Jump to ratings and reviews
Rate this book

Young Adult GPU

Halo, Tifa

Rate this book
SMK Pratama Putra selalu didominasi murid laki-laki. Tak heran bila di tingkat akhir, Terra dan teman-temannya masih sibuk tawuran. Hingga suatu hari cewek mungil bernama Tifa datang sebagai siswi pindahan.

Dengan sikapnya yang supel Tifa menghidupkan kembali OSIS dan ekstrakurikuler yang selama ini tidak berjalan. Keadaan baru itu membuat Terra gerah dan mulai mencari tahu siapa Tifa sebenarnya. Terutama sejak dua teman Terra melihat cewek itu di sebuah bar bersama seorang pria dewasa.

Di saat bersamaan, alumnus STM Tunas Bangsa mulai merencanakan adu domba antara STM tersebut dengan SMK Pratama Putra. Apa yang harus dilakukan Terra dan teman-temannya?

256 pages, Paperback

First published February 15, 2016

3 people are currently reading
71 people want to read

About the author

Ayu Welirang

17 books94 followers
Ayu Welirang is the author of Go Kory, Go!, Not for IT Folks, Opera Terakhir (short story in Antologi Kasus Sherlock Holmes Fans Indonesia), Double Life, Mata Pena series, Lelaki Bernama Sidik (short story in Antologi Detectives ID 2: Histerical Mystery), Rumah Kremasi, Halo Tifa, 7 Divisi, and Februari: Ecstasy. She is also the Indonesian translator of the first inverted detective story by R. Austin Freeman, entitled The Singing Bone. Her latest thriller book, Jejak Balak was chosen as the 2nd Winner of #LombaThrillerGPU held by Gramedia Pustaka Utama (GPU) and Gramedia Writing Project (GWP). In 2023, Ayu won the Author of the Year award from the Scarlet Pen Awards organized by Detectives ID.

In addition to fiction, she also wrote some light essays about politics, media, music, books, and movie reviews. These essays are published in Harian Pikiran Rakyat, Bandung Music web portal, Serunai.co, Omong-omong.com, and Jakartabeat.Net.

Learn more at www.ayuwelirang.com and connect with Ayu on Twitter or Instagram @ayuwelirang.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
5 (5%)
4 stars
26 (29%)
3 stars
44 (50%)
2 stars
10 (11%)
1 star
2 (2%)
Displaying 1 - 24 of 24 reviews
Profile Image for raafi.
927 reviews449 followers
February 15, 2016
Udah lupa ceritanya gimana. Lol. Tapi yang masih diingat, gue suka dengan karakter Tifa. Karakternya bisa dibilang misterius dan penuh kejutan. Paling nggak, Tifa bisa membawa perubahan di tempat barunya itu. Oh ya, yang gue ingat lagi buku ini banyak tawurannya! Semoga nggak membawa dampak buruk kepada para pembaca Mbak Ayu Welirang ya. Biar nggak kayak sinetron-sinetron itu. Huhuhu. Keep up the good work, Mbak Ayu!

Dan, yeah, akhirnya gue bisa merasakan dapur naskah penerbit ini. Semoga bisa jadi awalan baik. Dududu.
Profile Image for Rei Pusvita.
78 reviews7 followers
February 20, 2016
Gue agak bingung dengan label YA. Soalnya di sini ceritanya anak SMK, lebih ke teenlit book. Atau mungkin ada pertimbangan sendiri dengan adanya tawuran di nopel "Halo, Tifa"??

Mungkin emang jarang ada novel tentang anak STM dan SMK tawuran. Adanya kan yang tubir aja, tapi anak SMA Jakarta gitu. Dan gue harus tepok tangan ada yg nulis kaya Kak Ayu Welirang, mungkin ada pengalaman ya? Soalnya rasa dari novel ini dapet banget, bahkan adek gua yang lebih dulu baca bilang "sekolah gue banget".

Yang gue suka sebenarnya karakter Terra. Dia moodyan abis! Tapi cara dia nunjukkin perasaan tu lucu. Ngegemesin!!! Bakal Ada lanjutan cerita Terra dan Tifa ga ya? Kali aja diterusin ke metropop....

Secara keseluruhan, gua suka. Meski di beberapa bagian ngerasa loncat-loncat dan penyelesaiiannya terlalu cepet, tetep suka sama novel ini. Eh, sebenernya gue ga suka karakter TIfa! HAHAHAHA. Ada alasannya tersnediri deh.
Profile Image for S. Oddy.
4 reviews7 followers
November 22, 2017
Buku yang muatannya nggak terlalu berat dan cocok dibaca kalau lagi nggak santai tapi pengen baca buku. :))
Profile Image for R.A.Y.
292 reviews47 followers
April 18, 2020
Akhirnya selesai baca buku ini. Sesungguhnya daku suka banget permasalahan yg diangkat. Nyeritain tawuran sebagai masalah kenakalan remaja yg harus diatasi, bukan sebagai suatu kegiatan yg bikin cowok terkesan maskulin dan keren hanya karena doyan berantem 🙄 Latar tempat dan latar belakang beberapa hal (kayak backstory tokoh, masalah-masalah yg dialami dewan sekolah, informasi-informasi tentang pelajaran di SMK, dsb) juga disusun dengan rapi dan cukup mendetail. Yang bikin saya kurang menikmati novel ini adalah 1) tokoh-tokohnya garing banget, mereka semua berinteraksi dan berhubungan untuk menjalankan plot doang, jadi nyaris ngga kerasa sama sekali chemistry-nya. Udah gitu semua orang cuma ngomongin Terra, Terra, Terra mulu. Terra kenapa dikit, mereka omongin. Terra ngga ngapa-ngapain juga mereka omongin. Mungkin itu cara penulis membangun karakter Terra, cuma menurut saya maksa banget. Tifa ketemu Arifin, yg diomongin Terra. Tifa ketemu Bram, yg diomongin Terra. Arifin Jojo Ahong dkk kumpul bareng, yg diomongin Terra. Saya ngerti Terra seakan-akan jadi alpha male di cerita ini, cuman itu malah menciptakan poin kedua hal yg saya ngga bisa nikmati: 2) Harus banget gitu tokoh utama cowok cerita tentang tawuran gini di-setting jadi Pentolan Sekolah yg ganteng, bisa melakukan apa saja termasuk masak dan Sebenarnya Pintar, punya masalah keluarga, dominan di antara teman-temannya, dan misoginis? Udah cukup saya nemuin sosok seperti itu dalam Jingga dan Senja karya Esti Kinasih, lah ternyata ada duplikatnya. "Terra itu sebenarnya baik", "Ari itu sebenarnya baik". Bleh, klise abis. Memuakkan pula sikap-sikap misoginisnya. Tiap ngomong sama Tifa selalu keluar tuh celetukan-celetukan yg merendahkan perempuan. Cewek ginilah, cewek gitulah, cewek ngga bisa apa-apalah. Terra atau Ari dan makhluk-makhluk alpha male sejenis mereka itu bagaikan patriarki berjalan tau ngga.

3) Narasi penulis yg amboiiiii seksis abis. "Tifa menghela napas lalu menunduk. Hal itu membuat yang lain bingung. Sebagai cowok, mereka tak mengerti apa yang dipikirkan cewek kalau sedang begini. Sebagai cowok, mereka cuek saja menghadapi hal seperti itu. Tapi, bagi Tifa mungkin lain, sebab cewek memikirkan semuanya dengan hati, bukan dengan kepala." LOLLLLLLLLL cewek ngga punya otak apa ya memikirkan semuanya dengan """hati""" 🙄🙄🙄 Masih ada narasi-narasi seksis lainnya, tapi ada juga narasi-narasi yg justru menentang seksisme (kayak saat Tifa direndahin Terra dia nanggepin dengan menyebutkan stigma negatif terhadap perempuan). Saya jadi bingung sih sebenernya mau kesel atau ngga, apalagi di bagian-bagian depan Tifa diceritakan ngerokok, ngebir, dan jago bela diri juga sehingga kesannya dia dibuat setara dgn cowok-cowok di sini. Tapi lebih sering keselnya sih. Bukan sekali ini aja saya baca cerita tawuran yg didominasi tokoh laki-laki gini bawa-bawa narasi seksis yg merendahkan perempuan, yg mengesankan perempuan ngga bisa apa-apa kalo udah urusannya sama pertikaian dan perkelahian. Bosan jadinya.

4) Saya apresiasi banget pesan-pesan antitawuran yg disampaikan cerita ini. Cuman Terra menghajar Beni untuk menyadarkan Beni itu rasanya agak aneh. Menyelesaikan masalah dgn masalah. Udah gitu ngga terlalu kerasa sebab-musabab Terra bisa sebegitu peduli sama Beni. Lagi-lagi itu karena saya ngga terlalu ngerasain chemistry di antara para tokoh. Para tokoh kayak ngga dikasih ruang untuk berinteraksi sekadar untuk saling mengenal, soalnya semua yg mereka katakan dan lakukan itu menjalankan plot. Masih lumayan sih chemistry di antara Tifa, Arifin, Bram, Jojo, dkk, soalnya mereka sering ketemu. Tapi yg lain agak kurang, termasuk Tifa dan Terra yg kesannya maksa juga diceng-cengin hanya karena mereka tokoh utama cewek dan tokoh utama cowok.

5) Tifa ini pas awal pindah udah langsung dipuja sebagai pembawa perubahan atau "semangat baru" yg mengubah SMK Pratama ke arah yg lebih baik. Padahal dia belum melakukan apa-apa. She just walked into the school as a quirky woman and then baaam, the whole school changed toward the better. Saya sempet ngerasa ada bagian yg hilang, bahwa mungkin sebenarnya sebelum Pak Kepsek (kalo ngga salah) dan Bram berkomentar tentang Betapa Berpengaruhnya Tifa di Sekolah Ini, sebenarnya ada scene atau apa kek tentang Tifa yg melakukan sesuatu yg fenomenal yg entah kenapa dihapus dari cerita. Soalnya ya aneh aja gitu, kayak ada plot hole-nya. Tiba-tiba baru diperkenalkan namanya aja, sosok Tifa ini udah berjasa besar membawa perubahan di sekolah. Padahal Tifa juga cuma berinteraksi sama orang yg itu-itu aja. Sekali lagi mungkin ini karena chemistry yg kurang dibangun. Pembaca ngga dikasih kesempatan mengenali Tifa lebih jauh dulu, tiba-tiba udah disodorin peran Tifa sebagai si Pahlawan Pembawa Perubahan. Maksa.

Di luar hal-hal di atas, saya serius saat bilang suka banget permasalahan yg diangkat. Pada dasarnya saya suka sama cerita yg dibawakan dalam novel ini, cuma pembawaan cerita itu aja yg menurut saya kurang bagus (atau kurang cocok buat saya). Saya suka banget kalo udah baca bagian perjuangan dan perkembangan SMK Pratama berubah dari sekolah berandalan menjadi sekolah yg lebih bagus. Awalnya terkesan klise sih, tapi makin ke sini penjelasannya makin realistis. Ada juga kisah tentang LSM Karya Remaja yg informatif banget, memberi insight baru tentang penanganan remaja bermasalah. Kalo inget Jingga dan Senja, di sana Ari dibiarkan aja jadi berandalan dan patriarki berjalan karena Entah Bagaimana Atas Kuasa Penulisnya dia dibuat tak terkalahkan, tak bisa ditundukkan, tak tertangani. Sedangkan di novel ini remaja-remaja seperti Arti itu justru dibantu agar bandelnya berkurang sedikit demi sedikit. Saya merasa seperti menemukan hal penting yg ngga ada di Jingga dan Senja, dan itu melegakan banget. Meskipun kesal dan geli sama Terra yg labil, misoginis, dan too bad to be true, dan meskipun saya ngeluh mulu tentang chemistry, sepertinya saya tetap ngga akan bisa melupakan Bram Arifin dkk dalam waktu dekat. Mereka tokoh-tokoh pendukung yg menurut saya berperan lebih besar daripada Terra itu sendiri. Terra mah kayak bayi dibandingin mereka 🙄

Itu aja kayaknya. Lega akhirnya bisa menyampaikan unek-unek (karena akhirnyaaa akhirnya akhirnya selesai baca buku ini). 2,5☆ dibulatkan jadi 3☆ untuk latar-latar tempat yg realistis, juga untuk mengapresiasi pesan-pesan antitawuran dan informasi-informasi penanganan remaja bermasalah yg insightful banget.
1 review1 follower
March 4, 2016
Novel ini baru saya baca beberapa bab dan... membuat saya kecewa dengan penggambaran tokoh, bahasa yang digunakan serta pemilihan nama tokoh utama "Terra". Seperti nama cewek dan memang tokoh yang dibuat 'ke-cewek2-an' (sorry). Penggambaran tokoh dengan tema novel menurut saya kurang cocok, mungkin ekspektasi saya terlalu tinggi saat saya mengambil novel ini di Gramedi* dan membaca sinopsisnya, "ahh, mungkin bisa mengobati kerinduan saya membaca teenlit JUM (esti kinasih.red)" maka saya masukkan novel ini ke kantong belanja saya. Sempat 2 hari tergeletak di atas meja dan baru semalam berkesempatan untuk membaca, lalu taraaaaa... saya kecewa :(

Padahal ini Young Adult yang seharusnya ceritanya lebih 'dapet', lebih 'gelap', lebih bisa menggambarakan sisi gelap yang melatarbelakangi seorang anak sekolah 'hobby' tawuran. Tapi kenapa jalan ceritanya justru lebih 'menye-menye' dibanding teenlit trilogi Ari dan Tari-nya Esti Kinasih?

Mungkin saya harus menurunkan sedikit ekspektasi saya untuk novel-novel yang menggambarkan bad boys. Tiga bintang untuk novel ini karena ini review pertama saya di goodreads.

Profile Image for Jenny Faurine.
Author 18 books181 followers
February 17, 2016
Covernya lucu ya. #yak #perludibahas :)))

Jadi, novel ini cocok buat gue yang suka-tawuran-tapi-nggak-mau-babak-belur. Bisa ngerasain tawurannya sambil gogoleran aja gitu. #dikeplak

Suka sih sama Halo, Tifa, tapi entah kenapa nggak bisa suka-banget-banget-banget sama salah satu tokoh di antara semua tokohnya. Biasanya gue suka sama cowok jago berantem dan tukang ngajak ribut kayak Terra di sini. Tapi, maaf ya Terra, gue nggak naksir lo. :(

Ada beberapa hal yang sampai sekarang bikin gue mikir sih. Ini gue nggak tau kenapa, antara gue bacanya yang nggak konsen sampai ada yang kelewat, atau memang nggak dijelaskan.

Misalnya, bagian Terra bilang ke temen-temennya kalau bukan Ody yang nyuruh Kares nyerang Jojo karena terakhir kali mereka ketemu, Ody mau gencatan senjata (halaman 75). Bukannya terakhir kali ketemu itu pas Terra telat dan ketemu Ody cs yang lagi tawuran? Di situ juga Ody masih pengen ngancurin mukanya si Terra (halaman 26).
Justru si Ody bilang ke Terra kalau dia mau gencatan senjata pas Terra nyamperin Ody langsung ke kandangnya, setelah temennya yang lain beneran dihajar Kares.

Yah, itu sih yang paling ganjel. Sisanya paling kayak gue nggak terlalu ngerasain yang 'gimana-gimana' antara Terra-Bram-Tifa. *gimana-gimana apaan, Jen!* *self-toyor*
Terus alasan Bram ngejauh dari Terra dan mereka jadi semacam musuh, kayak kurang nendang. Gue malah nggak inget kenapa! *elonya aja yang pikun*

Yah, segini ajalah. Gue suka sama tulisannya Kak Ayu. Ditunggu novel selanjutnya ya, Kak!

P.S: Terima kasih kepada Bapak Negara yang udah minjemin bukunya. Hahahahahaha.
Profile Image for Hayati.
245 reviews
February 25, 2016
kadang orang yang merasa dirinya paling kuat harus dikalahkan dulu untuk paham masih banyak orang yang lebih hebat. dengan begitu, dia nggak ngerasa paling hebat atau ngerasa bisa berjalan sendirian terus.

young adult adalah genre baru dari gramedia, dan novel halo tifa sekaligus novel genre young adult pertama yang aku baca.
awalnya tertarik dengan novel ini karna:
1. termasuk genre young adult, karna emang penasaran pengen baca novel dengan genre itu.
2. judulnya 'halo tifa' karna judulnya kayak manggil2 gitu secara ga langsung untuk di baca wkwkwk
3. cover!!! aku suka covernya yang simpel tapi memikat mata~
4. sinopsisnya, karna sinopsisnya membuat aku jadi kangen masa putih abu2 dulu walau aku sma ga ada acara tawuran gitu wkwk
dan setelah baca novel ini, aku suka! kenapa? karna novel ini dari segi cerita bagus dan pesan moralnya juga dapet bahwa "remaja adalah manusia yang sama seperti kita, yang kehadirannya perlu perhatian lebih, juga penanganan dengan cara yang pastinya harus cara remaja." karna yah sejujurnya masa remaja itu masa dimana mereka mencari jati diri nah terkadang para remaja suka salah dalam mengambil langkah maupun salah dalam menghadapi masalah.
dan, nggak nyangka kalo novel ini brondong love story wkwk beda 5 tahun ternyata tapi aku emang penyuka brondong love story sih hehe, dan karakter terra di sini bikin gemes gemes cinta gitu wkwk terkadang gemes dengan sikapnya yang batu -_- dan cinta karna karakternya yang peduli sama sahabatnya.
Profile Image for Meila Nada.
76 reviews2 followers
June 23, 2017
awalnya aku kira bakalan suka banget sama novel ini, secara cerita ini lebih ke teenlit dan mungkin jadi young adult karena ada tawurannya. tapi ternyata setelah makin makin aku baca, rasanya biasa aja:(.

aku suka sama karakter Terra tapi aku rasa karakternya kurang kuat dan malah labil ga jelas gitu #inipendapatku sangat disayangkan.

untuk romancenya, aku suka interaksi terra sama tifa tapi tetep masih kurang. soalnya mereka kurang nunjukin dan yah pokonya kaya yang ga sukasuka banget.

selebih dari suka nggak sukanya aku sama novel ini, aku cukup enjoy bacanya dan aku paling suka pas bagian tawurannya=))
Profile Image for Amaya.
743 reviews57 followers
January 27, 2023
Actual rating: 2.5

Gemes? Iya. Bukan karena adegan manisnya, kok. Pertama, latar sekolahnya jarang diambil, SMK. Terus ada sedikit deskripsi salah satu jurusannya juga, jadi paham lah jurusan ini ngapain, itu ngapain. Tapi, tapi, tapi, banyak bagian yang nggak konsisten dan bikin geleng-geleng kepala.

Kedua, bahas soal Tifa. Dari awal emang kedatangannya rada2 sus. Dan dugaanku bener, ohoho, ketebak juga, sih. Tapi eksistensi dia di Pratama tuh nggak sebegitu besarnya sampai bisa mengubah kelakuan Terra dkk. Waktu ada yang bilang (entah lupa siapa) Tifa bakal bikin persahabatan mereka banyak huru-hara tuh, bakal ada pertumpahan tenaga karena rebutan Tifa, ternyata melenceng jauh. Atau mungkin Tifa memengaruhi pola pikir Terra? Idk, fokusnya terlalu ke mana-mana, sudut pandang serba tahu (?) nggak bikin aku merasa tercurahkan juga.

Ketiga, terlalu banyak hal yang terjadi dengan tiba-tiba dan nggak konsisten. Salah satu contoh aja, di salah satu bab, dijelaskan Terra pakai kaus putih, selang pov lain, tiba2 warnanya jadi hijau. Aku baca berulang, siapa tau emang aku aja yang nggak fokus. Ternyata emang nggak sama, entah typo apa gimana 😅

Keempat, masih soal kekonsistenan. Seingatku, Terra bilang mau main aman. Hmm, nggak terlalu sering pakai kekerasan gitu. Eh, pas bagian Beni dia marah2, pake acara ngambek nggak mau temenan lagi sama sahabat2 dia. Ya paham dia remaja, wajar kalo labil, tapi tuh, terlalu kekanakan 😭

Pemilihan sudut pandangnya yang nggak pas kurasa. Setiap karakter pembantu dapat porsi "narasi batin" yang sebenarnya nggak perlu2 banget. Interaksi Tifa dan Terra pun agak sedikit tenggelam. Kejutan yang harusnya bikin Terra marah atau kecewa jatuhnya hanya begitu saja. Agak sayang momen Terra sama bapaknya itu, sih, padahal menurutku bisa mancing air mata turun.

Profile Image for Cindy Jessica.
Author 2 books5 followers
March 14, 2023
Buku ini sebenernya nggak jelek, sayangnya nggak cocok buatku. Di antara sekian banyak tokoh, nggak ada satu pun yg kusuka. Yg ganggu banget itu banyak adegan berantemnya, anak sekolah pada minum bir 😭 perubahan mereka dari bandel sampai jadi tobat pun rasanya terlalu instan. Aku juga nggak ngerasain gimana proses Tifa mengubah sekolah itu jadi lebih baik.
Profile Image for yanti.
117 reviews2 followers
March 14, 2016
Ini adalah novel pertama Ayu Welirang yang kubaca. Saya tertarik membacanya saat melihat covernya, sederhana tapi cukup artistik. Kemudian saya baca sinopsis di bagian belakang buku ini, kisah anak sekolah lebih spesifik tentang tawuran antar STM, ini makin membuatku tertarik mengingat saya belum pernah membaca buku dengan tema tawuran seperti ini. Apalagi masa sekolah saya jauh dengan yang namanya tawuran, jadi penasaran kenapa anak sekolah terutama di kota-kota besar suka tawuran ya…tapi itu dulu, sekarang sudah enggga kan ya ..:)

Review lengkapnya ada di sini https://jendeladuniaku2015.wordpress....
Profile Image for Fitriscia.
15 reviews2 followers
April 13, 2016
Halo, Tifa. Pertama pengen baca buku ini waktu lihat resensi teman, dan tertarik setelah lihat blurb nya tentang kenakalan remaja, yaitu tawuran. Selain itu, yang menarik aku untuk baca buku ini karena genrenya Young Adult. Ini merupakan buku YA kedua yang aku baca tahun ini.
Aku suka banget sama buku ini! Apalagi dengan karakter Tifa. Udah nebak-nebak dari awal kalo dia berbeda. Aku juga suka banget sama Terra. Walaupun kesannya berandal, tapi otak encer juga yaaa wkwk. Salut banget juga sama persahabatan Terra and the geng
Profile Image for Mochamad Efendi.
9 reviews1 follower
May 8, 2016
Salah satu buku yang bisa saya selesaikan dengan cepat. Membaca buku ini, saya jadi teringat tentang konflik remaja, khususnya tawuran yang terjadi di Jakarta. Saya senang sekali karena fokus pada buku ini pada remaja yang problematik dan bagaimana pendekatan yang dapat mengarahkannya ke arah yang lebih baik. Hanya saja, waktu Tifa masuk sebagai siswa salah satu sekolah tersebut, rasanya cukup aneh kalau masuk sebagai kelas 3.
Profile Image for Ifa Inziati.
Author 3 books60 followers
January 29, 2018
PERINGATAN: Mild spoiler

Apresiasi pertama saya tujukan kepada desainer kovernya! Nggak cuma enak dilihat, tapi juga cerdas. Pure genius. Banyakin dong, novel berkover tipografi macam ini, biar bisa saya beli 😝 Warnanya juga bagus, two-toned blue.

Lanjut ke cerita. Menyenangkan, sih. Biasanya saya suka mengernyit pada novel yang memperlihatkan kenakalan remaja kayak tawuran, rokok, dan minum bir, tapi nggak tahu kenapa di sini kerutan dahi saya nggak sedalam seharusnya waktu membaca itu semua (tapi tetap berasa agak gimana gitu, apalagi cukup bertaburan). Meski masuk Young Adult, ada sedikit aroma Teenlit terutama di deskripsi SMA-nya. Tapi memang YA sudah pas untuk buku ini, karena banyak juga bagian yang masuk Parent Advisory wkwk.

Rasa ceritanya sendiri bikin saya teringat shonen manga, mungkin karena tokoh laki-lakinya jauh lebih banyak dari perempuannya dan di akhir sempat ada bro-bro-an gitu bahkan ke musuhnya, kayak 'I will help you through this!' tapi karena ini bukan manga jadi (untungnya) akhir realistislah yang ditampilkan.

Saya pribadi kurang merasa Tifa segitu 'ngaruhnya' sama perubahan di SMK itu, tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya setelah membaca blurb. Karena ternyata dewan sekolah lebih punya andil. Novel ini juga lumayan telling-nya, tapi saya sih tidak begitu masalah. Entah dengan pembaca lain, saya 'melihat'nya tokoh-tokoh di sini punya ciri-ciri fisik yang mirip, hehe. Apa karena dominan laki-laki? Sampai akhir saya masih penasaran kedudukan Tifa di LSM itu sebagai apa, apakah anggota, atau pengurus harian, atau petinggi, atau gimana. Inginnya sih tahu lebih dalam lagi. Dan dari sekian banyak sekolah yang Tifa datangi, betul dia cuma jatuh cinta sama Terra? Haha (pembaca suuzon, jangan ditiru).

Omong-omong, saya suka hubungan pertemanan di cerita ini dan hubungan Terra-ayahnya. Kalau soal bromance mah udah deh, saya nyerah haha. Oh, ada saltik sedikit kayak punteun (harusnya punten). Saya pikir Ody ini orang Jakarta, nggak tahunya Bogor, dan baru kelihatan pas dia ngomong 'maneh.' Baguslah dia nggak ngomong 'aing' juga, saya suka kesel kadang-kadang kalau ada AGJ yang ngeganti 'gue' jadi 'aing' karena maknanya beda. Aing itu kasar banget dan kesannya kampungan (trivia selewat).

Tawuran, bolos, dan kenakalan remaja lainnya sering menghiasi cerita-cerita di novel remaja, tapi Halo, Tifa cukup menawarkan sisi berbeda dengan pengemasan yang mengasyikkan. Cocok buat yang ngidam baca buku remaja lagi, atau yang kepincut kovernya kayak saya 😁
Profile Image for Harumichi Mizuki.
2,430 reviews72 followers
July 1, 2019
Ide dan temanya sebenarnya sangat menarik. Juga tentang rahasia jati diri Tifa. Tapi entah kenapa aku ngerasa novel ini nanggung sangat. Mungkin karena Tifa nggak pernah benar-benar dalam bahaya yang mengancam dirinya. Terlalu lempeng. Terlalu mudah mendekati anak-anak SMK Pratama kayaknya. Bagian paling seru dan mendebarkan ya pas Terra akhirnya berantem sama Beni dan matanya nyaris dicolok sama pisau. Tapi ya udah, gitu aja. Soalnya aku tahu pasti Terra pasti bakal selamat, nuansa kegawatannya jadi berkurang.

Dan bisa dibilang rasanya hampir semua permasalahan mayor di sini bisa diselesaikan dengan omong-omong (kecuali masalah Terra dan Beni). Bram dan Terra tiba-tiba baikan setelah satu scene ngobrol yang berasa ujug-ujug. Terra tiba-tiba melunak dan bahkan naksir Tifa? Papa dan Terra tiba-tiba gencatan senjata. I need more dramas, Dude! Kelewat lempeng semua nih penyelesaiannya.

Hubungan Terra dan Beni juga dikuak gitu aja. Nggak ada hint atau clue yang menandakan bahwa mereka dulu pernah begitu dekat. Nggak ada. Jadi pas hubungan mereka dibuka aku pun ngerasa datar, nggak terlalu peduli. Hubungan antara Tifa dan Alit (wartawan yang terbunuh pas meliput tawuran) juga ya udah dibuka gitu aja. Hgggh.

Gaya cerita ala manga shonen gini memang bakal susah kalau diangkat dalam bentuk novel tipis yang cuma satu seri. Cerita kayak gini baru menarik kalau semua karakter pendukungnya digali, lengkap dengan segala subplot permasalahan mereka. Tapi di sini yah, semuanya terkesan di-fast forward. Banyak juga adegan filler yang berisi omong-omong dan... ya udah gitu aja. Kurang impact.

Sayang banget. Padahal dengan potensi Ayu Welirang harusnya dia sanggup bikin novel ini lebih memikat. Seolah novel ini ditulis pas dia dalam keadaan nggak prima.
Profile Image for gulalistroberi.
41 reviews
October 27, 2019
Tifa, gadis misterius di mata Terra. Hal2 yang ada di diri cewek itu tidak seperti cewek kebanyakan. Pertama, Tifa berani menantang Terra—yang notabennya pentolan di SMK Pratama Putra. Kedua, cewek itu berani menantang anak2 STM Tunas Bangsa yang berniat mencelakai teman Terra. Ketiga, Tifa pergi ke bar dengan om-om. Keempat, cewek itu merokok!

Karena merupakan novel dewasa muda, bahasa di novel ini tidak berat, hanya saja istilah2 yang menyangkut pelajaran SMK tidak aku mengerti. Tapi itu tidak menjadi masalah karena inti cerita bukan untuk mempelajari materi pelajaran di SMK.

Terra, remaja yang sedang mengalami krisis rasa percaya dan pencarian jati diri. Aku dibuat gemas dengan sikap Terra yang uwu sekali. Apa sih yang gak bisa dilakukan Terra? Kata temannya sih cuma menyatakan cinta. Kisah seorang badboy dengan skill tanpa cela memang bacaan yang sangat menyenangkan. Bikin senyum2 pokoknya, meski banyak adegan kekerasan—berkelahi sampai berdarah2.

Hanya saja, terdapat beberapa bagian yang membuat aku merespon “loh kok?”. Penyelesaian konflik si ini di mana? Kok tiba2 udah baik2 aja? Ini aku yang terlewat atau gak peka?
Soal feminisme juga bisa dicium meski sangat samar, kembali lagi ke pembaca dalam menyikapi bacaan ini mengingat bacaan ini untuk dewasa muda. Yang jelas pola pikirnya sudah bisa membedakan mana yang baik untuk dijadikan inspirasi dalam kehidupan dan mana yang cukup dijadikan tambahan pengetahuan.

51 reviews
October 13, 2020
(Subjektif)

Alurnya berantakan, padahal di awal udah berekspektasi tinggi sama novel ini. Untuk ukuran young adult cerita ini terkesan terlalu 'menye-menye'. Ku pikir di dalamnya akan banyak menyinggung soal sisi 'dark' tawuran, ternyata di sini cuma disinggung soal tawuran yang berimbas pada pendidikan sekolah. Padahal bakal lebih berkesan kalau penilis juga mengulas soal mental.

Perihal tokoh, mereka juga cenderung labil. Padahal aku berharap besar kalau sosok Terra ini bakal lebih dikembangkan lagi. Penggambarannya sebagai sosok pemimpin geng di SMK Pratama Putra benar² gagal, karisma? Aku tidak melihat adanya karisma dalam sosoknya.

Juga hubungan antar tokohnya terkesan dipaksakan. Apalagi antara Tifa dan Terra, kedua tokoh ini tidak berhasil menarik rasa penasaran pembaca.

Sejauh inu Aku hanya menikmati bagian saat Novian lebih memilih untuk menolong seorang wartawan daripada menyelamatkan diri dari polisi saat tawuran, itu menbuatku tersentuh. Argh Novian...
32 reviews
December 20, 2020
Perkembangan karakternya cuma berfokus pada Terra dan Tifa saja, sisanya... Bisa dibilang nggak terlalu diberi perhatian. Padahal, karakter Beni, Bram, Arvian, Novian, dan setumpuk anggota tawuran itu bila diberi perhatian lebih bisa membuat bumbu cerita makin pedas.

Ada beberapa keadaan yang mengganggu juga, terutama "pemaksaan" penulis untuk menaruh label perokok di setiap karakternya. Maksudku, okelah cewek bisa merokok, tapi nggak disetiap keadaan cewek itu harus dijelasin lagi merokok kan?

Tapi secara keseluruhan, gaya bahasanya enak dibaca, plot twist yang masuk akal, eksekusi endingnya mantep, dan bagian aksinya ampun yaampun ada di sepanjang cerita dan pemaparannya seru banget. Young adult? Iya banget!
Profile Image for Merinda.
36 reviews1 follower
February 15, 2021
2,8/5. Novel ini sebenarnya menarik, mengangkat kehidupan remaja dan permasalahannya. Namun, peran Tifa yang katanya membantu perubahan di sekolah serasa kurang diceritakan, kurang adanya adegan yg menunjukkan hal itu, serasa tiba-tiba saja, jadi rasanya saya tidak connect dengan Tifa, yg namanya dijadikan judul novel ini.
84 reviews1 follower
September 20, 2019
Kalau suka cerita2 tentang anak SMA, terutama dorama jepang macam GTO dan Crows, mungkin bakal suka cerita ini.
Profile Image for Yandi Asd.
21 reviews1 follower
April 22, 2020
Ceritanya khas remaja banget, ala-ala anak SMK/STM. Tapi konfliknya berat dan menarik.
Displaying 1 - 24 of 24 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.