Jump to ratings and reviews
Rate this book
Rate this book
Sebagai pencinta warna biru, mengunjungi Chefchaouen—Blue
City negeri Maroko—adalah impian bagi Nada Aleema Shahrir.
Pucuk dicinta ulam tiba, abangnya berencana berbulan madu ke
Maroko dan menawarinya ikut serta. Tentu saja Nada girang. Di kota
cantik itu dia berharap bertemu kembali dengan Haykal Baztar Malik,
pria yang sekian lama diam-diam sulit diusir dari hatinya.

Tak dinyana, setiba di sana, sebuah paket istimewa menunggu
Paket istimewa itu bernama Noemie Anderson. Seorang model
sekaligus pengusaha. Lahir dari rahim seorang wanita Maroko
yang menikahi pria berdarah Eropa. Berpenampilan ala Kendall
Jenner versi Timur Tengah, plus baik hati, cerdas, dan lucu.
Noemie mendatangi Nada lantaran ingin kembali mengenal
Islam. Mana mungkin Nada menolaknya?

Masalahnya, Noemie melekat pada Haykal seperti lintah.
Mereka adalah partner kerja sekaligus kawan lama. Mau
tak mau, kehadiran Noemie adalah ganjalan bagi Nada yang
menyimpan asa pada Haykal, yang menurut Rania, sahabatnya,
adalah buaya darat/playboy cap tikus busuk/serigala berkedok
hamster.

Dihujani perhatian Haykal yang memabukkan, dikepung
Kota Biru yang romantis, apakah Nada masih cukup waras untuk
menentukan keputusan?

236 pages, Paperback

First published May 23, 2016

8 people are currently reading
111 people want to read

About the author

Irene Dyah

8 books15 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
24 (20%)
4 stars
40 (34%)
3 stars
34 (29%)
2 stars
12 (10%)
1 star
5 (4%)
Displaying 1 - 28 of 28 reviews
Profile Image for Christian.
Author 32 books840 followers
January 2, 2019
sebelum reviu, ada baiknya dimulai dengan penjelasan kenapa buku ini ada di tangan abang:
1) buku ini dikasih orang.
2) karena terlalu pusing baca e-book di jalan, jadilah abang terpikir untuk mengisi waktu dengan membaca buku ini.
3) sama sekali nggak ada ekspektasi. abang juga belum pernah baca karya lain si penulis.

here comes the review:

1) kebiruan buku ini benar-benar ngalahin semua season blue's clues dan discography boyband blue. nggak hanya judul, warna sampul, judul per bab, warna kesukaan tokoh utama pun biru. kalau itu nggak cukup annoying, kebiruan kota biru ini pun disebut-sebut terus di cerita.

cth:
kota ini memang biru.
biru yang begitu biru, juga baby blue dalam lanskap berbukit yang menawan.
berada di tempat ini, bahkan seorang jelmaan smurf seperti nada pun tidak tampak cukup biru.
seolah seluruh color palette di kota ini hanya mengenal satu warna. biru yang indah.
[...]
punggungnya meremang. seolah ada sepasang mata mengamatinya dari balik labirin biru yang rapat ini. perasaan lama yang cukup dia kenal.
(halaman ix)

"kalau di daerah sini, blue city-nya nggak terlihat biru sekali, ya? jalannya pakai tegel dan batu-batu biasa. terus banyak warna lain di bangunannya. kupikir tadinya, seluruh blue city ini biru. ternyata ada juga yang tidak. hm."
(halaman 27)

di batas horison, pegunungan rif membentuk siluet kebiruan yang lebih tua. dan di kakinya, terhampar sang kota biru. biru dalam berbagai gradasi, diseling warna gelap dari pepohonan di sela petak-petak rumah.
(halaman 65)

i get it. tapi nggak perlu lah ya segala yang biru-biru itu dijelaskan kebiruannya satu per satu seperti di lirik i'm blue (da ba dee da ba die)-nya eiffel 65.

2) sampai ke pertengahan novel, abang tetap nggak bisa menangkap konflik utama ceritanya. bahkan ketika menggeser ekspektasi jadi 'siapa tahu penulis mencoba memakai tipe bercerita slice of life', tetap saja novel ini terasa lebih banyak lanturan dan kurang mengeksplorasi hubungan tokoh utama (nada dan haykal). gejala lainnya adalah ketika karakter utama lebih banyak membicarakan orang atau hal lain ketimbang diri mereka masing-masing, abang langsung berasumsi ini adalah filler, pengendur tension cerita. nah, kalau kebanyakan filler-nya, namanya apa dong?

3) jadi ada adegan haykal menolong nada supaya nggak keserempet. tapi karena gesture-nya berupa pelukan, nada menyalahartikan cowok itu melecehkan dirinya. emosi tahap satu: reaksi nada sampai menampar segala terlalu berlebihan. seandainya haykal out of the blue main peluk or something, abang setuju banget kalau nada balas dengan kasar. enak aja! tapi ini ada di momen nyaris keserempet. justru ya itu cowok wajib dihajar seandainya dia membiarkan saja nada kecelakaan. emosi tahap dua: setelah dijelaskan panjang lebar situasinya oleh haykal, teman nada memutuskan untuk jadi penengah. cuma ya, waktu dia menjelaskan... (halaman 104)

"itu kan cuma pelukan perlindungan, nada! dia hanya melakukan kewajibannya. tanpa bumbu nafsu. jadi kamu tak perlu merasa berdosa." (sampai di sini, masih normal. tapi kalimat-kalimat berikutnya, omaigat!) "itu bukan pelukan pelukan manis di bawah hujan... dengan suara merdu titik-titik air menyentuh bumi terdengar seolah soundtrack yang membuai, cahaya lampu yang temaram membuat kalian berdua terhanyut oleh perasaan,semakin merapat, mata dan mata bertaut...."

(yha, dese malah berdeklamasi. -_-")

4) ketika beberapa kali menemukan kutipan ayat suci di dalam cerita, abang beranggapan penulis punya agenda untuk menggiring novel ini ke arah genre inspirational/islami. nggak ada yang salah tentang itu, tapi justru unsur agama itu yang malah membuat konfliknya terasa dipaksakan.
kasarnya, novel ini bercerita tentang nada bertemu clbk-nya di kota biru (da ba dee da ba die) bernama haikal. nah, ternyata haikal ini sudah punya seseorang bernama noemie. bagian nggak masuk akalnya muncul ketika nada mendorong/setengah memaksa haykal untuk memilih noemie ketimbang dirinya. (halaman 164) kalau ini kasusnya cinta segitiga seperti di novel ayat-ayat cinta, yang salah satu dari tokoh perempuannya beragama nonmuslim, ngotot-ngototan untuk mendorong tokoh laki-lakinya mengingat misi sebagai imam amatlah masuk akal. nah ini, nada-haykal-noemie sama-sama muslim. jadi, kenapa nada segitu ngototnya menyuruh haykal menjadi imam untuk noemie?

the exact dialogue:
"dan aku harus mengorbankan diri menikahi wanita yang tidak kuinginkan?"
"ini jihadmu, haykal! ini jalanmu untuk membimbing seseorang ke dalam islam!"

tapi menjelang ending, yang terjadi adalah noemie menyemangati haykal untuk memperjuangkan cintanya pada nada. dan ketika bertemu lagi dengan haykal, nada menerima dengan tangan terbuka.
abang langsung mengernyit. "ehem, 'scuse me, little girl... kengototan di halaman 164 tadi apa kabar? kok ngana semacam amnesia ya jadinya?"
dan oh ya, abang berharap nada dan haykal ingat 'beban' tentang noemie yang harus ada yang membimbing supaya kembali mendalami ilmu agamanya. tapi sejak haykal melamar sampai ending, kesan yang keluar justru la-la-la-la-gue-dan-haykal-crazy-in-love-right-now-happy-forever-nggak-peduli-apa pun. noemie yang malang benar-benar dilupakan.


yah, begitulah.
sekarang, giliran ngasih saran buat penulisnya:
1. tema traveling nggak terlalu cocok dipasangkan dengan konflik komitmen/pernikahan yang notabene tergolong kategori 'berat' di genre romance. kalau si karakter homestay atau kuliah di luar negeri, memakai konflik itu masih memungkinkan. tapi kalau si karakter berada di kota asing dalam hitungan hari saja, sebaiknya pilih subkonflik yang lebih ringan dan time wise. fling romance, perjalanan menemukan jati diri, dan petualangan adalah beberapa di antaranya.

2. elemen kerohanian sebaiknya sudah dikenalkan sejak awal, jadi pembaca bisa mengatur ekspektasi mereka tentang novel ini. kalau di tengah-tengah rohani begini kan kesannya jumping. agak mengingatkan abang dengan pola film bollywood sebelum era kuch kuch hota hai. happy-happy-dancing di awal, ada-yang-mati-polisi-vijay-datang-air-mata-bercucuran-petir-dan-hujan-deras dari pertengahan cerita hingga akhir. padahal, dilihat dari cara mengolah elemen keislamiannya, menurut abang udah oke kok cara menyisipkannya di dalam adegan dan percakapan. selain nggak terlalu menggurui, juga memberi abang satu-dua ilmu baru tentang relationship di dalam agama islam. thumbs up for that.

3. ending-nya... meskipun happy ending, kurang menggigit deh. belum lagi karena noemie yang malang itu nggak dibahas-bahas lagi. padahal, sepanjang cerita, cewek yang konon digambarkan penulis sebagai 'kendal jenner-nya maroko' diposisikan sebagai batu sandungan bagi hubungan nada dan haykal.

4. porsi kebiruan di novel ini bisa dikurangi hingga setengahnya deh. serius. bahkan ketika membuka buku ini secara random pun, abang bertemu lagi dengan si virus biru.

lalu pada satu titik, mulai bermunculan pintu-pintu biru di tengah deretan tembok kecokelatan. dan pintu-pintu itu semakin banyak, semakin biru. biru dalam berbagai intensitas warna. akhirnya, mendadak dia seperti berada dalam akuarium raksasa yang sangat biru. biru 360 derajat, ke mana pun dia menatap. jalan berbatu yang biru, tembok biru di sekelilingnya, juga langit biru yang mengatapi kota. (halaman 124)

OMAIGATTT!!! *pengsan di pelukan neytiri*

mwa mwa,
CHRISTIAN SIMAMORA
Profile Image for Maggie Chen.
145 reviews85 followers
July 11, 2017
[BOOK REVIEW/SPOILER FREE] Love in Blue City by Irene Dyah https://youtu.be/FRfRcNx4jR4 via @YouTube
-------------------------
Idk ... I love it but hate it at the same time. Klimaksnya engga banget karena Nada malah terlihat so stupid dan brainless. Idk. Mungkin aku aja yang kurang mengerti seputar hal yang diungkit di klimaks. But for me, yah....
Profile Image for Alya Nfz.
45 reviews
May 28, 2016
“Sudahlah. Jangan meminta terlalu banyak. Sayang-sayang itu harus diperjuangkan. Bukan hal yang bisa diminta sewaktu-waktu seperti baju obralan yang tak laku.” -Nada (Halaman 132)

"Jadi sayang itu harus diperjuangkan ya. Kalau begitu, beri aku kesempatan untuk memperjuangkan sayangmu." -Haykal (halaman 135)

***

Tristan berencana mengajak Nada untuk ikut serta dalam acara bulan madunya di Maroko, namun rencana tersebut harus ia batalkan karena isterinya yang tiba-tiba mengalami morning sickness—gejala awal kehamilan. Tristan pun meminta Rania untuk mengantikannya menemani Nada ke Maroko.

Maroko mempertemukan kembali Nada dan Haykal dalam satu kota, Chefcahouen–sebuah kota biru yang terletak di barat laut Maroko. Namun, kali ini kedatangan Haykal ke Maroko tidak sendirian, melainkan bersama model cantik bernampilan ala Kendall Jenner versi Timur Tengahnya, Noemie Anderson.

Pertemuannya dengan Nada membuat Noemie ingin kembali mengenal islam. Noemie meminta Nada untuk mengajarinya karena islam adalah hadiah terakhir peninggalan ibunya. Keputusan Nada dalam membantu Noemie mengenal islam kembali membuat hubungannya dengan Haykal menjadi bimbang. Antara mengakhirinya atau tetap mempertahankannya.

Keputusan apa yang mereka pilih? Dan, bagaimana akhir dari kisah cinta mereka di kota biru?

***

Saya menyukai tema islam yang diangkat ke dalam cerita, tentang Noemie yang ingin kembali mengenal islam setelah kepergian Ibunya. Saya ikut tersentuh mendengar kisah Noemie tentang agama islam di kotanya, Paris. Bagaimana orang-orang terkadang memandang sebelah mata ibunya dan keluarganya yang beragama islam.

Dengan sabarnya ibunya Neomie tidak marah dalam menyikapi masalah tersebut. Saya sebagai muslim ikut bangga, sedih, dan juga bersyukur karena saya tidak tinggal di wilayah yang mayoritasnya non muslim. Namun, semenjak zaman mulai berubah, beberapa orang mulai menerima islam dan tidak menganggapnya sebelah mata lagi.

Namun, yang sayangkan adalah kisah Noemie yang ingin berubah menjadi sesosok muslim yang sesungguhnya tidak terlalu dibahas lebih jauh lagi. Hanya baru keinginannya belajar islam kembali melalui Nada. Sebenarnya, saya berharap bisa melihat perubahan Noemie.

Di novel ini, kita juga bisa melihat perkembangan hubungan Nada dan Haykal. Bagaimana Nada mulai membuka hatinya kepada Haykal walau terkadang masih sering ia sembunyikan dengan sifat pemarahnya. Dan, Haykal yang berusaha memperjuangkan cintanya. Namun, yang saya kurang sukai adalah keputusan Nada mengenai hubungannya dengan Haykal menjelang akhir cerita. Kasihan Haykal mending sama saya saja:(( *dipukul Nada pake tasnya yang seberat 2 ton*

Selain itu, Love In Blue City juga mengajak kita menjalajahi keindahan kota Chefchaouen yang sarat akan nuansa birunya. Belum dengan judul setiap babnya yang menggunakan aneka nama warna biru, menambah nuansa biru dalam buku ini. Deksripsi mengenai latar cerita dalam buku kedua juga lebih mendetail dan tetap dalam takaran yang pas sehingga tidak membuat saya merasa bosan.

Untuk lebih lanjutnya bisa melihat di http://vancapella.tumblr.com/post/144...

Selamat membiru bersama Nada dan Haykal!><
Profile Image for Shirley.
923 reviews81 followers
July 18, 2016
Sukaaaaa, akhirnya setelah ditunggu tunggu terbit juga and successfully makes me smile from ear to ear, laughing out loud, and make my heart ache :D
but seriously where can i get a husband like Haykal or brother like Tristan? i want one

Melanjutkan kisah Nada yang rencananya ikut abangnya, Tristan, dan istri bulan madu ke Eropa & Maroko tapi akhirnya pergi ke Maroko berdua dengan Rania karena istri Tristan (kak Mayu? maaf lupa namanya karena hanya disebutkan sekali) sedang hamil. Nada pun sampai di Chefchaouen atau yang dikenal juga dengan Blue Pearl atau Blue City, kota yang dia dambakan sebagai seorang maniak warna biru sekaligus tanpa bisa dipungkiri ingin bertemu dengan Haykal yang tinggal di Chefchaouen.
Nada pun bertemu dengan Haykal tapi di pertemuan pertama mereka di Chefchaouen Haykal tidak sendirian, ada Noemie seorang model dan pengusaha berdarah Maroko-Perancis yang terlihat sangat akrab dengan Haykal dan membuat Nada cemburu & sakit hati setiap melihat mereka berinteraksi sangat akrab.tapi sikap Haykal kepada Nada tidak berubah malah Haykal semakin menunjukkan ketertarikannya terhadap Nada, Nada pun yang tadinya sangsi akhirnya luluh dengan perhatian Haykal namun tanpa sengaja Nada mendengar sebuah percakapan yang seharusnya tidak dia dengar dan membuat adanya konflik antara Nada dan Haykal yang sama-sama keras kepala.

Seperti buku pertamanya Love in Marrakech kental dengan unsur hubungan keluarga/kakak adik antara Tristan yang selalu protektif terhadap Nada, adik satu-satunya, membuat Tristan sebagai sesosok abang idaman (lol), selain itu unsur pertemanan juga sangat terasa, sosok Rania yang terlihat carefree dan frontal dengan pikirannya seketika berubah sangat protektif dan penuh pemahaman & perhatian ketika Nada membutuhkannya, bahkan mungkin Rania siap menghajar orang-orang yang mengganggu Nada tanpa ampun, Rania merupakan sosok sahabat yang baik. Selain pertemanan Nada dan Rania, ada juga pertemanan baik antara Haykal dan Noemie yang sudah seperti keluarga. Oh, di chapter akhir Tristan bener-bener seimbang banget jadi seorang teman yang tetap menjaga silaturahmi dengan sahabat lamanya, Haykal, sekaligus menjadi kakak yang baik dan jahil untuk Nada, kelakuan seperti itu nyata banget,haha.

Salah satu hal yang paling aku sukai dari kak Irene Dyah pada seri ini selain kata-kata bijaknya adalah selera humor dan pemilihan katanya yang sukses bikin saya ketawa geli sendiri membacanya. Karakter Haykal yang dibuat ngeselin tapi ngegemesin, Nada yang galak tapi lembut, dan Rania yang 'nyeleneh' tapi protektif sukses buat buku ini jadi salah satu favorit aku, dan aku bakal kangen dengan kisah mereka. Semoga kak Irene membuat kisah lain yang sama atau lebih seru lagi dari Love in Marrakech & Love in Blue City :DD
ps. Saya penasaran dengan kelanjutan kisah Noemie bahkan saya ingin tahu bagaimana kisah Rania selanjutnya ;p
Profile Image for Fikriah Azhari.
362 reviews142 followers
August 1, 2016
"Memangnya kamu pikir aku ini semacam bidak catur yang bisa kamu pindah-pindahkan semaumu sendiri?" - halaman 165.


Nada bertemu lagi dengannya, Si Pangeran Maroko. Semenjak perpisahan mereka di Marrakech dulu, memang keduanya tak pernah berkomunikasi lagi. Nada pun baru tahu, bahwa ternyata Haykal saat ini berada di Chefchaouen.



"Kenapa aku jadi begitu menginginkan seseorang yang bahkan belum Kauhalalkan untukku?" - halaman 198


Ada rasa excited, saat Nada tahu bahwa dirinya akan bertemu Haykal di sana. Namun, semua itu seketika hilang ketika melihat seorang 'Kendall Jenner versi Timur Tengah' yang diperkenalkan Haykal sebagai Noemie, 'temannya'. Mereka berdua terlihat sangat dekat dan akrab.



Dan perasaan apakah sebenarnya yang dirasakan Nada saat melihat kedekatan mereka? Bukankah di antara dirinya dan Haykal tak ada apa-apa?



Di saat semuanya sudah membaik, di saat Nada sudah berdamai dengan Haykal, di saat keduanya sudah akan bercengkrama dengan kepala dingin, Nada tanpa sengaja mengetahui satu fakta. Fakta di mana ia merasa harus menempatkan dirinya sendiri sebagai seseorang yang tak boleh egois. Sebab, nyatanya Noemie lebih membutuhkan Haykal dibanding dirinya sendiri.



Maka, apakah dengan bertindak tidak egois merupakan pilihan yang tepat bagi Nada?



***

"Jangan meminta terlalu banyak. Sayang-sayang itu harus diperjuangkan. Bukan hal yang bisa diminta sewaktu-waktu seperti baju obralan yang tak laku.” - hal 132


Masih seperti Love In Marrakech yang merupakan pendahulunya, Love In Blue City ini dibawakan dengan bahasa santai.



Deskripsi mengenai Blue City membuatku ingin berkunjung ke sana suatu hari nanti. Aku menikmati alurnya, hubungan persahabatan Nada dan Rania juga terasa di sini. Meskipun interaksi Haykal dan Nada masih belum bisa dikatakan adem adem di buku ini.



Jujur, Nada di buku ini 'anu' banget. Apa ya? Aku kezel liat dia. Dia itu semacam nggak bisa ngontrol dirinya sendiri.



Untuk Noemie, aku suka dengan tokoh ini. Terlihat sangat bersahabat. Dan entah kenapa, penggambaran Noemie buatku adalah sosok Raline Shah

Profile Image for Nela Indah.
44 reviews
May 30, 2016
Sepasang novel love in marrakech dan love in blue city, sukses bikin pengen ke Maroko dan ketemu Haykal. Hahaha. Paling bagus diantara Around The World with Love series lainnya.
Profile Image for Nola Andriyani.
180 reviews
June 20, 2018
🌟3,9/5

"Hidup ini selalu indah kalau kita pandai bersyukur. Kalau kita ikhlas menerima skenario Tuhan, apa pun bentuknya. Kan kadang yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Dia. Seberapa pun kita menginginkan sesuatu dan berusaha keras mendapatkannya, kalau itu mengingkari takdir, ya pasti luput." (hlm 192)
.
.
Kisah Nada dan Haykal berlanjut ke Kota Biru. Dengan memakai alasan ikut honeymoon Tristan dan datang ke kota yang wajib dikunjungi pecinta warna Biru, Nada pun berangkat ke Chefchauoen bersama Rania, sahabatnya. Disana ia kembali bertemu dengan Haykal, namun Nada menemukan Neomie--seorang wanita cantik nan anggun bak model Victoria Secrets yang selalu menempel disisi Haykal. Padahal Nada sudah yakin akan perasaan terhadap Haykal.
.
.
Pertama aku mau jelasin Chefchaouen atau Kota Biru adalah salah satu kota di negara Maroko. Di kota ini hampir tiap bangunan warnanya biru dengan berbagai macam warna biru dari terang sampai gelap. Pecinta warna biru bisa masukin kota ini sebagai salah satu destinasi wajiblah.
.
.
Buku kedua kisah Nada dan Haykal dan masih jatuh cinta terhadap keduanya. Konflik, alur, pace, dan sebagainya masih tetap buat aku nyaman dan menikmati buku ini. Detail keindahan kota Chefchaouen juga dijelaskan dengan sangat baik. Sayangnya harapan aku akan buku ini yang memuat nuansa religi lebih kental daripada buku pertama nggak aku dapatkan. Perbandingannya masih sama hanya dijelaskan Nada dan Tristan cukup taat, tapi kenapa Nada diem aja waktu Haykal peluk? Duuh... Aku suka dengan ide penulis yang memberi judul bab dengan berbagai macam nama warna biru. Dari mulai biru yang terang dan lembut, sampai biru gelap yang anggun.
.
.
Interaksi dan chemistry tiap tokoh makin kuat dan manis, terutama Nada-Haykal dan Nada-Rania. Tapi aku merasa dengan keberadaan Neomie, keberadaan karakter Nada agak tenggelam yaa (?) tapi aku bahagia karena keberadaan Rania yang bestfriendgoals banget. Rania ini nonmuslim, tapi sangat menghargai muslim terutama Nada.
.
.
Well, buku ini masih tetap recommended dari aku untuk yang mencari bacaan yang ringan tapi manis. Buat yang mau ngasih thr kedua buku kisah Nada dan Haykal ini aku terima banget lhoo...
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
June 22, 2016
Haykal sama Nada masih sama kocak, tengil plus keras kepala kayak di buku sebelumnya. Review lengkap menyusul ah

--------------------------------------------------------------------------

Jadi, sayang itu harus diperjuangkan ya. Kalau begitu, beri aku kesempatan untuk memperjuangkan sayangmu.


Masih ingat perjalanan Nada dan Haykal di Marrakech, Maroko? Kali ini kita akan menemani mereka menjelajahi kota biru –Chefchaouen- masih di Maroko. Bedanya, kali ini Nada ditemani Rania, sahabatnya yang paling cerewet, doyan belanja tapi juga baik hati. Sedangkan Haykal ditemani oleh Noemie, model yang cantiknya luar biasa sampai membuat Nada langsung cemburu saat melihatnya.

Jadi begitulah, isi perjalanan Nada dan Haykal lebih banyak diisi dengan rasa cemburu Nada tetapi tak juga dipahami oleh Haykal. Yeah, Dasar Laki. Terlebih lagi, si Noemie ini selalu menempel di dekat Haykal. Memang sih mereka berdua sedang mengerjakan sebuah boutique hotel di kota itu, jadi ya mungkin saja kedekatan mereka sebatas sahabat dan rekan kerja biasa, ya kan?

Eng.. tapi sebenarnya nggak juga sih. Soalnya, Si Noemie sama Haykal ini mesra banget kalau jalan berdua. Nada yang makin murung tiap harinya, akhirnya patah hati, karena Haykal tidak bisa memberi ketegasan sebenarnya apa hubungan dia dengan Noemie.

Terus gimana donk nasib Nada? Masa jauh-jauh ke Maroko Cuma buat ngerasain cemburu plus patah hati?

Sama seperti buku pertamanya, Love in Marrakech, kali ini saya puas baca Love in Blue City. Bahasanya asyik untuk diikuti, bikin ketawa-ketawa sendiri kalau membayangkan betapa kocak dan polosnya Nada dan penuh pedenya si Haykal. Tapi sebenernya agak bosen juga sih karena Si Nada bawaannya sedih mulu, mungkin karena dia memang punya karakter melankolis, mellow dan sensitive gitu kalik ya. Makanya dia moody banget tiap ketemu Haykal dan Noemie.

Tapi di buku ini ada Rania, dan dia dengan keceriaannya, kecuekannya, membuat cerita suramnya Nada nggak jadi suram-suram amat lah. Malah kadang sering bikin ngakak. Rania ini kalau beneran ada, merupakan tipe sahabat yang harus dipertahankan. Di balik keslengeannya, dia sabar, perhatian, juga amat menjaga Nada. Udah gitu dia juga pengertian, ada satu adegan di saat Nada bener-bener butuh sendiri, Rania ini nggak ngganggu sama sekali. Ia memberikan privasi sepenuhnya kepada Nada sampai yakin sahabatnya itu baik-baik saja.

Untuk latar tempat, lumayan terbangun juga loh di buku ini. Dan bagi saya yang doyan ama warna biru, membaca cerita berlatar blue city adalah sebuah kepuasan tersendiri. Yah, siapa tahu suatu saat saya bisa jalan-jalan beneran ke sana. Ya kan? ((Amiiiin. Eh, amiinin doonk))

Sayang sepertinya cerita Nada dan Haykal berakhir di sini. Tapi tetap aku tunggu novel-novel Mba Irene berikutnyaa. :)


Profile Image for Oktabri.
147 reviews4 followers
June 16, 2016
SALAAM FROM BLUE CITY OF MORROCO.

Berawal dari tawaran abang dan kakak iparnya—yang tiba-tiba batal pergi di saat-saat terakhir—Nada terbang ke Chefchaouen atau Blue City bersama sahabatnya Rania. Selain itu, sebagai pecinta sejati warna biru, Nada dibuat penasaran dengan indahnya pesona warna biru di kota tersebut. Namun, dirinya pun penasaran untuk ke kota itu karena fotonya yang dulu diambil Haykal di padang pasir—baca juga Love in Marrakech untuk cerita lengkapnya—mejeng di sebuah blog dan si pemilik blog itu, orang aneh bernama Price of Morroco, mengatakan jika pemilik asli foto itu kini tengah menetap di Blue City.

Perjalanan berburu Haykal itu rupanya jauh lebih mudah daripada yang dia sangka karena pemuda itu pun menanti kedatangannya di Blue City. Yang tak Nada tahu sama sekali ialah status pemuda itu masihkah single seperti waktu mereka berpisah terakhir kali, karena kini ada Noemie yang cantik berdiri begitu rapat di sisinya.

Gerak-gerik dua orang itu begitu mencurigakan, membuat Nada dan Rania menduga-duga hubungan semacam apa yang mereka miliki. Keduanya tak segan saling bertukar pujian, panggilan mesra, bahkan saling bersentuhan fisik di muka umum. Ketidaksukaan Nada pada sosok Noemie yang hadir begitu tiba-tiba—atau dirinya yang tiba-tiba muncul di antara mereka berdua?—terpuntir dan berputar balik kala Noemie menyatakan dirinya ingin mengenal dekat Nada karena sosoknya yang mengingatkan Noemie pada sang ibu yang sangat islami, menjaga aurat dengan berhijab dan berlaku santun.

Perjalanan Nada dan Rania mengelilingi Blue City yang sesekali ditemani Haykal atau Noemie ataupun keduanya sekaligus disajikan dengan cukup baik. Sebagai pembaca, aku cukup memahami saat Haykal dan Nada ditinggal bedua saja di sebuah restoran—Raina pulang duluan karena sakit perut dan Noemie ingin menemui temannya lebih dulu—dan mereka pulang dalam keadaan kehujanan, kala Haykal berusaha menyelamatkan Nada dari tabrakan segerombolan orang yang terburu-buru karena hujan dan berakhir dengan tamparan. Nada menjaga dirinya dengan baik, agama tak mengajarkannya untuk biasa bersentuhan dengan lawan jenis, apalagi sampai berpelukan seperti yang dilakukan Haykal padanya—meski sekadar untuk menyelamatkannya dari tabrakan orang-orang saja.

Sepanjang cerita, aku justru dibuat kagum dengan sosok Noemie dan Rania. Meski Noemie sudah cukup jauh dari Islam, dia memutuskan untuk kembali mempelajari agama tersebut melalui Nada, demi kecintaannya pada sang mama. Meski di masa mudanya dia menyaksikan bagaimana mamanya yang dimaki hanya karena satu kesalahan kecil hanya karena pakaiannya yang berbeda dari orang lain di lingkungan sekitar mereka.

“Mama adalah wanita yang manis dan menawan. Berada di dekatnya pada musim panas, kamu akan merasa sejuk. Sebaliknya, duduk di sebelahnya pada musim dingin, kamu bakal menikmati kehangatan. Seperti itulah aku mengingat mama.” — 81

“Suatu ketika Mama kerepotan memarkir. Mobilnya menghalangi jalan. Dari jendela sebuah mobil tahu-tahu muncul kepala seorang bapak yang tampak gusar. Dia meneriaki Mama dengan kasar, ‘Dasar primitif, tidak becus menyetir. Pulang saja kamu ke Arab sana, naik unta!’” — 115

Rania yang sepanjang cerita Love in Marrakech hanya hadir dalam pesan-pesan singkat, obrolan di telepon, dan pemikiran-pemikiran Nada saja, di buku ini hadir utuh dan menemani Nada hampir ke manapun dia pergi di Blue City. Sebagai sahabat yang sedikit lebay dan blak-blakan, aku menyukai Rania karena toleransinya yang tinggi. Meski tak gamblang disebutkan agama yang dia anut, jelas sekali Rania dan Nada saling menghormati meski keyakinan mereka berbeda. Rania pun bisa menjadi penasihat yang paling bijak manakala Nada membutuhkan. Dan jangan lupakan betapa antusiasnya dia saat aka/sedang berbelanja.

“Kalau memang sesakit itu, kenapa tidak kamu ambil jalan yang lebih mudah? Kamu lanjut saja dengan Haykal. Tidak perlu terlal memikirkan Noemie. Kita tidak bisa kan selalu menyenangkan orang-orang di sekitar kita. Hidup memang tidak sempurna. Jadi, tidak ada kewajibanmu untuk selalu memikirkan orang lain.” — 193

Jika mau dibandingkan antara Love in Marrakech dan Love in Blue City, aku lebih menyukai Love in Blue City karena berhasil tampil sedikit lebih baik daripada Love in Marrakech. Masalah besar yang membuat Nada kabur ke Marakesh akhirnya selesai dengan baik dan terbukti dia bisa hidup dengan baik-baik saja meski misinya menggagalkan sebuah pernikahan telah gagal—misi semacam apa itu? Baca di love in Marrakech.

Bagian yang menurutku jauh lebih baik adalah aku sudah cukup kenyang dengan bijak dan sempurnanya Haykal di buku sebelumnya, tetapi di buku ini dia tampil baik-baik saja meski tak begitu banyak berubah. Dia konsisten. Juga sama dengan Nada, dia tetap keras kepala dan senang berspekulasi sendiri tanpa benar-benar bicara atau mencari tahu untuk membuktikan. Namun, itu sudah menjadi khasnya Nada, dan menurutku penulis telah berhasil membangun karakternya dan tak mendadak berubah tanpa sebab di pertengahan cerita.

Yang justru membuat buku ini beberapa tingkat lebih baik adalah hadirnya Noemie dan Rania yang sudah kujabarkan kelebihannya di atas, mereka berhasil membuat Love in Blue City hadir lebih semarak. Terlebih lagi berbagai macam variasi color shade biru sebagai judul bab sangat sejalan dengan judul dan sampulnya yang cantik.

Sayangnya, naiknya level cerita Love in Blue City diiringi beberapa hal yang menurutku mengganggu. Yang pertama, perubahan gaya penceritaan yang di buku sebelumnya menggunakan sudut pandang orang pertama (POV1) bergantian antara Nada dan Haykal, menjadi orang ketiga (POV3) di buku ini. Sebetulnya hal ini bukanlah merupakan sebuah kekurangan karena aku pun memahami, karena hadirnya karakter baru yang cukup banyak dan cerita yang terjadi tak melulu di antara Nada dan Haykal, penggunaan sudut pandang orang ketiga akan lebih efisien. Namun, hal ini membuatku kesulitan merasakan emosi Nada yang keras dan Haykal yang cara berpikirnya sama dengan tingkah lakunya sendiri, bengal. Kedua, ada beberapa typo atau salah pengetikan yang mengganggu, yaitu di halaman 39, tertulis merubah, padahal seharusnya mengubah. Pada halaman 107, Nada mengenyit, bukannya mengernyit.

Di halaman 109 terdapat kalimat rancu, “sementara sekelilingnya adalah para ajudan...” yang barangkali akan lebih baik jika diselipkan ‘di’ di antara sementara dan sekelilingnya. Dan pada halaman 154, ketika Haykal memerhatikan Nada, dinarasikan dengan ‘matanya yang tertunduk’ menurutku akan lebih baik jika disampaikan dengan lebih pasti, apakah kepalanya yang tertunduk atau sorot matanya yang jatuh ke bawah.

Untuk menutup resensi Love in Blue City ini, aku akan mengulangi kembali kalimat yang sama yang kugunakan untuk menutup resensi Love in Marrakceh, novel ini cukup keren bagi yang ingin membaca cerita perjalanan yang tak melulu berisi deskripsi tempat seperti buku catatan perjalanan dan menyuguhkan romansa yang tidak berlebihan. Pasang surut perasaan Nada pada Haykal di sini jauh lebih pasti karena Haykal pun telah terang-terangan menyatakan perasaannya pada gadis itu, meski tetap ada masalah yang merintangi hubungan mereka. Masalahnya apa? Noemie? Atau... Daripada penasaran, silakan dinikmati sendiri di Love in Blue City.

“Sudahlah. Jangan meminta terlalu banyak. Sayang-sayang itu harus diperjuangkan. Bukan hal yang bisa diminta sewaktu-waktu seperti baju obralan yang tak laku.” — 132


bisa juga dibaca di sini https://setopleskata.wordpress.com/20...
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Seffi Soffi.
490 reviews142 followers
June 1, 2018
Kisah ini lanjutan dari Love in Marrakesh, ya masih dengan Nada dan Haykal. Setelah pertemuan terakhir beberapa tahun yang lalu, akhirnya mereka dipertemukan lagi di Blue City. Kota Biru yang menjadi kota impian Nada. Ya Nada adalah pecinta warna biru! Setelah lama nggak bertemu Haykal, rasa deg-degan itu masih ada. Ya Nada menyadari, dia sudah jatuh cinta ke pada Haykal. Tapi setelah bertemu dan melihat Haykal akrab dengan cewe cantik yang badannya mirip model Victoria Secret ini, Nada merasa cemburu. Dan apakah hubungan Haykal dengan cewek ini ya?
.
Cerita lanjutan tentang Nada dan Haykal ini membuat penasaran! Gaya cerita yang menarik, setting tempat yang apik. Dan juga detail menceritakan settingnya.

Karakter tokohnya, Nada masih sama dengan yang kemarin. Dia tetep anak yang ambeukan dan juga suka kekeuh sama pemikirannya sendiri. Haykal pun sama masih konyol dan gokil. Cuman disini rada sebel sih sama sikap Haykal yang menolerir pergaulan barat. Gimana bikin orang nggak salah paham liatnya! Jadi gemess sama Haykal.

Gaya berceritanya mengalir, menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Interaksi Nada dan Haykal ini, bikin naik darah. Dua-duanya ini, entahlah bikin gemes! Pada jaim juga, kan bikin kzl. Padahal chemistry mereka dapet! Lucukk.

Konfliknya nggak terlalu rumit sih menurutku, yang rumit itu pikiran Nada yang selalu kekeuh menyakiti diri sendiri. Endingnya cukup puas sih, setidaknya jelas mau mereka apa. Intinya sih kalau emang kita mau, berjuang. Jangan menyerah lebih dulu. Masalah akhir nanti bagaimana, hanya Allah yang bisa memutuskan. Overall aku cukup menikmati.
.
"Seberapa pun kita menginginkan sesuatu dan berusaha keras mendapatkannya, kalau itu mengingkari takdir, ya pasti luput." - Hal 192
Profile Image for Nur Fadilla Octavianasari.
565 reviews45 followers
August 4, 2018
#2018-[112]

Hi! Ketemu lagi sama Haykal Malik nih.
Nah nah, kira-kira gitu sih. Nada akhirnya ketemu (atau sengaja kesana buat nyamperin) lelaki yang nggak bisa dilupain sejak belasan bulan lalu terakhir mereka ketemu di Marrakech ya?

Iya, Nada dan Rania yang akhirnya touchdown ke Chefchaouen—ribet, blue city aja yak?—karena si Miyu—isteri Si abang Tristan— hamil. Meskipun senang ketemu lelaki idaman, Nada mengesampingkan kemungkinan-kemungkinan dan kanar terkini soal Haykal. Nah kabar buruknya adalah Noemie—gadis cantik/model/partner Haykal yang Nada kira adalah “seseorang” buat Haykal. Terdengar cliche emang yah, jadi Si A dan B saling jatuh cinta, tapi si A sebegitu gengsi dan menahan diri, si B punya seseorang yang begitu wah sehingga A berpikir yang tidak-tidak. Ah, pusing deh akhirnya.

Yah intinya sih si Nada ini semacam jealous sama kedekatan Hykal dan Noemie yah. Apalagi diawal hingga seperbagian cerita perlakuan Hykal dan Noemie emang bikin orang berpikir kalau mefem ada apa-apa, apalagi Nada yang kebakar api cemburu, fufufu. Terlalu banyak kesalahpahaman yang terjsdi disini, bikin mengerutkan kening. Bikin intensitas Saya senyum-senyum sendiri kaya orang gila pas ada scene romantis jadi berkurang banyak.

Deep down sih sudah nebak bakalan happy ending yah, tapi tetep aja penasaran gimana cara Tuhan buat mempersatukan mereka berdua.

Ugh yang mengganjal justru cerita soal Tristan—Miyu, apa gak pengen dibikin sekuelnya kak Irene? Nada—Hykal ini punya tempat khusus ya sampe dibikinin di dua buku berbeda?
Profile Image for ahmad.
188 reviews4 followers
September 7, 2017
aku memang menggemari karya - karya Mbak irene dyah, dan di awal aku suka penggambaran kota biru ini, tapi apa ya, aku merasakan konflik kok gitu banget sih? dan apa ya, Nada kayak nggak inget apa kemauannya di awal agar Haykal buat Noemie aja, di akhir kok ya Nada sendiri kegirangan banget dan mau banget. ini apa maksudnya coba?

overall, aku masih lebih suka LOVE IN MERRAKECH deh sama TIGA CARA MENCINTA. itu novel beneran keren banget.
Profile Image for Putri Sipayung.
34 reviews
October 31, 2020
penyuka warna biru wajib baca ini. soalnya pemilihan jenis-jenis warna biru pada setiap subbab disertai keterangan. kita bisa lebih banyak tahu tentang banyaknya jenis warna biru.
tapi untuk konflik dan jalan ceritanya aku rasa belum maksimal sih hehe..dan endingnya bisa ditebak, menurut aku.
Thankyou 😊
Profile Image for nasya.
779 reviews
August 16, 2022
mm sebenernya masih berpendapat buku ini nggak perlu ada, alias bisa diselesaikan di buku yang pertama. sikap nada yang seolah ikhlas tapi nggak ikhlas merelakan haykal tuh ngeselin juga ya, bisa dibilang di buku ini yang menghibur itu tingkah lakunya rania pas lagi berhadapan sama haykal dan noemie wkwk, asli ngakak deh
Profile Image for Sherry Heather.
199 reviews3 followers
August 7, 2019
Eksplorasi Marokonya bagus, penokohannya lumayan jelas, namun aku kurang suka lika-liku konfliknya yang lumayan berbelit-belit karena ketidakpastian tokohnya. Overall, Love In Blue City ini menarik bila kamu suka bacaan ringan yang juga akan membawamu menyusuri belahan dunia lain yang indah.
9 reviews
August 29, 2019
Buku ini tidak terlalu menggambarkan bagaimana blue city, tetapi lebih berfokus pada penggambaran emosi sang tokoh. Cerita cukup bagus dan tidak membosankan 👌👌
Profile Image for Chenra.
26 reviews1 follower
May 8, 2022
Bagus bgt! Menurutku ini lebih sweety stories daripada novel yg sebelumnya (love in Marrakech) karakternya juga berkembang!
Profile Image for Nurul.
83 reviews2 followers
February 23, 2017
To be honest, aku tertarik beli buku ini karena sampulnya biru banget (aku seneng warna biru haha), desain covernya pun menarik.

To be honest (again), aku baru baca novel ini tiga hari lalu, yang kemudian selesai dibaca hari ini. Padahal belinya udah dari Juli tahun kemaren hehe.

Aku paling suka sama karakter Rania. Ceplas-ceplosnya dia itu lho yang bikin aku ketawa terus. Karakter dia juga yang bikin aku bertahan baca. Kemudian, aku suka sama karakter Haykal. Duh seandainya ada dia di dunia nyata haha. Kayaknya aku bakal demen nih. Biarpun dia sléngéan orangnya. Karakter dia yang bikin aku akhirnya tamatin novel ini :*

Sorry to say, aku ga suka karakter Nada. Padahal dia tokoh utama. Ga tau bikin sebel aja.

Dan terakhir, aku baru tau kalau ini adalah lanjutan dari novel Love In Marrakech-_-
Profile Image for Ratnani El Ratna Mida).
Author 11 books14 followers
October 24, 2016
Cinta Bersemi di Blue City

Judul : Love in Blue City
Penulis : Irene Dyah
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Mei 2016
Halaman : 212 hlm
ISBN : 978-602-03-2865-2
Peresensi : Ratnani Latifah



Membaca novel ini kita akan dikenalkan dengan kota kecil bernama Chefchaouen atau juga dikenal dengan sebutan Blue City. Sebuah kota yang terletak di sebelah timur laut Maroko. Memiliki keunikan, di mana hampir di semua tempat, kota ini didominsi warna biru. Itulah kenapa Chefchaouen dijuluki sebagai mutiara biru. Di sini pembaaca akan diajak jalan-jalan menimati kota biru ini.

Selain mengenalkan setting kota yang indah, novel ini juga menyajikan kisah yang memikat. Nada Aleema Shahir sangat ingin mengunjungi Chefchaouen, Maroko. Dan keinginannya terwujud berkat kakaknya—Tristan yang berencana berbulan madu ke Maroko. Namun siapa sangka, Tristan harus membatalkan perjalanan itu karena istrinya, Miyu hamil. Akhirnya hanya Nada yang tetap pergi dengan ditemani Rania sahabatnya (hal. 8).

Alasan kenapa Nada sangat ingin mengunjungi kota ini karena dia sangat tergila-gila dengan warna biru. Dan dia menjadikan kota ini sebagai tempat yang wajib dikunjungi. Namun di balik alasan itu sejatinya Nada juga punya misi. Dia ingin bertemu kembali dengan Haykal, sahabat Tristan yang diam-diam disukai Nada. Tapi betapa kecewanya Nada ketika akhirnya bertemu dengan Haykal, pria itu malah muncul dengan seorang gadis cantik bernama Noemie.

Sedih dan kecewa itulah yang Nada rasakan, tapi, dia tidak ingin berlarut dalam kesedihan. Bagaiamana pun dia tengah liburan di kota impiannya. Jadi dia harus menikmatinya. Begitulah keinginan Nada dalam hati.

Tapi betapa Nada berusaha untuk bersikap wajar, dia tetap kesulitan. Dia sedih juga marah. Masalahnya, meski Haykal nampak dekat dengan Noemie, pria itu tetap perhatian dan suka usil pada Nada. Belum lagi Nada terjebak menjalin persahabatan dengan Neomie yang ingin belajar tentang Islam pada Nada.

“Aku hanya berharap kamu tidak keberatan berkawan denganku. Aku ingin punya lebih banyak teman muslimah.” (hal. 83-86).

Di lain sisi Haykal mengkhawatirkan sikap Nada yang terlihat agak berubah. Jika sebelumnya gadis itu selalu cerewet dan suka marah-marah, maka kali ini Nada terlihat lebih pendiam. Padahal dia sudah berjanji pada Tristan untuk selalu menjaga Nada selama berada di Blue City. Bahkan di saat Nada selalu menjaga jarak, Haykal terus berusaha menjaga gadis itu.

Review, selengkapnya bisa dibaca di sini. http://tulisanelratnakazuhana.blogspo...
Profile Image for Fina is me.
5 reviews1 follower
July 20, 2016
Salah satu hal yang membuat saya terkesan adalah pembagian bab dengan aneka warna biru. Sebelumnya saya gak pernah sadar kalau variasi warna biru yang pernah saya lihat sebelumnya masing-masing punya nama, selain biru muda dan biru tua. Dan dengan pandainya Irene memilih warna biru tertentu di setiap bab sesuai tema yang akan disampaikan. Me likey!

Tapi sayangnya, saya gak jatuh cinta dengan tokoh utama wanita. Meskipun sesungguhnya buku ini bisa dibaca independen, tapi memang ada baiknya membaca Love in Marrakesh dulu, biar gak antipati dengan Nada. Di buku ini, dominan deskripsi Nada sebagai perempuan yang emosional. Marah, menangis, galau... Mungkin karena Nada yang alim, gak bisa menterjemahkan rasa jatuh cinta seperti perempuan pada umumnya. Seperti Noemie misalnya, yang blak-blakan. Gregetan deh, pengen ada sentuhan fisik lebih dari yang ada, tapi karena bukunya ada nuansa Islaminya, saya gak bisa berharap banyak. hahaha..

Di luar kisah cinta Nada-Haykal, saya mau menggarisbawahi persahabatan Nada dan Rania. Travelling dengan sahabat ke belahan dunia lain, rasanya begitu menyenangkan dan banyak lagi yang bisa dieksplor di situ. Sayang kita harus memilih tema besar, mau membahas persahabatan atau percintaan. Sehingga porsi Rania tentu saja lebih terkesan sambil lewat dibandingkan perasaan Nada ke Haykal.

Sebagai penikmat hasil karya Irene sejak awal, di buku ini penulis memberi banyak kata baru (buat saya) dan cara bertutur yang lebih luas. Namun berhubung semua serba biru dan Nada terkesan sendu, maka aura buku ini tidak secerah buku-buku Irene lainnya. Tapi stidaknya sukses membuat saya pengen terbang ke Maroko besok. hehehe.

Thanks for another novel, Irene. Ditunggu karya berikutnya!
Profile Image for Rumah.
Author 1 book41 followers
August 2, 2016
Intip reviewnya disini yaa >> http://peekthebook.blogspot.co.id/201...

Membaca cerita ini tak bisa lepas begitu saja dengan rangkaian cerita di Love In Marrakech. Hanya saja yang menjadi pembedanya adalah, bermacam-macam warna biru yang digunakan oleh mbak Irene di setiap pergantian BAB. Menarik sekali, bukan? Kita jadi mengetahui warna-warna biru terdiri dari berbagai macam, serta jangan lupakan artinya.

Menariknya, di Love In Blue City ini, ada seseorang diantara Nada dan Haykal. Yup, Naomie. Bagaimana gelisahnya Nada melihat kedekatan Naomie dan Haykal. Kemudian bagaimana geramnya Rania yang seringkali menyebut Naomie dengan sebutan 'monyet' dikarenakan selalu menempel dengan Haykal. Fokus utama memang terletak pada kisah Nada dan Haykal yang sweet spicy kece abis. Namun, jangan lupakan juga Naomie dan Rania. Mereka yang membuat suasana menjadi lebih spicy.
Profile Image for Mechelin Sky.
14 reviews1 follower
September 2, 2016
Kota Chefchaouen membuat Nada dan siapa pun penyuka biru--termasuk saya-- harus menyempatkan singgah di Kota Biru ini. Cerita Nada dan Haykal berlanjut lagi di kota ini, setelah perjalanan minggat Nada di Kota Marrakech di buku sebelumnya "Love In Marrakech". Sayang, pertemuan mereka harus diikuti dengan orang ketiga bernama Naomie. Lalu, bagaimana Kota yang dipenuhi dengan warna biru ini menemani perjalanan cinta Nada dan Haykal?

Seusai saya baca "Love In Marrakech" saya penasaran dengan kota biru ini, karena sempat di deskripsikan sedikit. Sampai-sampai Kota Chefchaouen ini masuk bucket list saya. Sayang kisah kedua sejoli itu tidak kuat di cerita ini, agak sedikit memaksa. Memaksa agar ada konflik, memaksa biar ceritanya selesai, jadinya yang baca juga... gimana gitu. Tapi saya suka deskripsi tentang tempat-tempat di Kota Biru ini.
Profile Image for Erin  F.
135 reviews1 follower
June 13, 2016
Akhirnya ujung kisah Nada & Haykal, pecah.
Jika di Love in Marrakech penuh dengan kekonyolan Nada & Haykal.
Di Love in Blue City yang bersetting kota biru Chefchaouen Maroko sangat menguras emosi, penuh haru biru.
Akhirnya Nada meyakini perasaan cinta terhadap Haykal, namun perjalanan cinta yang harus dilewati tidak mudah. di samping Haykal ada sosok mirip Kendall Jenner,yaitu Noemie. Haykal yang selalu bersikap mesra dengan Noemie membuat Nada seakan dijebloskan ke neraka paling bawah. Untugnnya ada sahabat Nada, Rania yang perhatian.
Keindahan kota Chefchaouen yang digambarkan, membuat hati tertarik ingin sekali ke sana.
Rekomen banget buat kamu novel kece satu ini.

Next review di sini... http://hotarubookstory.blogspot.co.id...
Profile Image for Dhani.
257 reviews17 followers
June 19, 2016
Salah satu keunggulan Irene adalah gaya tuturnya yang renyah dan dialog dialognya yang segar. Walau pesan pesan tentang keimanannya bisa dibilang nggak terlalu banyak, tapi unsur unsur cerita lainnya kuat. Baik settingnya, karakter tokoh tokohnya( saya sebel sama Nada yang menye menye), juga penyelesainnya terhadap konflik konfliknya. Oh ya, ide cerita tentang 15 varian warna biru itu juara.Secara keseluruhan, karya ini jempol.
Profile Image for Putri Annisa .
27 reviews
June 16, 2016
Sebetulnya,aku lebih suka Haykal sama Naomie dan kesel banget sama Nada dan Rania, tapi yah, aku cukup menikmati kisah mereka.
Profile Image for Monaria Yulius.
230 reviews16 followers
August 26, 2016
Nada: "Maaf. Ini bidadari istimewa. Hanya bisa dipesan setelah membayar mahar."
Displaying 1 - 28 of 28 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.