Boim Lebon. Itu nama topnya, sedang KTP-nya Sudiyanto. Dilahirkan 17 Juli dengan perasaan girang oleh ibunya. Pernah kerja jadi script writer drama di Indosiar barengan Hilman Hariwijaya, dan sekarang mangkal di RCTI jadi Head Writer Drama. Salah satu karya sinetronnya ("Donna Sang Penyamar" ditayangkan di ANTV) masuk seleksi Festival Sinetron Indonesia 1996 dalam kategori sinetron komedi seri terbaik. Bocah imut (item mutlak) ini juga pernah bikin Lenong Bocah di TPI, sedangkan di RCTI dia lagi bikin sinetron Dua Sisi Mata Uang, Tauke Tembakau, Aku Bisa Mencintaimu, dan sinetron ABC&D (Jendela Dunia)!
Kocak. Huahauahauahua. Dimulai dengan humor "Najib yang lulus dengan nilai memualkan", jalinan cerita komedi dalam buku ini bisa lancar kuikuti sampai akhir. Awal-awal agak mengerutkan kening dengan cara Mas Boim menghina-dina deskripsi tokoh utamanya untuk memancing kelucuan. Tapi cuma di awal sih. Berikutnya sisi fight para tokohnya lebih dikembangkan. Suka.
Najib sang tokoh utama adalah OB di sebuah stasiun TV swasta. Babehnya dulu adalah orang kaya yang punya banyak tanah dan kontrakan. Tapi karena salah manajemen keuangan akhirnya semua kontrakan dan tanahnya dijual. Bahkan mereka harus ngontrak di rumah yang dulu mereka kontrakkan. Hiks. Najib ingin mengubah nasibnya dan keluarganya. Dia pun serius belajar ngeband. Kebetulan dia bisa main gitar dan suaranya cukup enak. Yang pertama kali dia gaet sebagai teman seband adalah Joko, OB polos yang sopan dan keliana kasian banget wkwkwkw. Joko ini agak lemot. Tapi suaranya wow.
Diceritakan bagaimana Joko dan Najib kompakan mengatur strategi agar tidak mengantuk saat kerja pagi. Karena para karyawan yang lembur sampai malam di sini diceritakan suka minta ditemani para OB. Apalagi Najib terkenal piawai membuat kopi. Makin laris deh diminta jadi teman lembur. Najib dan Joko akhirnya bergantian ke mushola untuk recharge energi. Seneng gitu liat cerita teman kerja kompak gini.
Ada selingan cerita soal Joko yang dituduh nyuri smarphone. Kejadian ini bikin Najib makin membara untuk mengakhiri nasib mereka sebagai OB. Anggapannya mereka selalu dijadikan tumbal karena posisi yang paling rendah di kantor. Bagusnya, yang nuduh akhirnya tobat dan memfasilitasi The Office Boys Band latihan setelah studio selesai syuting.
Perjuangan Najib dan bandnya diceritakan merambat, tapi dengan pasti mereka mulai berhasil meraih kesuksesan, diawali dengan kemenangan mereka di festival band. Padahal mereka termasuk band dengan penampilan paling sederhana, seragam OB dipakai manggung! xD Sampai akhirnya mereka dinotice oleh pihak stasiun TV dan disuruh manggung di hari ultah stasiun!
Banyak pelajaran moral yang ditanamkan di sini secara terselubung. Bagaimana Najib dan kawan-kawannya berusaha tidak sombong meski sudah menang festival band. Mereka tetap mengerjakan tugas OB mereka dengan rajin. Bagaimana para atasan mereka luman berbagi ilmu dengan para OB. Nggak cuma diajak nemenin lembur, tapi juga diajari skill tambahan seperti mengedit video. HRD pun mau mengurusi mereka yang ingin kuliah jarak jauh dengan sistem potong gaji. Semua prosedur diurusi. Wuenak. Semoga banyak stasiun TV yang kayak gini yaaa...
Senang juga lihat Najib yang tetap berbakti setelah nasibnya berubah, bandnya sukses jadi homeband stasiun, dan naik pangkat jadi production assistant, dia tetap care sama ortunya. Uangnya dipakai untuk membeli rumah kontrakan orangtuanya. Wohoo...
Actual 2.5⭐ Iseng dengerin audiobooknya, soalnya nama penulisnya familiar. Setelah gugling ternyata sahabatnya Hilman penulis seri Lupus (which's one of my favorite series of all time).
Sayangnya, meskipun vibenya mirip2 seri Lupus, level humor di buku ini belum setara dengan buku2nya Hilman, in my own opinion and taste ya.
Denger audiobook di storytel. Lawakannya khas Boim Lebon. Mengambil gambaran kehidupan sehari-hari OB. Najib namanya yg ingin mengubah nasibnya utk gak jadi OB selamanya. Apakah Najib berhasil? Dengerin atau baca sendiri ya..hehe