. Namun, mereka semua telah tiada. Di dunia yang modern dan gegap gempita ini, orang-orang sholeh berjuang dengan lebih keras untuk meneladani pribadi sang Rasul.
Sebaik-baik manusia, tentulah yang paling bertakwa kepada Allah SWT. Alangkah indahnya jika takwa itu terus diupgrade. Apalagi jika takwa disertai dengan usia muda, kaya, serta bila mati semoga bisa masuk surga. Eitss, tapi yang terakhir belum tentu bisa ya. Karenanya, seorang muslim mesti senantiasa bertakwa dengan mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan serta berupaya meneladani Rasulullah dalam setiap sendi kehidupannya. Seorang muslim mestinya senantiasa mengejar pribadi ideal sebagai seorang muslim. Nah, apa hubungannya pembahasan ini dengan novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini? Ya, karena pribadi muslim ideal ini menurut saya tercermin pada tokoh sentral dalam novel ini, Fahri Abdullah.
Sudah menjadi tugas seorang muslim untuk menunjukkan keindahan Islam yang bersifat rahmatan lil ‘alamin. Bagaimana? Tunjukkanlah kebermanfaatan sebagai seorang muslim. Muslim yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Sesuai petuah sang Rasul bahwa manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain. Maka, begitulah seorang Fahri digambarkan dalam novel ini. Pribadi muslim yang memberi manfaat untuk orang lain, sekalipun kepada para tetangga yang semuanya nonmuslim, termasuk kepada Jason dan Keira yang sangat membencinya. Apakah Fahri balas dengan membenci mereka? Tidak. Ia tunjukkan kebesaran jiwa, ia tunjukkan bahwa seorang muslim itu bukanlah seperti sangkaan mereka. Ia membantu nenek Chatarina yang seorang Yahudi, Brenda yang sering mabuk-mabukan dan pulang malam, hingga mereka semua sangat merasakan manfaat dan kebaikan hidup bertetangga bersama Fahri. Fahri pun kerap berdonasi untuk rakyat Palestina dan mereka yang membutuhkan uluran tangannya tanpa diminta. Itulah keindahan akhlak dari seorang muslim. Menebar manfaat tanpa mengherap pamrih dari manusia, welas asih dan tetap rendah hati. Seorang muslim yang hanif demi mengejar ridho Rabb nya.
Kepribadian Fahri selanjutnya yang mencerminkan sikap yang seharusnya dari seorang muslim yaitu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, tak ada yang tersia-siakan. Waktu ibarat pedang bermata dua, jika tak digunakan dengan baik, maka ia akan menebasmu. Setiap langkah kaki ke masjid atau ketika di dalam mobil sekalipun, Fahri tetap melafalkan zikir dengan penuh penghayatan. Shalat sunnah tetap ia dirikan meski di ruang kantor kampus tempat ia mengajar. Hafalan Quran tetap ia rutinkan. Efisiensi waktu ia terapkan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Jadwal-jadwalnya sangat padat, namun tetap memiliki waktu untuk bermuamalah atau berdiskusi dan bertemu dengan orang lain.
Seorang Fahri adalah muslim yang cerdas. Selepas menyelesaikan S1 di Al-Azhar, Cairo, menyelesaikan gelar master di Pakistan, dan mengambil gelar doktor di Jerman. Ia terus mengembangkan riset, menulis jurnal yang diterbitkan oleh media internasional, dan menjadi salah satu doktor muda dan pakar ilmu Islam yang disegani karena prestasinya. Bahkan ia disejajarkan dengan para cendekiawan Muslim terkemuka tingkat dunia. Ia cerdas dalam bersikap dan berpendapat. Misalnya, ketika seorang mahasisnya bertanya tentang bom bunuh diri ( paragraf awal di hlm.9 ). Jika Anda, saya, dihadapkan pada pertanyaan mengapa ada muslim yang melakukan bom bunuh diri, atau mengapa muslim itu menjadi teroris, apa jawaban kita? Saya, Anda, mungkin akan gelagapan dan ini akan membuat image muslim tampak buruk. Tapi lihatlah dalam novel ini betapa indah cara Kang Abik sebagai penulis menjawab pertanyaan tersebut melalui sosok Fahri. Dengan analogi yang pas dan telak sehingga dapat dicerna dan diterima orang lain. Jadi, terhadap mereka yang phobia terhadap Islam, yang menganggap Islam adalah agama teroris, cobalah baca novel ini. Maka Anda akan tergugah, semoga.
Seorang muslim juga mesti berani untuk berpendapat dan bersikap dalam membela kebenaran dan menentang kezaliman. Saya terkagum-kagum pada sosok Fahri ketika ia mengikuti forum debat paling prestasius di Inggris Raya sebagai pakar Islam, di Oxford Debating Union. Debat itu merupakan debat antaragama. Disini, keyakinan dan agama dipertaruhkan, juga kredibilitas semua umat muslim. Selain dalam debat ini, Fahri juga pernah menjadi pembicara dalam sebuah debat antaragama, yaitu antara Islam, Kristen dan Yahudi. Melalui dialog debat ini kita dapat melihat betapa luas pengetahuan dan kuatnya argumentasi Kang Abik. Ini bukan semacam sanjungan lho ya, tapi saya yakin pembaca yang lain juga dapat memahami sekaligus belajar dan mengambil hikmah. Ada kekuatan retorika sekaligus fakta di dalamnya yang harus dikuasai seorang muslim agar memiliki dasar pengetahuan dan keyakinan yang kuat mengapa kita memilih Islam secara kaffah. Ada pengetahuan global yang berhubungan langsung dengan akidah yang harus kita dalami dan selami.
Sekilas, itulah beberapa kriteria ideal yang menurut saya melekaat pada sosok seorang Fahri yang dengan rancak dipadukan Kang Abik. Selain itu, ada hal penting lainnya yang kadang dikesampingkan oleh sebagian orang, termasuk muslim, tetapi sangat mendukung kegiatan kita dunia akhirat, bahkan bisa menjadi pondasi dalam berdakwah secara global. Apa itu? Harta / materi. Dalam novel ini, Fahri juga dikisahkan sebagai seorang yang kaya raya. Akan tetapi, kekayaan Fahri itu ia dapatkan dengan usaha dan kerja keras, yaitu mengembangkan modal Aisha melalui usaha / perniagaan. Ia membangun minimarket, restoran, dan juga butik yang sudah memiliki cabang dimana-mana. Inilah pesan penting lainnya yang harus kita catat bahwa seorang muslim hendaknya memiliki prestase dan cukup materi untuk menghapus kesan bahwa muslim itu kumal, gemar meminta-minta. Memang fakta ini kebanyakan disebabkan oleh kebanyakan muslim itu sendiri seperti yang sering terlihat di jalan raya, lampu merah, atau meminta-minta dari pintu ke pintu. Dalam kisah ini, seorang Fahri berusaha agar image seperti ini dapat dienyahkan dari setiap muslim. Karenanya, ia selalu berupaya membantu sesama yang kekurangan, misalnya menolong Sabina, si pengemis buruk rupa bersuara serak yang sering meminta-minta di masjid. Ia bahkan mempekerjakan Sabina di rumahnya. Akhlak dan sikap nyata seperti inilah yang harus dimiliki setiap muslim, terutama mereka yang memiliki kelebihan dalam harta, bukan hanya bisa menghujat dan retorika belaka. Berniaga juga merupakan salah satu anjuran Rasulullah SAW karena Beliau berpesan bahwa sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu adalah melalui perniagaan / berdagang. Bahkan kita dianjurkan untuk tetap berniaga sekalipun telah kaya. Hal ini penting apalagi jika bertujuan bukan hanya memakmurkan diri dan keluarga, tetapi harta yang dimiliki harus pula bermanfaat untuk sesama dan agama.
Lalu, dari semua pemelaran itu, apa yang menjadikan sosok Fahri ini merupakan sebuah barometer kita untuk beramal? Ikhlas. Ia ikhlas dan hanif, tetap tawadhu’ dan rendah hati, beramal dan beribadah baik di kala bersama orang lain maupun di saat sendiri karena semuanya diupayakan untuk meraih ridho Allah.
Wah, sosok Fahri ini benar-benar membuat terpesona yaa...
Terima kasih Kang Abik yang menulis novel ini dengan penuh penghayatan sehingga ilmu dan hikmah di dalamnya benar-benar dapat diindra oleh pembaca seperti saya. Tutur bahasanya mengalir indah dan lincah, tak ada kesan menggurui. Membawa pembaca pada kesadaran dan kesan yang mendalam sehingga saya sebagai pembaca seolah-olah dihadapakan pada sebuah cermin, melihat dan menelisik sejauh mana diri pribadi telah memahami Islam, sejauh mana diri telah berbuat dan membuahkan manfaat untuk sesama. Novel yang indah yang mengajarkan cara hidup yang indah dengan tetangga dan orang-orang sekitar, mengajari landasan dalam bersikap dan bersifat layaknya seorang muslim yang kehadirannya menerangi kehidupan orang lain dengan kebaikan, sekalipun kepada mereka yang terang-terangan membenci.
Mengimbangi hal-hal ini, maka Kang Abik memadukan dakwah dengan kisah cinta dan asmara yang benar-benar romantis juga menggugah. Bahwa kehidupan seorang Fahri yang demikian takwanya pun tak lepas dari ujian rumah tangga tatkala kesetian cinta pada sang istri, fitrahnya sebagai lelaki, dan cintanya pada pesan Sang Rasul menuai ujian. Kisah cinta yang dipenuhi kerinduan, kasih sayang, yang dilandaskan pada keimanan kepada Ilahi. Alangkah indah tatkala dua insan memadu kasih di bawah naungan cinta Sang Khalik, namun juga mampu menjaga cinta itu tatkala cinta dihempaskan pada ujian yang sedemikian besar dan nyaris melantakkan kesadaran. Menyeruakkan haru hingga menetes air mata tatkala membacanya. Tapi, bolehkah saya sedikit protes? Nasib Aisha, oh, mengapa setragis itu? Ujian apakah itu? Penasaran? Yuk baca novelnya...
Detail-detail tempat yang menjadi latar dalam cerita ini juga digambarkan Kang Abik dengan begitu apik sehingga pembaca seolah-olah berada di tempat-tempat tersebut, bahkan dapat membayangkan melihat dan membayangkan setiap detail dan lika-liku , rupa, dan warna aneka bangunan dan gedungnya. Gemericik air, merdu suara biola, aneka ragam tokoh dan manusianya seperti terindra dengan jelas. Saya suka.
Sedikit perbandingan, ijinkan saya membandingkan novelAyat-Ayat Cinta 2 ini dengan pendahulunya, Ayat-Ayat Cinta (1). Dari segi ketebalan, sekuelnya ini memiliki ketebalan dan bobot yang lebih dibandingkan Ayat-Ayat Cinta 1. Buku pertama jumlah halamannya 413, sedangkan buku kedua ini tebalnya mencapai 698 halaman. Sedangkan dari segi cerita, saya rasa sekuelnya ini juga lebih unggul. Jika pada Ayat-Ayat Cinta 1 fokus cerita lebih dominan tentang kisah Fahri, Aisha, dan Maria, maka pada Ayat-Ayat Cinta 2 ini kisah dan konflik yang disajikan lebih beragam, lebih berani. Mengapa saya katakan lebih berani? Karena pada Ayat-Ayat Cinta 2 ini setengah atau sebagian besar isinya membahas tentang permasalahan akidah dengan berani menguak fakta dan sejarah yang ada di balik Islam, Kristen, dan Yahudi. Buku kedua ini membuka menyampaikan pesan penting akan bahaya laten zionis Israel yang tak disadari banyak orang bahwa sesungguhnya mereka yang mengganggap orang dan bangsa lain di luar Israel sebagai kaum amalek, sedang gencar dan terang-terangan membasmi umat muslim dan siapapun yang dianggap menghalangi tujuan mereka di dunia ini. Dalam buku ini pula penulis menyampaikan bagaimana pribadi ideal yang semestinya dimiliki seorang muslim. Bahwa seorang muslim semestinya membawa pesan tentang Islam yang rahmatan lil ‘alamin melalui pribadi yang bermanfaat, cerdas, berwawasan global, berani, tapi tetap dengan hati yang merunduk dalam ikhlas dan tawadhu’.
Maka ijinkan saya bertutur dan menyimpulkan bahwa novel ini merupakan salah satu sarana penulisnya dalam menyampaikan dakwah. Cara yang indah dan meninggalkan kesan yang kuat dalam menyampaikan kebenaran dan risalah dakwah. Tentu kita mengakui bahwa pena dan kata-kata yang baik memiliki kekuatan untuk menancap ke hati para pembaca, kan?! Semoga melalui buku ini banyak pembaca yang tercerahkan. Semoga pahala kian mengalir untuk penulisnya. Barakallah Kang Abik untuk penghargaan-penghargaan yang telah disematkan kepadamu.
Sosok seorang Fahri, sosok yang bermanfaat untu umat tanpa mengesampingkan keluarga dan para karyawannya. Baginya, keluarga adalah jantung dan hatinya dan para karyawan adalah tangan dan kakinya. Hm hm, buat para gadis atau akhwat yang masih jomblo, apa sanggup menolak jika ada lelaki / ikhwan seperti Fahri datang melamar? Buat para istri, tak perlu menuntut suami untuk sesempurna sosok Fahri, berusaha dan berbuat baik mulai dari diri sendiri yuk. Buat para suami ataupun lelaki / ikhwan yang masih lajang, tak perlu ciut nyalinya jika Anda merasa diri Anda jauh dari sosok sang Fahri ini. Usaha maksimal dan kontinyu dalam memperbaiki diri, terus dan terus mengupgrade diri dan ibadah, bertakwa, dan meneladani Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Ingat ingat, jodoh itu adalah cerminan diri, okay? Oh ya, biar saya tuliskan petika puisi Fahri dan Aisha, barangkali saja Anda bisa ucapkan untuk menyenangkan hati suami / istri, hehe. Saya pun suka sekali.
Ini puisi Aisha (dipetik dari puisi berjudul Kekasih karya Paul Eluard)
agar dapat melukiskan hasratku, kekasih,
taruh bibirmu seperti bintang di langit kata-katamu,
ciuman dalam malam yang hidup,
dan deras lenganmu memeluk daku
seperti suatu nyala bertanda kemenangan
mimpiku pun berada dalam
benderang dan abadi (hlm. 19)
dan ini balasan puisi Aisha dari sang suami :

alangkah manis bidadariku ini
bukan main elok pesonanya
matanya berbinar-binar
langkah indahnya
bibirnya,
mawar merekah di taman surga (hlm.20)

Mari mengupgrade diri menjadi pribadi yang bertakwa. Beribadah seakan-akan kita akan mati besok, berusaha seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi. Semoga resensi saya ini bermanfaat untuk semua.
Yuk, miliki novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini. Insya Allah pantas dijadikan rujukan dalam berbagai permasalahan.
Selamat membaca...
Selamat bertamasya di kebun kata, memetik hikmah dan ilmu dari pohon-pohon kebaikan, menebar manfaat untuk sesama...
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Profile Image for Niki Yuntari.
87 reviews7 followers
December 8, 2017
Review selengkapnya bisa dibaca di https://wennykinanthi.wordpress.com/2...

Ayat-Ayat Cinta 2 menjadi novel paling tebal yang pernah saya baca tanpa skip. Saya tertarik membaca karena saya penasaran dengan kelanjutan kisah Fahri dan Aisha di Ayat-Ayat Cinta yang pertama. Saat membaca awal cerita, saya dibuat terkejut atas kehilangan Aisha di Palestina. Padahal saya pikir novel ini akan menceritakan lika-liku rumah tangga mereka. Kejutan di awal ini membuat saya semakin penasaran untuk membaca kelanjutannya.

Selanjutnya saya mendapati ada banyak tokoh baru bermunculan dengan berbagai karakter. Khususnya wanita. Banyak sekali wanita cantik yang ada di sekeliling Fahri. Ada yang terang-terangan mengatakan suka. Ada pula yang hanya mengagumi. Tapi di sini, Fahri tetap teguh dan setia pada Aisha. Kesetiaannya itu lho!

Tapi sejujurnya saya merasa karakternya Fahri ini terlalu sempurna. Saya pikir di dunia ini nggak ada yang sempurna. Tapi Fahri berbeda. Dia punya semuanya. Dia cerdas, dermawan, tidak sombong, sholeh, tampan, dan banyak lagi kelebihannya yang lain. Bahkan sampai saya selesai baca saja, saya belum menemukan kekurangannya lho! Di dunia nyata, pria seperti ini sulit dijumpai. Jadi kesannya karakter si Fahri ini nggak manusiawi.

Mengenai alur, saya merasa banyak yang bertele-tele. Banyak penjelasan yang menurut saya nggak perlu. Mungkin penulis ingin menceritakan novel ini dengan detail sekaligus digunakan sebagai media dakwah. Misalnya saat dia debat di Oxford. Menurut saya itu nggak perlu segamblang itu untuk menceritakan. Kesannya bukan detail lagi, tapi malah bertele-tele. Apalagi di sana penjelasan Fahri amat panjang lebar, berlembar-lembar. Padahal penjelasan dari lawan debatnya hanya satu paragraf.

Walaupun bertele-tele, saya tetap membaca kok. Karena di dalam bagian debat Oxford itu banyak argumentasi Fahri mengenai agama yang bisa mencerahkan kita semua. Argumentasinya seperti biasa, cerdas, sangat detail dan menyeluruh. Tapi tetap saja, saya masih bisa menemukan betapa penulis sangat berpihak pada Fahri. Argumen antara Fahri dan lawan debatnya tidak dibuat seimbang dalam penyampaiannya.

Clue untuk akhir cerita sudah dibuka sedikit demi sedikit oleh penulis. Awalnya saya nggak sadar. Tapi semakin ke belakang, clue itu semakin menjurus dan akhirnya saya bisa menebaknya. Novel ini ditutup dengan manis oleh penulis. Porsi ending yang saya harapkan ini menurut saya sangat pas. Tidak kurang dan tidak lebih. Emosi tokoh tersampaikan dengan baik dan sangat menyentuh.

Pesan moral Ayat-Ayat Cinta 2 ini sangat banyak. Dari Fahri, kita bisa belajar tentang kesabaran, kesetiaan, ketaatan pada Allah, pantang menyerah, rasa berbagi tanpa pandang bulu, dan perjuangan. Dalam novel ini saya pikir lebih ditekankan dalam tolong menolong pada orang di lingkungan terdekat, yaitu rumah. Menolong tanpa pamrih dan semua dilakukan karena Allah.

Novel ini saya beri 3,5 dari 5 bintang. Saya beri nilai segitu karena saya pikir novel ini bisa lebih dipangkas menjadi lebih tipis lagi dan karakterisasi tokoh bisa dibuat lebih manusiawi lagi.
Profile Image for Faiz • فائز.
358 reviews3 followers
October 3, 2023
Buku second-hand (terpakai) yang dibeli di Bibliocafe sewaktu menghadiri sesi bedah buku Falsafah Hidup karya Hamka; perbincangan mengenai makna kebahagiaan oleh Prof Khairuddin al-Junied.

Seingat saya, novel AAC yang pertama pernah saya baca dahulu sewaktu saya bersekolah rendah, tapi saya lupa hampir keseluruhan jalan ceritanya. Maka, tanpa mengetahui novel yang pertama, saya merasakan ada sedikit ketempangan apabila membaca novel yang kedua. Walau bagaimanapun, saya kira tiada masalah untuk terus mulakan dengan yang kedua. Pembaca tidaklah akan sesat kerana novel kedua sifatnya masih juga berdiri sendiri.

Terlebih dahulu, saya ingin menyatakan pandangan -atau menyangkal- saya berkenaan komen salah seorang pembaca yang lain terhadap novel ini. (Sudah menjadi kebiasaan untuk saya membaca pandangan pembaca lain dahulu sebelum memberi pendapat saya terhadap satu-satu buku). Rumusnya, menurut beliau, watak-watak di dalam novel ini terlalu sempurna dan terlalu ideal.

Pandangan saya: apakah menjadi kesalahan untuk penulis menampilkan watak yang baik dan hampir sempurna? Jika kita lihat karya-karya literasi Barat, mereka hidup dengan mengangkat tragedi dan watak-watak jijik. Kononnya, watak-watak sebegini cerminan kepada realiti masyarakat. Pelacur dijulang, manusia yang hidup tidak bertuhan lebih baik moralnya dan pelbagai lagi watak-watak hina sehingga sesetengah pembaca -yang dangkal akalnya- merasakan bahawa manusia-manusia sebegini lebih layak berada pada status sosial masyarakat yang paling tinggi.

Maaf, tapi saya masih ingin sebutkan, antara penerbit yang mengangkat karya picisan sebegini ialah Fixi. Sewaktu berada sekolah menengah, entah berapa puluh novel Fixi saya telah baca. Watak-watak jijik diangkat. Terlalu jijik sehingga saya tidak mahu sebutkan bagaimana wataknya. Maka, di saat karya-karya jelik sebegini diangkat, adalah menjadi kemestian untuk watak-watak suci dan baik diwujudkan sebagai timbal balas. Berkenaan perkara (watak suci) ini, saya sarankan kalian membaca siri Laksamana Sunan karya Ramlee Awang Murshid. Semoga dengan membaca watak-watak yang baik, pembaca berusaha untuk mencontohinya.

Tambahan pula, watak-watak di dalam novel ini tidaklah sempurna mana. Contohnya, Fahri sendiri sebagai watak utama. Di sebalik "kesempurnaannya" itu, saya kira sifatnya yang tidak boleh move on atau terlalu setia itu ialah titik kelemahan terbesarnya sebagai seorang lelaki. Barangkali para wanita gemar akan sifat sebegini, tapi tidak bagi saya. Cacat sungguh watak sebegini. But, we could agree to disagree.

Bahagian yang saya paling gemar berkenaan novel ini ialah pencerahan berkenaan Islam yang sering sekali disalah tafsir. Juga berkenaan perkara-perkara berat seperti konsep Amalek dalam Yahudi dan konsep pluralisme agama (kesamaan agama). Tuntasnya, novel cinta islamik yang sangat baik dan sesuai untuk para remaja. Jauh lebih baik berbanding novel-novel picisan yang menghiasi rak-rak buku kedai, terutamanya novel cinta Inggeris yang tiada nilai, nihil.
Displaying 1 - 30 of 230 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.