Jump to ratings and reviews
Rate this book

One Little Thing Called Hope

Rate this book
Aeryn
Hidup Aeryn seolah nyaris sempurna. Pintar, cantik, populer. Namun, setelah kehilangan ibunya, Aeryn menyadari bahwa kebahagiaan tidak pernah berlangsung terlalu lama. Selalu ada sesuatu yang terjadi. Kehadiran Flo dan Tante Hera membuat segalanya berubah. Bahagia ternyata tak seperti yang ia duga.

Flo
Bagi Flo, hidup adalah makanan manis, kue, tas perca dan aksesori buatan tangan, kotak-kotak susu aneka warna, serta Genta dan Theo - dua cowok paling berarti baginya. Bahagianya hampir terasa lengkap ketika ia memiliki Aeryn sebagai kakak perempuan yang ia idamkan. Namun, bahagi ternyata tak seperti yang ia duga.

Ini kisah persahabatan yang tak terduga di antara orang-orang yang dipertemukan secara tak sengaja, keteguhan hati untuk bertahan pada pilihan meski itu sulit. Juga tentang cinta dan harapan yang harus dibagi dan direlakan pergi.

419 pages, Paperback

First published June 1, 2016

33 people are currently reading
707 people want to read

About the author

Winna Efendi

18 books1,965 followers
A woman with passion in both reading and writing and has written a few books in both English and Indonesian. Used to work as a freelance reporter for an in-house magazine and a fashion journalist/contributor in http://www.fasity.com, an Indonesian fashion community.

Some fictions have been published online and in a number of magazines. Her published novels are: Kenangan Abu-Abu (February 2008), Ai (February 2009), Refrain (September 2009), Glam Girls Unbelievable (December 2009), Remember When (March 2011), Unforgettable (January 2012), Truth or Dare (Gagas Duet May 2012), Melbourne: Rewind (2013), SCHOOL Tomodachi (2014), Happily Ever After (2014), Girl Meets Boy (2015). Winna's non-fiction book is Draf 1: Taktik Menulis Fiksi Pertamamu (September 2012). She has also participated in an anthology book about traveling - The Journeys (March 2011).

Currently writing numerous short stories collection and novels.

She enjoys curling up with a good book, with the radio turned on and a cup of tea :)

Winna can be reached via email at winna.efendi@gmail.com or her official blog http://winna-efendi.blogspot.com and Twitter/FB: @WinnaEfendi or fanbase @Winnadict

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
133 (29%)
4 stars
216 (47%)
3 stars
93 (20%)
2 stars
8 (1%)
1 star
6 (1%)
Displaying 1 - 30 of 92 reviews
Profile Image for mollusskka.
250 reviews161 followers
August 18, 2016
Ini adalah novel ketiga karya Winna Efendi yang kubaca. Dan di antara ketiganya, ini adalah favoritku. Bener-bener favoritku!!! Segalanya nyaris sempurna!



Novel ini berkisah tentang dua cewek SMA bernama Aeryn dan Flo yang dipertemukan takdir. Papanya Aeryn menikah dengan bundanya Flo dan otomatis menjadikan dua remaja berkepribadian berbeda ini saudara tiri. Flo menyambut senang kenyataan ini, tapi tidak demikian dengan Aeryn. Dia nggak bisa menerima begitu saja kehadiran dua orang baru ini di rumahnya. Ia tidak ingin kenangan mendiang mamanya tersingkirkan dengan adanya mereka. Sampai ketika sebuah testpack menyatakan kehamilan Flo, hubungan Aeryn dan Flo mulai terjalin baik. Apalagi Aeryn juga memendam perasaan cinta pada sobat baik Flo bernama Theo.

Sepanjang membaca novel ini, aku dipenuhi perasaan gemas oleh tingkah Flo. Karena selain ceroboh dan ceriwis, digambarkan Flo adalah sosok perempuan yang berbadan mungil dengan baju seragam kebesaran dan tas kesayangannya yang terbuat dari perca. Ini buatan sendiri, lho. Flo juga gemar merajut dan bikin kue/dessert. Doyan makanan yang manis-manis. Jadi setiap membaca kisah tentang Flo, hatiku rasanya ikut merasakan kehangatan dan pikirannku jadi tarasa manis. Haha, ajaib, kan?

Tokoh-tokoh yang lain juga asyik. Ada Theo yang cenderung dingin dan gemar mixing musik. Aku jadi kepengen ikutan dengerin musik hasil kreasi Theo, deh. Serius. Terus ada Aeryn yang bisa dibilang tomboi dan jutek, tapi sebenernya dia baik, kok. (Jadi ketularan Flo, nih, yang selalu melihat sisi baik dari setiap orang). Dan ada Genta yang udah mengecewakan Flo dan juga aku sebagai pembaca.

Pesan di buku ini sangat bagus, terutama buat anak remaja masa kini yang pergaulannya udah semakin bebas. Malah menurutku para orangtua juga disarankan baca buku ini. Karena aku berharap para orangtua yang diberikan cobaan memiliki anak yang hamil di luar nikah akan melakukan apa yang dilakukan oleh Tante Hera, ibunya Flo.

Selain itu, novel ini juga mencoba menunjukkan pada pembaca bagaimana melepaskan kepergian orang yang kita cintai. Apakah dengan menolak kehadiran orang baru di sekitar kita? Apakah dengan menimbun segala barang yang pernah dimiliki oleh orang yang telah pergi tersebut? Bukan.

Collect moments, not things
Lost things can often be found,
but lost moments will never be
rediscoverd.


Aku salut sama cara penulis dalam menggambarkan kondisi Flo yang tengah hamil juga pada saat proses kelahiran termasuk saat sang bayi lahir ke dunia (karena memang penulis udah pernah melahirkan. Congratulations, btw). Jadi terasa banget suasananya. Selain itu, beberapa penyakit yang diderita oleh ibu kedua tokoh juga digambarkan dengan baik. Informasinya jelas tapi nggak bertele-tele. Sehingga apa yang diderita nggak sekedar tempelan aja. Apalagi jenis penyakitnya nggak umum.

Yang kurang itu adalah masalah Genta. Di sini Genta digambarkan sebagai sosok yang serius, perfeksionis dan sangat mengutamakan nilai akademisnya karena dia ingin diterima di Harvard University. Melihat dari cita-cita dan kepribadianya, aku agak sangsi kalau dia bisa memutuskan untuk melakukan "hal" itu sama Flo. Ditambah lagi kedekatan/kemesraan Flo dan Genta pun nggak begitu meyakinkan karena memang porsinya sedikit. Yah, mungkin karena fokus penulis bukan pada hal itu. Tapi pada solusi dalam menghadapi kehamilan di luar nikah.

Nah, lepas dari kekurangan itu, aku benar-benar menikmati novel ini. Segala emosi tertuang dengan baik sehingga aku bisa ikut merasa senang dan sedih bersama para karakternya. Gaya penulisannya jelas aku suka. Dan uniknya, di novel ini aku ketemu lagi sama tokoh Niki, Nata dan Annalise dari novel Refrain. Memang sedikit, sih, tapi tetep aja bikin gemes.

Meski ada sedikit kekurangan, tapi aku nggak ragu untuk memberi novel ini lima bintang karena aku suka dengan pesannya. Karena novel ini mengingatkanku sama temanku di kelas dua SMA (dulunya dia kakak kelasku waktu SMP) yang juga pernah hamil di luar nikah tapi memutuskan untuk melahirkan bayinya sehingga harus keluar dari sekolah tapi kemudian masuk sekolah lagi dan akhirnya sekelas sama aku. Dia pernah membuat kesalahan, tapi dari kesalahannya itu dia memilih keputusan yang benar.



Profile Image for Rina Suryakusuma.
Author 16 books111 followers
July 4, 2016
Cerita tentang dua orang gadis, Flo dan Aeryn yang seperti di blurb sudah dituliskan, dipertemukan karena keadaan
Lalu hubungan antara keduanya perlahan berkembang, tidak serta merta, tapi melalui perjalanan yang panjang dan penuh jatuh bangun

Persis seperti judulnya, cerita ini adalah cerita tentang seutas benang tipis bernama harapan yang sempat hilang
Kembali didapatkan setelah si tokoh terpuruk dan sempat memilih jalan yang salah, lalu berputar dan kembali pada rel yang tepat

Di buku ini, Winna mengeksplorasi banyak hal baru
Persahabatan dan hubungan saudari antara dua gadis
Kehilangan dan menemukan
Kesalahan di masa remaja, yang berujung pada berubahnya jalan hidup seorang untuk selamanya
Keluarga baru dan segala problematika yang menyertainya
Diksinya indah, seperti biasa

Favorit saya setelah Melbourne :)


Profile Image for Sofi Meloni.
Author 8 books93 followers
December 26, 2016
Winna is a smart author!
Cerita-ceritanya selalu berhasil disampaikan dengan begitu sederhana dan "real". Termasuk tema berat yang diangkat kali ini.

Tidak ada pemborosan kata.
Tidak ada juga jalan cerita yang tertebak maupun happy ending yang terlampau dipaksakan.

Winna's has always been my favorite and will always be!

Terima kasih atas semua inspirasi dan contoh karya tulis yang baik.
Semoga suatu hari ada dari tulisan saya yang bisa padat dan penuh makna seperti Winna :D

Nggak sabar menunggu karya selanjutnya!
Profile Image for Irma Agsari.
119 reviews17 followers
August 2, 2016
Dari semua novel Kak Winna yang sudah terbit, memang banyak yang mengangkat tema serupa. Tapi saya bukan termasuk yang komplain akan hal itu karena selalu menikmati masing-masing ceritanya, dan walaupun memiliki tema yang mirip-mirip, kesan saya setiap membaca tiap buku selalu berbeda.

Namun tetap saja, saya senang karena One Little Thing Called Hope menjadi sesuatu yang refreshing di antara novel karya Kak Winna yang lain. Memang masih bercerita tentang kehilangan, tapi Kak Winna memberikan sesuatu yang belum pernah ditulisnya di sini, tanpa kehilangan ciri khasnya.

Bercerita tentang orang-orang yang dipertemukan karena suatu hal dan masing-masing memiliki ketidaknyamanan atas situasi tersebut. Tentang seseorang yang berusaha menyelamatkan, tetapi bukan dengan cara yang tepat, dan menjadi penyebab terjadinya pertemuan orang-orang itu pada awalnya. Tentang keluarga, persahabatan, dan harapan yang hampir hilang. Tentang hidup yang selalu berubah, tapi akan terus maju.

Dan menemukan “rumah”, juga kebahagiaan di tempat tak terduga.

Meskipun masih kental dengan tema persahabatan, novel ini lebih dominan dengan tema keluarga, terutama perkembangan hubungan Aeryn dan Flo—juga Papanya dan Tante Hera. Dan kali ini, saya tidak serta-merta suka dengan tokoh-tokohnya (kecuali Theo! :p)
Awalnya, saya merasa Flo memang agak aneh dan terlalu polos dengan kebiasaan yang juga tidak biasa—untuk anak seusianya dia cukup kekanakan, Papa dan Tante Hera terlalu berlebihan, bahkan saya kurang bersimpati pada Aeryn. Tapi seiring berjalannya cerita, saya tahu, masing-masing punya pandangan dan alasan yang berbeda, dan cara yang berbeda pula dalam menghadapi duka maupun usaha untuk menciptakan kebahagiaan. Pelan-pelan saya memahami pilihan-pilihan tokoh di dalamnya dan ikut terbawa kisah mereka. Dan saya suka karena tiap permasalahannya punya closure yang tidak tergesa-gesa.

Ada hal-hal kecil yang disisipkan, yang membuat kita lebih dekat dengan tokohnya, seperti judul-judul buku yang mereka baca, serial TV dan film yang mereka tonton. Oh, dan jangan lupakan Sherlock reference!

Memang masih ada beberapa hal yang sepertinya bisa dieksplor lebih jauh, seperti bagaimana hal-hal yang terjadi mempengaruhi Aeryn di sekolah, atau pertemanan Aeryn dengan Kirana dan Karina yang seakan terhenti begitu Aeryn mulai membuka diri terhadap Flo. Kenapa saya nggak menyebutkan Genta?

But overall, it’s a good story, and I got a warm feeling after reading it.

By the way, kayaknya tokoh-tokoh novel Kak Winna berada dalam satu universe, ya. Ada beberapa tempat yang pernah muncul di novel sebelumnya, seperti SMA Harapan (habis baca ini pasti tahu/ingat munculnya di novel yang mana) dan juga Sixties yang kalau nggak salah ada di Girl Meets Boy ;)

P.S. Kalau saya nggak salah ingat, kayaknya ada beberapa typo dan kesalahan kata (ada yang ditulis dobel), tapi lupa halaman berapa, dan nggak terlalu mengganggu.
Profile Image for Anneadzkia Indriani.
53 reviews4 followers
July 26, 2016
Ada rasa bahagia usai membaca buku ini. Meski jalan ceritanya merupakan sesuatu yg saya nggak suka karena rasanya jauh dr kehidupan saya, tapi emosi saya tetap ikut terbawa.
Di akhir-akhir bab, bukan hanya bahagia tapi saya ikut punya harapan baru ttg banyak hal. Ikut semangat memaknai kehidupan dan berdamai dgn banyak hal. Seperti itu seharusnya sebuah buku ya baik, bukan? Tidak hanya enak dibaca namun juga menggugah.
Profile Image for Utha.
821 reviews396 followers
July 19, 2016
"Collect moments, not things.
Lost things can often be found,
but lost moments will never be rediscovered.
"

*

Resensi menyusul.
Profile Image for inas.
386 reviews37 followers
February 4, 2017
Sebenernya, pengin ngasih lima bintang. Tapi jadi iya-nggak iya-nggak gara-gara beberapa hal yang bikin nggak sreg:

1. Kalo pas merhatiin, kadang ada beberapa bahasa Inggris yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Kayak aneka bayang yang maksudnya shade di hlm. 29 atau pas nyebut Theo baik dalam blablaba (lupa halamannya TwT) yang maksudnya good at. Sebenernya nggak masalah sih, cuman ngerasa nggak familier sama bahasa Indonesia kayak gitu aja.

2. Di hlm. 16, disebutin IQ Theo mencapai 200, tapi di hlm. 298 jadi 160. Mungkin diam-diam Theo tes IQ lagi, terus hasilnya berubah.

3. Kadang, bahasanya terlalu numpuk-numpuk, sampe bikin pusing pas otakku lagi oleng. Misal, di hlm. 348: Aeryn sudah terjebak dalam perangkap yang diciptakannya sendiri; perangkap yang bertujuan untuk melindungi dirinya dari sesuatu yang sekonyol, sekacau, dan seirasional cinta.

Aku nggak paham, perangkap itu refer ke mana? Sebelumnya, Aeryn ngebahas posisinya, terus sebelumnya lagi, dia toh baik-baik aja pas deket sama Stefan. Kayak nggak ada adegan yang mencakup tentang perangkap ini. Terus, kalopun ada, cara memerangkapnya gimana? Pake apa? Di mana hubungan perasaan Aeryn, perasaan cowok itu, sama sangkut-paut perangkap ini?

Jadi, aku kayak orang bego dan berusaha memahami dengan baca beberapa kali. Tapi akhirnya nyerah. =w=

Atau, kayak kalimat di hlm. 394: ...serta setiap ibu di dunia yang telah melahirkan anak-anak mereka ke dunia. Menurutku lebih enak kalo “ke dunia” itu diilangin. Ya namanya ibu di dunia, pas melahirkan pasti nggak jauh-jauh lah.

4. Typo. Di awal-awal emang nggak ada yang terlalu parah sih, jadi aku biarin aja. Eeh, di hlm. 408 kok ada kata bak-baik yang maksudnya “baik-baik”. Kalo dipikir-pikir, lebih mending harganya 50-60 ribu aja deh, daripada 88 ribu tapi nggak jelas duitnya lari ke mana. :v

Meski begitu, aku seneng sama konsep ceritanya. Dari awal, aku udah bersimpati sama Aeryn. Jadi, pas dia ngapa-ngapain, aku ikut ngerasain. Pas dia deg-degan gara-gara ada cowok itu, aku juga ikut deg-degan. Pokoknya semua yang dilakukan Aeryn, protes yang nggak masuk akal sekalipun, jadi kelihatan bener di mataku.

Terus, rintangannya Flo juga greget.

Makanya, aku berharap OLTCH punya sekuel (semoga Kak Winna baca ini, amiin!). Dan, ceritanya tentang Genta (yang porsinya banyak). Mungkin, bisa jadi young adult atau Metropop. Pokoknya harus ada. ;3; #pembacamaruk

Jadi, untuk sementara, kukasih empat bintang. Tapi rasa 4,5—dan semoga kalo ada sekuelnya bisa jadi 5. >w<
Profile Image for Cindy Claudia.
84 reviews14 followers
July 3, 2016
Dulu, Mama sering berkata demikian. Selangkah demi selangkah, Ryn. Langkah-langkah kecil, tapi tetap membawamu maju. Itu lebih baik daripada diam di tempat.

Satu hal yg saya sukai dari karya Winna Efendi adalah hal-hal kecil dan sederhana yg ditemukan di sepanjang cerita. Hal-hal yg membuat saya kembali menyadari bahwa hidup ini begitu istimewa karena adanya hal-hal tersebut.

Saya sudah membaca seluruh karya penulis (kecuali Glam Girls) dan akan selalu setia menunggu karya-karya selanjutnya. Penulis sangat apik dalam menuliskan narasi dan mengemas ide sederhana menjadi sebuah kisah yg heart-warming dan indah.

One Little Thing Called Hope adalah suatu kisah sederhana bertemakan keluarga dan kehidupan dua orang remaja perempuan. Saya sangat menikmati proses menelusuri setiap halamannya, tetapi buku ini masih belum dapat menggantikan posisi Tomodachi dan Girl Meets Boy di hati saya.

Sebenarnya tokoh utama dalam kisah ini ada 2 orang, yaitu Flo dan Aeryn, namun, kisah Flo mendapat porsi yg lebih besar. Sejujurnya saya lebih menyukai Aeryn dibandingkan Flo karena saya cenderung lebih tertarik pada tokoh yg dingin dan kompleks seperti Aeryn dan Genta dibandingkan tokoh yg ceria dan periang seperti Flo.

Alur ceritanya sebenarnya sangat mudah ditebak sejak awal sehingga saya tidak mendapat sesuatu yg "baru" dan mengurangi sebuah bintang dari rating. Saya mengurangi satu bintang lagi karena saya merasa banyak hal yg saya rasa bisa dieksplor lebih. Saya akui buku ini memang tampaknya jauh lebih tebal dibandingkan buku-buku penulis sebelumnya, tetapi sangat disayangkan kalau potensi pada buku ini tidak digali lebih.

Saya ingin melihat perkembangan hubungan Tante Hera dan Aeryn, persahabatan Aeryn dengan si Kembar, tokoh Stefan dan Genta yg terasa menarik untuk saya, dan interaksi lebih jauh antara Tante Hera dan Papa.

Juga "sesuatu yg terasa hilang" pada kisah Aeryn dan Theo. Entahlah.. Saya mengerti jelas apa yg Aeryn takutkan pada hubungannya dengan Theo, sehingga kisah mereka menjadi bagian favorit saya dalam buku ini. Saya yakin penulis akan memberikan happy ending kepada setiap tokoh dalam kisah ini, tetapi ending bagi Theo dan Aeryn terasa kurang. Rasanya Theo masih belum "menjawab" ketakutan yg Aeryn rasakan. Well, saya sendiri juga tidak tahu bagaimana seharusnya Theo maupun Aeryn bertindak untuk memuaskan saya. Tidak ada celah bagi mereka untuk bertindak selain dari yg disajikan. Untuk hal ini, saya tidak komplain. This is a story after all...

Perasaan yg saya dapatkan dari membaca buku ini adalah kehangatan dan perasaan positif. Semoga saya masih dapat menemukan dua hal ini pada karya penulis selanjutnya.
Profile Image for Rain.
106 reviews18 followers
July 3, 2016
setelah kehilangan magic nya kak Winna di Girl Meets Boy (i don't know why),
akhirnya menemukan kembali di One Little Thing Called Hope ini.

suka bangeeettt sama interaksi Aeryn & Flo.

dan buat Genta. karma does exist boy! kamu pengecut, Gen!
Profile Image for Alya N.
306 reviews12 followers
June 6, 2018
Sebelum judul ini, buku Winna yang lain yang saya pernah baca adalah Refrain, Ai, dan Tomodachi.

Gaya bercerita Winna Efendi memang seperti ini ternyata, ya. Mendayu-dayu dan pelan. Di buku buku sebelumnya, saya berhasil menikmati penceritaan yang dibangun Winna (yaitu di Ai dan Tomodachi)
Tapi untuk One Little Thing Called Hope ini, sedikit menjemukan menurut saya. Sedikit banyak menghilangkan minat saya untuk meneruskan membaca.

Tapi hal yang saya suka dari buku ini adalah karakter Flo. Winna melawan mainstream jalan cerita di Indonesia, yang pada umumnya menggambarkan saudara tiri yang baru dinikahi orangtua kita adalah jahat dan menindas. Justru pada buku ini, Flo jauh dari kata itu.

Dan Winna, selalu berhasil menghidupkan karakter dalam masing masing bukunya, begitu pula di One Little Thing Called Hope ini.
Profile Image for Alya Nfz.
45 reviews
July 3, 2016
Terkadang, justru orang-orang tak terdugalah yang selalu ada di sampingmu dalam setiap keadaan.
–Halaman 407

Dari awal, Aeryn sudah tidak suka akan kedatangan keluarga Flo ke dalam rumahnya. Ia selalu berusaha menjauhi saudari tirinya, namun Flo tetap berusaha untuk mendekatinya. Sampai suatu ketika sebuah kabar tak terduga datang dari Flo.

Flo tidak pernah menyangka kehidupannya akan berubah karena dua garis dalam tes kehamilan. Ia yang tidak tahu harus menceritakan kepada siapa memberanikan diri untuk memberitahukan sahabatnya Theo dan Aeryn.

Theo meminta Flo untuk memberitahukan Genta akan perihal ini. Namun, apa yang Flo harapkan harus pupus dan menjelma menjadi kekecewaan. Genta tidak menginginkannya dan ia tidak kuasa untuk menghancurkan kehidupan baru yang mulai berkembang dalam tubuhnya.

Melihat kekuatan yang berusaha Flo bangun membuat hati Aeryn perlahan terbuka untuknya. Diam-diam, ia berusaha melindungi Flo dengan caranya sendiri. Dan, kedatangan cinta yang tanpa ia sadari meruntuhkan pertahanan yang selama ini menjadi pelindung hatinya.

Flo merasa beruntung karena memiliki sahabat dan keluarga yang bersedia mengulurkan tangannya tanpa berusaha menghakiminya.

***

Ketika membaca prolog, saya sudah tertarik dengan tema yang diangkat penulis. Tema tersebut cukup tabu dan sedang hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Namun tema tersebut, tidak menyurutkan niat saya untuk berhenti membaca, melainkan penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.

One Little Thing Called Hope membuka mata saya akan masalah yang sering dialami para remaja masa kini. Apa yang dilakukan Flo adalah salah dan juga fatal. Namun, keinginan ia untuk memperbaiki kesalahannya membuat saya mulai memahami perasaannya dan juga perasaan para remaja lainnya yang mengalami hal serupa.

Lalu, peran orangtua yang menerima Flo apa adanya walau harus menelan kekecewaan menjadi perhatian khusus untuk saya. Saya sangat mendukung akan keputusan ibunya Flo dalam menghadapi masalah puterinya.

Sebagai orangtua pasti sangat sakit hati ketika mendengar kabar tersebut, namun bagaimana pun kita harus tetap mendukung keputusan anak kita dan juga menerimanya karena hal itulah yang dibutuhkan sang anak. Bukannya menjauhinya atau melantarkannya dan menjadikannya sebagai aib besar keluarga.

Sedangkan Genta, saya berharap ia tenggelam ke dalam laut dan tak akan kembali lagi ke atas permukaan. Dan, Flo begitu naifnya masih mencintai Genta setelah apa yang dia lakukan untuknya. Benar-benar Flo, kalau saya jadi kamu, sudah saya habisi Genta. *Ceburin Genta ke laut*

Untuk, Aeryn dan Theo, saya sangat menyukai mereka. Sikap Aeryn yang perlahan berubah kepada Flo. Dan juga, Theo yang tetap mau bersahabat dengan Flo dan selalu membantu Flo di saat-saat sedang membutuhkan. *benar-benar seorang sahabat sejati, tidak seperti Genta*

Selain itu, novel ini juga menjadi langkah baru sekaligus berani untuk sang penulis. Walau begitu, tidak meninggalkan ciri khas sang penulis. Dan, novel ini juga membuat saya tersadar untuk lebih berhati-hati dalam bertindak sebagai seorang remaja.

Review di blog: http://vancapella.tumblr.com/post/146...
Profile Image for Putri Review.
74 reviews13 followers
September 4, 2016
Actual score : 4,8 from 5 stars

Baca lebih lengkap review novel ini di blog Putri Review : Sisi Lain Kehamilan Remaja dalam novel "One Little Thing Called Hope" by Winna Efendi

Harus saya katakan, novel One Little Thing Called Hope melebihi ekspektasi saya. Karakterisasinya sangat menarik, begitu khas Winna dengan elemen-elemen unik yang membuat kita dengan mudah meresapi setiap tokohnya. Diksinya jangan ditanya, rapi dan mengalir. Elemen ceritanya detail, dengan toko burger favorit, hobi baking Flo yang begitu manis, dan obsesi Aeryn akan kenangan ibu kandungnya yang pedih menusuk hati. Di atas semua itu, alurnya-lah yang paling membuat saya terbengong-bengong. Mainly karena Winna berhasil mengkombinasikan karakter dan plot yang terdengar tipikal dan mengundang saya untuk menebak jalan cerita, namun dengan berani menempatkan plot twist yang tidak terduga.



Plot twist yang benar-benar terlewat dari dugaan saya tersebut bukan hanya membuat saya semakin penasaran untuk menyelesaikan One Little Thing Called Hope, namun juga menambah goresan pesan moral yang begitu membekas. One Little Thing Called Hope memang bercerita tentang karakter-karakter yang tidak sempurna, namun seperti judulnya, sarat akan harapan. Masalah yang diangkat memang terdengar cukup besar, namun Winna memilih untuk membawakannya dengan hangat dan manis, jauh dari dramatis. Kisah Aeryn, Flo, serta tokoh-tokoh lainnya seperti Genta, Theo, Stefan, ayah Aeryn dan Tante Hera, mengingatkan kita bahwa tidak ada masalah yang tak bisa dilewati jika dihadapi bersama dengan kepala dingin dan hati yang bijaksana.

Karakter utama novel ini memang remaja, namun One Little Thing Called Hope sangat pantas dibaca oleh semua umur. Memang, tidak semuanya pantas diteladani, namun sangat baik untuk mengingatkan kita bahwa setiap pilihan memiliki risiko, serta selalu ada harapan untuk kita.

Cheers dan standing ovation untuk Winna Efendi. Semoga One Little Thing Called Hope segera diangkat ke layar lebar. Saya benar-benar tak sabar untuk melihat Aeryn, Flo, Theo, Genta dan karakter2 lainnya bergerak dan berbicara.

13 reviews
July 30, 2016
Winna efendi emang gak pernah ngecewaiin. Setelah dikecewain sama dua novel yang terakhir kubeli (Apa Pun selain Hujan & My Other Half) sebenernya aku agak ragu mau beli novel ini, apalagi harganya cukup mahal dibanding novel2 Winna sebelumnya. Tapi krn aku nya emang udah ngefans novel2 Winna dari jaman Ai, akhirnya tetep dibeli walaupun dengan takut2 waktu mau bacanya soalnya takut kecewa. Tapi ternyataaa enggak! Khas Winna, ceritanya persahabatan ada cinta2 nya gitu hehe, tapi gatau kenapa aku gak pernah bosen dan selalu nemuin perasaan yang beda tiap baca novel Winna meskipun garis besar ceritanya mirip (tentang persahabatan dan cinta). Gak tau kenapa aku yang sebenernya udah gasuka dan gacocok lagi baca teenlit, tapi kalo punya Winna entah knp bisa suka aja. Kalau tulisan Winna gatau kenapa meskipun tokohnya anak SMA tp aku sama sekali gak ngerasa lagi baca teenlit. Kata kata di novelnya tetep sederhana, dewasa, dan nggak lebay. Sukalaaah pokoknya, apalagi sama karakter Flo, meskipun aku berharap Genta berubah pikiran sbenernya
Profile Image for Vir.
100 reviews6 followers
August 17, 2016
Gue suka.

Cerita Winna Efendi itu khasnya pasti ada tentang perpisahannya.
ex. remember when, girl meets boy, dan one little thing called hope.

Dibuku ini gue berasa disuguhkan cerita yang berkelas, gak murahan dan gue suka cara Winna Efendi menyisipkan quotes yang menurut gue oke banget, persis kayak karya Winna Efendi di buku sebelum-sebelumnya.
Profile Image for Lelita P..
621 reviews59 followers
April 24, 2017

Saya sudah lama membaca novel ini di Google Books, tapi hanya bisa sampelnya saja karena tidak punya cukup kredit untuk membeli. Begitu melihat buku ini termasuk yang didiskon pada Hari Kartini kemarin, saya tak ragu untuk membelinya, dan saya sangat menikmati perjalanan membacanya--sebagaimana saya selalu menikmati novel-novel Mbak Winna.

Sebagai novel remaja, bisa dibilang novel ini "berani" karena mengangkat salah satu tema yang cukup sensitif yaitu kehamilan di luar nikah pada usia remaja. Di pengantar bukunya Mbak Winna mengatakan bahwa dia menulis ini ketika dia sendiri telah mengalami kehamilan dan melahirkan, jadi saat membaca bagian-bagian tentang itu, terasa sekali jiwa dan emosinya. Selebihnya khas Mbak Winna: romansa remaja yang naik-turun tapi manis, karakter-karakter remaja yang memiliki latar belakang keluarga "tidak sempurna", dan proses pembangunan chemistry bagaimana tokoh-tokoh itu bisa saling mengenal dan perlahan menyembuhkan.

Dari semua novel Mbak Winna yang sudah saya baca, saya merasa novel ini paling realistis dan kita mudah merasa dekat dengan tokoh-tokohnya. Memang gaya hidup sekolahan si tokoh-tokoh masih high class dan sebagainya--sesuatu yang tak akan pernah bisa relatable untuk saya--tapi secara karakterisasi dan latar belakang keluarga, mereka terasa dekat, membumi, mudah ditemukan di kehidupan sekitar, bahkan secara personal saya merasa sangat empati karena saya pernah berada di posisi yang mirip, dalam hal ini Aeryn. Wah, dia itu tokoh favorit saya banget. Saya berterima kasih Mbak Winna menciptakan tokoh Aeryn.

Khas Mbak Winna Efendi yang paling saya suka adalah bagaimana dia selalu memperhatikan detail dalam setiap tulisannya. Hal-hal sederhana, kadang sangat trivial, tak luput dari deskripsinya... baik dalam narasi maupun untuk membangun karakter dalam novelnya. Dan bagi saya, yang juga menyukai detail-detail kecil, hal-hal itu sangat menyentuh.

Novel Mbak Winna selalu tebal, flow alurnya tidak pernah terlalu cepat karena gaya tulisannya yang mendayu, tapi saya tidak pernah bosan. Empat ratus halaman menjadi petualangan membaca yang menyenangkan, kita dibawa mengikuti kehidupan si tokoh-tokoh dan bagaimana karakter mereka berkembang setelah mengalami life changing experience. Di sana para tokoh belajar, kita pun sebagai pembaca belajar. Dan pada akhirnya, setelah menutup novel Mbak Winna--khususnya yang ini--kita akan mensyukuri banyak hal yang sebelumnya luput untuk disyukuri.
Profile Image for Dion Sagirang.
Author 5 books56 followers
February 2, 2017
Ini favorit saya dari Winna--meskipun saya melewatkan dua buku bersetting Jepang dan tidak menamatkan Glam Girls Series yang terlalu cewek.

Apa yang saya lihat dari masing-masing karakter atas tindakan mereka semuanya beralasan dan kuat. Saya suka cara Aeryn mengingkari perasaan kehilangan. Theo yang mengesampingkan hal penting lain dalam hidupnya demi sang mama yang maha penting. Flo dengan keputusannya untuk menjadi seorang yang "lebih dewasa" dan saya paling suka dengan sikap Tante Hera. Kalau semisal dia ada di dunia, maka dia adalah ibu favorit. Kehidupan di masa lalunya yang membuat perempuan itu dewasa dalam menyikapi masalah yang hampir serupa.

Well, saya sepertinya akan menantikan buku-buku lain penulis.
Profile Image for Rere.
192 reviews
February 2, 2017
"Collect moments, not things. Lost things can often be found, but lost moments will never be rediscovered." (Mama - One Little Thing Called Hope, hal. 378)

Mbak Winna Efendi kembali lagi dengan novel bertemakan keluarga setelah sukses membuat saya menangis dengan Happily Ever After dan Girl Meets Boy. Novel ini pun kembali mengisahkan sebuah keluarga, episode kehidupan baru yang dijalani Aeryn Hidayat setelah Mamanya meninggal dan Papanya menikah dengan Tante Hera serta masuknya orang-orang baru, Florence, saudari tirinya, dan Theo, sahabat kecil Flo, ke dalam hidupnya. Awalnya, Aeryn sangat tidak suka akan kehadiran Tante Hera dan Flo. Terlebih lagi, begitu cepatnya sang Papa menikah lagi, merombak kamar kerja sang Mama dan berniat membongkar taman mawar yang dirawat penuh perhatian oleh sang Mama. Aeryn menolak segala sesuatu yang membuatnya dapat melangkah maju, menolak melupakan sang Mama dan merasakan kebahagiaan. Bahkan Aeryn menolak kebaikan dan kehangatan Tante Hera dan Flo. Namun, seiring berjalannya sang waktu, Aeryn pun mulai menerima perubahan-perubahan kecil dan mau mengambil langkah-langkah kecil dalam hidupnya; menerima Flo dan Tante Hera, berteman dengan Flo, mengenal Theo dan jatuh cinta. Dan Aeryn pun sadar bahwa dengan menerima kebahagiaannya yang sekarang bukan berarti dia melupakan dan mengkhianati sang Mama.

Tentang plot, tidak perlu dipertanyakan lagi. Idenya mungkin memang sudah umum. Namun saya tetap bisa menikmatinya.

Genre? Sudah pasti drama keluarga dan romance (walau lebih menonjol drama keluarganya). Dan saya sangat menyukainya. Yah saya selalu menyukai buku-buku karangan mbak Winna Efendi. Tapi saya sangat menyukai SECARA KHUSUS karya-karya terbarunya, seperti Girl Meets Boy, Happily Ever After dan novel ini. Saya sangat suka bagaimana mbak Winna Efendi menghadirkan konflik di dalam novel ini. Genre drama memang bukan termasuk favorit saya, tetapi apa salahnya membacanya? Dari novel-novel seperti One Little Thing Called Hope inilah saya bisa belajar tentang kehidupan, tentang keluarga dan sebagainya.

Ada beberapa tokoh yang merupakan kesukaan saya. Pertama, Papa. Walaupun dia membuat keputusan untuk menikah lagi setelah kematian Mama, namun Papa melakukannya demi Aeryn. Dan meskipun Papa menikah lagi dan mulai melangkah maju, bukan berarti Papa melupakan Mama. Lalu, Tante Hera. Tante Hera memang patut diacungi jempol. Meskipun mendapatkan masalah yang sangat berat terkait Flo, Tante Hera tetap berkepala dingin dan berada di pihak Flo saat kebanyakan orang tidak memihak Flo. Tante Hera adalah cerminan seorang ibu yang sabar, tenang dan penyayang meskipun Tante Hera juga manusia biasa yang dapat menangis dan rapuh. Namun, demi keluarganya, Tante Hera bisa menjadi orang yang kuat. Ketiga, Flo. Sepanjang membaca novel ini, kadang kala saya mendapati diri saya menyalahkan Flo atas apa yang terjadi. Namun, keputusan-keputusan yang terpaksa dibuatnya membuat saya menyukai Flo. Keempat, Aeryn. Walau awalnya menolak perubahan dalam hidupnya, namun lambat laun Aeryn mau menerima perubahan-perubahan tersebut dan dapat menyikapi permasalahan dengan kepala dingin (kecuali masalah cinta tentunya). Dan Aeryn pun menjadi salah satu orang yang tetap berada di samping Flo dan membantunya di kala Flo berada dalam kesulitan. Terakhir adalah Theo. Yang saya sukai dari Theo adalah bagaimana dia berterus-terang atas apa yang dia rasakan. Ya mungkin kesannya ceplas-ceplos. Tapi justru itu yang saya sukai dari Theo.

Kalau karakter yang tidak saya sukai? Jelas Genta dan orangtuanya. No need other reasons to dislike them.

Bagi saya, novel ini tidak seperti novel-novel mbak Winna pada umumnya. Tidak bosan dibaca. Bisa dibaca berulang kali dan tetap asyik untuk dinikmati. Dan bisa diambil pelajarannya

Terkadang, kita hidup dengan mengambil keputusan yang salah. Namun, kita bisa mengambil pelajaran dari keputusan yang salah itu. Cinta itu masalah hati. Seberapa kerasnya kita merasionalisasikan cinta, cinta tetap akan membuat kita jatuh. Jalinan keluarga bisa terjalin dengan orang-orang yang tidak memiliki ikatan darah sekalipun. Dan mengambil satu langkah kecil dalam hidup lebih berarti daripada tidak sama sekali. Kadang kala, orang-orang yang berada di sisi kita adalah orang-orang yang tidak terduga. Menerima perubahan dalam hidup dan merasakan kebahagiaan setelah kehilangan seseorang bukan berarti kita melupakan atau mengkhianati orang tersebut. Itu artinya kita terus melangkah maju tanpa perlu melupakannya.

"But love becomes clear when in pieces
What you couldn't see and hear during peace is
Why a heart becomes ears in two pieces"

Tablo - Cave Me In by Gallant x Tablo x Eric Nam


Ditemani Gallant x Tablo x Eric Nam - Cave Me In kala membaca novel ini
Profile Image for Aisyia Zahra.
61 reviews2 followers
October 14, 2016
Butuh waktu lama ngabisin buku ini gegara banyak godaan pada buku-buku lain yang tak bisa kuabaikan /halah/

Gue rasa buku ini lebih oke dari buku Winna sebelumnya, Girl Meets Boy -yang baru separo gua baca haha-, karena ide ceritanya yang lebih real, lebih logis, sehingga rasanya lebih ngena. Plot twistnya juga oke, sederhana, tapi ga ketebak dan masuk akal.

Tokoh-tokoh yang diciptakan Winna yang kuat emang udah jadi ciri khasnya, dan gue paling suka sama Aeryn! Aeryn tuh gimana ya.. ga bertele-tele gitu. Kece. Badass. Yeah. Juga Theo yang rasanya minta gua pacarin karena perhatian bangetnya itu. Flo yang merepresentasikan cewek baik banget yang polos yang ga bisa buat disalah-salahin, tapi nyebelin muahaha. Orang kaya gitu emang ada di dunia nyata, percaya deh. Gue tadinya ga suka Flo sih, tapi gue suka cara Winna ngebuat karakternya. Dan.. Genta? Ugh cowok brengsek gitu mah gue tai-tai-anjir-anjir-in pas lagi baca part yang ada dianya, hahaha..
Profile Image for D E A | booksinfluence.
1 review
July 5, 2016
Kisah persahabatan yang tak terduga di antara orang-orang yang dipertemukan secara tak sengaja , keteguhan hati untuk bertahan pada pilihan meski itu sulit. Juga tentang cinta dan harapan yang harus dibagi dan direlakan pergi.
Kalimat-kalimat di atas pas banget buat menggambarkan isi dari novel ini.
Flo dan Aeryn yang dipertemukan karena kedua orang tua mereka yang menikah lagi. Keteguhan hati Flo yang harus tetap bertahan pada pilihan hatinya dengan segala risiko yang ditanggung. Kerelaan Aeryn untuk "berbagi rumah", papa untuk orang asing di rumahnya juga tentang melepaskan sesuatu demi melanjutkan hidup.

Sukaaa banget sama One Little Thing Called Hope, terasa banget "Winna" nya di novel ini. Simple tapi berkesan. Salah satu novel favorit mulai sekarang yang langsung aku bungkus plastik biar awet terus. Bukan bagus, keren, unik, indah yang saya rasakan. Tapi LEBIH, so much feeling that i can't explain, felt so healing karena pesan-pesan kehidupan yang dihadirkan dalam novel ini. Di beberapa bagian dari novel terutama dari tengah ke akhir, banyak banget halaman yang membuat aku menangis :'( Ini kelebihan novel Winna yang menghadirkan detail dan alur cerita yang keren.
Buat kalian yang emang suka baca novel dengan sarat pesan dan makna di dalamnya, novel ini saya anjurkan untuk baca!!!
Bukan kisah romantisme biasa yang dihadirkan. Kisah cinta antar kekasih, sahabat, dan keluarga dikemas menarik dalam novel ini. Alur yang mengalir dengan konflik baru yang dimunculkan di beberapa halaman membuat saya ingin terus membaca dengan tak sabar dan menerka-nerka, terutama PROLOGnya yang ampun, baca selanjutnya jadi dengan perasaan ga tenang tapi senang :p

Saya mengikuti PO yang diadakan oleh salah satu took buku online untuk dapatkan buku ini (PLUS tanda tangan Kak Winna PLUS Free Pouch PLUS diskon berapa % gitu, what a lovely chance )
Tertarik sama novel ini dari sebelum diterbitkan. Sempat ikutin Voting Covernya dan gakepilih tapi gapapa juga sih, cover yang kepilih skarang pas banget dengan isinya yang simple tapi SUPER BERKESAN.
Berikut beberapa quote dari sekian banyak quote yang aku suka (semoga bisa membuat kalian makin penasaran dan HARUS baca novelnya):
“… tapi bukan itu yang bikin aku jatuh cinta sama dia. Mungkin rasa suka yang sesungguhnya adalah nggak menemukan alasan, tetapi tetap menyukainya.” Hal. 280

“Sekarang mungkin semuanya terasa mustahil dan sulit. Tapi, seiring dengan waktu, mungkin lo akan melihat segala sesuatunya dengan lebih jelas. Selangkah demi selangkah, sampai lo tahu apa yang harus lo lakuin.” Hal. 121

"Rasa sayang terhadap setiap orang yang ada dalam hidup kita nggak sama, baik dalam bentuk maupun kadarnya, Ryn. Papa nggak bisa jelaskan dengan baik, tapi satu hal yang pasti - rasa sayang papa buat mamamu nggak akan pernah pudar." Hal. 235


Selamat membaca buat kalian yang belum membaca. Terima kasih kak Winna buat novelnya <3
Profile Image for Asmira Fhea.
Author 7 books31 followers
January 8, 2017
Buku pertama yang selesai dibaca di 2017!

Ada beberapa quotes yang saya suka:

"Rasa sayang terhadap setiap orang yang ada dalam hidup kita nggak sama, baik dalam bentuk maupun kadarnya, Ryn. Papa nggak bisa jelaskan dengan baik, tapi satu hal yang pasti--rasa sayang Papa buat mamamu nggak akan pernah pudar." (hlm 235)

"...tapi, akhirnya Bunda sadar, memikirkan aneka versi 'seandainya' nggak akan bawa kita ke mana-mana. Yang ada kita cuma jalan di tempat, terperosok dalam kemungkinan-kemungkinan yang nggak bakal terjadi. Toh, waktu nggak bisa diulang kembali. Lagi pula, dengan begitu Bunda jadi mendapatkan kamu--dan Bunda nggak ingin mengubah apa pun tentang itu." (266)

"Kalau itu memang terjadi, terus kenapa? Setidaknya, kalian sudah berbagi sesuatu yang istimewa, sesuatu yang indah meski harus berakhir. Lalu, gimana kalau apa yang selama ini kamu takutin ternyata nggak terjadi sama sekali? Bukankan kamu jadi kehilangan sebuah kesempatan yang berharga? Apa arti Theo buat kamu sebegitu kecilnya sampai kamu nggak mau mengambil risiko untuk memulai?" -Flo

Winna emang spesialis romens-teenlit yah! Kali ini topik yang dibawakannya emang lebih sensitif dan emang nyangkut ke pergaulan remaja masa sekarang--versi lebih dewasanya. Karena (kayaknya) jarang ada orang tua yang kayak bundanya Flo ketika harus melewati kasus itu, juga jarang ada orang yang kayak Genta--yang serta merta nggak denial dapat kabar begitu.

Meski nggak serta-merta membuat saya sebaper Happily Ever After, sih... tapi saya ngerasain gimana konflik batinnya Aeryn dari awal, dilemanya Flo terhadap perubahan hidupnya, serta tokoh-tokoh pendukung dan permasalahan hati yang dibahas begitu dewasa. Sesuatu yang menjadi titik kenapa saya ngefans sama tulisan Winna.

Can't wait for the next book!

-AF :)
20 reviews3 followers
December 9, 2016
Omaigaatttttttt!
Ngebut baca 3 jam doang.
Mbak Winna as always, punya magical dalam tiap rangkaian kata dalam novelnya. Magical yang kumaksud adalah tiap kata-katanya selalu menarik aku buat baca tanpa ada keinginan untuk berhenti dan ingin segera melahapnya cepat-cepat. Aku sampe begadang saking gak ingin berhenti baca novel ini.
Novel ini fix komplit banget. Tentang keluarga, persahabatan, cinta yang digambarkan sederhana namun kesaanya dalem dan natural kayak nyata banget.
Karakter favotiku adalah Theo, karena cowok pintar ganteng baik-baik itu jarang kutemukan. Flo, walaupun berbeda dengan manusia kebanyakan, ia adalah gadis luar biasa yang selalu memandang sesuatu dengan cara positif dan optimismenya tinggi. Sedangkan Aeryn, dengan segala kelebihan dan kepopulerannya sebenarnya adalah cewek baik-baik yang punya hati selembut kapas *eaaa
I recommend this book to everyone who wants to read something interest and unforgetable!
Profile Image for Yuli Pritania.
Author 24 books286 followers
October 2, 2016
Beli buku ini ikutan PO, tapi baru dibaca sekarang. Mungkin karena novel-novel Mbak Winna perlu dinikmati pada waktunya sendiri, pada momen yang tepat. Dan memang setelah mulai serius membaca, saya terus melanjutkan hingga tamat.

Masih bergenre teenlit, atau new adult--karena temanya yang cukup berat. Meski begitu, gaya bercerita Mbak Winna tetap membuat kisah ini terasa ringan dan menyenangkan; sarat pesan moral yang tidak menggurui. Perkembangan tokoh-tokohnya, perubahan-perubahan yang terjadi, konflik yang disuguhkan, selalu menarik untuk dinikmati, seperti biasa. Selalu ada ciri khas pada tiap karakter, kebiasaan dan kesukaan mereka masing-masing. Inilah yang membuat saya selalu merasakan urgensi untuk membeli buku-buku Mbak Winna, satu-satunya penulis Indonesia dengan novel bergenre teenlit atau new adult (saya bisa dibilang skeptis--ogah--sama genre ini) yang terus saya beli dan baca karya-karyanya.
Profile Image for Zahra Shafa.
25 reviews9 followers
October 7, 2016
Ada ketidakrelaan saat berada di halaman penghujung buku ini.
Tadinya, sempet ragu mau beli karena harganya yang hmm lumayan mahal menurutku, dan tema yang diangkat masih seputar cinta dalam persahabatan, sama seperti tiga novel Winna yang kubaca sebelumnya. Tapi, setelah baca halaman pertama rasanya seperti ada magnet yang menarik untuk lanjut membaca.
Voila, ternyata buku ini nggak mengecewakan dan worth to read!

OIYA, sebenernya aku ngeship Theo sama Flo, hehehe
Dan, Genta, apa kabarnya ya? Padahal, aku berharap di ujung kisah ini diceritakan sedikit lagi tentang Genta. Tapi, memikirkan bagaimana tidak bertanggungjawabnya cowok itu bikin kesel juga sih. Oh, aku juga penasaran dengan kehidupan Hope :")
Nata, Niki, Anna juga jadi cameo di sini. Berhasil mengobati kerinduanku terhadap Nata :'')

Overall, aku sukaa banget sama buku ini dan ini adalah buku Winna favorite-ku! :)
Profile Image for Arsiani Pramanti.
43 reviews
July 25, 2016
Novel terbaik ka Winna yang pernah ku baca selain Happily Ever After dan Tomodachi. Penantian 2 minggu pre-order benar-benar worth it!
Aku suka Aerlyn karena dia berani. Aku suka Flo karena dia mengajarkanku untuk bersikap baik pada semua orang dan berhasil mengingatkanku kalau sesuatu yang baik pasti akan datang kalau kita sabar menunggu. Dan aku suka Theo, karena dia rela melakukan hal apapun asalkan sahabatnya bahagia, seperti makan kue manis Flo walaupun dia tidak suka manis.

P.s. Ka Winna, aku seneng kakak bikin tokoh laki-laki seperti Theo. Pintar, suka baca, suka musik, suka Sherlock apalagi versi tv series! Episode favorite kita sama lagi yaampun aku nggak kuat lagi sama Theo
Profile Image for Arief.
73 reviews1 follower
July 24, 2016
"... langkah-langkah maju--sekecil apa pun itu--adalah permulaan yang baik." - pg 412.

Buku ini penuh dengan diksi yang indah. Karakter-karakternya pun seolah nyata. Tema yang diangkat pun sangat menarik, tentang seorang gadis yang mengalami kehamilan di luar nikah. Dan bagaimana mengatasi permasalahan itu. Dan juga mungkin mematahkan pemikiran usang 'Cinderella's mean step mother and sister.", bahwa keluarga tidak melulu soal tentang darah daging yang sama.

I think this is one of my favorite Winna's book setelah Happily Ever After.
Profile Image for Dhani.
257 reviews17 followers
July 19, 2016
Menurut saya ini buku terbaik Winna sejauh ini. Bahkan setelah satu minggu lamanya usai membaca, kehangatannya masih terasa di hati.Novel ini mengajak kita kembali ke inti kebahagiaan sejati, yakni keluarga dan sahabat sahabat terbaik. Di novel ini, Winna matang menuliskan semua elemen ceritanya, baik tokoh tokohnya, konflik konflik yang terjadi.Satu pesan yang masih tertangkap sampai kini adalah, kita bisa buat kesalahan, tapi itu bukan pembenaran untuk melakukan kesalahan kesalahan berikutnya. Sukses ya Win, ditunggu novel novel berikutnya yang menghangatkan hati.
Profile Image for Nana.
405 reviews26 followers
February 20, 2017
Ceritanya adalah tentang proses menyembuhkan rasa kehilangan dan menerima perubahan. Melalui "kecelakaan".

Sama seperti kisah-kisah YA Winna Efendi sebelumnya, walau setting-nya di Indonesia, suasananya luar negeri banget ya.
Profile Image for Putri Annisa .
27 reviews
July 14, 2016
Karya mbak Winna favoritku setelah Happily Ever After dan Unforgettable
Profile Image for Mahfudz D..
Author 1 book21 followers
October 4, 2016
Best Indonesian teen/young adult book I ever read... :D

Review menyusul kalau sempat ~
Displaying 1 - 30 of 92 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.