Jump to ratings and reviews
Rate this book

Heidegger dan Mistik Keseharian

Rate this book
"Heidegger memang pribadi yang kontroversial, tetapi kritikus dari berbagai aliran pemikiran sulit menyangkal betapa mendasarnya problem yang dipikirkannya. Metafisikus kondang ini merenungkan problem yang juga digumuli oleh agama-agama dunia sepanjang Mengapa segala sesuatu itu ada dan bukan tiada? Dari pertanyaan mendasar itu muncul pertanyaan-pertanyaan lain yang juga tidak kalah mendasarnya, Mengapa manusia ada? Mengapa ia juga tiada? Apakah artinya ada manusia di dunia ini? Jika keberadaan manusia terbatas oleh waktu, lalu apakah sebenarnya waktu itu? Buku ini adalah pengantar pada pemikiran Heidegger yang tertuang dalam bukunya, Sein Und Zeit. Semoga buku pengantar ini bukan hanya merangsang studi filsafat pada umumnya dan pemikiran Heidegger pada khususnya, melainkan juga membantu pembaca untuk lebih bersikap meditatif terhadap kehidupan. *** Dr. F. Budi Hardiman. Alumnus Hochschule für Philosophie München Germany. Pengajar filsafat di STF. Driyarkara dan Universitas Pelita Harapan Jakarta. Menulis belasan buku, antara Humanisme dan Sesudahnya (KPG, 2012), Dalam Moncong Oligarki (PT. Kanisius 2013) dan Seni Memahami (PT. Kanisius, 2015)."

214 pages, Paperback

First published January 1, 2008

17 people are currently reading
155 people want to read

About the author

F. Budi Hardiman

27 books36 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
55 (41%)
4 stars
53 (40%)
3 stars
16 (12%)
2 stars
2 (1%)
1 star
5 (3%)
Displaying 1 - 30 of 30 reviews
Profile Image for Achmad Soefandi.
70 reviews4 followers
June 12, 2015
Penulis buku ini telah menurunkan derajat kesulitan bahasa yang ditemukan dalam salah satu karya besar Martin Heidegger. Karya besar Heidegger yang dibahas dalam buku ini berjudul "zein und sein", atau dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi "Ruang dan Waktu. Karya Heidegger memang terkena sulit untuk dicerna. Kesulitan bahasa ini dianggap Heidegger agar karya karyanya tidak jatuh dalam logocentris dalam bahasa Derrida. Kesulitan mencerna karya Heidegger ini juga dialami salah satu filsuf besar seperti Sartre, bahkan Heidegger secara jelas mengungkapkan bahwa Sartre telah salah menafsirkan karyanya.

Filsafat Heidegger berawal berangkat dari kajian fenomenologi yang diperkenalkan Edmund Huserrl. Pengertian fenomenologi adalah memahami apa yang nampak, pengertian itu diambil dari dua kata yang tersusun dari fenomenologi, yaitu Fenomen yang artinya nampak. Nampak dalam pandangan Husserl adalah apa yang bisa ditangkap oleh indra. dan kata kedua adalah logos yang artinya adalah ilmu pengetahuan. Fenomenologi bertujuan untuk memahami "ada". artinya pemahaman ada disini adalah memahami apa yang ada secara murni. oleh sebab itu penelitian sosial yang menggunakan pendekatan fenomenologi, khususnya fenomenologi Husserl menekankan pemahaman dari subjek penelitian terlepas dari interpretasi dari peneliti. Penafsiran murni ini dilakukan dengan "Epoche" atau penundaan. Penundaan ini bertujuan untuk menyelidiki kehidupan sosial aktor sosial (labenswelt).

Berangkat dari fenomenologi ini filsafat Heidegger lahir, dan Heidegger memiliki penafsiran tersendiri terhadap Fenomenologi. Fenomenologi Heidegger lahir sebagai bentuk kritik dari filsafat Husserl. Menurut Heidegger kesadaran yang menurut Husserl murni itu tidak ada, karena kesadaran menurut Heidegger dalam buku ini tidak ada yang murni. Heidegger juga melontarkan pertanyaan kepada kita yaitu "sebenarnya kita sadar akan dunia ? atau dunia yang membentuk kesadaran ?

Selain membahas pemikiran Heidegger, buku ini juga mengangkat sisi humanis seorang Heidegger. Menurut Heidegger manusia memiliki kesadaran akan eksistensinya disebut "dasein" dan mereka yang tidak menjadi bagian darinya, yang mengikuti alur kehidupan tanpa memiliki kesadaran disebut "dasman". Menurut Heidegger "Dasman" selalu dilingkupi suasana hati yang cemas. Lalu yang menjadi pertanyaan dimanakah posisi Heidegger ? apakah dia seorang "dasein" atau "das man" ?. Heidegger adalah keduanya di satu sisi dia seorang "dasein" dan disisi lain dia juga menjadi "dasman". Praksis Heidegger dalam menjadi dasein adalah keputusanya untuk hidup menyendiri di gubuk bersama istrinya di daerah terpencil, keputusan ini diambil karena Heidegger ingin mengurangi intensitas hubunganya dengan orang lain yang menyebabkan eksistensinya lenyap diantara dasman yang terwujud dalam kehidupan sehari hari. Pengejawantahan dasman yang dialami Heidegger adalah kecintaanya menonton pertandingan sepak bola dan Heidegger ikut larut dalam sorak sorai sewaktu tim kesayanganya mencetak gol. Heidegger berpendapat bahwa manusia memang tidak lepas dari dasman dalam dirinya begitu pula yang dialami Heidegger sendiri, yang perlu dilakukan adalah untuk selalu berusaha tanpa henti untuk mendekati dasein, karena menurut Heidegger manusia adalah mahluk yang selalu berproses sampai akhirnya terhenti pada kematian.

Buku yang bisa menjadi pengantar yang menyenangkan bagi mereka yang tertarik dengan filsafat Heidegger dan ingin menyelami palung manusia paling dalam.
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews38 followers
August 3, 2020
Heidegger adalah filsuf yang terkenal dengan istilah-istilah rumit yang diciptakannya sendiri. Tetapi, mau tidak mau pembelajar eksistensialisme harus berurusan dengan mahakaryanya, Sein und Zeit. Untuk pemula seperti saya, buku ini adalah gerbang untuk memasuki buku besar tersebut, atau bisa dibilang juga ringkasan Sein und Zeit.

Heidegger dan Mistik Keseharian ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami. Istilah yang diciptakan Heidegger dijelaskan secara detil. Di akhir buku terdapat script diskusi antara penulis dan mahasiswanya. Bagian tersebut cukup membantu saya dalam memahami pikiran Heidegger dan bagaimana diaplikasikan dalam keseharian.

Pada intinya, menurut Heidegger, manusia (Dasein) harus menjadi otentik dan tidak larut atau ikut-ikutan kebanyakan orang (das Man). Saya tidak tahan untuk tidak membandingkan dengan konsep Zen, atau lebih spesifik ajaran-ajaran Thich Nath Hanh. Buku yang memantik rasa ingin berdiskusi lebih jauh. Anyone?
Profile Image for Femi.
205 reviews18 followers
September 17, 2020
Membaca Seni Memahami, awalnya saya ragu ingin membaca pemikiran Heidegger yang terkenal akan kesukaannya menciptakan kosakata baru. Tetapi, karena saya sudah telanjur suka dengan gaya menulis F. Budi Hardiman, dan juga sudah memulai seri filsafat dari KPG ini, saya pun akhirnya membaca buku satu ini.

Pemikiran Heidegger sebetulnya jatuh di ranah pra-kognisi, dalam artian ia tidak mengikuti kaidah Cartesian yang terkenal itu. Jika Descartes terkenal dengan "I think therefore I am", bagi Heidegger, keterlemparan manusia di dunia itu lebih primordial atau lebih dahulu daripada cara-cara memahami keberadaan kita di dunia. Olehnya, cara kita berada di dunia adalah risiko dari keterlemparan tersebut. Dan mustahil bagi kita untuk berada di dunia tanpa memahami.

Seiring waktu, manusia pun lupa akan sisi eksistensialnya dan mengalir begitu saja dalam kesibukan keseharian. Manusia menjadi tidak otentik. Di sini, saya menemukan bahwa Heidegger mengembangkan lebih jauh konsep "manusia sebagai makhluk yang mewaktu" milik Kierkegaard. Heidegger memberikan perbedaan makna antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ia juga banyak menggarisbawahi tentang kematian.

Oh, dan saya begitu suka dialog Heideggeriana yang semakin memperjelas pemikiran-pemikiran Heidegger di bagian penutup buku ini ini. Secara keseluruhan, saya merekomendasikan buku ini bagi siapapun yang awam dan penasaran dengan Heidegger.
Profile Image for Kahfi.
140 reviews15 followers
June 22, 2018
Saya kira awalnya pemikiran Heidegger itu sulit, dan ternyata, setelah membaca buku ini, ternyata anggapan saya tak meleset. Buku ini sukses menguras pikiran saya untuk memahami horizon pemikiran Heidegger dengan cara yang paling sederhana, ditulis dengan gaya bahasa yang sangat memanjakan pembaca awam tanpa mengurangi bobot penyampaian pemikiran itu sendiri.

Setidaknya saya mencatat ada beberapa poin-poin penting dalam buku ini, yang secara otomatis, memberikan atensi berlebih untuk mengenal Heidegger.

1. Dalam struktur masyarakat postmodernisme, pemikiran Heidegger sangat lah memiliki implikasi tinggi. Meninggat tema sentral Heidegger adalah waktu dan kemewaktuan, yang terus bergulir dan memiliki siklus yang berputar-putar.

2. Selain itu, yang banyak ditakutkan dari orang yang baru ingin mengenal filsafat adalah klaim rumit dan menyesatkan, anggapan ini ditepis Heidegger dengan pendekatan ontologis yang sangat-sangat mendasar ketika menjelaskan hakikat manusia.

Dan, dari segala kelebihan tersebut, saya sarankan bagi yang orang yang memiliki fanatisme berbasis agama agar dipikirkan masak-masak jika ingin membaca buku ini.
Profile Image for melancholinary.
450 reviews37 followers
July 2, 2020
Except The Question Concerning Technology, I never read other Heidegger's work. However, I read a lot of secondary literature about Heidegger. This is my first time reading Heideggerian secondary literature in my first language. Some terms are really hard to grasp, some of them are untranslatable and are kept in its original German lexicon that feels really confusing. However, the epilogue and dialogue in the end is great. It drags Heidegger grandiose vocabulary into a vernacular conversation that I found many scholars failed to achieve. It's a good book to introduce you to the dangerous world of the Dasein.
Profile Image for Niskala.
94 reviews1 follower
April 9, 2021
Kalau kata rumi, Tuhan lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu sendiri. Kau telah melempar panah spekulasi jauh-jauh. Kau yang telah mempersiapkan busur dan anak panahmu, buruan itu dekat denganmu, tetapi kau menembak terlalu jauh. Makin jauh seorang menembak semakin jauh salahnya, dan makin jauh dia terasing dari harta terpendam yang ia cari. Filsuf membunuh dirinya sendiri dengan pemikiran. Katakan kepadanya bahwa ia membelakangi harta itu.
Profile Image for Kristoporus Primeloka.
116 reviews6 followers
August 25, 2017
Dalam The Ethic of Truths: Construction and Potency, Alain Badiou memberi 4 tesis mengkritik bangunan filsafat Heidegger. Ia menulis dengan jelas sekali di awal: "As regards the question of truth, the Heideggerian edifice leaves no solution other than the poem." "Tentang pertanyaan akan kebenaran (realitas), bangunan filsafat Heideggerian tidak meninggalkan solusi apapun kecuali puisi." Akibatnya kemudian hampir seluruh pemikiran tentang hakikat sesuatu selalu ditanggapi dengan melankoli. ...

Dasein kata Heidegger adalah sein-zum-tode, berada menuju kematian, sehingga menanggapi hal-hal keseharian das man seperti konsumerism, kapitalisme, modernisme, postmodernisme, fundamentalisme, anarkisme, markisme, manisme, pahitisme, dan sebagainya adalah bentuk kelupaan dasein akan Ada-nya. Dasein yg berkubang dalam keseharian Das Man tidak otentik, begitu kira-kira.

Kamu tidak paham?

Ya, begitulah kalau dirimu sebagai dasein lupa akan Ada-mu sendiri.
Makanya, banyak-banyak baca puisi biar paham.
Profile Image for franky franky.
21 reviews14 followers
October 7, 2020
Sudah bbrp minggu setelah saya menyelesaikan buku ini dan bbrp isi bukunya masih terngiang di kepala saya setiap saat saya melihat fenomena atau bersentuhan dengan "Ada".Membuktikan sang penulis mampu mengalirkan pemikiran Heidegger kepada pembacanya , khususnya saya sendiri.

Pengalaman membaca buku inj sangat dalam, walaupun tidak terlalu tebal ttp saya mencoba membaca buku ini dengan pelan, memaknainya secara mendalam dan sebisa mungkin terhubung dengan "ada".Membuat saya banyak menghabiskan waktu merenung dr pd membacanya.

Beberapa bagian yg menarik mirip dengan metafisika timur khusunya Buddhisme.Salah satunya "anica" atau tanpa inti.Dijelaskan manusia berlapis2 padahal isinya kosong.Inti adalah kosong dan kosong adalah inti.Begitu juga dengan konsep "Lichtung".Mirip tp tidak sama.Faktisitas mirip dengan konsep Dukha.

Mungkin kemiripan ini sama2 diraih dr refleksi yg sangat dalam oleh pemikir2nya.Yang juga menjadi penghubung.Pemikiran2 otentik semacam ini dilihat secara jernih.

Masih banyak konsep2 dr buku yg penuh dengan isi ini salah satu yg menarik jg kritik heidegger pada zamannya yg menurut saya masih relevan hingga saat ini salah satunya "Zuhandes" yg memandang manusia sbg alat atau membatasi pemahannya atas dunia hanya dengan keuntungan material.Padahal Das Sein adalah kepanjangan tangan yg ada.Ada juga waktu subjektif/kemewaktuan dan objektif.

Pada akhirnya buku ini dan pemikiran Heidegger mengajak untuk lebih berpfikir reflektif dan mendalam.Dunia mempunyai banyak sisi "ada".Apakah keputusan2 yang diambil merupakan benar2 keputusan otentik dari "ada" setiap insan atau karena kerumunan.Bersikap,berprilaku, dan berbicara memalui kacamata "ada" yang tak terbatas.Saya begitu menikmati halaman demi halaman dan waktu yang dilewati lamunan bersama buku ini.
Profile Image for Dava Kharis.
9 reviews
October 13, 2020
Baca ini karena jadi bahan materi untuk kelas Filsafat Komunikasi. Buku filsafat yang ringan tapi juga bergizi, sepertinya jadi gerbang pembuka saya untuk buku-buku filsafat lainnya yang ditulis dalam Bahasa Indonesia selain buku Filosofi Teras (walaupun Filosofi Teras lebih ke self-help sih). Buku ini jadi oasis di tengah-tengah kesibukan dalam keseharian kita.
Profile Image for Khairur Rosyidi.
25 reviews
April 16, 2020
Harus pelan memahami. Kalau dipahami pelan2, bisa dapet pesan intinya heidegger. Fokus inti utamanya ttg eksistensialis. Kalau Descartes "aku berpikir maka aku ada" dan fokus ke "berpikir", naaaah heidegger bahas "ada"-nya itu
Profile Image for Muhammad Baihaqi.
2 reviews
Read
May 20, 2020
menarik, melalui fenomenologi kita mampu memahami eksistensi manusia di dunia, meng-ada dengan tidak larut dalam keseharian. Hidup memang absurd dan tugas kita lah yang memberikan makna dalam hidup ini. Menerima kematian sebagai fakta eksistensialis.
7 reviews1 follower
February 12, 2021
Hanya dengan berhenti orang mengenali apa itu bergerak, seperti juga orang harus datang bermukim agar dapat mengenali kepergian. Orang harus mengalami keheningan untuk menyadari seberapa jauh kebisingan telah merampok kemerdekaannya.
Profile Image for Nanang Miartono.
19 reviews
January 10, 2024
Komentarku terhadap buku ini mungkin sama kayak komentar Carl Friedrich von Weizsaecker setelah mendengar ceramah Martin Heidegger, "Itu filsafat. Saya tidak memahami satu kata pun. Tapi itulah filsafat". Enggak deng, lumayan banyak yang bisa aku tangkap karena Budi Hardiman mampu menerjemahkan Sein und Zeit dengan baik sehingga bisa dengan mudah dipahami oleh pembaca, ya meskipun tetap harus bolak-balik paragraf ketika membacanya.
Profile Image for Wawan Kurn.
Author 20 books36 followers
August 8, 2016
Buku ini serupa jendela kecil yang mampu memberikan pembaca pandangan yang dapat menjadi bekal sebelum tiba pada rumah pikiran seorang Heidegger. Melalui karyanya yang berjudul “Zein und Zeit” Heidegger mencoba menjawab teka-teki akan waktu yang tengah kita jalani. Saya sendiri belum sempat membaca karya Heidegger tersebut, dan setelah membaca buku pengantar ini harapan untuk dapat memahami gagasan Heidegger menjadi hal yang menarik untuk dicoba. Konon buku ini adalah buku berbahasa Indonesia pertama yang membahas filsuf kelahiran 26 September1889 ini.

Pemikiran dalam gagasannya memandang keseharian mencoba menolong manusia dalam ruang yang membiarkannya lupa dan terjebak. Pada tahun 1999, diterbitkan buku yang berjudul “A Heidegger Dictionary” hal itu lantaran filsuf yang satu ini pandai menciptakan istilah atau kata untuk menjelaskan gagasan-gagasan menariknya. Bahasa yang digunakan penulis dalam buku ini pun pas bagi para pembaca. Sehingga sepanjang pengalaman saya membaca buku ini dari awal hingga akhir, betapa pun rumitnya gagasan filsuf itu, perlahan kita memahami sedikit demi sedikit melalui penjelasan dalam buku ini. Jika anda merasa masih ragu dan butuh penjelasan penting untuk bertanya (baik dalam hati atau langsung menulisnya di kolom komentar) silakan saja kirimkan email atau langsung di layanan teknologi yang lebih mudah.

Kita tak mampu menghindari rutinitas. Di kota orang-orang mudah merasa sepi namun sulit mencari keheningan. Berbeda dengan di desa, ada banyak keheningan yang tanpa sengaja membawa kita mengenal “ada.” Siapa itu ada dan bagaimana ada dapat berwujud? Semoga saja dilain waktu, ada kesempatan untuk langsung bertatap muka. Baiklah, kita tutup catatan ini dengan koma,
Profile Image for Henny Sari.
Author 8 books11 followers
October 10, 2012
Budi Hardiman sangat lihai memergunakan bahasa untuk soal yang bisa dikatakan tidak mudah dicerna orang banyak.
saya selalu suka kalimat2 Budi Hardiman.
Ssya pikir, Heidegger juga menggunakan bahasa yang menarik.
Antara Heidegger dan Hardiman sudah tercipta proses hermeneutik otomatis.
Ini seperti puisi spiritual. seperti puisinya Sutardji pada O Amuk Kapak! Aaaaaaaggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.....
Really like this!
Profile Image for Arys Aditya.
Author 7 books17 followers
June 9, 2013
Buku ini setara dengan 'Nietzsche' yang ditulis ST Sunardi dan 'Derrida' yang ditulis Al Fayyadl. Tapi buku ini sedikit lebih susah dibandinga keduanya.
Ketika membaca untuk kedua kalinya, saya percaya kalau Hardiman sudah mencoba menurunkan derajat kesukaran filsafat Heidegger, tapi apa mau dikata, eksistensialisme mewaktu ala Heidegger memang sangat susah jika tak dibaca berulang kali dan dengan konsentrasi penuh.
Profile Image for Adri.
52 reviews2 followers
February 28, 2010
Untuk pembahasan mengenai pemikiran Heidegger, akhirnya ada juga literatur yang mampu menjabarkan secara kurang lebih komprehensif. Memang bahasa yang tertulis cukup memusingkan apalagi dengan adanya istilah-istilah Jerman yang kerap dipakai di tiap halamannya. Toh pada akhirnya pemahaman yang dipaparkan masih dapat dipahami.
Profile Image for Monica Elim.
11 reviews14 followers
July 3, 2020
Kali kedua saya membaca buku ini, membuat saya (sedikit) lebih mengerti tentang pemikiran Heidegger. Pemikiran Heidegger akan Dasein mengajak kita semua untuk merefleksikan hidup kita yang sudah melebur dengan keseharian, dan melalui kecemasan menemukan diri yang otentik.
Profile Image for Uki Esa.
96 reviews4 followers
December 2, 2024
Belajarlah bermukim dalam kecemasan karena dari situlah Dasein mengalami keterlemparan dan akan mencandra kalau dirinya mewaktu.
Sebuah buku pengantar untuk memasuki pemikiran sang mistikus Martin Heidegger.
Profile Image for Luthfian Haekal.
22 reviews2 followers
Read
April 1, 2017
Pemikir yang kontroversial karena kebanyakan orang menganggap sangat pro dengan nazi. Buku ini sangat enak untuk dibaca bagi sedekar untuk berkenalan dengan Dasein, Das Man, dll.
Displaying 1 - 30 of 30 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.