Gorky's participation in the Russian revolution of 1905, his public opposition to the granting of loans to czarist Russia by the West, and the publication of his novel "Mother" made it impossible for the writer to reside in Russia. His health too was severely undermined, and in October 1906 he went to Italy for a prolonged cure. It was there, in the period between 1906 and 1913 that the Tales were written. In the "Tales of Italy Gorky" sketched scenes from life in the Italy he knew. "I have called these scenes Tales," he wrote, "because both the landscape of Italy and the customs of its people, indeed their entire way of life, is so different from Russia that to the ordinary Russian reader they might indeed seem like tales."
The Tales cover a wide range of subject matter. In them one finds the social theme side by side with legends or genre sketches from Italian everyday life. The story of the Simplon tunnel alternates with a hymn of praise to Mothers, stories of the marriage customs of the Italian laboring folk with descriptions of colorful pageants in Capri. The mischievous urchin darting in and out among the crowds is a familiar figure in the Tales. This is not merely a colorful feature of the Italian street scene, not only a confirmation of the Italian's love for children. In Gorky's tales children are a symbol of the future for which their fathers are striving. The "heralds of spring," Gorky calls them.
"There are no tales finer than those created by life itself," these words chosen for the epigraph in his book, but express the essence of Maxim Gorky's Tales of Italy."
Russian writer Aleksei Maksimovich Peshkov (Russian: Алексей Максимович Пешков) supported the Bolshevik revolution of 1917 and helped to develop socialist realism as the officially accepted literary aesthetic; his works include The Life of Klim Samgin (1927-1936), an unfinished cycle of novels.
This Soviet author founded the socialist realism literary method and a political activist. People also nominated him five times for the Nobel Prize in literature. From 1906 to 1913 and from 1921 to 1929, he lived abroad, mostly in Capri, Italy; after his return to the Soviet Union, he accepted the cultural policies of the time.
Senang sekali saat diizinkan membaca kumpulan cerpen ini lebih dulu ketimbang buku-buku kiriman PO atau bahkan buku saat edar di toko. (Beruntungnya saya, keekeeekeee!) Saya sejatinya tidak banyak membaca Gorky, bahkan karya fenomenalnya "Mother" belum juga saya baca. Namun, entah mengapa saya merasa Gorky punya hubungan yang sangat spesial dengan sosok ibu. Selain karena dalam kepala saya terbayang novel "Mother", juga karena bahasan dalam beberapa cerpen di buku ini soal ibu dalam berbagai arti. Ada mother nature--ibu bumi, kemudian ibu yang memiliki anak pengkhianat yang dimusuhi seluruh kota. Ada beberapa cerpen kesukaan saya:
1. Perkawinan 2. Juru Propaganda 3. Bagaimana Giovanni Menjadi Seorang Sosialis (ini satire sekali) 4. Ibu Seorang Pengkhianat 5. Terowongan (entah mengapa ini adalah satu cerpen paling membekas, soal mother nature)
Jadi, soal realisme sosialis, tidak melulu soal pergerakan sosial menurut saya, cerpen-cerpen Gorky mengungkapkan kalau realisme sosialis bisa sangat menyentuh dengan potongan cerita yang dipungut dari sekitar.
Sudah cukup lamaa tidak menemukan kumcer yang masuk seleraku banget, baik dari segi ide, penulisan dan karakterisasi tokoh-tokohnya. Gak tahunya, ni buku yang udah nimbun debu di timbunan, malah sekali dibaca langsung masuk rak favorit. Yaelah kenapa sebelumnya dianggurin gitu aja seegh....
Nama Maxim Gorky memang menurutku kalah tenar drpd rekan2 penulis senegaranya, seperti Tolstoy atau Dostoyevsky, aku pun baru sekali ini membaca karya-karyanya. Kumcer ini juga kebetulan nimbunnya, yg membuatku tertarik awalnya adalah cover lust dan nama penterjemahnya, Ekakur, yg merupakan salah satu penulis favku. Yah, beruntunglah aku karena faktor kebetulan ini mempertemukanku dengan *keknya bakal jadi satu lagi* penulis klasik yang kuburu buku2nya.
Di kumcer ini ada 15 cerpen, pendek-pendek saja, yang memotret realita sosial masyarakat tanpa terjebak nafsu untuk berceramah atau menghakimi. Temanya beragam, dari ide sosialisme yang sedang tumbuh sampai gosip kampung. Dari hubungan keluarga hingga dilema kebangsaan seorang ibu pengkhianat. Semuanya dituturkan dengan gaya penceritaan tak langsung, jadi kesannya seperti diajak mendengarkan cerita dari teman lama yang ramah. Aku juga suka bahwa penulisnya tidak saklek pada satu pandangan saja, misalnya pada cerpen Perkawinan tokoh2nya mencapai kebahagiaan dengan jalan yang sangat sederhana dan tidak neko-neko, seakan berkata 'nih, cinta bisa mengalahkan segalanya', tapi kemudian di cerpen Juru Propaganda tokoh-tokohnya berusaha susah payah menggapai cinta tapi tetap berakhir tragis, bagai mencela 'makan tuh cinta'. #eh Atau bagaimana ia memotret macam2 kasih sayang seorang ibu di cerpen Monster, Ibu Sang Pengkhianat, dan Dendam. Keberagaman ini membuat semua cerpen di sini rasanya selalu segar dan menyenangkan, bahkan yg berakhir tragis sekalipun.
Semua cerpennya aku suka, tapi jika disuruh memilih, yang benar-benar-benar favku adalah Perkawinan dan Ibu Sang Pengkhianat. Keren abis!
I have just spent a week with Maxim Gorky in glorious Italy. The descriptions are heady and overwhelm the senses just as the abundance of life in Italy might do. A celebration of nature and humanity. I have a beautiful old hardback copy produced by the Foreign Languages Publishing House Moscow translated by Rose Prokofieva and illustrated with charming drawings by T. V. Shishmareva. A lovely book and a blissful way to pass the time when kept indoors by wintry weather.
...reprint from the original 1911 edition (2001, Fredonia books, 2001, translator not credited).
...from one of the favorites here (so far/not finished yet), the sketch entitled (p. 203).
GIOVANNI TUBA
From early childhood old Giovanni Tuba lost his heart to the sea, that blue expanse now gentle and serene like the glance of a young girl, now stormy like the passionate heart of a woman; that wilderness that absorbs the sunshine the fish have no need of, and which brings forth nothing from contact with the golden sunbeams other than beauty and dazzling brilliance; the trecherous sea with its eternal song that fills one with an irresistible desire to sail away into its distances. Many of man has it lured away from the dumb, stony earth which demands so much moisture from the skies, so much toil from man and gives so little joy in return!
Even as a boy working in a vineyard that clung to the mountain side in terraces held up by grey stone walls; amid the spreading fig-trees and olives with their leaves of beaten metal, the dark green orange-trees and the tangled branches of pomegranates, under the bright sun on the hot earth amid the scent of flowers, even then Tuba gazed hungrily at eh blue sea with the eyes of one under whose feet the earth pitched and rolled. He gazed, driking in the salty air until he was drunk with it, becoming absent-minded, indolent and disobedient as is always the case with those who fall under the sea's spell, who fall head over heels in love with the sea...
"অনেক জিনিস নিয়েই ভালো কিছু লেখা যায়, কিন্তু সবচেয়ে ভালো লেখা হয় ভালো মানুষকে নিয়ে" - জিওভান্নি সিদ্ধান্ত। কীভাবে জিওভান্নির জীবনে পরিবর্তন এসেছিল? সৈন্য হিসেবে কাজ করতে গিয়ে কীভাবে কৃষকদের ঘৃণার বদলে ভালোবাসা পেয়েছিল জিওভান্নি ও তার বন্ধুরা। রূপকথাই তো। উগো আর ইডার বিবাহের গল্পটা, কিংবা পেঁপে। সব রূপকথা। হান্স এন্ডারসনের কথা, "স্বয়ং জীবনের হাতে যা রচিত তার চেয়ে সুন্দর রূপকথা কিছু নেই"...।
ননী ভৌমিক এর মূল অনুবাদ। দিব্যপ্রকাশ রাদুগার এই বইটা সম্ভবত পুনর্মুদ্রন করেছে। দাম-বাঁধাই-ফন্ট ঠিক আছে, কিন্তু সম্পাদনা একেবারেই জঘন্য। বানান ভুল, অনেক অনেক মুদ্রণ প্রমাদ, বিরক্তি ধরিয়ে দেয় মাঝে মাঝে।
Ini buku hadiah, dan saya berterima kasih. Sampulnya cakep banget!
Tapi ....
Sastra klasik memang bukan untuk saya. :')
Menamatkan buku tipis ini susah sekali. Empat cerpen awal tidak bisa saya pahami sehingga membacanya seperti selewat lalu saja. Saya baru on pada cerpen kelima. Nyatanya, dari lima belas cerpen yang ada di kumcer ini, yang benar-benar bisa saya ikuti ceritanya hanya sekitar separuhnya--bahkan mungkin tidak sampai separuh.
Sebenarnya saya suka banget deskripsi-deskripsi indah Gorky akan orang, tempat, dan suasana (terjemahannya mantap!), tapi saya sulit memahami kalau ceritanya terlalu metaforis sehingga maknanya tidak mudah ditangkap. Memang dasar sayanya saja yang kurang cocok dengan tipe cerita abstrak sih.
Kumpulan cerpen karya Maxim Gorky; Si Tukang Onar, yang berjudul asli Tales of Italy diterjemahkan oleh Eka Kurniawan dan diterbitkan oleh Penerbit Baca.
Sebagai perkenalan pertama saya dengan sang sastrawan Rusia, Si Tukang Onar menunjukkan kemampuan Gorky dalam menuliskan deskripsi untuk membangun suasana, baik yang indah maupun yang mencekam.
Dalam beberapa cerita yang didominasi dialog, masing-masing tokohnya diberi kepribadian khas meskipun hanya muncul sesaat. Dialog-dialognya...ah, jujur saja, tak semuanya saya mengerti, tapi tetap terasa wajar sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Secara garis besar, 15 cerpen dalam buku ini dapat dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama, cerita tentang para pekerja dan semangat mereka untuk menuntut kesetaraan hak yang mengukuhkan Gorky sebagai pengarang dengan gaya realisme sosialis. Kedua, cerita dengan emosi mendalam yang mendorong tokoh cerita melakukan hal yang tak terduga.
Cerpen berjudul "Ibu Seorang Pengkhianat" merupakan jenis cerita kedua yang menjadi favorit saya karena akhir yang mengesankan. Sementara "Dendam" dan "Kakak dan Adik" memiliki alur yang tak terduga.
Buku ditutup dengan "Pepe", cerita ringan dan optimis mengenai seorang anak miskin yang cerdas dan bersemangat.
“Si Tukang Onar”, Bagaimana Orang Kecil Berjuang dan Bersolidaritas
Judul : Si Tukang Onar Penulis : Maxim Gorky Penerjemah : Eka Kurniawan Penerbit : baca Cetakan : Februari 2019 Tebal : 147 hlm
Realisme Sosialis. Ini aliran filsafat dalam sastra yang bisa dikatakan dilahirkan oleh Maxim Gorky. Perjalanan aliran ini turut masuk salah satunya ke Indonesia dan mempengaruhi para pengarang sastra di sisi kiri secara ideologi. Nampaknya, kesan realisme sosialis yang keras dan melulu bicara perang kelas secara hitam putih banyak dirujuk dari polemik sastra dan beberapa karya sastrawan kiri era 65.
“Si Tukang Onar” yang diterjemahkan dari kumpulan cerpen (kumcer) berbahasa Inggris berjudul “Tales of Italy” adalah karya-karya cerita pendek Maxim Gorky yang akan menepis kesan salah tersebut. Melalui 15 cerita pendeknya, Maxim Gorky seakan hendak menegaskan bahwa Realisme Sosialis bukanlah jenis sastra yang mengkhianati dirinya di hadapan ideologi. Kedalaman karakter tokoh, deskripsi atau metafora, dan segala tetek bengek teknis sastra dihadirkan ke hadapan pembaca dengan piawainya.
Perjuangan kelas, suatu kondisi di mana satu kelompok masyarakat dalam struktur borjuasi berjuang dan melawan bersama, dihadirkan tanpa kesan didaktis atau menggurui. Nuansa perjuangan dan perlawanan bersama ini langsung dihamparkan dalam cerpen-cerpen awal. Tengoklah cerpen “Pemogokan”, cerpen pembuka. Di dalam cerpen ini para pekerja digambarkan sebagai manusia yang apa adanya, sangat menyentuh. Proses pemogokan dideskripsikan secara detail. Cerpen yang minim percakapan namun kaya deskripsi ini akan membuat kita bersimpati pada kelas pekerja atau buruh dengan segala kebaikan dan keburukannya. Tak ada yang hitam putih di dalam cerpen ini. Malah dengan jujur ada deskripsi yang bisa disimpulkan bahwa sesama ‘orang kecil’ sendiri tidak otomatis akan saling mendukung.
Di dalam”Pemogokan”, kita diajak melihat hingar bingar dan suka cita perjuangan kelas pekerja di hadapan struktur kerja ekonomi borjuasi. Namun demikian, perjuangan ‘manusia biasa’ dalam cerpen-cerpen lainnya tidak hanya berhadapan dengan struktur ekonomi, akan tetapi juga bergelut dengan alam, dan sistem sosial patriarkis. Sebab itulah tema tentang perempuan dalam hal ini yang bersifat ke’ibu-an sangat terasa.
Untuk tema perempuan, coba baca saja “Ibu Seorang Pengkhianat” yang berkisah tentang dilema seorang ibu karena anaknya menjadi pengkhianat yang kemudian membunuh anaknya saat anaknya lengah. Atau tiliklah “Monster”, tentang derita seorang Ibu yang memiliki anak buruk rupa dan difabel, dicemoohkan dan dijauhi oleh masyarakat. Sang Ibu membesarkan anak itu, namun ironisnya, sang anak menjadi begitu rakus dan makan tiada henti—bayangkan ini terjadi di tengah kemiskinan yang dihidupi. Cerita ini barangkali bisa juga serupa alegori yang menceritakan tentang ‘monster’ yang menjadi parasite bagi seseorang.
Untuk tema perempuan atau ibu, tidak melulu tentang sosok hidup yang bisa bicara. Namun, ibu sebagai perwakilan alam juga kuat dalam beberapa cerpen. Misalnya, cerpen “Terowongan” yang berkisah tentang kerja manusia yang menaklukkan alam. Ceritanya berpusat pada sosok seorang laki-laki yang mendapatkan penghargaan karena bekerja membuat terowongan. Cerpen ini kaya dialog yang mencerahkan. Mari kita kutip beberapa percakapannya, “Ya, kami mencium gunung yang terkalahkan, mencium bumi, dan hari itu aku merasa semakin akrab dengan bumi daripada sebelumnya, Signor, aku mencintainya seperti seseorang yang mencintai perempuan!”
Dan “Terowongan” tidak hanya bicara tentang filosofi mencintai bumi (seperti mencintai perempuan), namun juga bicara tentang filsafat kerja. “Manusia tahu bagaimana bekerja!...Ah, Signor, manusia, kecil sebagaimana ia, dapat menjadi kekuatan tak terkalahkan saat ia ingin bekerja. Dan percayalah manusia itu lemah meskipun ia dapat melakukan apapun yang ia rencanakan untuk dikerjakan.”
Cerpen “Perkawinan” adalah cerpen yang nyaris membuat saya menangis. Ini cerpen yang komplit mengaduk-aduk perasaan. Solidaritas kelas, kerja yang mulia, kisah asmara, dan sekaligus kemanusiaan berpadu dengan sangat satu. Kisahnya tentang seorang lelaki miskin yang kehilangan matanya saat membantu ayahnya membajak tanah di kebun anggur. Saat dewasa ia menikah dengan perempuan yang sama miskinnya. Namun rupanya, si lelaki adalah pekerja keras yang sering membantu banyak orang—meski pada hari perkawinannya ia ditertawai dan dicemoohi oleh beberapa orang. Sebab itulah, ketika mereka menikah tanpa apa-apa, ada orang yang menyediakannya Kasur, aday yang memberikannya bekas kadang kambingnya untuk dibangun rumah, dan sebagainya. Solidaritas sosial atau kelas sangat nampak di sini.
Akan terlalu panjang jika diuraikan semua cerpen yang ada di sini. Semuanya memberikan kesan dan makna yang mendalam. Bacalah “Juru Propaganda” yang romantis namun sekaligus ideologis—kisah asmara seorang buruh yang bekerja di koran propaganda dengan perempuan relijius yang rajin beribadah di gereja. Atau “Kakak dan Adik” yang bercerita tentang hubungan konfliktual kakak perempuan dengan adik laki-lakinya yang bongkok—yang berakhir dengan dimasukkannya si adik ke rumah sakit jiwa oleh kakaknya sendiri. Ata cerpen terakhir, “Pepe”, yang berkisah seorang laki-laki lugu namun jujur yang sering membuat orang geram namun tertawa pada saat bersamaan. Ada kutipan yang sangat saya suka dalam cerpen terakhir ini, “Ketika kau mengambil sedikit dari orang yang punya terlalu banyak, itu bukan mencuri tapi berbagi.”
“Si Tukang Onar” adalah rekomendasi yang tepat buat siapa saja yang hendak mendalami karya sastra klasik. Atau bagi mereka yang mendalami isu-isu seputar genre sastra realisme sosialis yang menjadi bahan perdebatan banyak orang, buku ini tepat dibaca.
Apalagi kumpulan cerpen ini diterjemahkan oleh sastrawan kawakan masa kini, Eka Kurniawan, yang tentu saja menjadi jaminan terjemahannya bagus dan bernuansa atau punya jiwa. Jika tidak percaya, baca saja sendiri ya!
Maxim Gorky travelled to Italy specifically the Island of Capri to recover from the vigours of battling Tsarist Russia. Suffering from ill-health he penned these short stories about the sunnier climes he resided in. He has a marked affinity for near poetical descriptions of nature and these passages are among the best in these short vignettes of Italian life. His strong socialist convictions are front and center in many of these tales but he also touches on social themes of Italian life such as Vendetta/Christ and Madonna/Catholic Church etc.
Well worth reading and a quick read too although I thought,not without certain flaws in the culmination of some of his morality tales.
Ini adalah pertemuan pertama saya Maxim Gorky. Perkenalan kami dikarenakan saya melihat nama Eka Kurniawan (salah satu penulis favorit saya) di sampul bukunya. Perkenalan yang tak sengaja, namun berkesan baik untuk saya pribadi.
Butuh waktu cukup lama untuk saya menuntaskan tulisan-tulisan Gorky di buku ini. Saya agak bermasalah dengan buku terjemahan, rasanya ada yang janggal. Namun membaca dalam bahasa aslinya, tentu lebih bermasalah untuk saya. Meski tertatih, perkenalan dan pertemuan dengan Gorky tetaplah berkesan.
Gorky adalah seorang pengarang asal Rusia. Di Wikipedia, ia tulis sebagai pendiri metode sastra realisme sosialis. Ia juga seorang aktivis politik di negaranya. Seorang sosialis.
Dalam buku 'Si Tukang Onar' ini ada beberapa cerita yang berkesan buat saya pribadi. Gorky menuliskan kisah cinta yang mengenaskan pada Juru Propaganda. Agak kering dan ringkih.
Lalu ia juga menuliskan dilematis seorang ibu yang anaknya seorang pengkhianat negara. Kasih seorang ibu berjibaku dengan kasih seorang warga negara.
Lalu juga kisah kakak-adik yang diam-diam saling membenci dan menghancurkan satu sama lain. Pada Dendam, Gorky juga menuliskan kisah cinta yang tak indah dan penuh darah. Dan yang menarik lagi bagi saya yakni cerita Pendendam, tentang seseorang yang berusaha mengusir orang jahat meski ia harus keluar masuk penjara.
Membaca Gorky membuka celah cakrawala pembacaan saya tentang sastra Rusia. Semoga perkenalan dan pertemuan dengan Gorky ini akan berlanjut lama dan kami menjadi kawan baik.
Maxim Gorky adalah seorang sosialis. Akan banyak ditemukan pemikiran-pemikiran sosialismenya yg dia sampaikan lewat cerpen-cerpennya.
Lewat cerpen yg berjudul Pepe misalnya, dia dengan sangat jenaka sekaligus memilukan menampilkan seorang anak miskin yang mengambil celana majikan kakaknya yg kaya raya, namun saat kepergok saat sedang mengambil celana itu, si anak kecil ini berkilah bahwa yg dilakukannya bukanlah sebuah tindakan pencurian, karena menurutnya (atau menurut sang penulis): saat kau mengambil dari orang yang memiliki terlalu banyak, itu bukan mencuri, itu berbagi.
Atau lewat cerpen yg berjudul Perkawinan, Maxim Gorky memberikan rasa haru yg amat sangat lewat perbuatan solidaritas kaum yang sangat miskin terhadap sesama. Juga lewat Monster, dia menyindir kaum2 yg menghisap tenaga buruh. Atau Ibu Seorang Pengkhianat yg menyoal nasionalisme.
Untuk yg mencoba mempelajari atau mencari tahu sosialisme, saya kira buku ini lumayan bisa dijadikan sebagai pedoman awal untuk melihat sedikit tentang sosialisme.
Пребывая на итальянском острове Капри, Горький получал вдохновение от лицезрения местных порядков. И видел такое, к чему сам исподволь стремился. Его буревестник парил над морем из человеческий волнений. Как в России, таким же образом в Италии, рабочий люд не находил успокоения от постоянной нехватки средств для обеспечения минимальных нужд. Пролетарий Апеннинского полуострова жил впроголодь, не имея способности обеспечить необходимым семью. Его детям не хватало даже на макароны. Как об этом не рассказать русскому читателю? Но Италия — страна таких нравов, что не всегда можно понять, как итальянцы вообще допустили, чтобы им кто-то мог диктовать волю? Настоящая жизнь всегда отличается от той, какая приходит к нам из легенд. Это касается и итальянского народа, известного по справедливым и жестоким нравам, отчего-то ставших уделом преданий.
Saya membaca terjemahan bahasa Indonesia oleh Chadri Bachtiar, terbitan tahun 1963. Dengan bahasa dan ejaan lama, buku ini perlu dibaca pelan-pelan. Pembaca sekarang akan dibuat terkejut dengan cerita rakyat Itali dalam kumpulan cerpen ini. Ketika membunuh karena dikhianati suami/istri adalah hal yang wajar demi menjaga kehormatan harga diri, pada cerita Membalas Dendam. Bagaimana seorang Ibu menanggung susah hati atas cemoohan sekitar karena ananknya mengkhianati bangsa, dan kemudian ia membunuh dirinya sendiri setelah menikam jantung anaknya di pangkuannya. Tales of Italy mengangkat kisah rakyat kecil yang jarang terlihat pada masanya. Maxim Gorky seorang kuminis yang 'berani' dibuktikandengan tulisan-tulisannya dalam kumpulan cerpen ini.
Kumpulan cerita dari Maxim Gorky yang diterjemahkan oleh Eka Kurniawan ini bertema tentang kemanusiaan. Selain itu, karena Gorky dikenal sebagai penulis realisme sosialis, maka tokoh-tokohnya di sini pun memang tentang bagaimana mereka harus berjuang menjalani kenyataan hidup yang memang sering pahit. Contohnya saja pada cerita berjudul 'Perkawinan' yang bercerita tentang sepasang kekasih yang sebenarnya tak memiliki modal dan harta benda untuk melangsungkan pernikahan, tapi karena mereka memiliki keyakinan pada cinta dan tetangga di sekelilingnya membantunya untuk menyiapkan hal tersebut, maka acara pernikahan dari sepasang kekasih pun berjalan lancar dan bahagia.
Το βιβλίο αναδεικνύει τη μοναδική ικανότητα του Γκόρκι να συνδυάζει κοινωνική παρατήρηση με ζωντανές, σχεδόν ποιητικές εικόνες της ιταλικής καθημερινότητας. Οι ιστορίες του κινούνται από λαϊκούς θρύλους και εργασιακές συνήθειες μέχρι εορτασμούς και σκηνές του δρόμου, δημιουργώντας ένα πολύχρωμο και ανθρώπινο μωσαϊκό. Παρά τον λυρισμό και την ευαισθησία στις περιγραφές του, οι σοσιαλιστικές του πεποιθήσεις παραμένουν στο επίκεντρο, δίνοντας βάθος και κοινωνικό προβληματισμό στις αφηγήσεις. Πρόκειται για ένα σύντομο αλλά ουσιαστικό ανάγνωσμα, αν και με ορισμένες αδυναμίες στις πιο διδακτικές του ιστορίες.
Padat, menyentuh, provokatif. Tulisan-tulisan Maxim Gorky dalam Kumpulan Cerita Pendek ini layak untuk di baca sebab Maxim Gorky tidak pernah berbicara hal-hal yang bersifat khayalan, ia selalu berbicara tentang manusia dan cerita-cerita yang melingkupinya.
Ini Beberapa Judul Cepen yang saya suka 1. Perkawinan (Saya Nangis) 2. Kakak dan Adik (Mind blown) 3. Pemogokan (Mengingatkan saya tentang Pemogokan Buruh yang pernah saya ikuti) 4. Terowongan (Awesome!) 5 Pepe (Sisi Humor Gorky yang baru saya tahu)
Semua cerpen di buku ini berlatarbelakang di Italia. Judulnya dalam bahasa Inggris, Tales of Italy. Gaya narasi Gorky, sederhana dan langsung. Tanpa kata puitis yg melangit. Metafora disajikan pas. Cerpen favorit saya, adalah Juru Propaganda, Kebencian,Pepe,Dendam, Pemogokan. Semua bercerita apa adanya, dari perspektif rakyat jelata. Dan perlawanan mereka terhadap kekuasaan yg menekan. Seperti arti nama penanya, Gorky berarti pahit dalam bahasa Rusia. Cerpen Maxim Gorky ,pahit dan membuat mata terbuka dan terbelalak melihat kenyataan.
Membaca ini seperti sedang duduk di sebuah siang yang malas dan terik, sambil berbincang bersama teman yang seorang sosialis. Pembicaraan mengalir, disusupi propaganda di tengah tawa, tragedi, cinta, orang-orang kecil, dan hal-hal sepele lain dalam hidup.
Edisi ini diterbitkan oleh Penerbit Baca dengan ilustrasi manis oleh Suku Tangan. Cocok untuk hari-hari sibuk di mana waktu cuma sempat untuk beberapa belas halaman, atau hari senggang saat bisa menghabiskan semua cerita ini sekali duduk.
Ini buku Gorky ke-2 yg aku baca. Kesan yg aku dapatkan tak jauh berbeda dengan buku pertama. Tema utamanya masih sama: kemalangan nasib kaum pekerja dengan segala drama kehidupannya. Kumpulan cerpen ini mengambil tempat di Italia. Judul versi bahasa Inggrisnya adalah Tales from Italy. Aku pribadi tertarik membaca karena nama penerjemahnya. Tidak mengecewakan sama sekali. Kualitas alih bahasanya sangat baik meski masih ada salag ketik yg dapat dihitung jari.
Sayang sekali buku ini saya baca di kamar, bayangkan membaca buku ini di pinggir pantai, di bawah matahari, sambil bermalas-malasan. Walaupun banyak hal menyedihkan dalam buku ini, tapi rasanya sepanjang cerita panas, terik, serta cerahnya matahari Itali selalu ada dalam bayangan saya. Cerita kesukaan saya: Terowongan, Juru Propaganda, Ibu Seorang Penghianat, Si Tukang Onar, Kebencian, dan Pepe. Cerita “Pepe” menjadi penutup yang sangat baik: cerah, jenaka, dan memberikan harapan.
Berisi 15 cerita pendek tentang kehidupan yang sulit atau kekayaan yang tidak membawa kebahagiaan. Cinta yang tidak dinyatakan sebagai cinta, tetapi kebencian, pengkhianatan dan pertumpahan darah, yang dimaknai sebagai keteguhan dalam memegang nilai-nilai. Sosialis yang mengkritisi pahamnya sendiri. Bukan buku sekali kunyah, seperti harus dimamah. Memberikan kita pengalaman mengenali dunia yang berbeda.
tertarik membaca buku ini karena diterjemahkan oleh Eka Kurniawan, tapi sayangnya saya kurang menikmati membaca cerpen-cerpen di dalamnya. Cerita-ceritanya banyak yang mendeskripsikan keadaan sekitar dan tokoh-tokohnya yang tidak dinamai, sehingga sulit untuk mengingat dan menghubungkan karakter dengan dialognya. Namun ada beberapa cerita yang cukup menarik.
Pada cerita awal2 aku tak paham blas namun di bab setelahnya agak lumayan ngerti maksud dari cerita si penulis.
Soalnya cerita pada bab ke 4 keatas udah banyak conversation nya ga cuman tulisan doang. Masih bisa ditemukan beberapa quote yg bagus di hamparan metaforanya yang sejibun itu🤣
Bab yg aku sukai adalah perkawinan, ibu seorang pengkhianat, dan dendam.
Buku ini mengisyaratkan bahwa Gorky adalah seorang yang religius, pemuja Bunda Maria, sekaligus sosialis sekati. Juga seorang humanis yang peduli akan alam yang tertuang melalui cerita-ceritanya. Benar, selalu ada potret kemanusiaan di setiap cerita Maxim Gorky.
Membaca kumcer Maxim Gorky yang menceritakan tentang kehidupan dan masalah yang dihadapi rakyat-rakyat kelas menengah ke bawah membuatku teringat pada Ahmad Tohari. Bisakah saya mengatakan bahwa Ahmad Tohari adalah Maxim Gorky-nya Indonesia?