Gong Jinsol; seorang gadis yang tidak suka kerumitan dan ingin hidup sederhana.
Lee Geon; seorang program director yang berbakat dengan masa lalu yang rumit.
Gong Jinsol, seorang penulis untuk sebuah acara radio tiba-tiba dipasangkan dengan bos baru bernama Lee Geon. Sialnya, Geon juga seorang penulis. Jinsol tidak terlalu suka bekerja dengan seorang penulis, karena biasanya mereka penuh kritik. Belum lagi, Geon suka seenaknya saja membuka buku agenda Jinsol dan mengajaknya keluar malam-malam dengan alasan agar mereka lebih akrab.
Saat Jinsol mulai betah bekerja dengan bos barunya, muncul sebuah perasaan baru di dalam hatinya. Apakah ini cinta? Namun, mengapa Geon malah terlihat menjauhinya? Apa yang disimpan oleh Geon di dalam hatinya yang paling dalam?
3.5☆ Jadi paham alasan buku ini bisa bertahan di posisi steady seller di negeri asalnya. Ceritanya bukan sesuatu yang luar biasa tapi juga tidak bisa disebut biasa2x saja. Tipe yang efeknya akan meningkat seiring makin dewasanya usia mental pembaca dan frekuensi bacanya.
wow. just wow. as I said in my previous status, this book is a slow-burn romance. kalo ga sabaran, jangan baca buku ini karena bakal bikin kamu keki sama slow progress-nya. Seperti yang dikatakan di Author's Note di akhir buku, memang buku ini menceritakan kisah seorang wanita yang mengetuk pintu hati seorang pria, namun karena tidak mendapat respon yang sesuai, dia segera meninggalkan pintu itu seolah tidak terjadi apa-apa. si wanita hanya takut terluka.
tbh, I really really love how Lee Do Woo tells this story. kisah Geon dan Jinsol ini benar-benar sangat realistis menurut saya. cinta itu memang ga semua akan datang berbarengan, bisa aja yang satu sudah mencinta terlebih dulu, menanti satunya lagi untuk membalas perasaan karena udah nebar-nebar kode, eh ternyata masih belum selesai sama perasaan di masa lalu dan bikin nunggu yang udah nembak duluan.
karena yang pertama ini sudah lelah menanti, ditambah bom gede yang dijatuhkan sama si calon, akhirnya dia mundur perlahan meski masih mencinta. iya, yang namanya cinta itu ga akan bisa semudah itu dihilangkan, paling we get used to it while we love another (yang katanya move on).
eh tapi ternyata, setelah si calon menyelesaikan perasaan di masa lalu, dia akhirnya sadar juga bahwa sedari dia menyelesaikan perasaan, dia mulai membiasakan diri dengan si dia, mulai belajar mencinta dengan perlahan. dasar ya timing emang susah banget buat datang di waktu yang tepat.
meskipun akhirnya, ada perpisahan, namun namanya mereka masih mencinta, ya balik lagi meskipun malu-malu kucing, ada pride-nya juga. seneng banget sama endingnya yang begitu. berasa banget feel k-dramanya.
oh ya, menurut saya, kisah side characters-nya juga seimbang banget. kisah pertemuan Jinsol dan Aeri, bikin saya campur aduk karena mikir mereka bisa juga jadi pasangan karena cara bertemunya yang romantis banget haha. kisah Aeri juga ga berasa mendominasi, semuanya berharmoni.
yang lucu itu karakter Ahn Heeyeon. she's the aggressive woman, independent, smart and knows what she wants. cuma sayangnya perhatian dia ke Geon ga ditanggepin karena dianggap adik sendiri. so sad banget sih di bagian dia akhirnya menyerah sama cinta pertamanya.
sebenernya, aku ngejar beli buku ini (dapet sisa display dari owlbookstore) karena suka banget sama I'll Go To You When the Weather is Nice dari penulis yang sama. Cara menceritakannya detail, bikin kita bisa menggambarkan suasananya, dunianya, pandangan karakter-karakternya yang calm banget, dewasa dan manusiawi. ga ada yang dilebih-lebihkan. Penasaran sih apakah buku ini dijadikan drama/movie juga, tapi mungkin sama seperti I'll go to you when the weather is nice, mungkin buku ini kalo dijadikan drama/movie ga akan se-hype itu karena yaa calm banget alurnya, ga yang lebay dramatis kayak drama-drama yg hype saat ini. terlalu realistis yang bikin penonton jadi bosen kali ya. tapi aku suka banget malahan. suasana desa di Namyangju juga keren banget, bikin kepengen pindah ke desa yang indah begitu, hidup santai tanpa stres mikirin kerjaan dan cari duit.
sekian review dari saya, agak spoiler sih karena bukunya juga udah diterbitin lama, jadi gpp lah ya. hehehe
Awalnya sempet males-malesan baca buku satu ini, tidak seantusias biasa seperti novel-novel korea lainnya. Tapi begitu mulai membacanya, jujur saya terhanyut dalam cerita satu ini. Setiap detil yang awalnya dianggap membosankan, menjadi tumpuan imajinasi saya akan cerita ini. Membacanya seperti ikut langsung terlibat dalam cerita, setiap detil yang dituliskan membuat seakan saya menjadi saksi langsung perjalanan kisah yang dituliskan Lee Do Woo ini.
Kisah manis yang mampu membuat saya tersenyum dan menahan perih. Thumbs up untuk penulis yang mampu menyihir pembaca untuk ikut merasakan gejolak rasa yang ada di buku ini..
Alur cerita yang berjalan lambat, membuat saya susah menamatkannya. setiap membuka buku, dalam hati bertanya kapan akan siap membaca buku ini? unsur penasaran kurang dari novel ini.
Mlle Alice, pouvez-vous nous raconter votre rencontre avec Le Courrier de la Boîte Postale 110 ? "J'ai adoré le précédent roman de l'autrice publié chez Decrescenzo, l'Odeur des Clémentines Grillées (qu'elle a en fait écrit après celui-ci), il était donc hors de question que je passe à côté de cette nouvelle sortie et je remercie l'éditeur de me l'avoir envoyée."
Dites-nous en un peu plus sur son histoire... "Gong Jin-seol, scénariste à la radio, préfère vivre une vie tranquille que se bercer de faux espoirs. Mais sa rencontre avec Lee Geon, son nouveau producteur, va l'aider à s'ouvrir peu à peu et peut-être même à se faire à nouveau confiance..."
Mais que s'est-il exactement passé entre vous ? "La première chose que j'ai apprécié dans ce roman, et c'était déjà le cas avec le précédent de l'autrice, c'est qu'il se démarque complètement du schéma maintenant classique des romans légers asiatiques, qui se ressemblent tous et dont la plupart des éditeurs ont décidé de nous inonder sans grande distinction de qualité. Pour autant, si vous lisez d'autres avis sur celui-ci, je ne doute pas que les mots que vous retrouverez sans cesse sont la douceur, la délicatesse et la lenteur aussi. Parce que oui, c'est une histoire qui prend son temps, qui suit ses héros dans leur quotidien et dans toutes les petites étapes qui vont les amener à mieux se connaître, à se rapprocher et à s'ouvrir à l'autre. C'est une forme d'écriture que j'ai déjà croisé dans la littérature coréenne, et parfois ailleurs aussi bien sûr, et que j'aime décidément de plus en plus. Elle convient aussi mieux je pense à deux héros qui ont dépassé la vingtaine et aux secondes chances mais surtout, ce n'est pas le genre de roman où l'on vous fait croire aux hasards miraculeux et où l'on minimise les obstacles et les blessures. Je garde quand même une petite préférence pour l'Odeur des Clémentines Grillées mais une fois encore, j'ai été très touchée par les personnages de l'autrice, j'ai apprécié la présence des saisons qui passent et j'ai aimé le milieu dans lequel l'intrigue évolue, ici la radio. En revanche, j'avoue que j'ai longtemps attendu un lien plus fort avec son titre sans le trouver."
Et comment cela s'est-il fini ? "Je pense que c'est le genre de roman que j'aimerais prendre le temps de relire un jour et qui me laisse indéniablement un sentiment de réconfort. J'espère que l'autrice continuera à nous proposer d'aussi jolies histoires et que Decrescenzo continuera à les traduire pour nous."
Akhirnya, setelah berbulan-bulan, novel ini selesai dibaca juga. Ini bukan karena novelnya tidak menarik, tapi memang waktuku aja yang sepertinya akhir-akhir ini terbuang percuma (jadi kesannya sibuk, tapi tidak menghasilkan) Jadi merasa bersalah sendiri haha
Oke, jadi akan aku buat beberapa poin untuk review novel ini : Pertama, jika melihat dari cover di awal dan blurb kenapa harus kotak surat dan kenapa justru berhubungan dengan radio. Tanpa disebutkan pun penulis novel ini bisa menunjukkan bahwa memang radio dan surat itu berhubungan dan tidak lupa bahwa di novel ini akan penuh dengan hal-hal yang berkaitan dengan rangkaian kata yang indah.
Kedua untuk alur. Seperti pembaca yang lain, saya setuju kalau alur untuk kisah romantis antara kedua tokoh utamanya ini dibuat begitu lambat. Meski begitu nyatanya tidak membuat bosan. Setiap detail baik dari karakter, setting dan lainnya oleh Lee Do Woo ssi ini justru membuat pembacanya penasaran dan terkesan dengan pengembangan karakter tiap tokohnya yang begitu nyata dan membuat kita pembaca ikut hanyut dalam ceritanya.
Ketiga, tentunya untuk novel terjemahan tidak akan ada artinya jika kita tidak bilang terima kasih untuk si penerjemah. Kata-katanya benar-benar bisa menyalurkan apa yang penulis Lee Do Woo mau ia sampaikan ke kita terutama pembacanya di luar Korea. Jadi, salut untuk penerjemah Letter Box 101, beserta proofreader, penyunting dan kru lainnya.
Terakhir, quotes" di dalamnya aku suka banget. Banyak quotes atau kata-kata yang benar-benar membuat kita merenungi lagi soal hidup dan cinta.
And i will put my favorite word from Jinsol for the last review : "Aku khawatir, karena sepertinya aku tidak akan bisa berdiri sendiri dengan kokoh tanpa dirimu. Itu sama saja dengan menyengsarakan diri sendiri, kan?"
Intinya, ini kisah romantis yang realistis. Tidak berlebihan. Dan meski di dunia ini tidak ada yang sempurna, mungkin di novel ini bisa kamu temukan cinta yang terlihat tak sempurna namun sebenarnya begitu sempurna.
Kenapa tidak 5 bintang? Karena buat saya pribadi memang belum sampai membuat saya ingin memberikan bintang 5 saja. Hehehe... but still happy reading for you yang memang mau baca novel ini.
original Korean title: 사서함 110호의 우편물 Japanese title: 私書箱110号の郵便物 3.5stars. It was the slowest burn I've read in a while, but I quite enjoyed how not-Korean melodramatic and realistic the whole thing was. And it made me want to go back to Seoul again. However, because of how slow it was, I got slightly bored from time to time. But reading the final few pages made me feel like I was watching a movie, and that was great.
Ini kisah sederhana, antara pria dan wanita yg saling jatuh hati, meski menolak untuk mengidentifikasikan rasa itu sebagai cinta. Jinsol yg tidak ingin kembali terluka-pun, tidak dapat membohongi diri sendiri bahwa dirinya telah jatuh cinta kepada sosok Geon dan lebih dulu menyatakan perasaannya, yg sayangnya pria itu masih menyimpan rasa cinta pada sahabat-nya Aeri.
Penulis menyampaikan cerita dengan sangat baik, sampai aku mersakan dadaku ikut sesak, ketika kedua tokoh utama mengambil keputusan yg membuat mereka terluka. Dan merasa lega, saat mereka pada akhirnya jujur dengan perasaan masing-masing.
Novel ini tidak berlebihan. Kesederhanaan di dalamnya membuat buku ini lebih manusiawi. Aku suka.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Butuh waktu yang lamaaa sekali untuk menyelesaikan buku ini. Jangan baca kalau kau mudah bosan dengan cerita yang luar biasa bertele-tele. Tapi asyik juga sih, berasa nonton drakor juga,, Seleraaa ✌️
A highly unique love story that I can relate in terms of the character's job field, the main character's complicated psyche that comes with a few years after hitting 30, and the familiar backdrop. The author captured a new niche- early 30-somethings' take on life that affects the core of the relationship. Although I dare say, I cannot act as bravely as Jinsol, the protagonist, when declaring her feelings for Geon although she retires afterward. The discourse of the characters is so spiritual, something I (or most ppl my age) craved but couldn't find among the dominant young crowd. The characters talk about reincarnation, constantly shares nature observations, music, and most importantly, poetry. Spiritual, sentimental, and literary nerds such as I will shed at least a few times. I thank Do-wu for such an innovative move on the romance genre.
Beberapa penulis memulai ceritanya dengan menghantam pembaca, beberapa seolah menghampiri kita dan duduk sambil menawarkan segelas minuman hangat, lalu bercerita.
Lee Do Woo kalau boleh saya simpulkan adalah jenis penulis kedua. Dia mengajak pembaca masuk ke dalam cerita--lewat tiap detail, tiap diksi, dan setting. Benar-benar pengalaman yang menyeluruh. Apalagi masalah bahasa, pemahaman, dan manusia.
Letterbox 110 adalah salah satu novel romance-mellow terbaik yg pernah saya baca. Mungkin karena tebal jadi puas :) Tapi di satu sisi saya juga jadi kagum pada Lee Do Woo, bisa berkonsentrasi dan menulis emosi serta perkembangan tokoh dengan konstan.
Walau.... agak pegal karena kalimat-kalimat panjang yang butuh kesabaran. Mungkin karena ditargetkan ke pembaca yang advance, ya?
at first, I think that its an impossible, but when I start read, I begin to belive it. Either Geon or Jinsol had a diference prefence of love, they start their love from it and complete each other beautifully. My heart touched by their love, and I also have butterfly in my stomach when they confess about how they feel.
Judulnya membuat saya penasaran. Walaupun awalnya saya pikir akan ada tentang surat menyurat, ternyata isinya tidak, tapi ceritanya tetap menarik untuk dibaca. Cover-nya minimalis nan cantik. Sederhana, tapi terlihat elegan. Gemas! 🙂
😠 -> 😭 -> 🫣 -> 🤨 -> 🥲 full of angst, miscommunication, and emotion.. basically a kdrama in word format lol though a much-needed dose of that, i must say 🙃