Manusia, masterpiece penciptaan di seantero semesta, diciptakan dengan akal—yang dengannya manusia diharapkan memenuhi tujuan penciptaan: “Aku menciptakan segala sesuatu untukmu, dan engkau untuk-Ku” (Hadis Qudsi).
Namun, adakah manusia selalu menyadari tujuan mulia penciptaan itu? Ataukah ia lebih sering terjebak di titik buta (blind spot) yang hanya membuatnya berputar-putar dan akhirnya terperangkap dalam penjara kehidupannya sendiri? Sufi besar Jalaluddin Rumi menyitir keadaan manusia ini dalam syairnya:
sekian lama engkau terpenjara di kolam kecil padahal di sinilah Aku, samudra meruah kemarilah, menyatu dengan-Ku tinggalkan segala kebodohan dunia, ikutlah bersama-Ku.
Dalam buku ini, Prof. Komaruddin Hidayat mencoba memaparkan apa saja Penjara-Penjara Kehidupan yang membelenggu kita dari mencapai kebahagiaan sejati, yang tak lain adalah tujuan penciptaan kita—pengabdian kepada-Nya.
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat , nama yang tidak asing lagi di dunia dakwah Islam, khususnya dakwah dengan pendekatan sufistik. Sejak menyelesaikan S3nya dalam bidang filsafat di Universitas Ankara, Turki pada 1990, pria yang biasa dipanggil Mas Komar ini bergabung dengan Yayasan Wakaf Paramadina di Jakarta. Dari Paramadina inilah ia mulai mengguratkan namanya sebagai cendekiawan Muslim yang cukup diperhitungkan. Memulai karirnya sebagai dosen dan kemudian Direktur Eksekutif Paramadina, ia lalu dipercaya menjadi Ketua Yayasan yang didirikan cendekiawan Nurcholish Madjid tersebut. Penguasaan ilmu-ilmu agamanya yang sangat mumpuni, ditambah reputasi publik yang disandangnya sebagai intelektual kelas wahid di negeri ini, membuatnya begitu sibuk memenuhi undangan diskusi, ceramah dan acara unjuk wicara (talkshow) baik di televisi maupun radio. Sejak Januari 2005, Mas Komar resmi diangkat sebagai Direktur Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan tema yang tidak begitu berbeda dengan "Psikologi Kematian", Prof.Komar di buku ini masih menjlentrehkan analisa dan refleksinya yang mendalam tentang kehidupan manusia, tentang tantangan dan hambatan kehidupan manusia dengan segala resiko, mimpi, ambisi yang menyertainya.
Jalan yang harus dititi dengan hati-hati dan waspada agar terhindar dari ketergelinciran hidup.