Jump to ratings and reviews
Rate this book

Drunken Monster: Kumpulan Kisah Tidak Teladan

Rate this book
Di daerah Jalan Ganesha, saya inget SBY. Aduh, kenapa inget SBY? Ini pasti gara-gara dulu, waktu Pemilu Presiden. Waktu itu saya mencoblos dia.

Mencoblos SBY. Tapi, asli bukan bersumber dari hati nurani saya. Itu lebih karena memenuhi suruhan anak saya, yang saya bawa ikut ke dalam bilik suara. Itu disuruh Timur yang waktu itu berumur 5 tahun. Tetapi janganlah ini kita bahas banyak-banyak. ("Jalan ke Mana-Mana")



"Ini Buku Berbahaya."

-Prof. Dr. Bambang Sugiharto



Buku ini adalah perayaan ide, karnaval anarki wacana. Semacam jaz yang improvisasi kecerdasannya begitu nakal dan semena-mena. Tidak disarankan bagi para intelektual yang arif dan bijaksana.

-Prof. Dr. Bambang Sugiharto, Guru Besar Filsafat di Unpar dan ITB



Pidi Baiq menyebut tulisan-tulisannya sebagia Catatan Harian atau Cacatan Harian. Saya memuatnya di suplemen “Khazanah” di Pikiran Rakyati dan menyebutnya cerita pendek. Beberapa teman protes, katanya Catatan Pidi Baiq seperti bermain kasti dengan pemukul sofball. Terserah! Dunia sudah berubah, Bung. Mungkin kita memang harus mengganti nama permainannya.

-Rahim Asyik, Redaktur Khazanah

204 pages, Paperback

First published January 1, 2008

214 people are currently reading
3117 people want to read

About the author

Pidi Baiq

22 books1,449 followers
Pidi Baiq adalah seorang seniman yang punya banyak kelebihan. Selain sebagai seorang musisi dan pencipta lagu, ia juga seorang penulis, ilustrator, pengajar dan komikus.
Pidi Baiq mengaku imigran dari surga yang diselundupkan ke Bumi oleh ayahnya di Kamar Pengantin dan tegang.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
902 (43%)
4 stars
617 (29%)
3 stars
384 (18%)
2 stars
102 (4%)
1 star
61 (2%)
Displaying 1 - 30 of 224 reviews
Profile Image for Nanto.
702 reviews102 followers
January 24, 2009
Tertawa bersama Superman yang mendedahkan nama Tuhan Yang Mahahumoris

Oleh Nant’S


- Ini buku blog?
+ Bukan…
- Ini buku filsafat?
+ bukaaaaaaan..
- ini buku relijius?
+ Bisa jadi…
- Ini buku tentang superman?
+ ya, anda ngaco.... dan benar....!


Di atas adalah tebak-tebakan yang ada di kepala saya begitu membuka buku ini. Membolak-balik halamannya, ketika disodori oleh rekan saya di kantor untuk membacanya. Melihat tawaran buku yang ia sodorkan, tercetus dari mulut saya, “elo peneliti apa sih?” hehehe buku antik, jauh lebih antik dari dugaan terliar di kepala saya sendiri. Namun pertanyaan terakhir memang benar. Buku ini adalah buku tentang superman, begitu Pidi Baiq menyebut dirinya ketika sakit flu. Bolehlah disebut ini buku superman yang sangat manusiawi karena dengan tawanya tergetar pintu langit. Superman yang mendedahkan nama Tuhan Yang Mahahumoris bagi telinga-telinga yang terbiasa dengan kebenaran biasa-biasa saja.

Begitulah kalau sibuk berasumsi hingga lupa untuk tertawa. Tertawa yang merupakan buah damai dari permainan yang tulus dalam hidup ini. Saya dulu pernah begitu. Saat itu di kampus saya, angin yang siut sepoi adalah tawaran musik yang paling damai. Sejuk siut angin itu bisa dinikmati saat saya suntuk dan memilih kabur ke Pojok Nanang. Nanang’s Corner, yang menu utamanya adalah risoles, kue sus, kue bakso, susu ultra dan teh botol, merupakan tempat saya lari dari suntuk ceramah dosen. Saya di situ ketika teman lain yang juga suntuk bertanya, ”lo kuliah buat apa sih, to?” ”Kuliah itu kayak taman kanak-kanak, lo bermain sampai senang dan berteman sebanyak mungkin. Ceramah di kelas itu dongeng yang perlu lo denger kalo lo lagi susah tidur!” Jawaban saya sekenanya. Namun jujur saja, saya serius menjawab kesuntukan teman itu. Salah satu kunci keberhasilan pendidikan buat saya pribadi adalah seberapa teman berhasil saya dapatkan dalam setiap jenjang pendidikan. Sejauh ini SMP adalah masa terburuk saya. Saya hanya berhasil berkawan dengan sedikit orang pada masa seragam putih-biru itu.

Berteman dan tertawa, itu kuncinya dalam bermain. Begitulah Pidi Baiq buat saya berceloteh dalam buku ini. Buku yang sangat berat isinya meski reaksi buat pembacanya bisa jadi tertawa, atau senyum getir atau muka mual menahan muntah karena menganggap penceritanya orang gila.

Gila dalam arti bermain bukanlah penyakit. Wuih, ucapan megah itu meluncur di pengantar buku ini. Ditulis oleh seorang bergelar profesor doktor pula. Mengajar filsafat di Universitas Parahyangan dan ITB bisa nambah bergidik toh! Tapi bukan itu yang membuat saya bergidik. Pak Bambang Sugiharto, buat saya, hanya mengantar sampai permainan kata Pidi Baiq yang sangat jazzy. Penulisnya sendiri yang mengantarkan dengan sangat tajam ketika ia mengeluh kepada wastafel di toilet rumahnya. Dialog singkat tentang ketakutan Pidi Baiq pada orang yang akan marah kepada apa yang ditulisnya. Karena “mereka” itu adalah orang yang merasa dalam hidupnya selalu berbuat baik, dan pemegang mutlak Kebenaran! Karena mereka akan marah kepada Pidi Baiq yang dianggap bertingkah laku tidak sesuai dengan “seragam” kebenaran mereka.

Gong!!! Saya disitu terhenyak. Diam. Buku ini bukan buku lucu seperti iklan tutur tinular pemilik buku ini. Buku ini buku langut bersama secangkir kopi dalam kategori rak buku dunia maya saya. Diujung dialog singkat di bab “Semacam Pendahuluan” itu, Pidi masih sempat berterimakasih kepada wastafel broken whitenya. Terimakasih yang tulus, bukan basa-basi dari seorang pembelajar kepada benda yang barangkali remeh dalam sebuah proses pembelajaran itu. Sketsa grafisnya yang “lucu” tidak bisa menyembunyikan itu.

Saya memilih untuk melanjutkan membacanya...

Benar, kata Pak Bambang Sugiharto: Kata-kata Pidi sangat jazzy sekali, pun susunan ceritanya. Tapi jangan bilang ia semata bermain dan ngelindur. Ia suka tertawa, pasti itu. Ia sayang istri, duh romantis tepatnya. Ia sayang anaknya, mendongengkan cerita untuk mereka. Sambil mempersiapkan mereka untuk membaca keseragaman dengan cara yang lebih canggih. Mengenalkan kacamata postmo untuk membaca keseragaman tanpa membuat mereka jumud hingga menjadi postmo by book. Tanpa lupa akan esensi mendekonstruksi dunia yang semakin bangga dengan kemegahannya yang kumuh (Mangga Monyet). Ia bercerita tentang cinta platonis seorang Dayat setelah sebelum menyelinginya dengan tebak-tebakan yang sarat penghargaan kemanusiaan bagi seorang Dayat. Sehingga seorang Dayat yang hanya pesuruh ditengah badai cintanya, ketika ditanya Bosnya (Pidi), tetap bisa berkata memilih Peterpan daripada band baru, Rolling Syaiton. Duh, Kang Dayat top markotop lah! (Dayat). Masih ada persoalan mentertawakan ruang publik bernama kafe melalui pelajaran memberi dan bersilaturahmi dengan egaliter bersama tiga orang tukang becak (Mangga Mimo). Menikmati berkah bulan Ramadhan melalui sepiring nasi goring bersama tukang ronda dan pedagang nasi goring keliling dengan pesan tentang hukum sebab-akibat yang biasa orang tua kita sebut dengan singkat, kualat (Ronda). Hubungan antar bangsa, Indonesia-Malaysia yang memanas dalam menyoal kekayaan budaya, Pidi berperan sebagai duta bangsa yang tetap ramah kepada sahabatnya dari negeri tetangga. Konflik antar bangsa ternyata bisa dilakukan dalam canda yang sangat indah ternyata (Noor Rosak).

Belum lagi, tentang pelajaran mencapai tujuan akhir yang bisa jadi penuh liku ketika ia menjadi supir Angkot menggantikan Bang Ginting. Tentang betapa terbuka dan egaliternya angkot itu. Semua diangkut asal tertib dan tidak merugikan orang lain. Persoalan agama dan tidak beragama, persoalan etnisitas, tua-muda, cantik-jelek, selesai. Semua diajak asal sepakat, membayar ketika turun. Tiba-tiba saya menutup muka dan berkata dalam hati, “saya ingin negara ini seperti Angkot Ginting”. Lihat pula ujung bab tentang Angkot Bang Ginting itu, “Terimakasih Ginting. Bilang sama Pak Satpam kalau dia tanya nanti. Kamu adalah guru saya.

Di akhir buku ini, Pidi menulis, “sekian sampai kita berjumpalitan.” Saya tidak berjumpalitan. Bahasa Pidi, plot Pidi, memang berjumpalitan. Saya hanya berguling-guling tertawa. Kebenaran ditertawakan hingga menetas kebenaran yang lebih bersahaja. Kebenaran itu hadir ketika kita sanggup mentertawakan diri sendiri. Hingga mengejawantah Tuhan yang Mahahumoris!

Dunia yang tertawa, tempat ramah bagi para musafir yang letih bermain. Jika itu tercapai sebagaimana ide yang dikemas buku ini tercapai: Pidi Baiq layak dapat Nobel Perdamaian! Hahahaha lebay[dot:]kom.
Profile Image for Mel.
111 reviews
December 15, 2008
-berusaha memperpendek review-


dari awal sampai akhir saya tidak se'ngakak' yang tampaknya dialami sebagian pembaca lain. paling banter terkekeh atau senyum-senyum saja di sana sini. saya menemukan humor yang disajikan punya sisi sinisnya sendiri. ada sisi getirnya. secara keseluruhan, si penulis tipe yang gemar berbagi. dalam keseharian, tampaknya penulis gemar melibatkan banyak orang di sekitarnya untuk berbagi secuil hidup yang dijalani. dia juga gemar 'belajar' dengan caranya sendiri. melalui orang-orang di lingkungannya, atau bahkan yang baru ditemui. di manapun. kapanpun.

selain berbagi secuil hidup tadi, dia juga gemar berbagi materi. dan disini mungkin yang jadi titik dimana prinsip banyak orang akan berbenturan. kebetulan caranya berbagi di beberapa kisah buku tersebut, jadi tampak seperti kompensasi layaknya acara reality show ala ashton kutcher dengan you got punk'd (generasi mtv mungkin akan mengenalnya), acara uji kesabaran, atau acara sejenis lainnya yang ditayangkan di beberapa stasiun televisi kita dulu (entah sekarang masih ada atau tidak).

saya rasa cara seperti itu mungkin masih bisa cukup dimengerti mereka yang ada di lingkar keseharian sang penulis. orang-orang yang memang mengenalnya. tapi seperti yang kerap dikatakan si penulis sendiri bahwa orang terdiri dari 'berbagai macam jenis', dia juga pasti mengetahui bahwa tidak mungkin dapat menyenangkan semua pihak atau menganggap tindakannya dapat diterima semua jenis orang. mungkin salah satu contoh di bab 'angkot'. saat dia mengambil alih tugas sang supir dan bertindak sebagai supir angkot, lalu mulai 'memainkan' permainannya disana, seperti seorang sutradara yang mencoba mengarahkan para pemain dari film yang dia kerjakan. hanya satu yang terlintas di benak saya. tidakkah empati juga harusnya diberikan bagi para 'pemain' comotan tadi? bisa saja para penumpang kendaraan yang berkali-kali dia buat berhenti itu memang terburu-buru juga dan tidak mengalami hari yang baik, lantas masuk ke sick joke-nya sang penulis, dengan harus turun di tengah jalan pula (dan berarti harus berganti angkot) karena angkotnya akan dia bawa ke arah lain. duh kalau ada yang sedang urgent pula bagaimana itu. lol.

sisi lain yang juga terlihat dari penulis 'sarap'-- panggilan pujian saya buatnya-- ini; ia adalah sosok yang sangat mencintai keluarganya. istri dan anak-anaknya. tampaknya dia tipe yang sangat menghargai arti sebuah keluarga. ada bab yang memunculkan sisi empatinya, misalnya di bab berjudul 'dayat', yang saya sukai. meski ada satu hal kecil yang mungkin akan mengundang banyak opini lagi saat ada terselip uraian kebaikan yang telah dilakukannya untuk sosok dayat tersebut. urusan kebaikan jadi hal yang peka rasanya sekarang ini. tidak berbagi, dikatai. giliran berbagi, tetap juga dikatai dan dinilai. jadi lebih baik yang mana ya?


3 bintang.
Profile Image for Roos.
391 reviews
March 6, 2009
Beli buku ini dari Bulan Januari 2008, waktu itu sih karena tertarik lihat covernya yang tidak biasa, cenderung abstrak, tapi kalau diamati baik-baik ternyata gambar monster yang lagi beraksi menakut-nakuti dan sepasang suami istri yang sedang duduk bercengkerama di sebuah sofa, cerita sebenarnya yah ada dibuku ini. Kemudian sampai dirumah Buku Monster ini cuma dipegang-pegang, ditaruh ditumpukan buku yang belum dibaca, dengan kondisi masih terbungkus. Pertengahan tahun buku kedua Drunken Molen sudah ada ditoko buku,dan lagi-lagi nasipnya sama dengan buku pertama. Pada suatu hari seorang teman berkunjung kerumah, Dian , aku pun dengan bersemangatnya mempromosikan untuk baca buku ini sampai bersumpah-sumpah buku ini lucu banget (padahal belum baca), dan Dian termakan rayuan gombal dan membaca kedua buku Bang Pidi ini. Kedua buku tersebut dari kondisi masih terbungkus pulang kekosan dengan kondisi sudah bersampul...wuuih...tapi tetap masih belum ada keinginan untuk membaca. Sampai tahun ini bulan februari buku ini menang polling, dan buku ketiga Drunken Mama sudah terbeli dan mengalami hal yang sama dengan buku pertama dan kedua...huh. Aku baru mulai baca tanggal 4 Maret 2009 dan selesai cuma dalam sehari....huh lagi...*ngelap keringat*.

Dan kalau dibilang Ini Buku Berbahaya, saya tidak setuju. Justru yang berbahaya adalah penulisnya, Bang Pidi Baiq. Gimana tidak berbahaya, dibuku ini Bang Pidi menceritakan bagaimana lihainya dia memperdayai dan bermain-main dengan orang-orang tidak bersalah ini, kayak cerita si Tukang Rujak yang susah payah nyari kawat buat ngambil kunciyang katanya ketinggalan didalam mobil, tapi endingnya tuh kunci dibawa sendiri ma Bang Pidi, yah meski akhirnya dia memberikan tanda jasa yang tidak sedikit sih, tapi kan kasihan tuh Abang...hehehehe....Doh kok jadi serius gini yak???

Yang jelas buku ini make my day bangetlah, selain ada satu cerita yang mengingatkanku pada seorang yang punya hobby ngejar gerobak bubur dipagi dini hari atau kebiasaannya yang menawar barang ampe si Abang penjual terbengong-bengong akan kelakuannya. Yups Bang Pidi, memang beda, dia bisa membuat harinya dan hari semua orang disekitarnya penuh ceria, keluar dari outline-nya dan yang pasti membuatku tertawa terbahak-bahak akan cerita 150 orang Pasien Rumah sakit Jiwa mau spa di suatu pemandian air panas, gimana gak panik tuh pengurus pemandiannya. Dan favoritku dibuku ini adalah cerita si Dayat, gak habis pikir nih orang polos amat yah. Coba kucuplikkan adegan Bang Pidi (PB) bersama Dayat ini:
1.
PB:"Dayaaat."
Dayat:"Siap, Bos!!!"
PB:"Panggil ambulance cepet, Yat!!!"
Dayat:"Buat apa Bos?"
PB:"Ya,ampyun...masih tanya."
Dayat:"Buat apa gitu, Bos?"
PB:"Kan buat kamu, Dayaaat."
Dayat:"Ah,si Boss mah."

2.
PB:"Dayaaat"
Dayat:"Siap, Boss!!!"
PB:"Tebak-tebakan,yuk?"
Dayat:"Siaplah, Bos."
PB:"Yang bisa nebak,mijit ya?"
Dayat:"Siaplah,Bos."
PB:"Janji?"
Dayat:"Siap,Bos."
PB:"Saya dulu."
Dayat:"Siap,Bos."
PB:"Palang apa yang merah?"
Dayat:"Palang apa,ya? Palang Merah, Bos!!!"
PB:"Bener.Nah mijit, ya."
Dayat:"Duh,euy."
----
Dayat:"Saya nya Bos."
PB:"Apa?"
Dayat:"Palang apa yang biru?"
PB:"Palang apa, ya? Palang apa,Yat? Palang kuning?!!!"
Dayat:"Salah.ah!"
PB:"Apa,dong?"
Dayat:"Palang Biru, Bos!"
PB:"Kok saya gak tahu,ya. Betul, Yat."
Dayat:"Saya mijit lagi ya, Bos?"
PB:"Iya, dong kan kamu menang."
Dayat:"Ah, si Bos mah."
PB:"Apa?"
Dayat:"Pura-pura."

Wakakakakkkkk..duh Dayat-Dayat...you're really make my day!




Profile Image for Bunga Mawar.
1,355 reviews43 followers
April 5, 2009
Review ini saya edit ah. Agak serius kini karena sudah baca ulang.

Judul kecil Drunken Monster ini adalah "Cacatan Harian". Maunya pasti "catatan harian yang cacat". Atau karena penulisnya berani mengaku "cacat". Dan ternyata memang "cacat" kalau diukur lewat standar "normal". Tapi...ah, siapa sih sebenarnya pemegang standar "normal" itu? Susah dibahas, karena tiap orang berhak bilang dia tidak cacat.

Tanpa mengamini klaim cacat dari penulis (dan penerbit, tentunya) buku ini dengan demikian begitu unik dalam cara penyajian. Tidak peduli tata bahasa. Buat saya sih tidak apa-apa. Makin menarik jika dibaca tanpa pretensi apa-apa. Tidak perlu dulu meyakini "kata orang" bahwa buku ini kocak dan bisa bikin ketawa guling-gulingan. Santai aja. Karena kadang-kadang ada perasaan teriris lho (kasus ini terjadi pada saya), yaitu saat nampaknya si penulis mengarang cerita begitu heboh pada kehidupan yang dijalaninya.

Saya teriris pada saat Pidi yang sejak kecil rupanya sudah iseng ini, tanpa kenal waktu sedang kumat isengnya. Memang dia homo ludens sejati. Jadi dia bermain saja dengan gembira. Digelarnya permainan di tempat tukang parkir motor, pangkalan becak, pemandian air panas. Sebenarnya tidak apa-apa juga. Itu kan pilihan dia. Dan permainannya pakai cerita karangan. Bohong.

Itu sih, suka2 dia ya. Tapi kan bohong itu dosa, apalagi kalau kebanyakan dan hanya dimanfaatkan untuk ngerjain orang. Mungkin, sekali lagi karena Pidi ini sangat senang bermain. Dikiranya semua orang pasti gembira bermain bersamanya. Padahal tidak semua orang paham permainannya. Dan tidak semua orang pada saat yang sama sedang ingin bermain. Dan kalau ada orang yang memilih untuk tidak ikut bermain juga sah-sah saja, bukan? Buat saya, Pidi sungguh tidak adil mengompensasi waktu dan perasaan yang sudah diambilnya dari orang2 itu dengan rupiah. Bertentangan ah, dengan kebutuhan bermain. Beberapa kali Pidi menyebut tidak boleh menyatakan diri pribadinya sebagai orang baik karena itu riya'. Beberapa kali juga Pidi membuat kita melihat justru dia "berbuat baik".

Tentu banyak orang sudah menganggap kejadian-kejadian di sini beneran dilakoni penulis. Nggak apa-apa lagi. Saya sendiri suka cerita saat dia mendongeng "monyet dan mangga" pada anak-anaknya. Cukup menyentuh, tanpa mengiris kali ini.

Makanya kalau sampai seorang guru besar filsafat bilang bahwa ini buku berbahaya, saya percaya. Ia bisa mengubah cara pikir pembacanya tentang waktu bermain. Dan tempat bermain. Dan jadinya sebagian dari mereka akan jadi egois jika kurang bertoleransi, menganggap mereka bisa bermain kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja.

Mmm... pesan moral buku ini adalah "sayangi keluarga".
Pesan saya buat pembaca buku ini adalah "hargai orang lain".

Hidup buku! Harus hidup juga pembacanya!
Profile Image for Hippo dari Hongkong.
357 reviews197 followers
April 2, 2009
catatan harian moto-moto

Rabu 25 Maret 2009
10.05 AM

"Pos!"
"Pos!"
begitulah suara tukang pos di pager rumah. masih terkantuk-kantuk gw nyamperin tukang pos yang nangkring di depan rumah.
"dengan rumahnya Erie moto-moto?" tukang pos bertanya dengan sopan.
Heh? Apaan? Gak salah denger nih? *korek2 kuping*
kok tau soal moto-moto segala? ngajak brantem ato apa nih tukang posnya
emak gue aja gak pernah manggil gue moto-moto
"Iya, itu saya" *kepaksa ngaku*
"Oh..Ini ada paket buat Erie moto-moto." kata tukang pos sambil menyodorkan tanda terima untuk ditandatangani. Periksa paketnya dulu, baru ngeh akhirnya kalo yang ngirim paket emang iseng nulis "Erie aka Moto-moto"di paketnya. Awalnya sih gue curiga kalo tukang pos ini member gudrid, hehe. Yah, karena tukang pos dah kadung manggil moto-moto gue pun ngasi tanda tangan baru gue di kuitansinya.. moto-moto, gitu tandatangannya, bodo amat :D

terus terang gw lebih dulu mengenal sosok pidi baiq melalui lagunya di grup band the panas dalam dengan lagu2nya yang gak kalah gokil dengan bukunya. lagu2 edan seperti rintihan kuntilanak yang liriknya mengundang tawa seperti ini...

malam sunyi kusendiri
duduk sepi diatas pohon
kubiarkan rambutku terurai

tanpa kaki kelelawar
anjing dan bulan purnama
kumenanti kekasihku
yang belum mati

kapan mati? kekasihku
kumenanti kau disini
ayo mati! bunuh diri!
agar kita jumpa lagi
seperti dulu

Mana mungkin kukembali
hidup lagi seperti dulu
kecuali engkau mati
mohon mengerti


*lagu versi cewenya lebih serem sih, soalna ada cekikikan ala kuntilanak segala*

sebetulnya penasaran juga dengan penampilan the panas dalam. kebetulan kmaren2 ada pengumuman di gudrid kalo pidi baiq bakal manggung di BEC. maka berangkatlah sekitar abis magrib ke BEC dengan maksud nonton the panas dalam. namun cuaca sepertinya sedang tak bersahabat, hujan turun dengan derasnya pas ditengah jalan. kepalang basah, terusin aja ke BEC nya. nyampe jam setengah tujuhan (acaranya jam tujuh) dengan penampilan basah kuyup persis persis kudanil abis kejebur got. karena masih lama mampir dulu ke gramedia di sebrang BEC, numpang baca buku sintong panjaitan dulu sambil liat2 buku ciklit yang lagi diobral, hehe. sumpah! gak beli *mengingat tumpukan belasan buku pinjeman yang gak kelar2* Jam tujuh dengan penampilan teteup rancucut nyebrang ke BEC. tapi dilantai 3 sepertinya tak ada tanda2 pertunjukan dah dimulai di kafetaria BEC. Meski badan badan dah mulai gak enak dan bersin2 terus *tiga hari berturut-turut ujan2an mulu* tetep maksain nungguin dulu. cuman karena tempatnya di kafetaria jadi gak enak berdiri terus apalagi dengan penampilan abis kejebur got, jadi pesen nasi goreng aja *meski kepala pening kalo urusan makan jalan terus bo* jam 8.40 nasi goreng dah ludes dan blom ada tanda2 pertunjukan segera dimulai sementara badan dah mulai meriang gak karuan di tambah bersin2 terus akhirnya pulang deh sambil bersungut-sungut karena gagal nonton konser the panas dalam. besoknya gue langsung tepar, hahaha.

jadi begini yah.. gue suka buku ini karena gue termasuk orang yang jail meski gak separah kang pidi kalo soal urusan ngerjain orang. kalo bisa sih baca buku ini ato drunken molen/mama kalo bisa sambil ditemani lagu2 yang dinyanyikan pidi baiq dengan the panas dalamnya. entah kenapa buat gue pribadi joke nya jadi lebih kena aja. begituuuuu... ada satu lagi lagu favorit gue nih..

Cita-citaku

Cita-citaku ingin menjadi polwan
Mana mungkin? aku hanya lelaki
Oh Tuhan, tolong hamba Mu
Aku tak sudi jadi bapak polwan

Cita-citaku ingin jadi Bu Ahmad
Mana mungkin? aku hanya lelaki
Oh ibu, jangan paksa aku
Aku tak sudi jadi Bapak Ahmad

Sedih, hatiku sedih
Terlahir sebagai seoorang lelaki
Oh Tuhan, tolong hamba Mu
Terlahir sebagai seorang lelaki
Oh ibu, jangan paksa aku
Ini bukan jaman Siti Nurbaya lagi

Cita-citaku ingin menjadi tomboy
Mana mungkin? aku hanya lelaki
Oh Tuhan, tolong hamba Mu
Aku tak sudi jadi lelaki tomboy

Cita-citaku ingin jadi lesbian
Mana mungkin? aku hanya lelaki
Oh ibu, jangan paksa aku

Aku tak sudi jadi homoseks


hahaha...

Belajar Berhitung

Aku mandi engkau juga
Di kamar mandi kita berdua
Lalu ayah ikut mandi
Di kamar mandi jadi bertiga
Lalu ibu ikut mandi
Di kamar mandi jadi berempat

Siapa yang mau
Belajar berhitung
Dengarkanlah lagu ini
Sambil mandi bersama

Lihat itu rombongan haji
Ikut mandi hitung sendiri
Jumlah kami tujuh lima enam
empat tiga dua telepon Linda

Siapa yang mau
Belajar berhitung
Dengarkanlah lagu ini
Sambil mandi bersama

Nenek sendiri mandi diluar
Jangan dihitung kadaluarsa


hahahaha lagi...

udah ah.
Profile Image for htanzil.
379 reviews149 followers
June 20, 2009
Pidi baiq itu pahlawan komikus indie bandung, dan bisa jadi indonesia yang paling sableng yg pernah sy kenal.ngomongin komik bandung.ngga lepas dari pidi. Buku ini kumpulan catatan hariannya pidi yg ada di multiply dia.dijamin ngakak, maklum ngga waras.kalo di jogya ada eko nugroho(indie juga) di bandung harus sebut satu nama "pidi".

Demikian SMS yang saya terima dari salah seorang kawan saya yang menginformasikan buku Drunken Monster – Pidi Baiq. Tertarik dengan SMS tersebut, ditambah lagi dengan membaca kata pengantar buku ini yang diupload di beberapa milis perbukuan yang menyatakan bahwa "Ini Buku Berbahaya", membuat saya makin penasaran ingin membacanya.

Bersyukur karena tak terlalu lama kemudian saya menerima sebuah buntelan dari Mizan yang ternyata isinya buku Drunken Monster!. Segera saja saya membacanya, dan benar apa yang dikatakan orang-orang yang sudah membacanya, ternyata buku catatan harian Pidi Baiq ini memang benar-benar gila dan lucu!

Buku catatan harian Pidi Baiq yang memiliki seabrek pengalaman ini (mantan vokalis band indie The Panasdalam, mantan Dekan sebuan Universitas di Bandung, anggota Tim Kreatif Project-P, Staf Ahli di Bimbel Villa Merah, konsultan di galeri seni dan budaya SPACE 59, serta ilusrator di Penerbit Mizan) sejatinya berasal dari seluruh jurnal hariannya di http://pidibaiq.multiply.com ini berisi 18 kisah-kisah keseharian seorang Pidi Baig.

Kesemua kisahnya membuat saya tertawa-tawa dalam hati, bahkan beberapa kisah sanggup membuat saya tertawa dengan keras sehingga membuat orang-orang di sekitar saya terheran-heran hehe…

Sebenarnya tidak ada kisah yang bombastis, tidak ada kisah yang mengada-ngada, semua kisah berangkat dari keseharian Pidi Baig seperti mengantar anak ke sekolah, naik kereta ke jakarta, obrolan dengan temannya, derita karena sakit, dll. Namun Pidi dengan keisengan dan cara berpikirnya yang memang usil membuat keseharian yang biasa-biasa saja menjadi kejadian-kejadian yang lucu dan menarik untuk dibaca.

Pidi memang unik, cara berpikirnya aneh, apa yang tidak terpikirkan oleh kita, terpikirkan oleh Pidi dengan keisengannya yang lucu. Pidi juga memiliki keberanian yang luar biasa untuk mengungkap dan bertindak apa yang dipikirkannya itu terhadap siapapun lawan bicaranya yang ia temui mulai dari tukang parkir, tukang becak, satpam, penjual rokok, hingga Rosi, istrinya sendiri. Semuanya dijadikannya objek kejahilannya. Untuk hal ini saya percaya bahwa Pidi memang ‘gila’ dan super jahil!

Selain itu cara penuturan Pidi pun tak lazim. Kalimat-kalimatnya meluncur melanggar tata bahasa Indonesia yang baku, semuanya seakan berjumpalitan semau-maunya. Pidi bermain-main dengan kalimat. Ia sering menjelaskan apa yang sebenarnya tidak perlu dengan kalimat-kalimat yang irit dan lugas. Karenanya bagi yang belum biasa membaca tulisan-tulisannya akan terasa sulit memahami apa yang dimaksud Pidi. Namun jangan khawatir kesulitan itu akan segera sirna ketika kita telah terbiasa membacanya.

Namun dibalik keunikan kalimatnya dan kelucuan kisah-kisahnya, ada juga beberapa kisah yang membuat saya tertawa dalam haru. Dibalik keisengan Pidi, sesuai dengan bunyi ucapan namanya "Pidi Baiq", Pidi memang benar-benar baik dan dermawan. Ia tak segan-segan memberikan sejumlah uang yang cukup besar pada orang-orang kecil yang ditemuinya seperti tukang parkir, tukang becak, sopir taksi, tukang ojek, dll. Kisah yang paling membuat saya terharu adalah ketika Pidi mengantar tukang becak jalan-jalan ke kota dan mengantarnya satu persatu ke rumah masing-masing. (Monggo Mirno-hal 146)

Di buku ini yang semua kisahnya bersetting di Bandung, Pidi juga sempat menyentil realitas yang ada di kota Bandung, misalnya dalam kisah "Mengejar Kereta" , ia berseloroh bahwa gedung-gedung tua di sepanjang Braga sangatlah indah dan anggun. Ia heran mengapa gedung-gedung peninggalan penjajah malah bagus sehingga ia berpikir untuk mengajukan proporsal,

"Atau kita ngajuin proposal aja Bang?"

"Buat?"

"Buat Pemerintah Belanda atau Inggris lah. Minta kita dijajah lagi! Biar bangunannya kuat. Biar tata kotanya beres. Biar taman kotanya bagus!" (hal 67).

Memang dalam kisah-kisahnya, Pidi memang tak hanya menawarkan kelucuan dan keisengannya, melainkan ada nilai-nilai kehidupan yang terbungkus dalam candanya. Siapa yang berpikir kritis dan mau sedikit berjerih memaknainya, pastilah akan memperolehnya.

Buku ini cocok untuk dibaca siapa saja. Bagi mereka yang kadang berpikir terlalu serius anggaplah buku ini sebagai penyeimbang dan sebuah tawaran agar bisa sedikit lebih ‘gila’ dan tak terlalu serius menghadapi kehidupan ini.

Dari segi buku-buku bergenre humor di Indonesia, mungkin inilah buku humor yang lain daripada yang lain. Salut untuk penerbitnya yang berhasil menemukan ‘kelainan’ dari sebuah catatan harian di media internet yang kini marak dibukukan. Yang pasti buku ini tutur menyemarakkan khazanah dunia perbukuan kita.

Ah, saya terlalu serius, pokoknya bacalah dan nikmatilah buku ini tanpa dibebani oleh berbagai komentar tentang buku ini yang tampaknya mulai bermunculan baik di media-media cetak maupun blog-blog pribadi. Lupakan ulasan saya ini segera dan bacalah bukunya, dan selamat memasuki alam pikir dan keseharian Pidi Baiq yang gila, ganjil, dan lucu.

Akhir kata, izinkan saya mengutip apa kata Prof Bambang Sugiharto (Guru Besar Filsafat di Unpar dan ITB) dalam kata pengantar di buku ini :

Kegilaan dan permainan adalah terapi yang penting untuk menjaga kewarasan dan keindahan hidup. Manusia telah menjadikan hidup terlampau serius, terencana dan rasional -terlampau "normal" kata Michel Foucault- hingga hidup tak lagi menawan, menggemaskan dan orang terjangkiti amnesia massal alias lupa. Lupa pada tertawa, lupa pada kekonyolan manusia yang kerap menggelikan. Lupa bahwa hidup barangkali sebuah permainan indah yang mengasyikan; akal-akalan manusia, permainanTuhan. (hal 14)

Sampai kita berjumpalitan !

salam,
h_tanzil
http://bukuygkubaca.blogspot.com

Profile Image for gieb.
222 reviews77 followers
January 23, 2009
salah satu keuntungan ikut goodreads adalah mendapatkan pinjaman buku dari teman. meski teman kita ini meminjamkan buku yang ia pinjam dari temannya lagi. doh. panjang ya siklus peminjamannya. tapi begitulah cerita saya dapat membaca buku ini. saya 'terpaksa' baca buku ini karena teman saya ini begitu antusias meminjamkan buku yang bukan miliknya ini. akhirnya, saya baca juga. meski sempat saya diamkan di ransel saya. karena saya tahu, buku ini bukan gue banget.

saya adalah penyuka kajian filsafat islam yang holistik. aih. ada apa dengan saya?. dan tiba-tiba saya harus membaca kisah remeh temeh bin huek huek bin salah kaprah bin nggak jelas bin bin bin ini. saya harus mempertaruhkan kredibilitas saya sebagai yang sok jadi manusia ini. aslinya saya ini seorang tuhan. hehe.

tapi baiklah. karena saya menghormati teman saya ini -bahkan saya sangat peduli sama dia (nitip curcol)-, saya bacalah buku ini dengan kecepatan luar biasa. dalam dua perjalanan ke kantor -seperti biasa, dengan menumpang bus ac 52 bekasi - tanah abang, saya berhasil menamatkan buku ini-. jadi beginilah reviewnya:

teman saya ini -jelas dia perempuan- pernah bercerita. pada suatu hari, tiba-tiba bersumpah. "saya berjanji tidak akan menyepelekan kuku," tulis dia dalam sebuah chatting. dia bersumpah bakal lebih peduli merawat dan memotong kuku. lho, memangnya kenapa kok tiba-tiba kuku menjadi persoalan yang serius, seakan-akan tidak ada soal lain yang lebih gawat untuk dibicarakan? bukankah perkara rontoknya harga-harga saham yang mengancam lahirnya resesi global, dan bisa dipastikan bakal membikin perekonomian indonesia njengkelit nggak karuan ini lebih urgen untuk diomongkan?

"jangan menyepelekan kuku. saya sudah kena akibatnya," sergah teman perempuan saya ini. awal perkaranya memang sepele. gara-gara lupa memotongi dan alpa mengurus, kuku yang sedikit panjang teman saya ini menyodok sudut mata ksatria kecilnya. semula biasa saja. tapi lama-lama memerah. dan akhirnya harus pergi ke dokter. "kapok deh," sesal teman ini. teman saya menjadi trauma. dia hanya bisa lenger-lenger. pendeknya, dari secuil kuku, tubuh perkasa bisa rontok. produktivitas mandeg. aktivitas macet. semua jadwal bubrah.

nah. apa hubungan kisah teman saya tadi dengan buku ini. baiklah. buku ini adalah sejumput kumpulan kisah yang sepele. bagi saya yang sok serius ini, buku ini seperti mengajak untuk tidak hanya memikirkan perkara-perkara besar. sok ngomong politik. pilkada. ngrasani jendral. dari sebuah perkara kecil -biar pun hanya sepotong kuku, jika tidak diurus dengan baik, bisa bikin kehidupan macet. contohnya teman saya tadi-.

pidi baiq berhasil pada titik itu. dia menceritakan perkara yang ditemuinya setiap hari -tentu dengan gayanya itu- untuk mengambil satu pelajaran di baliknya. kadang tentang keluarganya. kadang tentang tukang becak. kadang tentang tetangga. kadang tentang kampus. kadang tentang ojek. tukang rokok. hansip. orang tak dikenal. dan lain-lain. kadang tentang dirinya sendiri. -dalam beberapa judul, saya ikut tersenyum simpul-.

saran saya: beli dan bacalah buku ini ketika anda sudah merasa pesimis bahwa negara kesatuan republik indonesia ini akan bertahan satu hari sebelum kiamat datang. -smile.

selamat membaca.

gieb.

Profile Image for Suryati.
104 reviews9 followers
March 5, 2009
Terima kasih Roos, karena kebaikanmu akhirnya aku bisa ikutan baca buku bulan ini pilihan teman-teman di GRI walaupun pilihanku sendiri bukan buku ini( Aku pilih Kambing Jantan, abis yang ada di Gramedia kotaku cuma itu sih). Usaha sudah kucoba, nyari ke toko buku dan sudah habis! Yang ada hanya Drunken Mama dan karena masih belum tahu buku Drunken Monster itu kayak gimana jadi kuputusin belum mau baca Drunken mamanya.

Buku ini sebelumnya gak masuk dalam jenis buku yang mau kubaca, takut kecewa jadi selama ini aku selalu nyari jenis buku yang biasanya kusuka. Tapi kenyataannya di luar bayangan aku banget nih. Begitu aku dapet buku ini hari Kamis siang sekitar jam 2 siang. Aku yang sebelumnya lagi sakit perut gara-gara maag kambuh dan gak masuk kerja, terpancing ingin segera tahu gimana menariknya sih buku ini? (ih jangan-jangan alesan aja gak masuk kerja karena nungguin kiriman ini buku). Eh gak kok, beneran paginya emang sakit.

Ternyata...Walah! Lucu abis, ceritanya bikin aku ketawa, beneran....belum pernah aku punya buku yang kayak gini! Karena aku ketawa-ketiwi sendiri yang anehnya bikin maagku malah hilang, anak-anakku nanya apa sih ini kok Mamah ketawa sendiri. Ya udah aku bacain aja salah satu ceritanya tentang Mangga Monyet. Reaksinya.... Wakakak anak-anakku sejak awal cerita ini bener-bener ketawa ngakak, lucu banget katanya, terutama anakku yang kecil, dia emang paling keras kalo ketawa. Apalagi yang dibicarainnya tentang Monyet, maklum dia sendiri suka jail kalo ngasih salam perpisahan ke sepupunya yang lebih kecil pasti bilang Daaag Monyet!. Ini pasti gara-gara ulah jail suamiku yang suka gangguin dia kala lagi bercermin, suamiku bilang tuh...ada monyet lagi senyum. Anakku pasti bilang kalo ilham monyet Papah pasti bapaknya monyet, terus Aa juga kakak monyet dan Mamah biangnya monyet jadi keluarga monyet dong.... Bener-bener ngaco gak sih?

Aku juga tertarik dengan cara sang penulis mengurai kemarahan istri, dengan cara cerdik melalui cerita humor bilang ketemu monster segala atau pada cerita Mangga Monyet.. Pidi Baiq juga sangat jail ngerjain si Mamang di Tangkuban Perahu. Disaat berjejal di Stasiun kereta pun masih sempet ngerjain ibu-ibu, tentu dengan caranya yang khas walaupun gak sedikit juga mungkin yang kesal dengan ocehannya dan ngarasa aneh. Pokoknya iseng banget sih! Walaupun kalau mereka sabar pasti deh dapet hikmah dan rejeki, he..he..he...

Yang jelas gara-gara forum baca bulan Maret ini pandanganku terhadap buku seperti ini berubah total. Jadi kepengen baca seri selanjutnya, ada berapa lagi yah..ada dua lagikah? Atau beneran ada sepuluh lagi... Coba satu-satu dulu aja deh...

Dan buat Roos, dengan apakah musti kubalas kebaikanmu?
Duh seriusnya....(yang ini beneran serius!)
Profile Image for Nanny SA.
343 reviews41 followers
March 23, 2009
Marilah keluar dari Pakem ! ( itu kata Nurul ) dan aku setuju :)
Pidi Baiq seolah menulis seenak dirinya sendiri dengan melanggar kaidah berbahasa yang baik dan benar,dan itu boleh2 saja (zaman sekarang apa sih yang ga boleh ) tapi itulah yang bikin dia berbeda.
Buku ini bisa dibaca dalam waktu singkat selain karena tidak perlu mengerutkan dahi juga karena ada rasa penasaran untuk mengetahui kelucuan selanjutnya. Awal membaca bukunya terasa garing tapi tiba2 ada yang membuat pembacanya bisa tertawa terkekeh (sendirian pula) dan itu terus berulang ditengah kegaringan tiba2 ada kelucuan.
Walaupun kelakuannya kadang konyol dia adalah orang yang pandai bergaul, dia dikenal dengan baik oleh orang sekitarnya dari segala macam tingkatan sosial, dia seorang ayah dan suami yang perhatian sama keluarga.

Pidi Baiq menurutku malah mungkin sudah bisa dikategorikan sufi, dia dengan segala kelucuan dan kejahilannya yang luar biasa mencoba belajar dari kehidupan orang lain, mencoba mencari kebahagiaan dengan memberi kebahagiaan kepada orang lain alias mencoba berbagi kebahagiaan dengan orang di sekitar yang dia kenal ataupun tidak, walau caranya agak aneh buat orang normal. Jadi inget dengan humor2 ala Nasrudin atau abunawas yang kadang menjungkirbalikkan logika.

Gimana kalau suatu waktu GRI ketemuan sama Pidi Baiq, siapa yang kira2 bakal dikerjain sama dia atau malah anggota GR yang ngerjain dia ? ( kan banyak juga anggota GR yang 'aneh' :D)

seru kali !!

Profile Image for Nurul.
112 reviews28 followers
March 17, 2009
Marilah keluar dari pakem!

Kalau sampai Guru Besar filsafat kasih pengantar, maka buku memang ada hubungannya dengan filsafat perilaku manusia. Atau bisa saja pak Guru Besar ini teman dekat Aa' Pidi yang pernah jadi korban akal-akalannya dan dipaksa kasih pengantar. Hehe, boleh-boleh saja toh saya bikin dugaan, sama seperti kalau si Aa' asal omong.

Aa' Pidi kelihatannya ingin menguji sejauh mana kespontanitas-an manusia Indonesia. Yah, minimal warga Bandung lah. Masih adakah empati? Masih adakah perhatian akan orang tak dikenal yang membutuhkan pertolongan? Seberapa santaikah kita menghadapi ibu-ibu yang memaksa naik angkot dengan menjejalkan pantatnya padahal tuh angkot sudah penuh. Barangkali kita semua harus mendapat ujian yang sama.

Favorit saya adalah 'Oh, kerja'. Mengingatkan saya untuk sesekali berada pada situasi orang lain.

Drunken monster adalah pelajaran filsafat kehidupan. Bahasa boleh acak ablak, tapi justru ini barangkali yang menggambarkan luasnya pemikiran dan wawasan Aa' Pidi, karena bahasanya mampu menggapai berbagai lapisan masyarakat.

Akhir kata, saya kayanya gak kepingin ketemu Pidi Baiq... takut kena akal-akalannya hahahaha............
Profile Image for yun with books.
715 reviews243 followers
January 30, 2024
Hahahaa... Terkadang, kalo baca karya Surayah Pidi Baiq suka mikir,
"Ini orang-orang yang diajak komunikasi sama beliau suka pada mikir beliau ini orang gak waras gak sih?"

Ya, gimana enggak! Kalo baca dari buku-buku Surayah yang berisi catatan sehari-harinya itu absurd banget! Semua orang diajaknya ngobrol ga jelas hahaha...
Buku ini juga sama dari segi humor yang menghibur, walaupun gak se-bikin ngakak buku-buku lainnya. Tetep enjoyable kok.
Profile Image for miaaa.
482 reviews420 followers
March 21, 2009
Jika aku punya universitas, Bang Pidi akan jadi Dosen Kemanusiaan
Jika aku punya sekolah, Bang Pidi akan menjadi Guru BP
Jika aku punya anak, akan aku titipkan ke Bang Pidi aja (yah mungkin setelah masa penitipannya di keluarga mas Stanley selesai hehe)

Katanya buku ini berbahaya. Itu kan katanya toh! Prof Bambang bisa jadi berkata begitu karena 'tahu' seberapa asli berbahayanya Bang Pidi ini.

Aku suka reaksi orang-orang ketika Bang Pidi 'beraksi'. Luar biasa sekali! Bang Pidi itu guru yang hebat karena dia belajar dari guru-guru yang luar biasa juga, manusia di sekitarnya.

Mereka yang memaki dan mengamuk adalah orang-orang yang perlu dikasihani karena sudah lupa bagaimana bersenang-senang.


Profile Image for Chiquita Hindarto.
13 reviews1 follower
March 4, 2008
Tau Pidi Baiq dari Tita karena mereka dulu sama-sama di Seni Rupa ITB
Dapet buku ini juga dari Tita, padahal saya juga dateng pas launchingnya, tapi malahan beli CD *hihihi*

Begitu dapet buku ini, langsung dibaca dan langsung nggak bisa berhenti ngakak ! Lebih ngakak lagi karena semua cerita di buku ini adalah kisah nyata !

Cocok dibaca sama orang yang lagi stress supaya sembuh stressnya. Selain itu penting diketahui bahwa nggak perlu jadi orang stress kalo mau bertingkah gokil kaya' Pidi.
Profile Image for Isman.
Author 11 books101 followers
April 2, 2009
Pidi Baiq mirip Andy Kaufman dalam pandangannya bahwa dunia adalah panggung komedi yang besar. Namun dia berbeda dalam hal Pidi masih rindu terlihat Baiq.

Kita juga membutuhkan orang seperti Pidi Baiq seperti tubuh kita membutuhkan sejumlah bakteri tertentu. Bikin panas dingin. Tapi setelah itu lebih kebal (dikit).

"Lho, itu kan penulisnya, Man? Ini bukannya bicara bukunya?" Saya menuduh bahwa Drunken Monster adalah Pidi Baiq itu sendiri. Semua ia tulis bagaikan derai pemikiran. Hal penting atau tidak penting. Karena semua hal penting bisa tidak penting. Dan juga sebaliknya.
Profile Image for Indri Juwono.
Author 2 books307 followers
March 3, 2009
salah satu yang bener-bener nampol banget, ya kisah drunken monster!!
ngebayangin tampang istrinya pidi seperti ngeliat muka gue sendiri..
hahaha...
mungkin gitu tampang gue kalo ngeliat suami gue pulang malem sesudah ditelpon gak diangkat-angkat..
mirip banget kejadiannya, dengan cerita yang dibuat-buat dan mimik muka yang dilucu-lucuin.
intropeksi tuh untuk istri yang galak, padahal suaminya bener2 kerja..
(hihihi...padahal sambil nunggu gw online di GR)
Profile Image for rahyani.
191 reviews7 followers
July 10, 2018
Tidak sekocak yang kukira...cuman senyum2 ajah ga sampe ngakak
Profile Image for Meta Morfillah.
664 reviews23 followers
August 20, 2015
Judul: Drunken Monster
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Dimensi: 292 hlm, 20.5 cm, cetakan II januari 2015
ISBN: 978 602 7870 67 3

Buku ini berisi 18 cerita yang menceritakan kekonyolan penulis dalam kesehariannya. Membacanya membuat tertawa terpingkal-pingkal sambil mikir, "Ada ya orang kayak gini? Sabar-sabar aja ngadepinnya. Hahahaa..."

Bayangin aja, di cerita "Air Lembang Panas" penulis ngomong ke penjaganya lagi bawa rombongan rumah sakit jiwa, padahal temannya yang mau berendam air panas. Lalu di "Drunken Monster" demi menghindari omelan istrinya karena pulang telat, penulis mengarang cerita tentang berantem sama monster. Kebiasaan aneh lainnya, penulis suka SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dengan mengaku kenal sama orang yang diajak bicara seperti di "Jalan Kemana-mana" dan "Jalan-jalan minggu. Juga menguji kesabaran orang yang baru mengenal atau bertemu dengan penulis seperti di "Mengejar kereta".

Ada juga tingkah konyol penulis saat berkunjung ke almamaternya di "Institut Tahi Burung". Kekonyolan saat menawar taksi, yang justru diberi harga di atas harga yang ditawarkan supir di "Pulang dari jakarta". Ada juga cara merayu istri lewat dongeng ke anaknya berjudul "Mangga monyet". Ada juga pemikiran dan perbuatan konyol penulis saat SMS dan mengerjai polisi di cerita "Hari Senin" dan "Oh, Kerja". Lalu cerita tentang kawan penulis dari Timor Leste di "Martinus, O" dan dari Malaysia di "Noor, Rosak". Kekonyolan baik hati dengan mentraktir tukang becak komplek di "Mangga Mimo" dan satpam komplek yang ronda di "Ronda". Bahkan saat sakit, tetap saja usilnya penulis serta romantisnya gak hilang di "Ayah sakit". Ada pula cerita tentang "Dayat" yang menegur kita untuk berkata baik meski tak suka pada orang. Terakhir, cerita penulis yang menyamar jadi tukang angkot di "Angkot kiri" dan keusilan penulis pada tukang ojek di "Ojek nyegik".

Jujur saja, kalau saya tak tahu nama penulis sebelumnya (berkat novel Dilan), saya mungkin tak tertarik membaca buku ini sebab covernya kurang saya sukai. Lalu setelah membaca, saya banyak terhibur meski ada beberapa typo di dalamnya.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta morfillah
Profile Image for  Δx Δp ≥ ½ ħ .
389 reviews161 followers
March 6, 2009
hehe... buku pinjeman...
lucu, jail, kocak. tapi yah... sebatas itu aza... gak lebih... :P
pertama minat baca coz di cover belakangnya nyebut-nyebut ttg I**** Tai Burung... :-(
pas sy pertama dtg k kampus itu seh, mang kerasa, gimana invasi burung merajalela lengkap dg teror bomnya
tp sekarang mah... nyaris gak ada... T_T burungnya pada migrasi (ato mati?) kan utannya pada ilang?
kembali ke buku... :-)
Tertarik baca setelah tau kalo si pengarang adalah personel band The Panas Dalam. OMG! lagunya... kalaw gak dikatakan ancur... yah... hancur lebur. lirik-liriknya jenaka berbalut konyol.
Sy seh cenderung suka yg Drunken Molen (yg D Mama baru ngintip dikit di pameran buku :P)
yg Drunken Monster terkesan cuma pengen lucu-lucuan doang. jenis buku yg cukup puas pas dibaca sekali saja... lucu seh, kocak abis. palagi lucunya agak intelek, tapi ya itu tadi, pas dah beres baca... :P
mirip pas baca novel DO 'Drop Out'. pas baca, asli ngakak... tapi begitu tamat, jelas, buku ini gak akan dibaca lagi (dalam waktu dekat, kecuali abis bahan bacaan) mirip komik.
well, tapi menghibur bgt. cocok buat refreshing. kata-katanya jenaka, kocak (kalau tidak mau dikatakan konyol) meski di beberapa halaman seolah ada joke yg 'dipaksakan'
jika disuruh milih antara lagu dan bukunya... saya milih denger lagunya aza... :P
So, overall nilainya 2.7/5 :D
Profile Image for Miss Kodok.
220 reviews18 followers
March 16, 2010
Ya ampun....., ini buku apaan sih ?? Gak jelas bangeth.
Maksudnya Kang Pidi mungkin mau melucu dengan tulisannya yang gak jelas ditambah strukur bahasa yang super berantakan. Tapi sumpah deh... menurut aku buku ini sama sekali enggak lucu.

Ini memang catatan harian yang asal-asalan dari manusia super usil. Cuma menurut aku kok kadang-kadang usilnya kelewat norak, dan satu hal yang bikin aku tambah enggak 'respect' adalah tulisan yang menceritakan betapa murah hatinya Kang Pidi dengan membagi-bagikan uangnya kepada orang-orang yang kurang beruntung. Kesannya kok 'SOK PAMER' bangeth ya. Atau mungkin akunya aja yang iri hati ya ?? Habis aku selalu mengingat pesan seorang guru yang mengatakan 'Kalau tangan kanan kita memberi, maka sebaiknya tangan kiri tidak perlu tahu'. Jadi menurut aku, yang kayak gitu gak usah diekspos deh...

Heran aja, kok ada ya yang mau menerbitkan buku kaya' gini ??

However, thanks to Sani yang udah minjemin buku ini.

Profile Image for Aji.
16 reviews1 follower
August 9, 2008
Sebuah cacatan harian yang penuh dengan kerunyaman dalam hidupnya. Bagi yang pertama membaca, tidak bisa disamakan dengan baca novel lain atau baca koran apalagi baca kitab. Cara supaya bisa membaca (bukan memahami loh) isi buku ini adalah dengan mengabaikan semua tata bahasa dan EYD yang pernah diajarkan di sekolah. Biarkan pikiranmu melayang dan dengan sendirinya akan mudah membaca buku ini.

Buku ini meski menampilkan kecacatan mental tokohnya, tapi juga mengajarkan sesuatu yang bener-bener bagus. Dibalik semua perilaku aneh bin ajaib tokohnya, ada suatu nilai kehidupan yang bisa diambil oleh pembaca. Buku ini juga menyiratkan bahwa harta itu bukan segalanya, tetapi kebahagian hati adalah yang paling utama. Dengan diramu sedemikian rupa, maka cerita sederhana pun bisa dioleh menjadi luar biasa dengan bumbu humor yang tidak dibuat2.
Profile Image for Earth.
9 reviews3 followers
October 14, 2010
Kalau ada pidi baiq di deketku, gimana rasanya hatiku ngadepin orang macam gini? Yang jelas dari cerita harian Pidi, bisa jadi kalo' aku diusilin seperti orang lain, bisa jadi juga sedikit mangkel, marah atau campur aduk. Tapi kalo' diusilin seperti istrinya, selain mungkin bisa jadi agak emosi, tetap merasa tersanjung, karena usilan Pidi Baiq kepada istrinya adalah wujud rasa sayangnya yang luar biasa.

Yang menjadi ciri khas dari Pidi adalah cara-cara dia ketika dia ingin bersedekah terhadap orang-oarng yang mungkin dan seringkali tak diperhatikan oleh orang lain. Cara dia memanusiakan manusia sementara orang lain bahkan tidak memandang manusia itu. Ah..sungguh pidi adalah manusia yang paling tidak normal diantara sekumpulan manusia yang menganggap dirinya normal padahal mereka tau kalau mereka sesungguhnya tidak normal.
142 reviews
April 16, 2009
Pertama, terima kasih untuk Suryati Zamzam yang sudah membuat ketagihan "Drunken", dengan cara meminjamkan buku Drunken Mama dan sekarang ini Drunken Monster. Nona, akhirnya kemaren aku beli Drunken Molen, he..he..

Ho..ho...suka banget, kebayang kalo ketemu ma A Pidi, he..he.. Kadang aku juga punya pikiran2 jahil, tapi bedanya dengan Pidi, tidak disertai niat baik untuk melakukannya, cuma tinggal di kognisi, di angan2... Jadi baca buku ini serasa tersalurkan...he..he.. Sangat menyegarkan.
Profile Image for Esti.
49 reviews
March 8, 2008
*grinning*

Buku ini mesti dibaca oleh semua orang, seriously. Ini Cacatan Harian Pidi Baiq yang biasa diposting di Multiply(yang kebetulan contact saya , jadi semuanya dah pernah dibaca tapi teteeeuuupp aja bikin senyum2 sendiri)

Kang Pidi, selamat yaaaa ... buku & ilustrasinya baguuuussssss (diucapkan dgn gaya pak Tino Sidin).

Sekian, sampai kita berjumpalitan (ini ngutip dari Kang Pidi).


(^_^)
Profile Image for Revie cute.
8 reviews28 followers
July 2, 2008
baca buku ini rekomend dari teteh
pertama baca di bis kirain buku novel biasa
eh jadi nya malah ketawa2 sendiri, bukan senyum2 lagi ini sih
jadinya di liatin sama penumpang yg lain, untung naik bis nya ama temen..temen aja tuh yg malu disangka bawa2 orang gila..
abis mau berenti baca ga tahan, pengen tau apalagi tingkah nya di bab selanjutnya
sok atuh kang pidi buku yg lainnya dikeluarin
sini ta beli...
17 reviews2 followers
November 27, 2008
Buku ini merupakan sebuah kumpulan jurnal seorang Pidi Baiq yang luar biasa kocaknya. Yang membuat buku ini istimewa adalah pola pikir, tingkah laku, dan kemampuan bahasa penulis yang menghasilkan kejadian-kejadian dan dialog-dialog yang bikin saya cekikikan dan geleng-geleng kepala.

Terlepas dari kekonyolannya, ada sebuah filosofi yang paling saya suka dari seorang Pidi Baiq, yaitu sifat empati dan sifat sering berbagi.

Anyway, this book is very recommended by me. A-must-read!
Profile Image for Lee.
254 reviews46 followers
February 17, 2011
Tadinya saya mau bikin review serius yang bisa menunjukkan kepintaran saya.
Dengan menggabungkan teori eksistensialisme, teori paradoks, anjing Pavlov, dan sedikit bumbu matematika filsafat disana-sini.
Tapi terus saya pikir, 'ah, buat apa?'.
toh Pidi Baiq juga gak bakal peduli ama repiyw saya, seperti waktu dia gak peduli-peduli amat bikin bingung orang.

udah ah.
Profile Image for Dindut Schlierenzauer.
11 reviews2 followers
March 24, 2008
Catatan harian Pidi Baiq yang konyol or sengaja dikonyol2in?? Bahasanya aneh bin ajaib bin susah dimengerti. Bab2 akhir lumayan bisa bikin senyum2, tapi bab2 awal garing abis. Saya heran kok bisa tulisan seperti ini dijadiin buku.
Profile Image for fauliza.
7 reviews10 followers
October 15, 2008
setelah baca buku ini... aku melihat hidup dalam pandangan pidi baiq, yang menganggap hidup adalah permainan. lucu, hangat, menggugah dalam caranya sendiri. bikin kita terkekeh-kekeh.. aku juga belajar untuk "see the bright side of evereything"
Profile Image for Jimmy.
155 reviews
March 30, 2010
Sebagai buku humor, gua ngga menemukan lucunya berada dimana? Seperti lelucon yang dipaksakan dan kalimat2nya mutar-mutar begitu-begitu saja.

Bukan jenis humor yang bisa membuatku tertawa, bahkan hanya untuk sekedar tersenyum. Maaf...

Lanjut ke Drunken yang selanjutnya... *struggling*
Displaying 1 - 30 of 224 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.