Jump to ratings and reviews
Rate this book

Mengunyah Rindu

Rate this book
“Mengunyah Rindu” adalah catatan harian seorang bapak tentang kejadian sehari-hari di rumah tangganya. Tentang istrinya, tentang anak-anaknya.
Diceritakan dengan gaya penulisan yang sederhana, bersahaja, namun sarat makna.

416 pages, Paperback

First published March 7, 2016

4 people are currently reading
39 people want to read

About the author

Budi Maryono

8 books2 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
6 (24%)
4 stars
14 (56%)
3 stars
4 (16%)
2 stars
1 (4%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 10 of 10 reviews
Profile Image for Sulhan Habibi.
805 reviews63 followers
May 14, 2016
wow, belum ada yang kasih rating buku ini ya di goodreads? Aku jadi yang pertama nih?

Awalnya aku tertarik sama buku ini karena sampulnya yang keren dan bagus banget (menurutku). Warnanya pun keren.

Buku "Mengunyah Rindu" ini ternyata catatan harian seorang bapak tentang kehidupan sehari-hari bersama keluarganya. Awalnya aku kira novel tentang kehidupan sebuah kekuarga dengan konflik yang mendalam.

Tulisan pendek tiap Bab dengan selipan makna yang bisa menjadi renungan barang sejenak membuat buku ini enak dibaca. Tulisan tiap bab yang pendek (sekitar 3-5) halaman dan bahasa tulisan yang ringan semakin menambah keasyikan membaca buku ini sembari bersantai/istirahat.

Walaupun baru baca seperempat bagian tapi udah langsung suka.

Baca cerita tentang Tia, Biru, dan Gigih seru banget, lucu, jadinya sering ketawa sendiri.
1 review
August 9, 2016
Keluarga merupakan sebagian dari hati. Karena bila salah satu dari anggota keluarga terluka, yang lain pun akan turut merasakan. Meski sedang bersedih, lantaran melihat salah satu keluarga sedang bahagia, kita bisa sejenak melupakan kesedihan yang sedang melanda dengan ikut berbahagia ria. Segala suka duka kehidupan, hampir semua tumpah pada wadah yang bernama keluarga. Kapan dan di manapun—entah merupakan keluarga nasab ataupun sebab ikatan persaudaraan yang kuat, keluarga selalu spesial.
Dan ini yang mungkin ingin penulis tuangkan dalam bukunya tersebut.
Ini merupakan kumpulan catatan harian penulis—sebagai seorang bapak—yang diceritakan dengan santai dan sederhana. Menceritakan tentang berbagai komponen dan problem yang ada dalam keluarga; istri, anak-anak, konflik keseharian, mertua, kebahagiaan dan rindu. Tentang persahabatan, kesetiaan, tanggung jawab, kritik sosial dan sistem pendidikan.
Alur cerita “Mengunyah Rindu” dimulai pada catatan tahun 2005 sampai 2010 yang diambil dari blog penulis. Disusun berdasarkan tanggal publikasi dalam blog tersebut. Karena memang bersifat catatan harian, isi cerita tak begitu runtut. Dan tentu, di akhir buku tak ada ending. Namun, hal tersebut tak begitu masalah. Karena selain dibawakan dengan bahasa keseharian sehingga pembaca mudah dan enak dalam membaca, juga memberikan berbagai hal dan pengetahuan yang didapat dari pengalaman penulis. Terutama tentang keluarga,berhubungan dengan tetangga, persahabatan, menyikapi berbagai problem yang muncul dalam rumah tangga, dan lain-lain.
Hanya saja, karena dibawakan dengan bahasa keseharian, terlebih sering dijumpai campuran bahasa Jawa, bagi orang yang kurang atau tak paham dengan bahasa Jawa akan sedikit terganggu saat membaca, walaupun ada beberapa kosakata bahasa Jawa yang kiranya sudah lumrah didengar oleh khalayak luas. Memang ada beberapa kata yang diberi arti dalam bahasa Indonesia di catatan kaki, namun bagi saya masih ada kosakata lain dalam bahasa Jawa yang sedianya masih butuh diberi arti juga. Atau setidaknya, dibuat huruf miring.
Di dalam buku tersebut, terdapat tulisan berbahasa arab yang tertulis wa syukurillah (hal. 13) dan wasyukrulillah (hal.26). Yang menjadi perhatian saya bukan tentang cara menulis bahasa arab ke huruf alphabet, melainkan karena tulisannya kurang pas. Yang benar wasy syukrulillah.
Ada yang unik dari layout tulisan dalam buku ini. Bila di buku-buku dan novel setiap paragraf biasanya dibuat first line, buku ini tidak. Semua paragraf sejajar tanpa ada first line. Menjadi nyaman dan enak dibaca karena antara satu paragraf dengan yang lain dipisah spasi yang agak lebar. Itu menjadikan jarak tulisan terlihat lebih longgar dan tak pedih di mata.
Salah satu cerita yang membuat saya berkesan adalah soal Budi Maryono—sang penulis—mengajarkan arti dan pentingnya persahabatan tanpa mendikte lewat kisahnya saat kelahiran anak pertamanya yang bernama Mutiara Relung Sukma. Membaca cerita tersebut, seperti menyinggung nurani saya yang masih sering menyepelekan arti sahabat, sekaligus menyadarkan saya untuk segera berbenah.
Buku ini mengajarkan pada kita untuk menganggap keluarga seperti hati. Harus dijaga lahir batin dan penuh keikhlasan. Juga tentu rasa kasih sayang. Layak dibaca untuk siapapun, terutama yang penulis tujukan pada halaman awal buku “Mengunyah Rindu”, bagi keluarga Indonesia: bagi anak dan orang tua.
Profile Image for Destaayu Wulandari.
1 review3 followers
July 19, 2016
Ketika jalan-jalan sendiri dan melihat apapun yang mestinya kuberikan pada Tia, melihat apapun yang pernah aku janjikan namun belum kutunaikan, rindu ini segera bercampur dengan rasa bersalah dan aku bisa tak henti-henti mengunyah. Tapi aluh-alih hancur, rindu dan rasa bersalah makin mengecambah. Pada saat seperti itu aku merasakan benar, cintaku padanya sangatlah dalam. Begitu dalam hingga mungkin tak selalu kelihatan (hal. 392).

Bapak. Meskipun dalam agama nilainya 1, sedangkan Ibu bernilai 3, tak lantas berarti Bapak tak berharga. Benar bahwa Ibu bernilai 3, tapi bukankah angka 3 berawal dari angka 1 yang dikalikan 3. Mengunyah Rindu memanglah sebuah curhat Bapak mengenai keluarganya, yaitu istri dan anaknya. Curhat yang barangkali mewakili perasaan para Bapak di luar sana. Curhat yang lebih banyak dipendam dan tetap menjadi teka-teki hingga sekarang, kenapa seorang Bapak lebih sedikit bicara ketimbang Ibu. Sebab apa yang disampaikan dalam buku ini bukanlah fiksi, melainkan fakta yang dikemas seperti novel. Semua tokoh dalam cerita ini begitu hidup.

Melalui buku ini pembaca disuguhkan paket lengkap, jika umumnya pada novel kita hanya digiring untuk fokus pada satu tokoh utama, tapi dalam buku ini semua adalah tokoh penting. Meskipun penulis hanya menceritakan istri dan anak-anaknya, tapi mereka bisa tampil begitu riil. Dan banyak hal yang bisa diambil sebagai manfaat, dari lima tokoh yang memiliki karakter berbeda-beda. Ada Bapak yang selalu berusaha menjadi orang paling 'yakin' meskipun ketakpastian adalah menu sehari-hari. Ibu yang selalu menjadi tempat menenangkan diri. Tia si Anak Sulung yang sangat beruntung karena memiliki Bapak yang bisa begitu "hadir" dalam hidupnya. Biru yang meskipun keras kepala, tapi penyayang. Serta Gigih, si Bungsu yang punya banyak pertanyaan di luar dugaan.

Buku ini setidaknya akan menjadi pembuka jalan bagi siapapun yang ingin pulang, tetapi terkendala ego dan waktu. Sebab bagaimanapun, pulang adalah hak bagi mereka yang pernah berangkat.
Profile Image for Fhia.
497 reviews18 followers
March 13, 2017
Sepertinya belum banyak yang tau buku ini. Kirain catatan harian yg dijadiin novel atau kumcer gitu, ga taunya memang cerita ttg kejadian" dlm kehidupan si Bapak dan keluarganya, yg diambil dr blog selama 2005-2010.
Bacanya bikin perasaan campur aduk. Nggak cuma bikin kangen rumah (dan semua isinya) tp juga bikin baper; jadinya bercita-cita supaya bisa 'membangun' 'rumah' seperti yg papa mama lakukan, sampai hari ini.

Profile Image for Rahma.
138 reviews8 followers
August 23, 2016
Buku yang bagus !!
lama bacanya karena diselingi kegiatan lain..., tapi sungguh keren hari-hari anak-anak mas Budi ini...
baca berulang pun tetap aja ada haru, happy, ketawa geli, dan bersyukur dgn keadaan kita sendiri...
4 reviews
April 9, 2017
Buku yang bercerita mengenai keseharian dari sebuah keluarga kecil yang sederhana, sebuah cerita nyata. Tentang bagaimana sebuah keluarga, berinteraksi dengan lingkungannya. Terkadang lucu, bahkan sering kali pun membuat "baper.
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
October 25, 2016
sampul dan judulnya sungguh menarik. Membaca ini seperti membaca chicken soup berisi kisah-kisah keseharian dalam keluarga Budi Maryono. Ada kisah bahagia, haru, sedih, dan sesekali lucu. Tetapi jujur, saya terganggu dengan layout dalam buku ini. Judul yang buesar dan huruf yang tidak ramah di mata. INi memang soal selera penata letak, tapi saya kurang sreg saja. Padahal isinya kece. Kalau dibuat lebih simple dalam pengemasan tiap judul (terutama ukuran judul yang buesar), hurufnya dipermanis dan dikasih ilustrasi indah, pasti akan semanis sampul buku ini.
Displaying 1 - 10 of 10 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.