Jump to ratings and reviews
Rate this book

Midah, het Liefje met de Gouden tand

Rate this book
Een jonge Indonesische vrouw neemt haar lot in eigen handen en kiest voor vrijheid en de liefde. In deze chronologisch opgebouwde vlotgeschreven roman plaatst auteur zonder in zwart-wit te vervallen twee - zeer herkenbare - leefmilieus tegenover elkaar: de godsdienstige middenstand en de zelfkant van de maatschappij. Het gaat hier vooral om menselijke relaties door auteur mild beschreven in wezenlijke situaties.

Sfeerbepalende beschrijvingen van de plaats waarin het verhaal is gesitueerd - Jakarta ca. 1953 en omgeving - vindt men er weinig. De vertaling in eenvoudig Nederlands loopt op een enkele uitzondering na, soepel. Woordenlijst aanwezig. Verzorgde opmaak, normale druk, harde kaft, passende omslag. (l

127 pages, Mass Market Paperback

First published January 1, 1954

55 people are currently reading
831 people want to read

About the author

Pramoedya Ananta Toer

84 books3,104 followers
Pramoedya Ananta Toer was an Indonesian author of novels, short stories, essays, polemics, and histories of his homeland and its people. A well-regarded writer in the West, Pramoedya's outspoken and often politically charged writings faced censorship in his native land during the pre-reformation era. For opposing the policies of both founding president Sukarno, as well as those of its successor, the New Order regime of Suharto, he faced extrajudicial punishment. During the many years in which he suffered imprisonment and house arrest, he became a cause célèbre for advocates of freedom of expression and human rights.

Bibliography:
* Kranji-Bekasi Jatuh (1947)
* Perburuan (The Fugitive) (1950)
* Keluarga Gerilya (1950)
* Bukan Pasarmalam (1951)
* Cerita dari Blora (1952)
* Gulat di Jakarta (1953)
* Korupsi (Corruption) (1954)
* Midah - Si Manis Bergigi Emas (1954)
* Cerita Calon Arang (The King, the Witch, and the Priest) (1957)
* Hoakiau di Indonesia (1960)
* Panggil Aku Kartini Saja I & II (1962)
* The Buru Quartet
o Bumi Manusia (This Earth of Mankind) (1980)
o Anak Semua Bangsa (Child of All Nations) (1980)
o Jejak Langkah (Footsteps) (1985)
o Rumah Kaca (House of Glass) (1988)
* Gadis Pantai (The Girl from the Coast) (1982)
* Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (A Mute's Soliloquy) (1995)
* Arus Balik (1995)
* Arok Dedes (1999)
* Mangir (1999)
* Larasati (2000)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
294 (21%)
4 stars
541 (39%)
3 stars
443 (32%)
2 stars
75 (5%)
1 star
12 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 208 reviews
Profile Image for Michiyo 'jia' Fujiwara.
428 reviews
October 26, 2012
Lagi..
Pramoedya menjadikan perempuan sebagai tokoh utama..Midah adalah tokoh yang akan kita bicarakan disini, cantik rupawan dan manis wajahnya, ia adalah kesayangan orangtuanya..itu dulu..jauh sebelum adik-adiknya lahir kedunia..dan Midah menjadi satu-satunya anak kesayangan orangtuanya..Ia mencintai musik..ia mencintai Umi Kalsum..seorang penyanyi Arab yang juga disenangi oleh ayahnya Hadji Abdul..

Midah terpikat lagu keroncong..ketika ia bermain dijalanan..dan seketika itu juga, Umi Kalsum dilupakannya..ia langsung jatuh cinta pada keroncong..tapi ayahnya menentangnya..musik haram! Kata ayahnya..tak lama berselang..sang gadis manis dinikahkan pada seorang Hadji..Hadji Terbus, orang paling terkenal di Cibatok, desa tempatnya tinggal..pernikahan itu tidak lama berselang..Midah melarikan diri! Dengan janin yang ada diperutnya ia mengembara pergi ke Jakarta..

Bergabung bersama seniman keroncong jalanan..sampai anak lelakinya lahir didunia..ia namai Rodjali..susah dan tragis hidupnya..ia jalani dijalanan ibukota..sampai ia bertemu dengan lelaki yang ia pikir..mencintainya..Ahmad..tapi yang terjadi lelaki itu malah pergi meninggalkannya..dan Midah lagi..lagi.. aahhh.. Malang benar nasibmu..Midah!

Manusia tidak boleh menyerah pada kelelahan..!!

Midah adalah sosok yang ingin digambarkan Pramoedya sebagai sosok seorang perempuan yang kuat untuk bertahan hidup..seorang perempuan yang tak mudah ditaklukan oleh apapun..

Midah..

Kesusilaan dan ketertiban peradaban antara baik dan buruk yang dibawanya dari rumahnya, kini tidak bangkitkan pikiran lagi padanya..

Sejarah Midah..Simanis Bergigi Emas
Mulai dari sini sebagai penyanyi..

Sejarah Midah..Simanis Bergigi Emas
Telah lenyap sebagai wanita..

Profile Image for Hafizul Osman.
66 reviews3 followers
September 9, 2012
Ini merupakan novel pertama Pram yang saya baca dan saya rasa tidak kecewa membacanya. Pram menonjolkan seorang wanita bernama Midah yang cuba keluar daripada kerangka kesenangan dirinya dan ingin berjuang secara bersendirian dan bebas. Namun, kebebasan yang dicarinya sedikit tragis kerana dia juga seolah-olah cuba keluar daripada kemuliaan Islam dengan mendekati sesuatu yang halal tetapi dibuat secara haram. Pram mengajak saya berfikir secara terbuka tetapi mengajak juga berfikir di luar kotak sehingga ada ketika saya tidak bersetuju dengan Midah yang menjadi watak utama cerita ini.

- Mempunyai pendirian sendiri adalah berhadapan dengan pendapat umum. Bertambah kuat pendirian seseorang, bertambah banyak ia memanggil penentang. -

Midah Simanis Bergigi Emas, m/s 121.
Profile Image for Jan.
1,058 reviews67 followers
December 30, 2023
It is rather a sentimental journey, that this independent young woman undertakes against the will of her husband and against her parents. We get to know Midah as a strong woman, who stands up for her own choices and responsabilities: the religious middle class opposite of the fringes of society. The way the story unfolds after the deception of a deeply felt love shows another, equally strong side of Midah. JM
Profile Image for Safara.
413 reviews69 followers
June 11, 2020
Saya membaca buku ini dalam versi Bahasa Indonesia.

Di bab pertama, saya sudah tercabik-cabik sama latar belakang keluarga Midah. Midah lahir di keluarga haji ternama. Pokoknya apapun yang dilakukan di rumah itu, hiburan pun harus yang Arab gitu. Hubungan orang tua dan anak jadi renggang cuma karena masalah MUSIK. It goes down from there. Cuma gara-gara piringan hitam keroncong..

Bapaknya ga peduli, ibunya ga melindungi, dijodohkan sama suami yang poligami. Dari yang awalnya anak orang kaya malah jadi hidup di jalanan.

Jujur nacanya emotional draining banget. Midah hamil terus ikut kelompok pengamen keroncong, setelah melahirkan malah dihina dan ditelantarkan. Kepala rombongannya juga napsu aja pengen minta nikah, ga paham dia trauma sama suami lamanya heuheu.

Banyak poin tentang kehidupan yang dialami cuma sama cewek. Di buku ini, digambarkan bahwa cowok menganggap
(1) Cewek itu bukan buat dihormati, cuma buat pemuas nafsu mata maupun yang lain-lain. Kalo gamau kawin ya ngapain "dilindungi". Semua cowok disini ga ada yang baik hhhh
(2) Banyak cewek akhirnya beralih "profesi" ya karena masalah ekonomi. Keluarga malu buat nampung, anak harus keluar dari rumah, fast money ya apalagi. Kalo wanita tampil di depan umum, cowok berasumsi bahwa lo bisa diapain aja.
(3) Masalah privacy tentang kehidupan pribadi yang diangkat juga masih relevan sampe sekarang!! Ngomongin "kapan punya anak" lah, nanyain "eh kamu ngapain aja", kan itu ranah personal...

Kesimpulan: Buku ini OKE BANGET dibaca kalo lo mau tau sisi lain pikiran Pram. I think I really like him because he was out loud. He was calm but at the same his writing 🔥🔥🔥🧨
Profile Image for Indri Juwono.
Author 2 books307 followers
March 19, 2010
#2010-24#

Entah kenapa saya terpaku dengan cerita ini dan membacanya hanya dalam beberapa jam saja. Apakah karena pesona Pram, atau ceritanya yang membuat penasaran?
Sungguh, saya tidak penasaran, karena alurnya mudah ditebak.

Midah manis, membayangkannya seorang perempuan cantik yang hamil, dan harus berjalan ke sana ke mari untuk menghidupi dirinya sendiri. Keputusan sepihak yang diambilnya untuk hidupnya.

Sungguh saya tidak habis pikir, kenapa ia memilih jalan untuk lari, lari dari kemewahan dan kenyamanan yang ia miliki.
Tapi saya tidak munafik lah, karena apa yang dia alami nggak sama dengan yang saya pikirkan. Bisa saja tingkat kesabaran dia sudah sampai batas di mana dia sudah tak bisa menanggungnya lagi.

Lari, mungkin itu pemecahan yang terbaik menurutnya. Tidak bergantung pada siapapun, selain dirinya sendiri.
Lari, butuh pertimbangan mental yang cukup, karena godaan dan ancaman akan selalu datang.
Tapi apakah lebih baik lari daripada menyelesaikan? Entahlah, hidup itu pilihan. Dan tanggung jawablah pada pilihanmu sendiri.
Profile Image for Imas.
515 reviews1 follower
July 17, 2020
Buku ke sekian karya Pram yang akhirnya kubaca,tepat 2 tahun setelah di beli...hmmm. Menyedihkan.

Buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1954 dan bersetting pada tahun 1950-an. Diceritakan dengan sederhana, namun isinya sendiri tidak sederhana. Terbayang, pada masa itu, seorang perempuan muda anak seorang saudagar yang relijius, lari dari suaminya dan mengandung anak yang lahir bukan karena cinta. Midah, perempuan itu, harus berjuang menghidupi dirinya dan calon anaknya dengan modal suara dan lagu-lagu haram yang dilarang diputar di rumahnya.

Midah anak Haji Abdul, pada akhirnya memang kalah (secara moral) dalam pertarungan hidup. Sejarah Midah si manis bergigi emas telah lenyap sebagai wanita.
Profile Image for Irwan Sukma.
10 reviews3 followers
July 20, 2015



Cetakan 1, Juli 2003
Cetakan 5, Februari 2010
Jakarta : Lentera Dipantara, 2003
134 hlm. ; 13 X 20 cm

Di rak buku saya ada 2 karya Pram yang belum saya baca yaitu “Panggil Aku Kartini Saja” dan “Midah, Simanis Bergigi Emas”. Awalnya saya ingin menyelesaikan “Panggil Aku Kartini Saja” terlebih dahulu, yang rencananya akan saya selesaikan sebelum Hari Karitni 21 April. Dengan niat saat hari Kartini reviewnya sudah selsai. Namun apa daya, kesibukan saya yang tidak jelas membuat “Panggil Aku Kartini Saja” tertunda. Apalagi buku itu cukup tebal dan “berat". Maka saya memutuskan untuk menylesaikan “Midah Simanis Bergigi Emas” terlebih dahulu. Buku ini cukup tipis dan “ringan”.

Novel ini ditulis Pram pada warsa 50-an dengan seting tempat di Jakarta. Nama tokoh utama dalam novel ini bernama Midah. Hanya Midah. Kulitnya kuning wajahnya agak bulat. Kalau tersenyum, ih manisnya. Cantik parasnya, lentik suaranya dan kuat hatinya.

Midah dilahirkan dari keluarga yang taat beragama. Haji Abdul nama bapaknya. Fanatik terhadap musik yang berbau Arab. Umi Kalsum yang menjadi penyanyi favoritnya. Haji Abdul termasuk orang sukses. Ah, hidup ini alangkah manis kalau cita demi cita terampas di tangan kiri dan kebesaran demi kebesaran dikuasai di tangan kanan.

Hingga Midah berumur Sembilan tahun, keluarga Haji Abdul belum mendapatkan anggota keluarga baru. Mulai saat itu kebimbangan merayap dalam hatinya, bahakan sekali Haji Abdul pernah berkata , “Biarlah semua aku korbankan, asalkan mendapat anak lagi—terutama lelaki.”
Dia merasa menyesal telah megatakan itu, dia merasa tidak bersyukur sepenuh hati kepada apa yang telah Tuhan berikan. Beberapa malam dia tidak bisa tidur. Untuk mencegah kemungkinan murka Tuhan, ia terus menerus berzikir.

Pada suatu hari istrinya datang padanya dan berbisik, “Tuhan telah mengabulkan permintaanmu. Aku mengandung. Akhirnya anak kedua lahir dan belum setahun kemudia Haji Abdul mendapat anak kembal laki-laki. Setahun kemudian ia memperoleh anak perempuan. Terus menerus.

Midah merasa sudah mulai tidak dimanjakan. Sudah tak dapat lagi perhatian seperti dulu. Dia mulai mencari indah dan nikmat itu diluar rumah. Hingga akhirya ia jatuh cinta pada musik kroncong. Musik kroncong yang menurut bapaknya adalah suatu yang haram. Karena melihat Midah menyanyi mengiringi lagu kroncong ditamparlah Midah oleh bapaknya. Dihancurkanlah piringan hitam Midah yang berisi lagu kroncong.

Midah dikawinkan oleh seorang yang kaya kenalan bapaknya. Orang tersebut bernama Haji Tarbus dari Cibatok—seorang yang berperawakan gagah, tegap, berkumis lebat, dan bermata tajam. Haji Tarbus bukanlah bujang dan muda. Bininya telah tersebar di seluruh Cibatok. Ini di ketahuinya setelah mengandung tiga bulan.

Midah akhirnya minggat dari rumah suaminya. Tetapi tidak pulang kerumah melaikan kerumah bekas babunya yang bernama Riah.Tak berapa lama Midah tinggal di tempat Riah. Midah kemudian pamit dengan kondosi mengandung. Midah lebih memilih hidup di jalan, dia terkenang dengan rombongan kroncong. Kini tarikan untuk memasuki kehidupan tanpa kesulitan itu makin terasa. Kehidupan yang hanya mengabdi kepada kenikmatan, kegiranganm dan keriahan tingkah keroncong.

Sebagai pengamen kronocong, memang begitu di hinakan. Sedangkan mereka tidaklah mengemis. Mereka membagi keriangan kepada pendengar dan minta perhatian dari pendengar dengan sedikit penghargaan.

Midah kemudian bergabung dengan rombongan kroncong yang di temuinya di wilayah Senen. Ketika rombongan kroncong itu menanyakan nama dari Midah, dia tidak menjawab. Karena wajah Midah yang cantik dan manis. Maka mereka sepakat memanggil Midah dengan sebutan Simanis.
Ketika masuk rombongan untuk menyaingi vokalis yang sudah ada yaitu Nini. , Midah mengganti sepasang taringnya dengan emas. Sebelumnya Nini juga bergigi emas.

Dalam rombongan kehamilan Midah semakin membesar, ini membuat Midah tidak mampu mengikuti rombongan. Ini merupakan suatu hamabatan. Apalagi ketika Midah melahirkan, semua tampak tidak sepakat dengan kehadiran bayi tersebut. Ketika malam mereka merasa terganggu. Ketua rombongan juga tidak mampu berbuat banyak, dia memutuskan agar Midah keluar dari rombongan. Sebenarnya itu tidak akan terjadi jika Midah mau menerima lamaran ketua rombongan. Tapi Midah selalu menolak.

Midah melanjutkan hidupnya dengan bernyanyi sendiri di kawasan Jatinegara. Ketika itu dia bertemu dengan polisi lalu lintas bernama Ahmad. Ahmad berjanji akan melatih Midah bernyanyi dan membaca not balok. Karena Ahmad adalah seorang seniman juga.

Kehidupan yang keras dan kejam selama itu ia hadapi dengan keberanian. Kini masanya datang bagi Midah untuk jatuh cinta. Dia tertarik dengan sikap Ahmad yang lurus dan tingkahnya yang bebas.
Hampir tiap hari Ahmad mengajarkannya bernyanyi. Cinta yang terpendam dalam dadanya memperlunak kekerasan kehidupanya selama itu. Kehidupan Midah selama di jalanan memang beradab. Midah berujar, “walau aku hidup di jalan, aku bukan orang jalanan..”
Namun sikap Ahmad berubah, dia ingin menodai cinta Midah. Dia ingin menikmati tubuh Midah, akhirnya mereka larut dan “tenggelam” dalam cinta. Beberapa jam kemudian anak Midah (Rodjali) yang masih bayi menangis. Ketiga-tiganyapun terbangun. Mulai pula berangan nafsu Ahmad mengamuk di dalam dada. Dan mulai lagi kedua orang itu jatuh tenggelam. Tangisan Rodjali diartikan oleh Midah yaitu menyaksikan bagaimana untuk pertama kali kerena cinta ibunya dinodai. Dan yang menodainya adalah engkau (Ahmad). Sejak saat itu Ahmad bukan hanya melatihnya bernyanyi, tetapi juga bertindak sebagi tamu yang terus-terusan menagih.

Haji Abdul dan istrinya merasa menyesal telah menelatarkan anaknya. Apalagi ketika mendengar Midah sebagi penyanyi kroncong di jalanan dan sekarang di radio. Mereka ingin bertemu dengan Midah dan cucunya—Rodjali. Akhirnya ibu Midah berhasil medapatkan rumah tempat dimana Midah tinggal. Namun yang hanya bisa ditemui hanya Rodjali. Sedangkan Midah masih bernyanyi di tempat pernikahan. Ibu Midah pun membawa cucunya pulang kerumah.

Suatu ketika Midah mengandung. Buah cinta terlarang antara dia dengan Ahmad. Namun Ahmad tidak mau bertanggung jawab. Akhirnya Midah diusir dari tempat kediaman Ahmad oleh orang tua Ahmad. Midah semikin kalut, dia memutuskan untuk kembali kerumah orangtunya. Pikirannya timbul tenggelam dalam bayang-bayang Djali, Haji Tarbus, Ahmad dan dirinya sendiri. Dan seketika tergantikan oleh pengetian yang disukainya dan dibencinya yaitu : cinta, dendam, ketakutan, kekhawatiran.

Kadungan dari hasil buah cinta Ahmad semakin membesar, dan Midah merasa bahwa tidak sepatutnya dia merusak nama baik orangtuanya sendiri. Akhirnya Midah minggat untuk kedua kalinya. Ketika Haji Abdul tidak dirumah yang ada hanya ibunya. Midah pergi dalam keadaan mengandung dan membawa Rodjali anaknya. Sekuat tenaga ibunya mencegah, namun Midah tetap bertahan pada pendirianya untuk meninggalkan keluarganya. Akhirnya ibunya mengizinkan dengan catatan bahwa Rodjali tetap tinggal. Midahpun sepakat, ”hanya doa ibu aku harapkan. Hanya restu bapak aku inginkan.”
Setelah beberapa bulan Midah—Simanis Bergigi Emas—tak pernah terdengar diradio. Kini nama Midah mulai bergelombang dari penjuru ke penjuru. Midah dalam sepotong hidupnya telah bertemu banyak lelaki. Kesusilaan dan ketertiban peradaban antara baik dan buruk yang di bawa dari rumahnya, kini tidak membangkitkan pikiran lagi padanya.
Kepopuleran namanya berkuda dengan kepopuleran dalam pergaulan dengan lelaki.

Dalam akhir novel Pram menulis,
Sejarah Midah—simanis bergigi emas—mulailah dari sini sebagai penyanyi.
Sejarah Midah—simanis bergigi emas—telah lenyap, sebagai seorang wanita.

Novel ini cukup ringan namun sarat akan nilai moral dan kemanusiaan. Dimana terdapat juga cerita tentang kebusukan moralis yang miskin dengan sikap humanis.
Bacaan yang ringan dengan khas gaya penulisan Pram yang tidak terlepas dari peristiwa sejarah.
Hidup memang keras…!!!!
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Nike Andaru.
1,632 reviews111 followers
January 1, 2020
1 - 2020

Buku pertama yang saya baca di tahun 2020.
Hasil tukar poin Telkomsel tahun lalu :D

Seperti biasa, Pram banyak bercerita tentang perempuan, setelah membaca Larasati saya putuskan untuk mengawali tahun dengan membaca novela ini.
Midah seorang anak dari keluarga berkecukupan, sebelum dia akhirnya punya adik-adik dan lari dari rumah, lalu dijodohkan dengan laki-laki beristri banyak. Cerita yang biasa memang, sudah banyak mungkin yang pernah baca cerita seperti ini. Cerita perjalanan Midah dan keputusan-keputusannya ini membuat saya sebagai perempuan sedikit geram, kesal tapi ya memang begitu ceritanya, Midah memang naif sekali.

Pram memang peracik cerita hingga menjadi menarik, saya menyelesaikan baca buku ini dalam beberapa jam saja.
Profile Image for tianiita.
118 reviews32 followers
July 5, 2018
Tragis & realistis.

Memilih lari dari masalah memang salah satu tabiat manusia dan itu tidak dapat dipungkiri. Penokohan Midah di novel tipis ini memang menggambarkan betapa seseorang memiliki batas kesabaran dan mengikuti kata hati untuk pergi dari rumahnya menuju kehidupan luar yang dia bahkan sendiri belum pernah merasakannya. Namun, dari kehidupan 'jalanan' yang telah ia lalui, Midah menemukan bahwa tidak melulu kehidupan itu sesuai dengan impian dan kenyataan pahit harus diterima bagaimana pun juga.
Profile Image for Ernest Junius.
156 reviews33 followers
January 14, 2012
The book is composed of 90% tragedy. It even reminded me of some Indonesian soap opera that I watched when I was a kid. I'm not sure if it's an Indonesian kind of thing. The book is written in the 50s, maybe things were so awfully hard back then.

The interesting things about this story is the moral picture of Indonesia in the past. Where everything is about ethic, code and honour. I was quite surprised at some scenes, thinking, how ancient these people are... and pretty much that's what I really like about the book. That's what I learned from it. On the other hand, storywise.... I'd just say.... what's the deal with golden teeth?

Now, I've never been a fan of Pram's prose style... even thought I must say it's suitable to modern readers: brisk, short, and sharp (pretty much like Hemingway). But then Pram's too theatrical. It seems that everything loses its sense of reality. To read Pram's work is like watching a live theatrical with artificial background and light.

However, if you're Indonesian, I think you ought to read some of Pram's work (no matter what I'd say, he was constantly nominated for the Nobel Prize in literature). This one is good for starters—light and enjoyable.

Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
May 23, 2014
** Books 116 - 2014 **

Midah seorang gadis yang dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga yg kuat agamanya. pada awalnya midah hanya anak semata wayang di keluarganya dan ayah ibunya sangat memanjakannya.. namun semua itu berubah ketika ibunya melahirkan adik seterusnya.. perhatian orang tuanya terbagi..ia merasa mereka tidak menyayanginya lagi..

Beranjak remaja, Midah memiliki kegemaran menikmati musik keroncong berbeda dengan orangtuanya yg menyukai musik ummu kalsum.. keroncong adalah hal yg membuatnya hidup namun hatinya harus teriris2 perih setelah ayahnya merusak piringan hitam koleksinya menjadi berkeping-keping.. selain itu, ia dipaksa untuk menikah dengan pria pilihan ortunya yg pada akhirnya midah meninggalkan suaminya dikala hamil muda.. mencoba mengadu nasib dijalanan menjadi penyanyi keroncong yg dikenal sebagai "Si manis bergigi emas"

novel ini mengangkat tema kegigihan dan keteguhan hati seorang wanita dalam mempertahankan passionnya di dalam bermusik.. meski ya begitu jadi seniman yg hidup dengan pergaulan bebas (ada disini yg dia menginap sekamar/serumah dengan laki2) dibayar dengan kehamilan tak terduga dan midah memutuskan jd single parent.. novel ini saya berikan 3 dari 5 bintang oke deh :*
Profile Image for Mia Prasetya.
403 reviews268 followers
March 23, 2010
Midah, simanis yang pintar nyanyi, melarikan diri dari suaminya ketika tau dirinya dimadu.

Hidup memang berat, walaupun pada akhirnya Midah sampai berpisah dengan anaknya dan pergi mengelana bersama kandungan anak kedua yang tidak diakui oleh kekasihnya, ia tetap tegar.

Hidup memang berat, jadi hadapailah dengan senyuman. Pantang menyerah, jangan mengeluh, sama seperti Midah yang kuat demi hidup layak dan kebebasan untuk anak yang dikandungnya.

Lari, jika kau ingin lari.
Berhentilah, jika engkau lelah.
Namun jangan menyerah dan janganlah berputus asa. Midah saja bisa, kenapa kita tidak bisa?
Profile Image for Vanda Kemala.
233 reviews68 followers
September 3, 2015
Tanpa sadar menghela napas panjang begitu sampai di titik terakhir. Pram dengan gamblang mengajarkan bahwa perempuan harus punya pendirian, berani ambil sikap dan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri.

Di sisi lain, digambarkan juga betapa kasih orang tua amat sangat sepanjang masa. Terlepas dari yang sudah dilakukan Midah, Haji Abdul dan istrinya tetap menerima anaknya pulang, walaupun harus melewati pergolakan batin yang mereka ciptakan sendiri. Pun menekan ego sedemikian rupa, hanya demi anaknya pulang.

Buku ini terlalu tipis untuk ketegaran Midah, juga segala lika-liku cerita hidupnya. Amat sangat puas! <3
Profile Image for Marine.
76 reviews1 follower
January 19, 2015
Novel Pram saya yg pertama, dan menyuguhkan sebuah kepahitan hidup di balik kerangka muda bernama Midah.
Penggambaran kekejaman hidup yang ditulis secara blak-blakkan mampu mengiris hati pembaca yang hanya bisa mengikuti kisah dari satu halaman ke halaman yang lain.
Akhiran yang muncul rupanya tidak seperti yang diimpikan para pembela humanis, namun semakin membentuk rasa cerita yang pahit namun gurih mengenai pilihan hidup seorang wanita yang mampu bersalaman dengan kelamnya dunia.
Profile Image for Iyas Utomo.
555 reviews10 followers
August 25, 2021
Astaga, Midah! What happened to you? Kenapa jatuh ke perangkap si Ahmadddd!
Profile Image for Sulin.
330 reviews56 followers
April 5, 2017
Keluarga, dalam lingkup sempit; orang tua, memegang peranan yang sangat penting bagi masa depan anaknya. Terutama cara mengajari anak waktu masih kecil, itu yang akan menancap terus di kepala anak.

Midah, anak dari seorang yang alim, Haji Abdul. Dididik dengan teramat keras dan taat beragama. Membuat Midah takut orang tua sedari kecil. Takut bukan dalam artian hormat, namun takut secara harfiah. Takut beneran. Semakin anak takut, semakin pula ia akan tumbuh bertolak belakang dengan apa yang diharapkan orang tuanya, sebagai tindak perlawanan selaku individu yang harusnya merdeka bahkan sejak menghirup nafas pertama di dunia.

Saya punya pesen aja sih untuk kaum moralis yang taat beragama, habis membaca buku ini;
1. Anak cuma titipan kan menurut agama? Jangan terlalu dikekang dan digiring sedemikian rupa lah. Kan dia juga berhak mengambil keputusan sendiri di hidupnya. Orang tua sifatnya hanya menyarankan saja.
2. Istri boleh patuh suami tapi TETAP TIDAK BOLEH ABSTAIN dalam pengambilan keputusan keluarga. Situ ayam apa istri? Kalau disuruh manggut-manggut doang?
3. Anak paling penurut dan baik sekalipun bisa menjadi bejat total apabila tidak mendapatkan rasa "aman" dan "penerimaan" dari keluarga serta orang terdekat.
4. Bedakan lelaki yang PDKT karena cinta atau karena hanya ingin memenuhi kebutuhan burungnya.
5. Hadeh banget kalau ada orang taat beragama tapi miskin rasa kemanusiaan, akalnya sudah tumpul.

Cara menulis dialog di buku ini tanpa tanda kutip (") lucu, mirip buku No Country For Old Men. Dulu saya pikir penerjemahnya rada bego karena bikin bingung mana dialog mana isi hati, ternyata gaya menulisnya memang seperti itu.

Secara keseluruhan buku ini bagus tapi biasa aja tidak berkesan.
1 review1 follower
March 17, 2017
Menceritakan tentang Midah, seorang gadis kecil yang selama 9 tahun hidupnya selalu dimanja dan disayang oleh kedua orangtuanya, terlebih sang Ayah. Tidak beberapa lama, lahirlah sang adik yang dianggap Midah mencuri seluruh perhatian Ayahnya hingga tak bersisa.
Ditinggalkan oleh perhatian semua orang, Midah kemudian berteman musik keroncong hingga mengkoleksi piringan-piringan hitam yang membuatnya lupa akan rasa sedih terhadap keluarganya. Sayangnya, Ayah Midah menganggap musik keroncong itu musik yang musyrik dan tidak seharusnya didengarkan.
Kesedihan nampaknya enggan meninggalkan Midah sendiri. Beranjak dewasa, Midah dijodohkan dengan teman sebaya Ayahnya. Tidak mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya, Midah akhirnya kabur dari rumah suaminya dengan perut yang membuncit berisi buah hatinya menyambangi rumah bekas pembantunya. Tujuan utama Midah adalah mencari kebahagiaan dari teman lamanya, musik keroncong. Berkeliling dari pasar ke pasar, restoran ke restoran, akhirnya Midah bertemu dengan segerombolan musisi keroncong dan menyanyi bersama. Dengan julukan baru, Simanis, suara merdu Midah membuat seorang polisi pun jatuhhati dan menjanjikannya ketenaran.

Namun seperti layaknya di cerita-cerita fiksi lainnya, janji hanyalah janji yg pada akhirnya berujung kesedihan pada sang tokoh utama, Midah. Sekian bulan Midah habiskan bersama gendongan berisi bayi laki-laki yg hingga beberapa bulan tak bernama. Sekian bulan Midah habiskan dengan lelaki yang hanya menginginkan tubuhnya. Sekian bulan pula Midah habiskan hanya berteman musik keroncong yang ia cintai sejak kecil.

Novel ini menjelaskan bagaimana kuatnya Midah sebagai seorang wanita ditengah kerasnya Jakarta dan kerasnya prinsip serta idealisme di sekitarnya. Membaca novel Pram selalu merangsang imajinasi dan menggugah keingintahuan tentang masa lalu yang memberi aneka rasa hingga masa sekarang. Namun, sebagai pembaca, saya kurang puas dengan akhir dari novel Pram yang satu ini. Kisah Midah begitu menarik untuk hanya berakhir dengan ketenaran Midah. Seperti layaknya pembaca lainnya, yang mau lagi dan lagi, tambah dan tambah

Profile Image for ➷ Nadine ➹.
17 reviews
March 29, 2022
finally my first read of Pram..

an easy read for a classic, unexpectedly, not much of complicated words involved. The first half book was basically over explaining the synopsis of the book but I was still really invested with the story considering her (Midah's) tragic background although the ending was unexpected and kinda dissapointing.
Profile Image for zar (kell's version).
157 reviews49 followers
June 23, 2025
my poor Midah and all that you've been through..

the first thing that I noticed was how poetic this book is. this is my first Pram's book and I found it really lyrical and poetic, but all of the characters from this book are loads of shit, not a single likeable character apart from Midah and the au pair, so it's really hard to sympathize.
Profile Image for Nur Azkiyati Faizah.
96 reviews1 follower
August 26, 2022
Midah - Simanis Bergigi Emas
Pramoedya Ananta Toer
132 hlm
Lentera Dipantara - Cetakan ke 4

Menyempatkan waktu tiga jam disela pagiku untuk merampungkan 132 halaman. Bercerita tentang kisah seorang remaja manis bersuara merdu yang tersesat kehilangan arah sebab ketimpangan kasih sayang orangtua yang tiba-tiba terenggut darinya.
Lahir dari keluarga religius menjadi sebuah cibiran ketika Midah memutuskan menekuni kesenangannya bernyanyi keroncong dari satu tempat terusir ke tempat lain.

Sebagai buku PAT pertama yang aku baca, aku (lekas sok tau) merasa sudah mengenali gaya tulisan beliau, diksinya, caranya menjelaskan latar yang lugas dan tak berbelit-belit, konflik yang mengguncang namun terurai dalam kalimat yang sederhana, meski sederhana tetap saja mengguncang pembacanya.

Ada banyak luka yang ingin disampaikan disini, namun lebih banyak kasih sayang yang sering diabaikan, yang mencoba dijelaskan disini.

"Ah sudara, manusia ini kenal satu sama lain, tapi tidak dengan dirinya sendiri. Memang tidak ada hasilnya untuk kemakmuran kita hendak mengenal diri, karena dia takkan menghasilkan kekayaan.”

#midah #simanisbergigiemas #pramoedyaanantatoer #bukulawas #bookstagram #book #bookrecommendations #bookaesthetic #bookshelf #bookquotes #bookreview #booklover #bookaddict #books #bookworm
Profile Image for Teu  Pira.
34 reviews
August 13, 2021
Bukunya lumayan tipis sekitar 150an hlmn bisa dibaca sekitar 1 jam atau 2 jam-an atau bahkan kurang dari itu, tetapi isinya lumayan memberikan kesan yang sangat mendalam. Menceritakan seorang perempuan bernama Midah dari keluarga yang taat beragama yang awal nya mendapatkan kehidupan yang berkecukupan baik dari materi ataupun kasih sayang dari kedua orangtua nya, bahkan lebih. Hingga akhirnya semua berubah setelah Midah memiliki adik, sejak itu, ia merasa tidak dipedulikan lagi oleh orang tua nya dan mulai mencari kesenangan dan kebebasan diluar sana. Hingga ketika diwaktu orang tua nya memutuskan menikahkan Midah dengan orang yang tidak dicintainya hingga akhirnya ia benar² memutuskan hidup dijalanan dengan melanjutkan hidupnya menjadi penyanyi keroncong rombongan. Akan tetapi ternyata hidup dijalankan tidak semenyenangkan yang Midah pikirkan apalagi dengan keadaannya yang sedang berbadan dua, hingga ia dipertemukan dengan beberapa lelaki yang membuat Midah merasa ia hanya dijadikan pemuas nafsu saja. Tapi dengan keteguhan hatinya ia tetap menjalani prinsip hidupnya dengan penuh kerja keras walaupun pada akhirnya ia memiliki keputusan sendiri atas kelanjutan hidupnya.

Dari buku ini bisa kita dapatkan nilai hidup, seperti, masih menjadi hal biasa jika seorang perempuan dijadikan sebagai orang "kedua" dimana kebebasan nya direnggut oleh sistem sosial dan juga agama. Dirasa perempuan diciptakan hanya dijadikan sebagai objek pemuas nafsu oleh beberapa pihak. Serta pentingnya perlakuan orang tua yang ternyata dapat menetukan kearah mana anak akan tumbuh, berikanlah kebebasan memilih kepada anak selama orang tua masih bisa mengontrol dan selama anak masih bisa menjunjung norma agama dan sosial. Dan terakhir, bagaimana pun orang tua tetap lah orang tua, ia akan menyayangi anak nya dan memiliki hati yang lapang untuk memaafkan.

Buku Alm. Eyang Pram masih menjadi buku favorit saya begitupun dari beberapa buku beliau yang sudah saya baca. Akan tetapi dibuku ini saya menemukan banyak diksi yang saya kurang paham walaupun masih bisa saya cerna.
Profile Image for Ann. .
68 reviews
October 15, 2025
Singkat, padat, nyelekit.

3 frasa yang sangat sangat menggambarkan inti cerita dari buku dengan cover wajah seorang perempuan dan warna biru manis yang memanjakan mata. Bertolak belakang dengan isinya yang mirip bangsal penyiksaan.

Menceritakan tentang Midah—perempuan manis yang berasal dari keluarga berada dan agamis, tiba-tiba hidupnya berubah dalam sekejap mata bak sihir ajaib.

Pengemasan alur cerita terbilang bagus dan tak terlalu terburu-buru walau buku ini tipis. Penderitaan demi penderitaan Midah diceritakan dengan menyakitkan walau dengan beberapa kalimat pendek saja. Membuat saya sesekali menghela nafas berat dan mengangkat alis saya tinggi tinggi karena kenyataan bahwa cerita ini sangat realistis dengan keadaan di sekitar.

Saya sejujurnya bingung dengan pemikiran Midah pada awalnya karena berani mengambil langkah "ceroboh" dan menurut saya tergesa-gesa. Namun, setelah dipandang dengan sudut pandang Midah, itu benar-benar merubah dan membungkam opini saya. Saya benar-benar paham mengapa Midah berani mengambil langkah yang sebegitu nekatnya.

Midah adalah sosok yang berani, menurut saya. Seorang perempuan yang berani dan hebat dalam memperjuangkan kesucian dirinya walau berada di jalanan—tempat orang-orang "sampah" berkeliaran. Perempuan ini tetap teguh pada pendiriannya dan sangat, sangat, sangat mandiri dan bertanggungjawab. Karakter ini sukses menarik serta mendapatkan hati saya—selaku pembaca. Wajah manis Midah pada cover buku juga sudah mendapatkan hati saya sejak awal.

Dari cerita Midah juga, dapat kita lihat betapa sulitnya hidup menjadi Perempuan. Perempuan yang mencoba mempertahankan kesucian dan harga diri, akan selalu diburu oleh para lelaki lelaki dengan ego tinggi dan pengecut. Potret menyedihkan dari fakta yang selalu ditolak masyarakat.

Buku ini juga terbilang unik, disebabkan ketiadaan nya tanda petik yang menandakan adanya dialog. Walau begitu, pembaca tetap bisa paham dialog yang diucap lakon lakon di dalam cerita dengan sangat jelas.
Profile Image for Adriana.
68 reviews12 followers
February 16, 2012
Midah, Simanis Bergigi Emas karya penulis lagenda Indonesia, Pramoedya Ananta Toer ini pertama kali diterbitkan pada 1954 di Indonesia. Ceritanya berputar disekitar Djakarta pada tanggal 50an mengisahkan perihal hidup seorang gadis manis yang bernama Midah. Midah datang dari sebuah keluarga yang berada dan kuat pegangan agamanya. Sedari kecil dia ditatang bagai minyak yang penuh oleh kedua orang tuanya, namun semua perhatian itu mulai pudar setelah kelahiran adik-adiknya. Dipendekkan cerita dia akhirnya dikahwinkan dengan sorang lelaki yang ternyata cuma menjadikannya sebagai seorang isteri yang entah keberapa. Kerana ketidakadilan rumah tangga, dia memilih jalan untuk lari dan membawa jasad yang mula terbentuk di bawah jantungnya di jalanan Jakarta. Lari dari suami, dari keluarga dan dari kemewahan. Demi minatnya terhadap nyanyian, dia mengikuti kumpulan nyanyian mengembara dari bandar ke bandar untuk mempersembahkan kelunakan suaranya. Dia dikenali dengan panggilan Simanis kerana senyumannya yang memikat sesiapa sahaja selain suaranya yang dianggap anugerah. Dari kemewahan ke jalanan pasti memberi seribu kepayahan kepada Midah, ditambah dengan kelahiran Djali, satu-satu anak kesayangannya. Namun Midah bukan gadis yang mudah menyerah dan mudah lelah. Baginya kehidupan jalanan yang liar dan ganas harus ditempuhi.

"manusia ini kenal satu sama lain, tapi tidak dengan dirinya sendiri" - Pramoedya Ananta Toer

http://jiwarasagelora.blogspot.com/20...
Profile Image for Raka Nouvel.
15 reviews1 follower
August 23, 2011
Khas Pramoedya Ananta Toer!!

Novel tentang sosial ini sangat dekat dengan kehidupan nyata kita. Bagaimana seorang yang alim namun ternyata kealimannya diliputi oleh kesombongan dan keserakahan mengakibatkan anaknya yang cantik dan manis memberontak pada kehidupan keluarganya.

Tidak tanggung-tanggung Midah langsung terjun di dunia jalanan, menjajakan suara emasnya demi rupiah tak seberapa. Namun dijalanan Midah belajar banyak. Belajar tentang kekuatan, tentang keadilan, tentang kebohongan, tentang cinta dan tentang tanggung jawab.

Kehidupan yang pilu yang dihadapi Midah membuatku tak pelak merasa tergores pula. Bagaimana tidak, saat naluri kepedulian kita tersentil saat itulah kita menyadari bahwa kaki kita telah menapaki kesombongan tiada surut. Menapaki keangkuhan dunia yang semrawut.

Mau sampai kapan?

Dan sebagai orang tua kita pasti tersindir bahwa perhatian yang berlebihan, kesenjangan cinta dan kasih sayang, menimbulkan banyak dampak pada buah hati kita tercinta.

Jangan sampai terlambat! Baca dan pelajari makna dari buku ini.

Mungkin sebagian orang tak biasa dengan kemasan yang dibawa Pramoedya, namun pelajaran yang dikandungnya bisa diambil oleh siapa saja. ya siapa saja yang berniat berubah ke arah kehidupan yang lebih baik.

Dan kehidupan yang lebih baik bukanlah kehidupan yang penuh gelimang harta dan pujian...tapi kehidupan yang memiliki arti tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi keluarga, anak cucu dan lingkungan sekitar.
Profile Image for Neti Triwinanti.
321 reviews82 followers
March 16, 2015
ini merupakan buku pertama Pramoedya Ananta Toer yang saya baca. Dan saya pikir,saya tidak kecewa.
Novel ini mnenyuguhkan kenyataan dan kepahitan hidup yang harus dihadapi oleh Midah, anak saudagar kaya yang relijius. Karena ketidakadilan yang dirasakannya, ia kabur dari keluarganya dan juga dari suaminya. Ia kabur ke jalanan jakarta ketika tengah mengandung anak dari penikahan paksa kehendak orang tuanya itu.
Dari novel ini saya belajar banyak tentang keteguhan hati dari tokoh Midah. bertahan pada prinsip hidup ketika berada di posisinya pasti sangat sulit, apalagi Midah mempunyai alasan yang cukup kuat untuk memberontak dari apapun dalam hidupnya.
Novel ini tipis, sekali baca habis, dan dituturkan dalam bahasa yang sederhana. Menurut saya ini keren karena isi ceritanya jauh dari sederhana.
Saya sedikit sedih (bukan kecewa) dengan akhir cerita tentang Midah (semua orang yang humanis pasti setuju dengan saya!). Tapi bukankah hidup ini memang demikian? akhiran novel ini justru yang membuat cerita tentang midah menjadi realis.
mengingat buku ini ditulis di era 1950an, saya pikir pengarangnya memang benar benar luar biasa. tidak heran buku ini mendapat belasan (atau bahkan lebih ya?) penghargaan di tingkat internasional. awesome!
Profile Image for Ancilla Irwan.
56 reviews10 followers
January 2, 2009
Pramoedya Ananta Toer puts the humanity and socio-economic issues.

Midah is the only daughter of a religious family. Haj Abdul is a public figure in the community where they live, and also a success businessman. Money is not a problem. However, He still has time for his family, his daughter especially. He always spend time together with Midah after he went home.

This situation was changed...
Haj Abdul wants to have son(s). He prayed diligently, but nothing. He, once said that he will give everything to have son(s). And God gives the temptation. God lets his wife to get pregnant over and over again, though it doesn't mention how many they have.

Like the old times, community considers social and creativity as nothing. Unimportant and useless. That's why Midah was slapped by her father after singing keroncong, though it was also because she sang non-religious song.

It reminds me how to speak up our mind and how big and endless our parents' love. "Normal" parents will do anything they can for their children. They will strive their best, no matter what!!!


Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
January 26, 2014
Memang sangat berbeda apabila dibandingkan dengan roman2 Pramoedya yang lain, terutama Tetralogi Pulau Buru-nya. Novel ini berkisah nasib perempuan Midah dengan keelokan, tetapi memiliki nasib kurang beruntung.
Pertama, dikekang hobinya yaitu menyanyi oleh ayah kandungnya snediri.
Kedua, dijodohkan dengan orang yang tidak disukai dan sudah beristri. Lantas lari dan ikut rombongan pengamen keroncong. Nasbnya terlunta-lunta, hingga bertemu dengan Pak Polisi Ahmad yang diam2 mengincar kemolekan tubuh Midah.
Ketiga, tentu menemukan kontradiksi ketika ia mencintai Ahmad tetapi Ahmad hanya mengincar nafsu. Dan akhirnya Midah menanggung kebuntuan untuk hamil meski tanpa ada suami.

Di Novel ini aku menangkap kasih sayang orang tua (Ayah Midah dengan Midah, dan antara Midah dan anaknya Djali serta yang masih dikandung). Meski sekali duduk habis ini novel, tetapi tidak mengurangi keindahan dan kecerdasan Pramoedya.

Hal utama yang sangat mencolok adalah Pramoedya tidak membubuhkan apostrof ("..") dalam kalimat langsung berupa percakapan si tokoh. Semua dinarasikan,
GREAT!
Profile Image for aynsrtn.
487 reviews12 followers
November 13, 2025
Tapi Midah menyanyi terus. Selama ada anak dalam kandungannya, setidak-tidaknya ia menyanyi untuk dirinya sendiri, untuk hatinya sendiri, dan untuk anaknya. p. 63

Midah adalah anak dari seorang haji. Agamis, rajin zikir, dan juga beribadah. Tetapi, Midah sebagai seorang anak haji, senang bermusik, senang bernyanyi, memiliki beberapa piringan hitam lagu-lagu keroncong kesukaannya, namun sayang seribu sayang dihancurkan oleh bapaknya sendiri. Musik itu haram. Alih-alih meraih mimpi sebagai pemusik, Midah malah dijodohkan dengan Haji Trebus. Kaburlah dia saat hamil demi meraih mimpinya.

Buku ini menyajikan kompleksitas hubungan antara orang tua—terutama ayah—dengan putrinya, kejamnya dunia di jalanan, dan harga yang harus dibayar untuk sebuah kebebasan dan pencapaian cita-cita.

Sejujurnya menurutku baik Midah maupun ayahnya itu sama-sama keras kepala. Dan penengah serta juru selamatnya adalah ibunya Midah. Mungkin naluri seorang ibu. Apalagi Midah dalam keadaan hamil, dan saat anaknya lahir, ia menggendongnya keliling saat mengamen. Hati ibu mana yang tiada terenyuh.

Tapi bapak kan seorang haji? Seorang saleh? Seorang beribadah?
Biar binatang sekalipun kalau dia anakku, dia tetap anakku-
Aku lihat dia sehat, hanya setelah menggendong anak nampak kurus. Tapi anaknya merah, sehat walafiat.
Tentunya dia tuan usir kalau datang kemari.
Sekali dua memang aku usir.
Anakku! Dari restoran ke restoran. Diusir di sini diusir ke sana! Anakku!
(p.69)

Tidak bisa anakku. Engkau harus maafkan mereka. Kalau engkau tahu bagaimana seorang tua harus membanting-tulang mencari penghasilan, engkau akan mengerti bagaimana keruh hatinya bila tak dapat diterima apa yang sudah meminta banyak dari tenaganya. Orangtua ingin kembali ke rumahnya yang damai, dimana ia beristirahat dengan senang. Pekerjaan sehari melelahkan. Dan kalau di rumah terjadi yang tidak menyenangkan, tidak menghiburnya, dia gampang marah. Maafkan mereka. (p.111)

Selain hubungan orang tua dan anak, di buku ini pun menggambarkan bagaimana relasi seorang wanita yang meskipun tegar dan kuat, tetap mendamba kasih sayang. Yang sayangnya, lagi dan lagi, Midah terjerat pada cinta yang salah.

Ahmad. Kalau di zaman sekarang, Ahmad itu inginkan cinta tapi tidak ada ikatan. Situationship. HTS final boss. Dan setelah tahu profesinya apa, owalah pantes adalah komen pertama yang terpikir olehku :""

Setidak-tidaknya aku mengerti, bukan engkau tidak mau mengakui anakmu sendiri. Bukannya engkau membimbangkan cintaku kepadamu. Tapi aku kini mengetahui bahwa seorang yang kucintai itu adalah pengecut yang tidak punya keberanian sedikitpun juga. Itupun aku tak menyesal, karena tak ada gunanya lagi. Biarlah semua itu. Hanya satu yang tidak akan terlupa olehmu: anak ini adalah anakmu. (p.110)

Midah, Midah, malangnya nasibmu. Kali kedua. Dan dua-duanya, hm. Kadang di beberapa momen, aku banyak "gemes" dengan Midah. Boh ya belajar dari pengalaman atau kenapa bisa memperjuangkan cita tapi tidak dengan cinta? Dan aku suka dengan counter ibunya Midah.

Aku tidak akan kawin dengannya. Dia hanya satu-satunya milik orangtuanya. Dan aku tak akan ajak dia tercemar.
Tapi kamu lebih suka membawa kita tercemar, ibu melontarkan panas hati.
(p.119)

Banyak kritis sosial di buku ini. Tentang yang taat beragama, tetapi bisa saja tidak mulus dalam hubungan dengan sesama manusia. Tentang perempuan yang berjuang demi cita-cita, bukan hanya lelaki saja.

Akhir kata, buku ini cocok bagi yang mau mulai membaca karya Pram. Hanya sekitar 130 halaman sekian. Meski begitu, ceritanya begitu padat karya. Tambahan: baca buku ini agak struggle karena tidak ada dialog tag. Jadi menerka sendiri mana saat berdialog dan mana saat sedang bernarasi.

⚘️ 4 bintang untuk tarian di depan lapangan kantor polisi.
Profile Image for Fionna Christabella.
46 reviews2 followers
January 31, 2021
📖 Judul Buku: ¬¬_*MIDAH, Si Manis Bergigi Emas*_
✍🏻 Penulis: Pramoedya Ananta Toer (PAT)
📇 Penerbit: Lentera Dipantara
📆 Tahun: 2003
📚 Tebal Buku: 138 halaman
🧕 Reviewer : Fionna Christabella
---------------------------
Midah, biduan berwajah manis bulat berkulit kuning dengan senyum yang mampu menawan hati semua lelaki, merupakan nama tokoh utama yang dipilih PAT untuk novelnya. Nama yang singkat dan mudah diucapkan. Novel ini ditulis di pertengahan 50an dengan setting ibu kota Djakarta. Lahir dari keluarga kaya, ayahnya bergelar Hadji bernama Abdul. Hadji Abdul pemilik usaha kulit yang cukup ternama. Ia adalah ayah yang taat beragama demikian juga dengan ibunya. Hadji Abdul penikmat fanatic music – music Arab dan Umi Kulsum adalah penyanyi favoritnya. Hampir setiap sore Hadji Abdul memutar piringan hitam di gramafon miliknya sementara Midah duduk di pangkuannya. Sampai umur 9 tahun Midah adalah anak tunggal keluarga tersebut. Sebagai anak satu satunya saat itu, Midah berlimpah kasih sayang dan perhatian. Akan tetapi, keadaan tersebut tidaklah berlangsung lama, adik – adik Midah lahir saat umurnya menginjak 11 tahun. Setelah itu, hampir setiap tahun ibu Midah melahirkan anak – anaknya, ada yang kembar lelaki sampai rumah Midah menjadi riuh. Adik – adik tersebut kemudian merebut kasih sayang dan perhatian yang pernah didapatnya dengan mudah. Segala upaya Midah untuk menarik perhatian ayah dan ibunya sia – sia. Bahkan ia cenderung diabaikan karena dianggap paling dewasa. Syahdan, Midah mencari perhatian di luar rumah. Ketertarikan ayahnya pada music ternyata menurun pada Midah, tetapi ia tidak hanya sekedar penikmat tetapi juga seniman music alami. Suatu hari ia bosan dengan suara Umi Kalsum, lalu ia tertarik dengan music keroncong karena rombongan pemusik jalanan yang ia lihat dan ikuti sangat menarik hatinya. Kebebasan, keleluasaan, keindahan dunia seakan melekat pada mereka. Oleh karena itu, ia memborong piringan hitam lagu – lagu keroncong dan memutar di rumahnya. Saat ayahnya mengetahui hal tersebut beranglah ayahnya dan memarahi Midah serta menghancurkan dan membuang semua piringan hitam keroncong dengan mengatakan bahwa Keroncong adalah haram. Peristiwa tersebut menggoncangkan hatinya, dan merubah pandangannya pada ayah dan ibunya. Ia menjadi gadis kecil liar. Ia mengurung diri kamarnya. Saat umurnya menginjak 18 tahun ia dinikahkan oleh lelaki pilihan ayahnya, Hadji Terbus dari Cibatok, tempat kelahiran ayah Midah. Lelaki berperawakan gagah, tegap, berkumis lebat tersebut ternyata memiliki bini yang tersebar banyak di seluruh Cibatok. Ini diketahui Midah saat mengandung tiga bulan. Tanpa pikir panjang, ia kabur dari rumah suaminya dan kembali ke Djakarta tetapi tidak berani kembali ke rumah orangtuanya. Selanjutnya cerita berkembang dengan kisah pengembaraan Midah berbadan dua menjadi penyanyi keroncong jalanan dengan panggilan _si manis bergigi emas¬_. Banyak hal ia lalui dengan keteguhan hati bahwa ia hidup utk dirinya dan anak yang dikandungnya.
PAT ingin memperlihatkan keteguhan tokoh perempuan lewat tokoh Midah, seorang yang tetap menjadi dirinya utuh meski hidup di jalanan dan tidur sekamar dengan beberapa teman lelakinya satu kelompok keroncong. Dalam pikiran Midah, ia pergi dengan utuh dan kembali kepada orangtuanya dengan keadaan tanpa kekurangan suatu apapun. Apakah Midah sanggup mempertahankan prinsip hidupnya tersebut? Dan apakah Midah akan kembali pada orangtuanya ? Semua akan terjawab di akhir cerita.
Displaying 1 - 30 of 208 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.