What do you think?
Rate this book


The Weaverbirds, a landmark novel when first published, is a tale of both physical and spiritual struggle, spanning the formative days of Indonesian independence and the Indonesian oil crisis in the mid 1970s. Larasati, the precious daughter of Mr. and Mrs. Antana, and Setadewa, the army-brat son of Captain and Mrs Brajabasuki, are childhood playmates, but as adults, they find themselves on the opposite sides of the political spectrum. Although these two are very different individuals, their personal relationship offers guidance to survival in a chaotic world.
358 pages, Kindle Edition
First published January 1, 1981
Tanah air ada di sana, di mana ada cinta dan kedekatan hati, di mana tidak ada manusia menginjak manusia lain.
Sebab terus terang saja Papi blo'on tampangnya. ... Benar-benar Jowu deh. Kayak penyapu pupuk-andong dari Khementee Makhelang, yang setiap pagi dan petang membersihkan aspal-aspal kerajaan dengan sapu bertongkat panjang yang berpelat besi pengerok pupuk anugerah kuda, sreg-sreeg, siyuh-siyuh, siyuh, sreg-sreeeg, siyuh-siyuh-siyuh. (hal. 5)
Atik belum pernah melihat badak dan ingin sekali melihatnya, walaupun ibunya berkata: seperti kerbau biasa. Hanya tanduknya di hidung. Ah mosok. (hal. 20)
Pendeta masa kini adalah para ahli matematika dan sarjana-sarjana dalam kedudukan-kedudukan perhitungan kunci. (hal. 177)