Kei seorang gadis lugu dan penyendiri, yang takut jatuh cinta setelah cinta pertamanya kandas saat SMA. Dan Kei juga merasa lebih nyaman tinggal di rumah, mengelola bisnis online shop, serta membantu ibunya dalam usaha katering kecil-kecilan, daripada memanfaatkan kesarjanaannya, serta hidup normal sebagaimana layaknya gadis-gadis lain. Didorong oleh keinginan ibunya agar Kei bisa bergaul dengan sesuai usianya yang menginjak 25 tahun, Kei pun melamar kerja dan diterima sebagai assistant enginerr di sebuah konstruksi besar. Hanya saja, di perusahaan baru tersebut Kei harus menjadi asisten untuk seorang atasan yang paling killer. Pak Karnaka seorang bos yang penuntut, serta angkuh. Membuat Kei harus pontang-panting melayani keinginan sang atasan. Di sisi lain, Kei juga berkenalan dengan Bhisma, pemuda brondong usia 18 tahun yang menjadi pelanggan tetap olshopnya. Dari sekedar tawar menawar barang, percakapan bersama Bhisma berkembang kian intens, sehingga tanpa dia sadari keduanya semakin dekat. Di saat yang sama, Dudi, pemuda yang dulu ditraktir oleh Kei, dan yang telah menghancurkan hati gadis itu, muncul kembali dalam hidupnya. Tujuannya jelas, rekonsiliasi, memperbaiki hubungan yang terputus bertahun-tahun lalu. Namun namanya hati tidak bisa ditebak, jatuh cinta tidak bisa dinalar, Kei justru jatuh cinta sama Pak Karnaka. Padahal lelaki itu sama sekali tak layak untuk dicintai. Selain karena usianya sudah 39 tahun, Pak Karnaka juga seorang pria beristri. Sekali lagi Kei jatuh cinta pada orang yang salah.
Saya membaca buku ini atas rekomendasi dari teman saya, yg tergila-gila dgn tokoh utama prianya, dan setelah saya selesai membaca buku ini, maaf saja, menurut saya sungguh kesalahan besar untuk ngefans sampai kaki keriting pada tokoh ini, Pak Karnaka. Jujur saya tidak sependapat kalau tokoh ini bisa jadi favorit, berikut ini akan saya beberkan beberapa kekurangan2 dan kelebihan dari buku ini. Saya berusaha se-obyektif mungkin menilai buku ini, membaca walau dengan "terpaksa" setelah pertengahan buku karena saya harus menulis review yang jujur. Dan setelah membaca buku ini, baru saya menyadari diri saya "masokis" juga. Dan ternyata saya juga sangat rewel dan subyektif dalam penokohan karakter.
Sejujurnya saya suka cara penulisan author, lancar mengalir dan enak dibaca. Walau ada kekurangan terutama di bagian chatting antara Kei & Bhisma (anak Karnaka) yang membingungkan karena tidak ditulis siapa yg lagi bicara kalimat A, dst. Untuk typo walau cukup banyak menurut saya tidak terlalu mengganggu aliran baca saya. Lagipula saya reader, bukan editor atau proofreader, jadi menurut saya beberapa typo tidak akan mengganggu jalan cerita. Yang amat sangat mengganggu saya sebagai reader adalah karakterisasi tokoh2nya, yang awalnya tergambar baik tapi semakin lama semakin absurd dan terkesan munafik.
Saya to the point saja, kesalahan utama sudah terjadi pada tema cerita bahwa seorang gadis lugu dan rada naif jatuh cinta pada pria yang sudah beristri dan sudah memiliki anak. Author terlalu berani mengajukan segmen tema pria beristri vs wanita single ini yang menurut saya jadi blunder keseluruhan cerita. Ibarat koki, biarpun dia sehebat Gordon Ramsay, kalau bahan dasarnya misalnya daging beruang liar, biar mau diolah bagaimanapun, dibejek, diremas, dipukul2, direbus berhari-hari juga gak bakalan enak untuk dimakan. Mungkin tampilan luar bisa cantik, citarasa tidak bisa membohongi. Sama dengan buku ini, andaikata tokoh utamanya digambarkan sbg duda cerai dari awal cerita, mungkin saya berani memberikan 5 bintang karena dialog2 yang hidup dan jalan cerita yang lebih masuk di nalar saya ketimbang romansa antara pria beristri dan asisten bawahannya. Mungkin saya sangat konservatif, sebab walaupun biduk pernikahan sang tokoh utama pria dan istrinya sudah menunggu ambruk dan kandas, tetap saja terasa salah dan tidak romantis (lebih tepatnya tidak menyenangkan) jika membaca flirting-flirting khas antara Karnaka dan Kei. Not in the right moment. Saya nyaris tersedak selagi membaca adegan Karnaka yang pura2 tidak ada hubungan apa2 dgn Kei keesokan paginya, padahal semalam sebelumnya sudah "menembak" Kei dan malah ada ciuman mesra pertama mereka. Malah tega2nya menyatakan urusan pribadi tidak boleh dicampuradukkan dengan urusan kantor. What a hypocrite man?
Mari saya analisis satu per satu tokoh utamanya, mulai dari Karnaka terlebih dahulu. Karnaka dideskripsikan sebagai ayah dan suami yang baik, walau rumah tangga bahagianya cuma kedok belaka, dia sekuat tenaga memanjakan sang istri (dengan materi namun tidak dengan perhatian sebagai suami terhadap istri) dan anak semata wayangnya, Bhisma yang masih sekolah di tingkat akhir SMU (malah kadang berlebihan dan jadi mengesankan Bhisma masih SD bukan SMU). Dia jelas-jelas penjahatnya dalam novel ini, namun ditutupi oleh selubung indah yang dengan cerdiknya disusun oleh author sejak awal cerita. Sudah jelas ketertarikan dimulai oleh Karnaka tapi selalu menempatkan Bhisma ditengah-tengah antara dirinya dan Kei, sebagai batas supaya Karnaka tidak lupa diri bahwa dirinya sudah beristri dan memiliki anak lelaki. Agak pengecut juga caranya flirting. Entah author sadar apa tidak, tindakan flirting Karnaka ini membenarkan paranoid berlebihan dari istrinya yang cemburuan tidak beralasan dan tidak pe-de. Walau flirting dengan Kei adalah flirting pertama kali yang dilakukan oleh Karnaka terhadap the other woman, tetap salah dilakukan oleh Karnaka yang sedang kasmaran, walau cinta katanya tak pernah mengenal logika, kata Oddie Agam, untuk kasus dengan personality seperti Karnaka yang kaku, tradisional terasa aneh dengan flirting2 konyol dan cemburu buta Karnaka yang tidak membawa hubungan kemanapun. Justru disini tindakan Kei lebih logis menyatakan bahwa dia tidak pernah menanyakan hubungan Karnaka dengan istrinya.
Dan kenapa setelah sadar diri sedang kasmaran dengan Kei, barulah seolah-olah Karnaka baru mendapat pencerahan untuk bercerai resmi dengan istrinya. Seakan-akan Kei-lah pencetus final nya perceraian mereka? Sebelum kehadiran Kei, sepertinya tidak terbersit dalam pikiran pasangan ini utk bercerai. Ini poin yang lumayan meresahkan saya. Kalau saya jadi Kei, saya akan bertanya pada diri sendiri, dosa apa yang telah saya lakukan sebelum inkarnasi sekarang ini, sampai harus jatuh cinta pada orang yang salah? Kei digambarkan sebagai gadis lugu, sederhana, penuh semangat, mandiri walaupun kelewat ceplas-ceplos dan nyinyir, tapi bodoh juga dengan curcol seperti ember bocor kepada Bhisma (anak Karnaka) dan sungguh saya kasihan sekali dengan karakter Kei. Dia mendapat sinyal2 perhatian salah tempat dari Karnaka, sebagai cewq yang tidak punya pengalaman pacaran, jelas mudah sekali Kei jatuh cinta pada sosok Karnaka yg ganteng, lebih matang dan jelas tajir banget. Saya kasihan karena sejak awal cerita Kei itu di-bully oleh ayah-anak ini, belum lagi di tempat kerja. Sindrom father-complex Kei makin diperparah dengan perhatian berlebihan yang tidak sepatutnya Karnaka berikan kepada bawahannya. Ini menjijikan menurut pandangan saya. Jujur saya agak skip-skip bacanya setelah Karnaka mencurahkan dan mulai open bahwa dia menyukai Kei secara terang-terangan. Karakter Kei makin terlihat stubborn childish ketika dia tidak bisa move on, tetap kekeuh memilih Karnaka, pria beristri, drpd Dudi, mantan gebetannya yang mulai PDKT lagi setelah 7 tahun sblmnya menolak Kei secara terang2an. Ada dendam dalam dialog2 antara Kei dan Dudi, lumayan lucu dan menyegarkan. Ketimbang dialog2 chatting antara Kei dan Bhisma yg lebih mirip anak kecil vs orang sotoy sok dewasa, dialog Kei vs Dudi menurut saya lebih natural.
Tokoh Rahman, sebagai kolega dan rekan kerja Karnaka, yang akan menjadi kunci tabir masa lalu Karnaka, menurut pendapat saya malah makin memperparah ceritanya. Walau maksud author, hal ini untuk membuat para reader maklum dengan pembenaran bahwa Karnaka menikah dengan istrinya didasari alasan yang salah, waktu yang salah, kepribadian yang salah dll. Tapi saya merasa ada kesan Rahman itu tim hore-hore hubungan gelap antara Karnaka dan Kei, walau masih sebatas hubungan emosional, jangan salah kira, justru selingkuh yang melibatkan hubungan emosi jauh lebih parah daripada selingkuh secara badani.
Tokoh Bundanya Kei juga terlalu berlebihan digambarkan sbg "sosok malaikat" dalam kehidupan Kei. Ibu Kei dideskripsikan sbg single mother setelah kematian suaminya pada saat Kei masih awal SMU. Beliau yang banting tulang utk menghidupi mereka berdua. Tapi entah kenapa saya mendapat sinyal dari yang saya baca, beliau sebenarnya ingin Kei lekas menikah, mungkin lelah juga melihat Kei agak tipe antisosial begitu (dari awal s.d akhir saya membaca buku ini, Kei tidak memiliki teman akrab sebelum bertemu Bhisma, dan di kantornya pun, cuma ada dialog keakraban antara Kei dengan Ance, office girl bermulut ember). Sibuk dengan dagangan komik online nya yang kadang kalau diperhatikan dari kacamata orang luar, Kei is living in her own bubble, melupakan segalanya kecuali dunianya sendiri. Agak memanjakan Kei juga dengan memberi nasihat tidak tegas soal hubungannya dengan Karnaka. Tidak melarang tegas tapi juga tidak menganjurkan hubungan lanjut terus. Memang sih ada kemungkinan kalau Kei dikerasi, dengan tabiatnya itu malah berbalik melawan. Kei bisa saja tambah gebleg dengan tetap berprinsip ayo jalan terus, laki orang jg gpp, toh perkawinan mereka sudah mau bubar. Bagaimana tanggapan Bundanya Kei, kalau Kei bertindak salah seperti ini?
Dan saya jadi merasa bersimpati pada Nora, istri Karnaka. Inilah contoh korban sebenarnya dari keretakan rumah tangganya karena dirinya dikalahkan secara telak oleh seorang gadis muda, yang seperti dikatakan Nora, menata rambutnya sendiri saja tidak becus. Mungkin beginilah rasanya Lady Diana dikalahkan secara telak oleh Camilla Parker Bowles dalam memperebutkan hati Prince Charles? jleb jleb jleb.... Walaupun Nora didesktipsikan seorang egosentris, dan selalu gagal dalam kariernya, sepertinya mengenaskan banget dan ironis sekali rumah tangganya pun hancur secara total karena gadis sederhana, Kei. Gw sebenarnya antara gak heran tapi takjub juga, koq bisa2nya Karnaka nyaman dgn Kei, tapi bisa sedemikian tidak berkutik dgn istri cantiknya. Tersirat dari deskripsinya walau tidak tertulis, seakan-akan Karnaka masa bodoh dgn isterinya. mau jungkir balik keq, mau reuni keq, sudah tidak ada emosi. Yang ada hanya kewajiban secara materi.
Dan ending cerita tampaknya agak dipaksakan. Sudah tidak ada penghalang lagi, masing2 punya kehidupan yang setelah berjalan 3 thn, alhamdulilah lancar semua dan maju, mau apalagi selain menikah? Tetapi, lagi2 saya merasa ending tidak alami dan agak dipress supaya no conflict again, everybody happy, tidak ada yang menentang hubungan mereka berdua. Bhisma, Dudi, Rahman bahkan Budhe Rosie langsung tutup mulut semua, tidak ada keberatan dan semuanya merestui.
Semoga di buku selanjutnya author tidak melakukan blunder lagi terutama tokoh2nya, sayang sekali padahal buku ini lumayan enak dibaca. Jadi saya memutuskan untuk memberikan 4.5 poin utk cara dialog dan jalan cerita, sedangkan untuk nilai karakter2 tokohnya, saya hanya memberikan 2 poin. Dan rata-rata menjadi 3 bintang.
Dan saya harap saya tidak dikutuk utk bernasib sama seperti Kei karena menulis review ini hehehe......
This entire review has been hidden because of spoilers.
Saya akhirnya menemukan buku dengan label self publish yang lumayan bagus walau dengan typo bertebaran tapi tidak mengurangi keasyikan saya membacanya. Yuk kita bahas kekurangan buku ini. 1. Terlalu banyak typo, mungkin tidak usah dibahas di sini, malas ya, silakan pm kalau pengen tau lebih jelas. 2. Penulis banyak memakai kata tidak efektif. 3. Deskripsi tentang karakter2 dalam buku tsb kurang. Contohnya latar belakang Pak Karnaka dan Keisari yg tidak digambarkan dengan jelas. 4. Penulis kurang menggali konflik yg ada di buku ini.
Saya rasa tidak perlu membahas panjang lebar soal alur cerita buku tsb, krn itu balik lagi ke selera masing2 pembaca.
Saran saya, di novel2 selanjutnya mungkin penulis bisa memakai editor untuk membantu penataan kalimat dengan lebih baik. Dan banyak membaca buku dengan berbagai genre.
Ini adalah satu dari sedikit buku ‘mudah’ yang aku selesaikan dengan cara yang tidak mudah. Perlu waktu sepuluh hari untukku ngrampungin sampai halaman terakhir. Font size-nya yang seukuran debu bikin aku kelilipan setiap kali baca. Nyaris nyerah. Nah, berhubung sudah kelar, yuk dibahas satu-satu. Semoga bisa jadi salah satu pertimbangan kalian yang pengen baca buku ini: 1. Tentu saja kita akan membahas typo. Haduuuuuh banyak banget. 2. Bahasa Inggris. Ada beberapa tokoh yang intens menggunakan English. Tapi sayang terasa tidak nyaman. Misal bagaimana Bhisma memanggil ortunya ‘Momz’ dan ‘Dadz’. Yuk dilafalkan satu-satu, masukkan panggilan itu ke dalam percakapan normal sehari-hari, untuk memanggil, untuk menyebut, untuk tereak saat panik minta dicebokin (mungkin?). Bagaimana? Kagok banget kan? Aku gak yakin bakal ada remaja yang mau rutin manggil begitu ke ortunya. Kalo sekali2 gak papa kali. Tapi setiap saat? I don’t think so. 3. Masih di English. Ini KELEMAHAN novel tanpa edit yang memadai: untuk digunakan sbg percakapan sehari-hari, kesalahan terlalu banyak bertebaran. Misal di hal. 350, “... you throwed away ...”. Tidak ada ‘throwed’ di English. ‘Throw’ adalah irregular verb. Jadi bentuk II-nya (past participle-nya) akan ‘threw’. Dan entah di halaman berapa aku juga nemu ‘save’ yang seharusnya ‘safe’, dan masih banyak lagi. 4. Sekarang ke pilihan nama. ‘Karnaka’ dan ‘Keisari’. Really? Aku sampai googling ngrunut ke halaman 8 pencarian, dan tidak menemukan nama ‘’Karnaka’. Nama yang terbaca absurd jadi berasa tidak real. Sulit untuk merelasikan dengan ide cerita yang kontemporer realistis. Nama itu akan bisa diterima jika kita sedang mbaca cerita fantasi. Kecuali jika ada sedikit penggambaran latar belakang penamaan. Sayang banget hal itu tidak ada karena Karnaka yang berasal dari keluarga kaya raya itu tidak diberi bekal background yang kuat. Nah untuk ‘Keisari’ agak mending. Aku nemu di google. Sayang itu adalah bahasa kuno Nordic untuk kaisar MALE. Jadi itu nama laki-laki. Kedua nama itu terasa njomplang saat disandingkan dengan nama-nama lain yang membumi macam Rahman, Nora, Ance, Lies, Dudi .... 5. Kembali ke keluarga Karnaka. Aku heran bagaimana pria asli Indonesia (oke, memang kaya) kok bisa ortunya (dulu) tinggal di New York, sekarang ortunya di London, tapi si pria punya rumah di Seattle, bisnisnya di Jakarta, kadang di Singapore, semua tanpa penjelasan yang memadai. 6. Untuk jalan cerita, buatku sih bisa diterima. Meski aku kurang paham dengan penulis-penulis romance yang sepertinya kok suka banget dengan tokoh cewek muda polos-imut-inosen disandingkan dengan pria di usia puber kedua atau setidaknya berjarak umur belasan tahun di atas si gadis? 7. Tapi pada dasarnya ceritanya enak diikuti. Meski menurutku sih kepanjangan. Ini font-nya mikroskopis saja sudah menghabiskan 430an lembar. Bagaimana jika pakai font ukuran standar? Sebenarnya banyak kegalauan yang tidak perlu dipanjang-panjangkan. 8. Sekarang untuk judul. Ini ‘Thousand Sheets’ itu nggambarin apa sih? Thousand sheets ketikan sebelum font diperkecil? Atau thousand sheets yang dihabiskan di masa honeymoon? Atau thousand (work)sheets yang diprint Keisari waktu masih jadi asisten Karnaka? 9. Dan cover-nya kenapa daun maple kering, sementara setting jauh dari Kanada dan tidak pernah kena musim gugur? Kurang paham ah.
Oke segitu saja nyinyirnya. Kalo buatku buku ini cukup bisa dinikmati, jalan ceritanya mampu ‘menyentuh’ emosiku sebagai pembaca. Itu saja sebenarnya sudah bisa membuat buku ini dapat 4* dariku. Sayang kekurangan-kekurangannya yang di atas membuatku tidak mampu menekan bintang ke-4. Jadi akhirnya, 3*, semoga buku selanjutnya akan lebiih indah dan realistis. Gak kapok sih baca karya pengarang ini.
Q : Bagi kalian, seseorang disebut tidak pengangguran atau memiliki pekerjaan kalau bekerja di kantor atau bekerja di mana saja termasuk membuka bisnis di rumah?
Buatku pribadi, seseorang itu bisa bekerja dari mana saja, membuka bisnis online di rumah saja juga bisa disebut bekerja. Namun, beda cerita dengan anggapan Mama Kei di novel Thousand Sheets.
Novel Thousand Sheets berkisah tentang Keisari yang dipaksa untuk mencari pekerjaan di luar rumah agar status sosialnya meningkat dan mendapatkan jodoh yang sepadan akan lebih besar. Alih-alih bertemu rekan kerja ganteng serta menarik, Kei malah ketemu atasan yang menyebalkan. Namun, pekerjaan baru ini ternyata berhasil memutar roda hidup kei sehingga melaju lebih cepat. Begitu juga dengan perjalanan asmara kei, tapi tidak ada kisah cinta yang berlangsung sederhana tanpa melibatkan drama. Lalu bagaimana Kei menghadapi perubahan besar dalam hidupnya? Penasaran? Langsung baca novelnya!
Ini kali pertama aku baca karya Kak Olly dan jujur aku terkena culture shock. Novel karya Kak Olly jika diibaratkan sebuah daging, maka ini adalah daging wagyu. Kualitasnya nggak main-main. Dari halaman awal sampai akhir isinya sangat berdaging. Aku salut dengan riset yang dilakukan Kak Olly untuk novelnya, tiap lembar halamannya membuatku tercengang dengan detail setiap elemen novel ini.
Konflik novel ini juga begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dari permasalahan keluarga, masalah pekerjaan, serta masalah kehidupan asmara dalam novel ini mampu menjungkir-balikkan perasaanku saat membacanya. Konflik-konfliknya ditempatkan di posisi yang sangat pas. Penggunaan sudut padang orang ketiga serbatahu dalam novel ini juga membuatku bisa merasakan apa yang tokoh utama rasakan dan bisa tau apa yang sebenarnya terjadi.
Tokoh dalam novel TS lumayan banyak, tapi Kak Olly menciptakan tokoh-tokohnya dengan memiliki karakter yang sangat kuat. Setiap tokoh punya kekurangan dan kelebihan, itu yang membuat para tokoh dalam novel ini lebih hidup dan terasa nyata. Tokoh yang paling kubenci dan rasanya ingin kusiram tiap tokoh ini muncul itu Dona dan Nora. Dona, si sepupu nggak tau adab dan rasa terima kasih. Nora si gila privilage dan sosok wanita yang nggak pantas disebut ibu. Aku bersyukur sekali nggak punya sepupu seperti Dona dan Nora. Naudzubillah.
Tante Karin atau Mama Kei sempat membuatku sebal dengan sikap dan perilakunya. Nggak menyalahkan juga sih karena aku sempat ada di posisi Tante Karin, aku tau banget rasanya punya ipar yang seperti ipar beliau. Namun, nggak dibenarkan juga sikapnya terlalu membedakan Kei dengan Dona yang terlihat nggak adil untuk Kei.
Dan tokoh yang kusuka jelas saja Kei. Aku salut banget sama anak polos ini. Dia kuat banget, rasanya aku ingin pukpuk dan meluk Kei. Aku juga kagum dengan begitu besar sayangnya untuk Tante Karin.
Aku suka interaksi Kei dan Bu Rum, interaksi yang membuatku terharu. Meski nggak memilki ikatan darah, tapi dari Bu Rum aku belajar kalau masih ada orang yang tulus dan baik seperti Bu Rum. Aku juga suka interaksi Kei dan kedua boss-nya, ketika mereka ngumpul bertiga selalu saja membuatku tertawa kalau lagi mode nggak serius kerja, tapi kalau lagi mode serius kerja itu malah membuatku berdecak kagum karena otak dan strategi mereka.
Untuk penyelesaian setiap masalah yang ada dalam novel TS aku merasa penyelesaian masalahnya sangat pas, meski ada kejutan yang membuatku ketrigger.
Dari novel TS ini aku belajar tentang dunia teknik sipil yang belum pernah kuketahui, dunia yang sebenarnya dekat denganku karena punya ipar yang berkecimpung di dunia tersebut yang kalau ketemu sering membahas dunia teknik sipil. Aku belajar tentang bisnis kuliner, belajar pelajaran kimia yang nggak pernah sama sekali kupelajari di bangku SMK dan cara meracik kopi yang pas.
Dari novel TS aku paham kalau sebenarnya laki-laki juga mampu mendidik anak menjadi anak yang luar biasa, aku lebih paham dengan cara mendidik orang tua kalangan atas yang nggak sama satu sama lain, ada yang mendidik dengan tidak memberi privilege dengan mudah dan ada yang memberi privilege dengan mudah.
Aku suka dengan font dan ukuran font yang dipakai dalam novel ini, membaca 744 halaman tidak membuat mata sakit. 744 halaman untuk sebuah novel memang sangat tebal apalagi dilayout dengan versi novel cetak, tapi 744 halaman rasanya kurang untukku. Memang diperlukan untuk membaca extra part-nya.
Novel Thousand Sheets versi cetak bisa didapatkan di online shop kesayangan kalian, sedangkan untuk versi digital bisa dibaca di aplikasi Playbooks.
Aku rekomendasikan novel ini untuk kalian yang suka cerita agegap, untuk kalian yang suka baca romance yang nggak membuat cringe, buat kalian yang ingin lebih paham dengan dunia teknik sipil, buat kalian yang ingin masuk ke jurusan teknik sipil, buat kalian yang ingin menggeluti dunia bisnis kuliner.
"We didn't meet people by accident. They were meant to cross our path for a reason."
Ada yg suka cerita office romance dan age gap? Sama aku juga suka, nah novel jni tuh memuat keduanya, office romance dan ada age gap nya juga. Tapi selain itu novel ini juga ada unsur kekeluargaan dan persahabatannya.
Disini kita bakal dikasih liat seluk beluk dunia konstruksi, walaupun ga terlalu detail tapi sedikit banyak kita jadi paham seperti apa pekerjaan di bidang konstruksi tsb.
Aku suka proses hubungan Kei dan Karnaka, Kei yg awalnya cuma asisten dan sering diremehkan oleh Karnaka perlahan-lahan mampu membuat Karnaka jatuh hati, dengan sikap polos dan apa adanya Kei.
Aku juga suka pertemana Karnaka dan Rahman, mereka itu solid banget, walaupun sering saling ejek tapi mereka selalu saling support.
Aku awalnya sebel sama mamanya Kei yg terlihat lebih membela Dona, sepupu Kei, padahal dia ini menyebalkan banget. Tapi setelah tau alasannya, aku jadi miris dan paham kenapa mama Kei bersikap begitu. Hubungan Kei dan mamanya sukses bikin aku berkaca-kaca saat mereka harus .........
Kisah Kei dan Karnaka ini jika dilihat sekilas seperti kisah dongeng dimana wanita biasa bertemu pria kaya raya. Tapi yg membedakan disini mereka berdua sama-sama berjuang agar hubungan mereka berhasil. Kei yg berusaha meng-upgrade dirinya tanpa bantuan Karnaka agar ia pantas bersama Karnaka. Dan Karnaka yg mengusahakan sesuatu agar Kei bisa diterima keluarganya. Walaupun sulit tapi akhirnya mereka bisa melalui itu semua.
Endingnya menurutku pribadi agak gantung ya, aku sampe beli beberapa ekstra partnya di Karya Karsa dan setelah baca aku makin happy liat mereka.
Overall aku ga nyesel baca buku setebal ini, malah berasa kurang. Isinya padat bukan hanya tentang percintaan tapi juga hubungan orang tua dan anak serta persahabatan. Recommended banget buat di baca.
Salut banget dengan perjuangan Kei, sosok yang mandiri dan nggak pernah lelah untuk mengejar impiannya. Menurutku, waktu tiga tahun menjadi pengangguran, itu sangat menyakitkan. Namun, karakter Kei bener-bener mengajarkan untuk pantang menyerah. Akhirnya, Kei bisa mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai kantoran. Konflik pada novel ini bener-bener relate dan dekat banget dengan keseharian. Saat Kei punya bos menyebalkan, emosiku jadi ikutan terbawa. Keren banget kak Olly buat novel ini! Sosok Karna juga diem-diem menghanyutkan. Aku yakin kalian pasti suka novel ini, pokoknya kalian bisa baca secara online di KaryaKarsa ya: https://karyakarsa.com/Ollyjayzee/ser...
Bacanya mlas2an.......dan ak plg bnci am crta ttg pelakor2an.... Apalgi plakor msakini mcem kei..wkwk...srius ak sk tulisan2 nya kak Olly tp untuk yg tulisan ini..maaf ya kak ak tidak minat bt nyelesain crta ini😬😬😬😬