Ada banyak hal yang tak pernah kuceritakan kepadamu.
Perihal betapa sakitnya masa lalu yang pernah singgah di dada. Bukan karena apa-apa, bagiku, menceritakan masa lalu hanyalah akan membuatmu merasa aku masih berharap padanya. Padahal tidak.
Semenjak memilih untuk menjadi bagian dari hidupmu, aku sudah mengikhlaskan dia selamanya. Meski kami berakhir bukan karena ingin aku dan dia. Namun, ada hal yang tak dapat kami tembus.
Nanti aku akan menceritakan perihal itu kepadamu, nanti pasti akan kuceritakan. Kali ini aku hanya ingin meyakinkan kamu lagi, bahwa cinta kita memang tak pernah salah. Meski tak banyak orang yang bisa menjalani hubungan begini.
Namun, kepadamu, Wulan Sari, aku telah jatuh hati sedalam ini. Dan, aku ingin kamu menjaga hatiku yang jatuh agar tumbuh dan utuh bersama hatimu.
“Bagaimana mungkin kamu bisa menyebutnya cinta, sementara kalian belum pernah bertemu?” pertanyaan itu memang tak bisa kujawab kepada teman-temanku.
Namun, tahukah kamu, sungguh aku ingin meneriakan ke telinga mereka.
“Kalian terlalu sempit mengartikan cinta!” Mereka terlalu sempit mengartikan apa yang kita rasakan.
Novel ini adalah buku ke-5 dari Boy Candra. Buat yang udah jadi pengagum karyanya Boy Candra mungkin udah pada baca semua bukunya ya. Salah satunya ada Origami Hati yang ikut dikait-kaitkan di dalam novel ini.
"Bukankah cinta memang selalu menguatkan. Ia akan mampu menjadikan dua manusia bertahan di mana saja. Di tempat udara terdingin dan terpanas sekali pun. Cinta akan memelukmu saat kamu merasa kelu, juga akan menyejukkanmu dari gerahnya rindu." — Boy (halaman 5) Jadi begini ya, gaes, cara penuturan si penulis kepada pembacanya di novel ini rada berbeda dengan novel yang ada pada umumnya. Nggak tahu ya kalau di buku-bukunya Uda Boy yang sebelumnya ada yang begini juga atau nggak, tapi ini pertama kalinya pula saya baca buku yang isinya dituturkan dengan cara yang berbeda dari biasanya. Hmmm, unik juga.
Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama, di mana 'aku' adalah dirinya sendiri (Boy Candra). Tapi cerita yang ada di sini murni fiksi, bukan kisaha asli si penulis. :D Membaca novel ini seakan sedang baca buku diari seseorang, juga serasa buku ini memang ditujukan untukku meski jelas-jelas saya ini bukanlah Wulan Sari. Ketika menyimak novel ini, apa yang ada di sini adalah seperti curahan hatinya Boy yang benar-benar ditujukan kepada pembaca. Anggap saja bahwa si pembacalah sebagai Wulan Sari.
"Ada banyak hal di dunia ini yang memang harus bersatu, dan ada hal-hal yang tidak akan mungkin untuk bersatu. Pelangi, contohnya, dia akan terlihat indah karena perpaduan warna yang berbeda. Coba kamu bayangkan jika pelangi hanya satu warna saja, pasti akan membosankan. Perbedaanlah yang membuatnya indah. Begitulah hidup, jika kita manusia memikiki wajah dan perangai yang sama satu sama lain, dunia ini tak akan pernah bergerak, dan akan sangat monoton. Namun, ada beberapa hal yang diciptakan berbeda dan tidak akan bersatu sampai kapan pun. Siang dan malam, misalnya. Siang dan malam memang harus berbeda dan memang harus terpisah, mereka tidak akan bisa disatukan." — Ayah Boy (halaman 16-17) Jadi, ceritanya nih, Boy sedang mencurahkan isi hatinya untuk Wulan Sari, sang pujaan hati, melalui buku ini. Seperti seorang ayah yang sedang mendongeng atau mengisahkan cerita cintanya dulu kepada anaknya. BegituIah kira-kira rasanya. Di awal, Boy membahas sekilas perihal cinta masa lalunya, lalu dilanjutkan dengan bagaimana perkembangan perasaannya dan kelanjutan hubungannya bersama Wulan Sari. Boy bercerita kalau dulu dia punya pacar yang beda keyakinan tapi terpaksa putus karena alasan tertentu.
"Kalian ibarat air dan minyak. Perihal keyakinan tak bisa ditawar. Cobalah kamu aduk air dan minyak. Jika kamu paksakan mereka untuk bersatu, mungkin mereka akan bersatu, tetapi hanya sementara, dan akhirnya akan terpisah lagi. Begitukah cintamu dengan Susan. Satu hal yang harus kamu pahami, jangan korbankan rasa cinta Tuhan kepadamu, dengan perasaanmu kepada Susan." — Ayah Boy (halaman 17) Ah, saya suka sekali dengan pemikiran Ayahnya Boy. Jangan menggadaikan aqidah dan imanmu hanya untuk cinta kepada manusia yang sifatnya hanya sementara di dunia. Mengenai konsep perbedaan yang dibeberkan oleh Boy Candra, saya pun sangat setuju. Ada kalanya beberapa hal yang berbeda itu bisa jadi pemersatu, membuat suatu hal jadi makin indah, ada yang masih dapat ditoleransi, ada pula yang dibiarkan saja tetap berbeda. Kita sebagai manusia tidak bisa ngotot memaksakan perbedaan yang ada untuk menjadi sama. :)
"Apa kamu percaya bisa jatuh cinta pada orang yang belum pernah kamu temui?" — Wulan Sari (halaman 19) Nah, sesuai dengan judul, Boy dan Wulan memang menjadi sepasang kekasih meski pun mereka belum bertemu bertatap muka sekali pun. Aneh kah? Gila kah? Bagi yang belum pernah mengalami pasti berpendapat demikian, tapi tidak dengan yang sudah pernah atau hampir mengalaminya. Dirimu kah? :P
Boy tinggalnya di Padang, sudah lulus kuliah dan kini berprofesi sebagai penulis. Sedangkan Wulan masih jadi mahasiswi tingkat akhir yang tinggal di Medan. Jarak inilah yang membuat mereka menjalin hubungan jarak jauh.
"Aku percaya. Cinta bisa jatuh pada siapa saja. Kapan saja. Bukankah cinta memiliki banyak dimensi untuk jatuh? Orang yang tidak mungkin jatuh cinta, adalah dua orang yang tidak pernah saling kenal, bukan orang yang tidak saling bertemu." — Boy (halaman 20) Perkenalan Boy dan Wulan dimulai dari twitter ketika Wulan me-mention-nya dan menyatakan bahwa ia suka dengan buku Origami Hati karya Boy. Lewat DM twitter, mereka bertukaran nomor HP dan akhirnya semakin dekat saja, bahkan selalu menyempatkan saling teleponan.
"Perihal belum pernah bertemu, itu bukan satu alasan. Karena aku memang termasuk orang yang percaya bahwa cinta memang bisa jatuh melalui banyak dimensi." — Boy (halaman 37-38) Berkat keyakinan inilah Boy dan Wulan bertahan untuk menjadi sepasang kekasih meski mereka belum pernah bertemu secara langsung. Mereka tetap rutin saling mencurahkan perhatian layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Mereka saling mengenali fisik pasangannya dari avatar twitter dan foto yang sering dikirimkan.
"Hidung mancung itu sesuai dengan wajahmu yang agak lonjong, rambut mata tebal, kulitmu yang sawo matang, tetapi lebih mendekati kuning langsat, dan rambutmu yang ikal mengembang. Semua itu membuatku bisa menyimpulkan kalau kamu cantik." — Boy (halaman 28-29) Di bagian ini awalnya saya agak bingung karena di sepanjang buku selalu disebutkan soal komunikasi via telepon dan SMS. Lalu bagaimana soal kirim-kiriman foto itu? Masa sih kirimnya lewat pos? Tapi baru ketahuan jawabannya menjelang ending, ternyata di halaman-halaman akhir buku barulah disebutkan kalau Boy dan Wulan juga berkomunikasi lewat BBM, bukan cuma lewat telepon dan SMS. Fiuh, tadinya saya sempat heran, kok jaman sekarang masih ngandalin SMS-an doang? Kan jaman sudah serba canggih gini, ada chatting dan video call, apalagi buat orang pacaran. Baiknya sejak awal lebih diperjelas kalau mereka nggak cuma tukaran nomor telepon, melainkan juga tukaran PIN BBM gitu, biar pembaca jadi tidak bingung. :)
Ada yang terasa kurang juga, soalnya di sepanjang buku ini saya nggak nemu satu pun scene mereka sedang video call atau skype-an. Bukankah ini salah satu penangkal wajib bagi orang yang lagi kangen tapi saling berjauhan? Ini sudah jamannya serba punya gadget atau smartphone kan ya? ;)
Tadinya saya mengira di buku ini cuma akan menyuguhkan bagaimana desperate-nya Boy dan Wulan yang tetep nggak bisa ketemu karena perihal ini itu, which means it could be a little bit boring. Tapi, untungnya di tengah cerita juga dihadirkan hal yang bisa memicu suatu konflik lain di antara mereka selain masalah LDR itu. Entah mungkin karena bahasa yang digunakan begitu mendayu, puitis, dan agak baku sehingga konflik yang dimunculkan itu terasa kurang nendang, kurang gereget kalau buat saya. Atau mungkin karena saya lebih suka bahasa yang blak-blakan dan sikap yang cukup frontal seperti kucing berantem? I don't know, but maybe. XD Yah, sepertinya soal itu sih tergantung sama selera baca masing-masing orang. Bagi yang lebih akrab dengan gaya bahasa yang puitis dan mendayu mungkin akan merasa sangat klop dengan suguhan konflik di novel ini. :)
Konflik di sini lebih concern ke ketahanan hubungan Boy dan Wulan akibat LDR, juga tentang pergumulan batin seorang Boy yang galau dengan apa yang dirasakannya dan apa yang harus dilakukannya. Kayaknya kebanyakan dari kalian sering juga deh ngalamin hal begini. Mungkin. :P Bisa saya katakan bahwa kisahnya Boy di sini sangat related terhadap kebanyakan orang di dunia nyata.
Setelah aku pikir dan menyimpulkan; bahwa Tuhan memang menciptakan segala sesuatunya dengan sangat sempurna. Dan, segala sesuatu yang tercipta tidak pernah kebetulan.
Kita akan tetap memperjuangkan..., tapi kita tidak bisa mencampuri pekerjaan Tuhan.
“Bukankah cinta memang selalu menguatkan? Ia akan mampu menjadikan dua manusia bertahan di mana saja. Di tempat udara terdingin dan terpanas sekali pun. Cinta akan memelukmu saat kamu merasa kelu, juga akan menyejukkanmu dari gerahnya rindu.” — Boy (halaman 5)
Not bad. Ceritanya ringan dan relateable dengan kisah para pejuang LDR zaman now, sayangnya ada beberapa bagian yang mudah ditebak dan membosankan, so I am a bit dissapointed.
Awalnya saya tidak terlalu tertarik ketika baru awal membaca buku ini, dan saya cukupkan baca beberapa halaman saja dulu, dan melanjutkan membaca buku Tere Liye. Tapi hari ini, ketika saya memutuskan untuk lanjut baca buku ini, saya jadi terus hanyut ke dalam ceritanya. Bener-bener terhipnotis, tak terasa 1 jam pun berlalu dengan cepat, dan sudah hampir separuh halaman yang saya baca.
Mungkin ini rekor terbaru saya dalam membaca dulu paling lama. Karena saya tipe orang yang cepat bosan, jadi hanya baca beberapa puluh lembar saja, maka dilanjutkan lagi nanti. Tapi membaca buku Sepasang Kekasih Yang Belum Bertemu ini benar-benar membuat saya terhipnotis, hingga 1 jam lebih tak terasa.
Jadi pada hari ini juga saya menghabiskan novel ini hanya dalam beberapa jam saja.
Jalan ceritanya sangat bagus, dan jujur saja, awalnya saya kira ini berdasarkan kisah nyata. Karena bang Boy Candra menggunakan nama aslinya di novel ini, dan juga menceritakan pengalamannya seperti nyata. Karena itu saya jadi begitu terkesan, karena bang boy bisa punya pengalaman cinta yang keren seperti ini.
Tetapi ternyata ini hanyalah novel fiksi, bukan cerita asli kehidupan bang Boy Candra. Justru saya tidak kecewa, melainkan sangat kagum dengan bang boy. Karena bisa membuat cerita dengan format yang seperti pengalaman pribadi. Seperti kata orang, "Seperti si penulis sedang menceritakan nasibnya sendiri", itulah yang bisa saya ungkapkan untuk novel ini.
Endingnya juga cukup memuaskan, dan tentu seperti harapan para pembaca.
Ini adalah buku ketiga bang boy yang telah saya baca, dan sekaligus ini novel pertamanya yg saya baca. Karena 2 buku sebelumnya adalah buku-buku prosa, kumpulan kata-kata galau bang boy. Jadi saya benar-benar apresiasi untuk novel bang boy ini.
Semoga karyanya semakin bagus dan populer ya bang!
Ingatan Buku: Sepasang Kekasih yang belum Bertemu Oleh Boy Candra
Menjelajahi wisata bacaan ke fiksi aliran pop romantik bertemu dengan Boy Candra. Jujur, nama dia saya kenal bukan karena di medsos. Tapi karena keseringan melihat namanya di gramedia. Sehingga nama penulis tersebut sangat mudah dikenali oleh calon pembaca.
Akhirnya kesampaian bisa baca buku salah satu garapan beliau. Menurut saya, bagi yang suka dengan kidah romantis di layar kaca baik film atau sinetron dan kepingin suka baca buku. Boy Candra menjadi ramuan apik untuk pemula pembaca. Bahasanya yang begitu semi puitik tapi bernada pop, sehingga pembaca pemula lebih mudah bermain dengan imajinasi. Apalagi menurut saya Boy Candra ini pintar dalam memilih kata-kata agar mudah divisualisasikan.
Kalau dari segi cerita sih, jujur ini sinetron atau film romantis Indonesia zaman kini banget deh. Standar, selama baca awal akhir tiap sequence cerita tidak ada memorable bagi saya. Karena memang isi ceritanya kisah romansa belasan tahun sampai remaja-dewasa lah.
Sinopsisnya bercerita tentang dua insan yang LDR dan salah paham.
Tapi terlepas dari itu saya malah banyak belajar dari cara penulisan mas Boy ini. Keren, mudah dipahami. Terimakasih.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Buku Kelima karya Boy Candra ini memang mampu mengubah pandangan beberapa orang tentang cinta. Membuktikan pada kita, bahwa cinta bisa kita rasakan pada seseorang yang belum pernah kita temui sekalipun (asal kenal). Dalam cinta pun, tak akan luput luka di dalamnya. Hanya saja, bagaimana kita menyikapi luka itu. Tidak ada cinta yang sempurna. Akan tetapi, cintalah yang berusaha membuatnya sempurna. Sepasang Kekasih yang Belum Bertemu ini memiliki banyak penyadaran cinta pada semua yang membacanya. Cinta tak pernah mulus. Kadang akan hancur berkeping-keping karena penghiatan dan kesedihan. Namun, atas izin-Nya, bila cinta ditakdirkan untuk bersama, kita hanya perlu berusaha lebih banyak lagi dan kebahagiaan akan kita capai.
First time i know this book from twitter, yg mana ketika itu bang Boy sendiri yg ngasih saran buku ini buat para pejuang ldr apalagi bertemu kekasihnya dr dunia sosial media. Dan mgkn aku adl salah satunya
Novel yg berceritakan sepasang kekasih yg jatuh cinta tanpa pernah bertemu, yg perkenalan mrk dimulai dr salah satu sosial media yg pd akhirnya membuat mrk slg jatuh cinta.
Krn ceritanya ringan dan enak bgt dipahami jd aku memutuskan baca buku ini disela² kesibukan ujian term 1 yg bisa bgt dijadiin tmn ketika lg g pengen baca buku yg berat. So i got this book, thank you bang Boy. Dan ini buku pertama bang Boy yg aku baca🤗
Saya selalu menghargai author yang mempunyai gaya bahasa ringan namun tidak membosankan. Mas Boy ini salah satu nya. Namun sepertinya ekspektasi saya agak ketinggian ketika memulai membaca novel ini. Saya mengharapkan alur cerita yg mengejutkan, tidak biasa,mungkin sedikit kerumitan dan ending yg tidak hepi-atau at least hepi tapi tidak se smooth ini-.akan menjadikan novel ini menjadi terasa tidak agak mentah. But anyway, saya sukak mas Boy 😉, keep up the good work!
Kisah seorang lelaki yang jatuh cinta dengan seorang perempuan yang belum ditemuinya secara nyata tapi dia sesungguhnya sangat yakin dengan perasaannya. Sehingga satu hari dia terlanjur mencurangi kekasih hatinya itu. Kisah bagaimana dia, berusaha untuk mengakui kesalahannya dan pergi mencari kekasih hatinya semula. Mencuba meyakinkan si perempuan supaya memaafkannya. Ada beberapa rasa yang terbit semasa pembacaan. Emosi bertukar tukar mengikut situasi penceritaan. Bacaan santai. 👍
Sepasang kekasih yang belum bertemu. Bang boy, kenapa kau tulis cerita ini bang? Rasa rasanya membaca tulisanmu terasa membaca kisahku sendiri. Mungkin ini terlalu berlebihan bang. Tapi peranku diwakili oleh seorang wulan sari. Pengagum, penyemangat, perindu yang sebenar benarnya rindu yang tak pernah bertemu. Sebelum membaca tulisanmu bang. Rasa rasanya mencintai laki laki yang tak biasa adalah hal aneh. Dan sebelumnya aku menyangka bahwa rasaku mungkin tak akan terwujudkan, dan menjadikan diriku sebagai orang aneh yang tetap menyimpannya. Dari ceritamu bang aku menemukan kesimpulan sendiri. Cinta bukan sekedar dari mata, mata yang bisa bertemu. Tapi cinta bisa menemukan dengan cintanya sendiri. Kekuatan cinta dan Tuhanlah yang merajai semuanya. Melihat akhir cerita dari ceritamu bang. Masihkah ada sosok boy yang kau ceritakan? Atau memang seperti pernyataanmu di akhir novel ini bahwa ini bukan kenyataan atau fiksi belaka?
kisah ini memang sering kali terjadi, dan akhir cerita menjadi palajaran besar untuk keutuhan hati.
"Cinta itu berjuang, Nak. Seperti ayah mencintai ibumu. Tak mudah dulu ayah mendapatkannya. Ada perjuangan yang penuh tantangan. Tapi ayah melaluinya, meski pada akhirnya Tuhan punya cara yang lain untuk membuat ayah kehilangan. Tuhan menjemput ibumu. Naumu setidaknya, ayah senang, ayah telah berjuang sampai titik di mana perjuangan itu memang tak bisa lagi dilanjutkan. Kita akan tetap memperjuangkan orang yang kita cintai, tapi kita tidak bisa mencampuri pekerjaan Tuhan."
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga review novel terbaru karya mas Boy Candra. Nggak nyangka punya kesempatan buat baca salah satu karya dari penulis best seller. Dari awal lihat covernya, aku udah jatuh cinta. Cover warna merah yang pas banget sama salah satu warna kesukaan aku, kemudian ada gambar hati di tengah dengan warna biru dan kuning, rasanya itu kayak disuguhi pelangi, walaupun ini hanya 3 warna (dan kemungkinan biru nggak termasuk di dalam warna pelangi, bukan?). Saat baca judulnya udah diam aja. Mikir panjang, ini tar ceritanya kayak apa yaa, terus kalau nggak ketemu, pada akhirnya ketemuan nggak yaa, komunikasinya gimana yaa. Banyak hal yang aku pikirkan awalnya saat baca judulnya, ini baru judulnya belum masuk ke cerita.
Lanjut saat masuk ke cerita, sempat mikir lagi, ini berasa baca narasi berita yang nggak ada percakapannya nih. Tapi, ternyata setelah masuk lebih dalam bacanya, ada percakapan, dan aku bisa masuk ke dalam karakter masing-masing tokoh. Gimana rasanya jadi Wulan dan Boy yang berhubungan LDR dan nggak pernah ketemu, saat Boy bertemu dan berhubungan dengan Della, pengakuan Boy, sakitnya Wulan. Completed banget disini. Dan aku pun terhanyut. Banyak pesan yang disampaikan di dalam buku ini, salah satunya adalah kasih sayang dan perhatian dari orang tua, dan keberanian untuk mengakui kesalahan. Overall, buku ini layak dan bagus buat dibaca. Good job, mas Boy Candra. Nggak sabar buat baca karya-karyamu yang lain.
Suka dengan plot ceritanya yang ringkas. Tidak komplikated. Seperti yang orang kebanyakan biasa lalui.
Di zaman teknologi begini, tentu sekali ramai yang bercinta secara maya walau belum pernah bertemu. Bagaimana mereka melaluinya hari-hari? Meluah perasaan kasih dan sayang. Mencurah perhatian. Menangani konflik dan cemburu. Menguji kesetiaan. Secara MAYA.
Semuanya digarap cantik oleh Boy Candra. Sepanjang pembacaan saya penuh beremosi.
Disamping itu Boy Candra pandai memasarkan dirinya sebagai penulis sepanjang perjalanan novel. Juga mempromosi bukunya yang terdahulu.
Membuatkan saya sebagai pembaca rasa ingin memiliki karyanya yang lain.