Jump to ratings and reviews
Rate this book
Rate this book
"Jangan pernah membenci Mamak kau, jangan sekali-kali. Karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kau, Amelia, Burlian dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta serta rasa sayangnya kepada kalian..."

Meski dibesarkan dalam kesederhanaan, keterbatasan, berbaur dengan kepolosan dan kenakalan. Mamak selalu menanamkan arti kerja-keras, kejujuran, harga diri serta perangai tidak tercela. Dan di sini, kasih sayang keluarga adalah segalanya. Selamat datang di dunia anak-anak yang tidak pernah kalian bayangkan.

351 pages, Paperback

First published January 1, 2010

205 people are currently reading
3370 people want to read

About the author

Tere Liye

72 books13.5k followers
Author from Indonesia.

"Jangan mau jadi kritikus buku, tapi TIDAK pernah menulis buku."

"1000 komentar yang kita buat di dunia maya, tidak akan membuat kita naik pangkat menjadi penulis buku. Mulailah menulis buku, jangan habiskan waktu jadi komentator, mulailah jadi pelaku."

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
1,802 (45%)
4 stars
1,460 (37%)
3 stars
534 (13%)
2 stars
72 (1%)
1 star
53 (1%)
Displaying 1 - 30 of 257 reviews
Profile Image for Hairi.
Author 3 books19 followers
December 23, 2010
Menggigit, riang, mengenyangkan, bikin senyum2, ketawa-ketiwi.



Saya suka banget ama buku ini. Tak banyak.. atau bahkan hampir tidak ada buku yang bisa menghibur saya di saat saya dalam periode bete stadium akut, tapi buku ini bisa.. *takjub*. Terima Kasih Pukat telah menjadi teman yang sangat menyenangkan dalam masa-masa itu.. :)



Suka cerita waktu Raju, temannya si Pukat jatuh cinta. Aiiih... Cinta emang bumbu yang paling lariss deh. Tapi ini beda, cinta monyet gitu. Dan saya tesenyum lebaaar waktu menemukan alasan Raju kenapa dia akhirnya berhenti untuk mencintai seorang wanita. Alasannya... Lucu banget.. khas anak kecil :p



Kau tahu kenapa kebanyakan orang menganggap kecantikan seorang perempuan lebih penting dibandingkan perangai yang baik? Karena di dunia ini, lelaki bodoh jumlahnya lebih banyak dibandingkan lelaki buta.(hal. 178)



Trus.. Bagaimana saat Raju dan Pukat bertengkar.. Ditulis dengan bahasa yang segar tapi sukses membuat saya tertampar. Bagaimana saya tidak jatuh cinta pada buku ini? :p

Kalau kau tidak suka dengan seseorang dalam hal-hal tertentu, bagaimana mungkin kau dengan mudah jadi menyingkirkan kedekatan dan rasa suka di banyak hal lainnya? (hal. 86)



Walaupun saya sempat terganggu dengan 'dimatikannya' Raju, lha kok sama gitu dengan buku terdahulu (Burlian)? Sama-sama ada temannya yang mati. Tapiii... lagi-lagi saya harus mengingat dan menerapkan satu hal, "Jangan menyimpulkan sesuatu jika belum membacanya sampai akhir."



Berbagai hal yang mendidik juga ditemukan di buku ini.. tapi penulisnya menyampaikan tidak seperti menggurui. Keren banget deh, seperti belajar sambil bermain. Bagaimana mengingatkan kita untuk tidak memakan bangkai saudaranya sendiri, bagaimana mengingatkan kita betapa mahalnya sebutir beras, tentang kejujuran juga tentang cinta seorang Ibu daann... ada tips buat menulis khas Tere Liye ;)

Jika kau terbiasa memiliki keluarga, teman dan lingkungan sekitar yang baik, saling mendukung, maka kau akan tumbuh dengan sifat yang baik dan elok pula. Tidak jahat, tidak merusak. Siapa yang paling tahu kau memiliki sifat apa? Tentu saja kau sendiri. (Hal. 94)



Oya, novel ini juga menggambarkan betapa harmonisnya sebuah masyarakat di satu kampung. Gotong royongnya itu loh.. Kereeen... :D



Ah... suka.. suka.. suka... *upin-ipin mode on*
Profile Image for Indah Azlina.
2 reviews
August 24, 2010
“Baiklah, mungkin ada gunanya juga kau tidur di luar malam ini. Berfikir. Pikirkan kalimat Bapak ini, kau tahu, kenapa setiap anak harus mendengarkan nasehat, larangan, atau apa saja dari Mamak-nya? Sungguh bukan karena Mamak pernah jadi anak kecil, sedangkan kau belum pernah jadi orang dewasa. Bukan karena ukuran usia atau kedewasaan…. Tetapi jikau kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kau, Amelia, Burlian dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian.”


Serial anak-anak Mamak dalam “Pukat”, menceritakan sekelumit petualangan Pukat, saudara-saudaranya, dan teman-teman sebayanya dengan segala keluguan dan kenakalannya, namum memendam nilai-nilai luhur yang sangat amat patut untuk dilestarikan. Kejujuran, kasih sayang dan persahabatan yang dibungkus dengan kenakalan dan keterbatasan anak-anak.

Kisah Pukat memberikan inspirasi banyak hal tentang dunia anak yang dipenuhi naluri belajar sambil bersenang-senang. Pukat di gambarkan sebagai sosok yang pintar dan mempunyai cita-cita menjadi seorang Peneliti. Burlian digambarkan sebagai seorang anak yang hanya sibuk bertanya, bertanya dan bertanya . terlepas dari itu semua, kisah ini penuh kejutan-kejutan hingga di lembaran terakhir. Puas rasanya menyantap buku ini. Terlalu banyak pesan moral yang sangat penting, walau untuk orang seusiaku, karena buku ini diperuntukkan bagi pembaca lintas usia. Salah satunya, cerita ini hadir sebagai sebuah karya sastra yang menampilakan kehidupan para tokoh yang tumbuh bersama alam. Ah, pokoknya, intinya, Novel ini RECOMMENDED AND MUST READ!!!

Profile Image for Fizah.
30 reviews9 followers
November 27, 2012
“Lubang pembuangan terkotor di dunia adalah mulut kita. Nek Kiba menghela nafas pelan, Mulut kitalah yang setiap hari mengeluarkan bau paling memualkan, mulut kitalah yang tega mengunyah bangkai, mulut kitalah yang menelan lantas memuntahkan kotoran busuk. Oi, andaikata kalian bisa menjaganya, tetap kebanyakan dari kalian tidak bisa menghindari mulut mengeluarkan sampah-sampah tidak berguna, meski tidak bau dan tidak mengganggu. Kalian tetap sering mengeluarkan ucapan mubazir, perkataan sia-sia. Apalagi yang sama sekali tidak bisa menjaganya. Sungguh itulah lubang pembuangan terkotor di dunia”.

“Jual beli itu dihalalkan. Siapa yang menjual dengan baik, memberikan barang dengan benar, tanpa menipu, senang hati melebihkan timbangan, member bonus tambahan, niscaya dia mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat” dan juga “Rasa senang yang muncul tidak bisa dibeli dengan uang segunung”.

“Jangan pernah membenci Mamak kau, jangan sekali-kali Karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kau, Amelia, Burlian dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian…”.

“Kiba, tidak ada yang paling menyedihkan didunia ini selain kehilangan kejujuran, harga diri, dan martabat. Kita sudah kehilangan semuanya. Bapak kau pergi selamanya. Harta benda, Kebun ladang, Pendidikan, semuanya. Berjanjilah Kiba, berjanjilah walau hidup kita susah, sebutir beras pun tidak punya, kau tidak akan pernah mencuri, tidak akan merendahkan harga dirimu demi sesuap makanan”.

Profile Image for Septika.
62 reviews13 followers
June 17, 2010

Saya sudah terkontaminasi virus ‘Tere Liye’ ahahaaa… Buku2 bang Tere sukses menghipnotis saya, termasuk buku ‘Pukat’ ini,,kembali saya beri 4 bintang *plok..plok..plok*

Pukat merupakan buku ke-3 dari serial anak2 mamak, tetapi menjadi buku ke-2 yang terbit setelah Burlian. Untuk urutan terbit buku2 dalam serial anak2 mamak ini, sungguh saya masih bingung, kenapa penulisnya tidak menerbitkan sesuai dengan urutan kelahiran anak2 mamak, dari yg tertua Eliana-Pukat-Burlian-Amelia, tetapi justru acak: Burlian-Pukat-rencananya Amelia dulu-terakhir Eliana. Lepas dari urutan penerbitan buku2 itu,,saya tetap bersemangat mengikuti serial ini,,lagipula buku ke-2 bukanlah sambungan dari buku sebelumnya,,hanya tokoh2nya yang sama,,sehingga kita bisa saja membaca Pukat dulu baru kemudian Burlian,,tanpa merasa kebingungan.

Buku ini menampilkan tokoh utama seorang anak laki2 dari pedalaman Sumatera yang duduk di kelas 6 SD. Pukat mempunyai seorang kakak –Eliana yang bersekolah di SMP di kota kabupaten-, dan dua orang adik –Burlian (kelas 5) dan Amelia (kelas 4). Walaupun mereka hidup jauh di desa kecil,,tetapi mereka tetap merasakan keriangan masa-masa indah kanak-kanak,,yang diisi dengan sekolah plus PR yang setumpuk dari Pak Bin, bermain bola air sambil mandi di sungai setiap sore, kenakalan2 sehingga diomeli mamak setiap pagi-siang-sore, dan keharusan membantu bapak-mamak di ladang-hutan.

Pukat diberi predikat ‘anak pintar’ oleh orang tuanya dan penduduk kampung lainnya. Dia dianggap sebagai anak yang tahu jawaban dari semua pertanyaan dan teka-teki. Pukat lebih senang bertindak sebagai pengamat, dan berpikir untuk menemukan sebuah jawaban, berbeda dengan adiknya Burlian yang banyak bertanya sampai malas berpikir sendiri. Hanya satu teka-teki dari Wak Yati yang tidak bisa dijawab Pukat.
“Langit tinggi bagai dinding, lembah luas ibarat mangkok, hutan menghijau seperti zamrut, sungai mengalir ibarat naga, tak terbilang kekayaan kampung ini. Sungguh tak terbilang. Maka yang manakah harta karun yang paling berharganya?”
Wak Yati membuat Pukat berjanji akan segera datang secepat mungkin untuk menemuinya jika sudah tahu jawabannya, bahkan jika nantinya harus menyebutkan jawaban tersebut di atas pusara Wak Yati.

Begitulah Pukat dan saudara2nya, meski dibesarkan dalam kesederhanaan dan segala keterbatasan, Mamak mereka selalu menanamkan pentingnya kejujuran, kerja keras, harga diri dan perbuatan baik. Banyak nilai-nilai kehidupan yang sudah sering ditinggalkan sekarang ini,, dijabarkan dengan baik melalui interaksi antar tokoh2 di buku ini tanpa terkesan menggurui. Salah satu contohnya yaitu di bab ‘Petani adalah Kehidupan-3’, yaitu melalui kata2 bapak kepada Pukat dan Burlian saat berada di ladang.

“Petani adalah kehidupan. Proses panjang menghargai kasih sayang alam dan lingkungan sekitar. Proses panjang dari rasa syukur kepada yang maha kuasa. Padi2 ini tumbuh subur, tapi hanya dengan kebaikan Tuhan-lah, esok lusa akan muncul bilur2 padi. Kita tidak akan pernah bisa menumbuhkan padi, membuatnya berbuah, kita hanya bisa membantu prosesnya.” ---hal.313

“Tetapi apapun yang terjadi, kita sudah melaksanakan prosesnya dengan baik. Sekarang tinggal menunggu dan berharap. Itulah kebijaksanaan tertua yang dimiliki leluhur kita. Menunggu dan berharap. Selalulah meminta pertolongan dengan 2 hal itu. Menunggu itu berarti sabar. Berharap itu berarti doa.” --- hal 314

Atau melalui teka-teki Wak Yati:
“Waktu adalah segalanya, tidak ada yang memilikinya. Tidak ada yang bisa meminjamkannya. Bagaimana cara menghabiskan waktu dengan baik, tanpa beban dan tanpa keluhan?
Jawabannya: berpikir,,bekerja keras,,dan bermain!!” --- hal 176

Kasih sayang keluarga juga sangat terasa dalam aliran kata-kata di buku ini, terlebih lagi kasih sayang mamak, seperti kata bapak:
“Jangan pernah membenci Mamak kau, jangan sekali-kali… karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kalian, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian.”

Jadi teringat dengan ibuku,,yang entah sudah berapa ribu kali aku tidak menuruti kata2 ibu (terutama waktu kecil,,sering kabur lewat jendela saat waktunya tidur siang hehee),,dan sampai segede ini belum bisa membanggakan & membahagiakan beliau
Ibuuuu…maapin anakmu ini. I lope u full……ibu #1 di dunia ^.^


Profile Image for Ummu Auni.
663 reviews
February 5, 2011
Berbeza dengan Burlian di mana setiap bab merupakan satu kisah kecil satu kehidupan, Pukat disajikan oleh penulis sebagai satu cerita/ wadah kehidupan dari kaca mata Pukat (abang Burlian). Sungguh lebih banyak kisahnya yang panjang-panjang, yang banyak menyebabkan saya berfikir.

Pukat digelar anak pandai, namun pandainya tidak begitu ditonjolkan, kecuali di awalan cerita di mana mereka dapat memerangkap pencuri di dalam keretapi.

Masih ada unsur lelucon di dalam kisah ini, cinta pertama Raju yang pertama kali terlihat Saleha, hingga menjadi gila bayang, ataupun kisah Pukat membantu Ibu Ahmad menjaga gerai. Sebagai seorang abang, boleh dikira dalam kenakalan Pukat, Pukat lebih matang berbanding Burlian, dan dalam kematangan itulah, ceritanya lebih berkisar kepada penat lelah seorang petani membuka hutan untuk dijadikan sawah, ataupun kisah Wak Yati yang disayangi mereka. Dan penghujung kehidupan Wak Yati, yang digambarkan sederhana tetapi terkesan di hati.

Jujurnya Pukat mengajar kita menghargai sesuatu! walaupun sekecil mana usaha yang dicurahkan.

Saya tertawa kecil membaca saat Pukat mendengar kata Wak Yati (Pukat, Tere-Liye, 2010)

Beratus kisah puteri jelita, tidak akan berhenti hingga kiamat nanti. Berjuta wanita hendak cantik, tidak akan pernah sedar sehingga ketuaan datang tidak tertahankan. Kau tahu kenapa?

Kerana di dunia ini, lelaki bodoh jumlahnya lebih banyak dibandingkan lelaki buta :-)

Profile Image for Indarpati Indarpati.
Author 5 books12 followers
November 13, 2011
Awal aku tertarik membaca tulisan Tere Liye gara-gara seorang sahabat ngefans berat sama dia. Hanya, berbeda dengan Tasaro yang ramah n enak jika diajak 'ngobrol' penggemarnya, katanya si Tere ini agak jutek. Nah, justru kata jutek inilah yang membuatku ingin tahu tulisannya. Dan saudara-saudara, aku ternyata selama ini terkecoh sama nama penanya. Kukira si Tere Liye ini cewek. Nyatanya nama aslinya Darwis. Cowok bo'!
Oke, back to book!
Karena ini serial ketiga dari anak-anak mamak, tak bisalah aku membandingkan dengan cerita sebelumnya. Yang jelas, buku ini menyajikan sisi lain dari anak-anak Indonesia yang kaya. Anak-anak yang dibesarkan oleh alam dan nilai-nilai luhur warisan nenek moyang.
Sebagai seorang ibu, aku merasa menyatu sama mamak. Sama-sama galak dan tegas, maksudnya. hehehe... Aku setuju ketika mamak tetap menghukum Pukat, si anak pintar itu, meski kehujanan dan kelaparan. Aku juga setujuu cara emak memberi pelajaran anak-anak untuk menghargai makanan.
sedikit yang mengganggu di buku ini adalah adanya beberapa typo.
Nggg... review lengkapnya kapan2 aja ah. Ini mah curhat aja. Yang jelas, aku jadi pengin baca tulisan Tere yang lain. Nunggu buku diskonan aja. :)
Profile Image for Tika Nia.
222 reviews5 followers
June 29, 2023
Novel ini berkisah tentang Pukat, anak kedua dari 4 bersaudara. Si anak pintar yang selalu tau segalanya. Si anak pintar yang ringan tangan membantu sesama. Hidup di kampung dengan keindahan alam yang luar biasa. Hari-harinya dipenuhi dengan cerita seru dan teladan yang baik dari orang-orang di sekitarnya!

Membaca novel ini membuatku seakan kembali ke masa kanak-kanak. Selalu ingin tau banyak hal, ingin mencoba hal baru. Tentang kehangatan keluarga yang tak tergantikan. Kasih sayang ibu yang tak terbatas. Guru yang menjadi teladan. Persahabatan yang tak selalu akur, juga cinta monyet di Sekolah Dasar.

Selalu ada pesan moral pada setiap babnya. Menjadi teladan bagi anak-anak yang membacanya dan menjadi pengingat bagi orang dewasa. Kadang orang dewasa terlalu banyak ambisi lantas melupakan hal-hal sederhana yang bermakna. Padahal hal itu begitu dekat. Lalu novel ini akan membuka mata untuk kembali mengingatnya.

Tidak ada yang paling menyedihkan di dunia ini selain kehilangan kejujuran, harga diri, dan martabat (h.169)

Baca sendiri novelnya, mari berpetualang kembali ke masa kanak-kanak yang mengesankan! Ikuti Pukat mencari makna "harta paling berharga di kampung mereka"!!!

Baca review novel lainnya di IG ku @tika_nia ✨✨✨☺️
Profile Image for Titi Estiningrum.
39 reviews
April 16, 2010
akhirnya kebeli juga si pukat ni... karena dah nahan-nahan sejak pameran buku Ikapi di bandung februari lalu.
menurutku, pukat tidak seseru burlian. bagus sih..., tetap ada 'sentuhan tere' seperti yang kurasakan di buku-buku lain yang sudah kubaca.
buku ketiga tentang anak-anak mamak, tentang si pukat yang pintar, dengan segala kepintarannya sampai-sampai bercerita pun penuh rahasia. (grrh... penasaran kenapa si Raju masih hidup).
yang kusuka dari buku ini adalah, pukat bener-bener seperti apa adanya anak-anak, ternyata pukat 'berkelahi' dengan temannya (kirain klo anak pintar gak bakalan berkelahi), trus ada bandel-bandelnya anak-anak yang nggak kapok-kapok(lihat deh, sudah pernah tersesat di tengah belitan akar rotan, e.. masih juga terjebak di tengah api pas membuka ladang, dikejar babi hutan),
suka juga sosok mamak-nya tere, di burlian titi nggak menemukan mamak marah sampai tega nggak ngasih makan malam, atau tega meminta anak-anak menghabiskan sarapan yang bersisa, pas jam makan siang.(bayangkan, nasinya sudah dicampur kecap asin lho...)
oya agak aneh juga ya, kok pasangan nasinya kecap asin, klo di jawa tengah pasangannya kecap manis soalnya.
apa lagi yah... kenapa jadi lupa gini..
oya, kenapa dan bagaimana si pukat sukses kenapa nggak diceritain lebih detail ya.. apa karena memang berfokus pada masa kanak-kanak mereka ?
trus pake ada gerhana matahari segala, ini kira-kira setting tahun berapa yak, secara masih ada pisang goreng harga 100 rupiah.
terus kemudian, ada harta karun di atap masjid, kenapa baru ketahuan. trus celengan Nek Kiba, itu apaan kok bisa bersinar-sinar gitu...
apapun itu, titi tetap suka buku tere dengan sentuhan humanisnya. bener-bener menginspirasi.... ditunggu Ayuk Eliana-nya
Profile Image for Ali Rachmat.
39 reviews3 followers
January 15, 2013
Pukat, anak yang cerdas adalah anak kedua dari serial anak-anak mamak, tetapi buku ketiga dari seril tersebut...
banyak Nilai moral yang bisa di ambil dari serial anak-anak mamak ( Pukat ).

Berikut beberapa kata-kata yang terdapat di dalam novel PUKAT :

"Kau tahu kenapa kebanyakan orang menganggap kecantikan seorang perempuan lebih penting dibandingkan perangai yang baik? Karena di dunia ini, lelaki bodoh jumlahnya lebih banyak dibandingkan lelaki buta."

“Kiba, tidak ada yang paling menyedihkan didunia ini selain kehilangan kejujuran, harga diri, dan martabat. Kita sudah kehilangan semuanya. Bapak kau pergi selamanya. Harta benda, Kebun ladang, Pendidikan, semuanya. Berjanjilah Kiba, berjanjilah walau hidup kita susah, sebutir beras pun tidak punya, kau tidak akan pernah mencuri, tidak akan merendahkan harga dirimu demi sesuap makanan”.

“Jangan pernah membenci Mamak kau, jangan sekali-kali Karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kau, Amelia, Burlian dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian…”.

"Jika kau terbiasa memiliki keluarga, teman dan lingkungan sekitar yang baik, saling mendukung, maka kau akan tumbuh dengan sifat yang baik dan elok pula. Tidak jahat, tidak merusak. Siapa yang paling tahu kau memiliki sifat apa? Tentu saja kau sendiri."

"Orang-orang yang jujur, menjaga kehormatannya, dan selalu berbuat baik kepada orang lain, maka meski hidupnya tetap sederhana dan terlihat biasa-biasa saja, maka sejatinya dia telah menggenggam dunia."

"Sepanjang kita terbuka dengan pendapat orang lain mau mendengarkan masukan dan punya sedikit selera humor, menertawakan diri sendiri. Dengan itu semua kita bisa terus perbaiki perangai diri."

"Berpikirlah sedikit, rangkaikan sendiri kejadian-kejadia yang ada, lantas dengan cerdas mengambil kesempulan. Jangan macam Burlian yang hanya sibuk bertanya, bertanya dan bertanya"

“Lubang pembuangan terkotor di dunia adalah mulut kita. Nek Kiba menghela nafas pelan, Mulut kitalah yang setiap hari mengeluarkan bau paling memualkan, mulut kitalah yang tega mengunyah bangkai, mulut kitalah yang menelan lantas memuntahkan kotoran busuk. Oi, andaikata kalian bisa menjaganya, tetap kebanyakan dari kalian tidak bisa menghindari mulut mengeluarkan sampah-sampah tidak berguna, meski tidak bau dan tidak mengganggu. Kalian tetap sering mengeluarkan ucapan mubazir, perkataan sia-sia. Apalagi yang sama sekali tidak bisa menjaganya. Sungguh itulah lubang pembuangan terkotor di dunia”.
Profile Image for Farid Ikhsan.
24 reviews2 followers
March 7, 2011
Sebuah bacaan yang bergizi, dan karenanya, saya ingin menambahkannya ke dalam daftar koleksi perpustakaan saya. Sebuah bacaan alternatif di tengah-tengah hiburan yang kian menggelisahkan. Banyak sekali pesan moral di sini, mengajarkan anak-anak (juga kita) tentang prinsip-prinsip kebijaksanaan hidup.
Dan yang palig berkesan bagi saya adalah teka-teki Wak Yati, Apakah Warisan paling berharga dari kampung kita? Sebuah teka-teki yang jika Pukat berhasil memecahkannya, ia akan Wak Yati meminta Pukat untuk segera menemuinya, meski jika waktu itu harus ia jawab di makam Wak Yati.

Sebuah teka-teki yang saya iyakan dalam hati, kerena harta itu benar-benar berharga...


2 jempol untuk novel ini.
Profile Image for Fariza.
212 reviews54 followers
April 11, 2011
Berbeza dengan Burlian, Pukat sangat bijak. Tidak banyak bertanya dan punya jawapan kepada kebanyakan soalan dan menjadikannya sebagai pelajar favorite.

Saya menyangka Tere Liye akan membuat plot yang sama di mana salah seorang kawan Pukat akan mati juga seperti Ahmad dalam buku Burlian. Namun begitu, saya begitu gembira apabila Raju masih hidup dan berkahwin dengan Saleha. Sedikit 'twist' yang menarik.

Paling saya suka Watak Wak Yati berkembang banyak dalam Pukat berbanding Burlian. Menarik.
10 reviews
October 24, 2025
menceritakan pukat si anak pintar anak ketiga dikeluarganya, endingnya tentang teka teki wak yati tentang harta karun di kampung mereka.
Profile Image for Hanis Khaleeda.
90 reviews10 followers
February 13, 2021
Si Anak Pintar by Tere Liye.

- Kisah kali ini tentang anak kedua Pak Syahdan dan Mak Nung, iaitu Pukat.

- Pukat ni seorang anak yang suka berfikir, tahu segala hal dan berfikiran matang, suka tolong orang, dan nampak agak sopan berbanding adik-adik dia. Dalam buku ni aku dapat tengok perangai sebenar Burlian melalui pandangan seorang abang. Kalau baca buku Pukat, Burlian ni memang nampak sangat nakal dan kebudak-budakan.

- Dah dua buku aku baca, dua-dua aku menangis. Hahaha. Aku lupa buku Amelia tu aku menangis ke tak, semua sebab bab "Seberapa Besar Cinta Mamak". Mamak kat sini maksudnya Mak. Aku agak semua siri ada diselitkan kisah pasal pengorbanan ibu ni sebab tiga buku yang aku baca ni semua ada part tu.

- Dalam buku ni juga aku boleh nampak macam mana Mak Nung didik dua orang anak lelaki dia. Ya, agak tegas, mungkin sangat tegas dan keras tapi dalam ketegasan ada kecintaannya. Ada satu kata-kata Pak Syahdan, " jika kau tahu sedikit saja apa yang telah dia lakukan demi kalian, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian". Cuba fahamkan. Hehe.

- Oh ya, buku Pukat ni buku yang paling banyak buat aku gelak berbanding buku-buku sebelum ni. Sebab banyak cerita yang kelakar dan lawak. Ada cerita pasal persahabatan, kejujuran, cinta monyet, pasal akil baligh, oh part ni aku suka cara Pak Syahdan dengan Mak Nung ajar anak mereka pasal ni sebab bersifat terbuka.

- Banyak yang aku nak cerita sebenarnya, tapi nanti jadi sinopsis pulak. Ha, ending cerita ni Pukat lanjutkan pelajaran ke Belanda.

- Yaa, kalau tengok sinopsis buku ni, adakah Pukat dapat menjawab teka teki paling hebat iaitu apakah harta karun paling bernilai di kampung mereka. Teka teki ni diberi oleh mak saudara dia iaitu Wak Yati. Sebenarnya, kisah waktu kecil Pukat ni banyak berkisarkan tentang teka teki Wak Yati sebab melalui teka teki tu laa Pukat ni jadi orang yang berfikir, serba tahu. Teka teki tu bukan teka teki entah pape ya. Haha.

- Kesimpulannya, siri Anak ni ceritanya simple, sebab ya laa cerita pasal hidup kat kampung, lebih kurang macam baca diari diorang tapi banyak sangat nilai-nilai murni dari sekecil-kecil perkara yang dapat aku ambil. Teladan melalui pembacaan.

- Jadi, korang baca la yaaa! Aku dah tak sabar nak baca buku seterusnya tentang kakak sulong mereka, Eliana.

- Selamat membaca!

#2020readingchallenge
#duniaBOOKku📚
#DiamBersamaBuku
#breatheNread
#bukuempatbelas
Profile Image for Adek.
195 reviews4 followers
May 7, 2013
Dalam catatannya, penulis mengungkapkan besar keinginannya untuk memberikan pilihan bacaan yang memiliki standar moralitas, kebaikan, kasih sayang keluarga, kesederhanaan yang tetap dibungkus dengan kepolosan, kenakalan dan keterbatasan anak-anak. Dan hasilnya, Tere Liye sukses besar melakukan hal tersebut.

Berkisah tentang keluarga Bapak Syahdan dan Mamak Nur dengan empat anaknya yang hebat: Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia. Kisah masing-masing anak diceritakan sendiri-sendiri oleh Tere Liye. Kali ini Pukat, sebagai anak kedua, sembilan tahun, si anak pintar yang paling dijagokan bisa menjawab semua pertanyaan keluarga dan sekolahnya, teman dengan nilai kejujuran yang patut diacungi jempol, dan penunai janji yang baik.

Karakter Pukat begitu kuat, tidak hanya sebagai anak laki-laki tertua di keluarga, namun kesehariannya yang sangat baik untuk diteladani. Cerita anak yang bukan dongeng; banyak nilai moral yang bisa dipetik dari nasihat Mamak, Bapak, Pak Bin, dan Wak Yati; juga tetap mengusung kesederhanaan hidup, martabat diri dan keluarga serta nilai agama yang kental menjadikan buku ini wajib dimiliki di setiap rumah jika ingin memiliki anak-anak hebat seperti keluarga Mamak Nur.

Begitu juga dengan nilai-nilai di sekolah yang sudah jarang ditemui pada zaman sekarang: berdisiplin akan alat tulis, guru yang bisa dijadikan panutan, menjawab pertanyaan-pertanyaan absurd anak-anak murid. Dua bulan Raju tidak absen dirasa perlu dirayakan oleh Pak Bin. Guru yang menakjubkan, bukan?

Underlined: Saya paling suka dan "ngena" pada halaman 159, kaget akan kisah Raju yang tiba-tiba muncul di bagian akhir di mana sebelumnya saya juga menduga dia meninggal, Bapak yang lebih memberi contoh ketimbang menceramahi, dan karakter Mamak Nur yang hampir mirip sama Mamak saya (*cium mamak*).

Quote loved much: Orang-orang yang bersungguh-sungguh jujur, menjaga kehormatannya, dan selalu berbuat baik kepada orang lain, maka meski hidupnya tetap sederhana, tetap terlihat biasa-biasa saja, maka dia sejatinya telah menggenggam seluruh kebahagiaan dunia.
Profile Image for Uci Febria.
6 reviews1 follower
May 7, 2010
Buku ketiga ??? Sebenarnya agak ragu juga menuliskan buku ini sebagai buku ketiga, karena yang saya tahu cuma dua seri Burlian dan Pukat. Buku pertamanya apa?? Saya sudah coba mencari informasi buku pertamanya di buku Pukat ini tetapi saya tidak menemukan informasi yang saya inginkan.

Serial Anak-anak Mamak ini ternyata tidak jauh berbeda dengan buku kedua Burlian. Hanya tokoh utamanya saja yang berbeda.Suasana yang saya dapatkan hampir sama dengan yang saya dapatkan saat membaca Burlian. Dari awal sampai pertengahan halaman saya masih bisa menikmati. Semua sisi lain Pukat yang tidak diceritakan di buku Burlian diungkapkan disini. Yang saya temukan adalah ternyata karakter Burlian dan Pukat itu hampir sama. Burlian mempunyai banyak kelebihan begitu juga Pukat. Burlian pernah berbuat kesalahan sama Emak, begitu juga Pukat. Burlian punya sahabat karib yang akhirnya meninggalkannya, begitu juga Pukat. Ya walaupun mungkin nasibnya Raju tidak sama dengan Akhmad.

Bagian yang paling tidak saya sukai adalah paragraf terakhir. Kalau paragraf ini dihilangkan, kejutan yang dihadirkan penulis di akhir cerita mungkin akan lebih menyenangkan. :)

Profile Image for drg Rifqie Al Haris.
74 reviews5 followers
January 28, 2012
Jika kemarin aku sudah menuliskan untuk novel Burlian, sekarang giliran buku ke-3 nya yang akan aku review. Kali ini tokoh sentralnya adalah Pukat. Anak ke-2 dari anak-anak mamak. Pukat adalah anak yang cerdas. Bahkan ada sedikit terselip cerita detektif dimana Pukat berhasil menidentifikasi siapa pelaku pembajakan kereta.

Novel ini masih saja kaya akan pesan moral. Tidak ketinggalan juga akan banyak sekali informasi mengenai kearifan sosial budaya tempat Pukat tinggal. Semangat kekeluargaan yang sederhana dan harmonis membuat buku ini sangat cocok sebagai bacaan segala usia.

Beberapa kisah yang mengharukan tentang kasih sayang seorang ibu agaknya memperkuat keindahan novel ini. Khas Tere Liye.
Profile Image for Lia .
58 reviews
October 24, 2013
my second encounter with this author. i give this one 5 stars for its originality and ingenuity. I love the way the author insisted in using local dialect such as 'Oii' and told his story in simple manners reminding readers that it is narrated through visual of an 11 years old boy. such a hardship life creates tough characters like mamak, yet living a life like this by nurturing nature is the 'true way of living' on this earth. his style made me think of Isabel Allende. this book had made me cry not once not twice but three times it sums up how good and gentle this book had it for me. well worth it!
Profile Image for Monaria Yulius.
230 reviews16 followers
April 17, 2015
five star!!!
angkat topi buat tere liye atas karyanya. tidak seperti novel burlian sebelumnya, dimana saya penasaran dan ingin membaca lebih jauh kisah burlian. di novel pukat ini. hal yang paling berkesan adalah
masalah untung rugi,
kecerdikan pukat dgn bubuk kopi di gerbong kereta,
lubang pembuangan terkotor dan
"petuah" penulis yang sangat menohok saya diakhir kisah sekaligus mengajari saya dan pembaca. jangan seperti burlian. pesan penulis. jangan membaca saja novel ini sampai habis, tapi berpikir.
saya sangat tertohok sekaligus tertawa di akhir kisah karena ulah penulis ini tentang raju.
Profile Image for miss hfan.
318 reviews6 followers
May 25, 2010
Hmmn.. Burlian & Pukat.. Apa bedanya ya? Seperti satu orang, bukan kakak adik..

Empat bintang..
Karena banyak nilai moral yg bisa dipetik, yg selama ini terlupakan..
Ya.. Kebaikan2 kecil yg mulai menghilang..

"Kitalah yg paling tahu spt apa kita, spanjang kita jujur thd diri sendiri. Spanjang kita tbuka dg pndapat org lain, mau mendengarkan masukan & punya sdkt selera humor, menertawakan diri sendiri. Dg itu semua kita bisa terus mmperbaiki perangai"
P.94
Profile Image for Ananda Sivi.
46 reviews
June 29, 2010
Alahmdulillah, Pukatnya selesai sudah.
Subhanallah.. nggak kalah hebat sama Burlian.
Pukat yg memang kakaknya Burlian pikirannya pun lebih 'kakak' dan lagi, dia juga anak yg cerdas n pintar!
ceritanya masih seputar pengalaman anak-anak mamak. dgn sudut pandang Pukat cerita ini lebih beda dari Burlian.
Tetap sarat makna dan mengajari kita berbagai hal yg kadang justru kita sepelekan,
seperti kejujuran, persahabatan, kasih sayang, dan arti seorang ibu.
Profile Image for Arief Priyo.
17 reviews
June 24, 2011
Agak anaeh sebenarnya membaca buku ini setelah membaca burlian. Tapi emang pengarangnya ngeluarin Burlian dulu sih...
any way,, cerita ini juga teladan yang baik. KEtika si Burlian rajin bertanya, Pukat adalah sosok yang cerdas dan tipika pemikir. Seandainya anak Indonesia seperti PUkat, woouuu... Pasti Amazing ....... :)
Profile Image for Echy.
16 reviews6 followers
August 31, 2011
buku ini membuat saya begitu bergetar. mamak yang galak, tapi penuh cinta dan kasih sayang. bapak yang lembut, namun penuh ketegasan.
mereka adalah contoh orang tua yang baik dalam mendidik anak2nya.

jaman sekarang, masih nemu gak ya orangtua yang kaya mereka ? atau, anak-anak macam pukat ?
Profile Image for A.A. Muizz.
224 reviews21 followers
August 12, 2015
Lebih seru Burlian. Di beberapa bagian, agak membosankan. Tapi hanya sedikit saja. Menurutku, Pukat ini anaknya nyebelin, meski dia pintar. Mungkin karakter dia yang seperti inilah yang membuat agak membosankan. Mungkin.
Profile Image for Nurudin Hanif.
41 reviews1 follower
July 3, 2018
Okey, ini buku pertama yang saya baca dari 4 buku serial anak-mamak. Kenapa baca buku ni? Karena saya udah punya 2 anak yang mungkin akan berkarakter seperti serial anak ini, hehe...

Udah banyak review sebelum saya, yang sudah bagus2, karena itu ijinkan saya untuk menulis kembali sebagian cerita Pukat untuk saya ceritain lagi ke anak sulung saya yang umurnya 3,5 tahun (menjadi Budi namanya).

1. Budi dan Ibunya

Ada seorang anak kecil, namanya Budi. Ia rajin membantu ibunya.
Suatu hari, ia diajak ibunya ke pasar untuk membeli gula dan minyak goreng.
Sampai di pasar, ibunya pesan: Budi di motor aja ya, ibu Cuma sebentar turunnya. Nunggu di motor ya, yang sabar. Nanti klo Budi kemana-mana, ibu susah nyarinya. Klo kemana-mana, nanti malam Budi tidur di luar rumah.

Setelah membeli gula dan minyak goring, ibu nya segera ke motor, tapi dilihatnya Budi tidak ada. Dicarilah Budi ke seluruh penjuru pasar. Ketemu di penjual es krim.

Malam harinya, Budi bener2 disuruh tidur di luar rumah. Bapaknya membujuk Budi agar mau masuk, tapi dia tidak mau, bilang Ibu ga saying lagi sama Budi.
Bapak membujuk ibu agar nyuruh Budi masuk ke dalam, karena di luar dingin dan mau hujan. Tapi ibunya juga ga mau.

Akhirnya, besok pagi Budi demam dibawa ke kasur. Ibunya nungguin Budi terus, dibuatin bubur, diminumin obat dari bu dokter dan dikompress dahinya pke kain anget. Tiap kali bangun, ibunya senyum.

Budi ngeyel, ga mau dikompres, pura2 ke kamar mandi, gam au makan obat dll. (3)
Tengah malam, Budi bangun. Dilihat ibunya yang tidur dalam keadaan capek lelah tapi berusaha tersenyum ketika ia butuh bantuan.

Tiba2, Budi muntah 3x samapi bajunya kotor. Ibunya membersihkan kotorannya, dan mengambil bajunya yang bersih dan disetrika. Saat itulah ia sadar, betapa ibunya saying padanya. Sudah berapa baju yang dicuci dan disetrika sehingga Budi tinggal pake klo bajunya kotor. Sudah berapa banyak makanan yang masuk ke perutnya Budi yang dimasak oleh ibu. Sudah berapa air yang dimasak yang diminum olehnya.

Maafkan Budi, Bu.

Betul kata Bapak, jika Budi tahu sedikit saja dari apa yang ibu lakukan, sebenernya itu belum sepersepuluh dari pengorbanan dan cinta ibu pada mu.

2. Kaleng kejujuran

Kamu tahu kaleng bukan? Wadah makanan dari besi seperti punya kita. Ini masih cerita tentang Budi, yang mengesankan.

Budi sekarang sudah sekolah di sekolahan. Gurunya namanya Pak Bin, guru yang baik hati dan disiplin mengajar murid-murid. Di sekolah ada aturan: boleh pake baju bebas, boleh ga pake sandal, tapi kalau alat tulis, masing-masing murid harus punya sendiri2 dan tidak boleh meminjam ke temannya yang lain.

Suatu hari, sekolah lagi ada ujian sekolah. Budi dan teman2nya dikasih soal ujian yang harus dijawab dalam waktu satu jam. Saat mengerjakan ujian, tiba2 pulpen Budi macet, ga bisa dipake. Mau pinjem teman ga boleh, jadilah ia mau beli ke toko di dekat sekolah.

Sampai di toko itu, tokonya tutup. Budi langsung lari ke rumah pemilik toko. Pemilik tokonya namanya bu Ahmad. Rupanya anak bu Ahmad lagi sakit. Lalu bu Ahmad memberikan kunci tokonya ke Budi dan menyuruh Budi mengambil pulpen di tokonya. Uangnya? Ditaruh di atas meja saja uangnya, kata bu Ahmad.

Setelah beberapa hari, ternyata tokonya tidak buka juga. Ternyata anak bu Ahmad sakit paru2, butuh penyembuhan agak lama. Budi mengusulkan agar toko dekat sekolah itu tetap buka, caranya adalah jika ada yang mau beli, ia mengambil barangnya sendiri dan menaruh uangnya di sebuah kaleng, itulah namanya Kaleng Kejujuran. Yang membuka toko, menghitung uang dan menutup tokonya adalah Budi.

Suatu hari, uang di Kaleng itu kurang 200 rupiah, berarti ada yang ambil roti 2 buah karena 1 buah harganya 100. Siapa ini yang ambil, terjadi keributan. Nha, suatu hari ada teman Budi namanya Hapsari yang pas ditoko bilang: Aku ambil barang dulu ya, bayarnya besok. Namanya juga anak2, Budi langsung membawa Hapsari ke Pak Bin untuk ditanya. Ternyata benar, yang kemarin ambil roti dan belum bayar adalah Hapsari. Mulai saat itu, di toko ditambahkan tulisan besar: Tidak boleh hutang.

Kejujuran itu mahal lho, Kawan. Meskipun tidak ada yang melihat, tapi Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan.

Sekian dari saya, semoga kisah2 di buku ini menjadi inspirasi saya, Anda dan anak2 kita menjadi anak2 yang sukses dunia-akhirat. Amin. :)



Profile Image for ☆.
10 reviews
December 18, 2023
oh how i MISS tere liye's anak mamak series. i be giggling smiling and shit through the whole story, every single time. if nobody got me, i know keluarga mamak got me.

i really miss the spark of cheerful curiosity and a sheer excitement for the world through the books, and literature when i was a child. i enjoyed life, and school library was like heaven for the little me. i enjoyed reading even when i don't think i can remember anything.

what i remember though, the feeling of great joy and excitement that i felt when i was reading the anak mamak series. i felt like one of them, growing up together with anak anak mamak going day after day around the village.

"Pukat" was the first one for me, and I enjoyed every second I spent reading it. It was a very compelling, and light story! that's why I enjoyed it so much!! ^^
Every day spent in the village was a new adventure for me ─ i'm not exaggerating it, it do be like that tho, the whole thing was just THAT fun!

even after so many years, there's a scene that somehow stick in my mind for the longest time and i doubt it will ever go away. and the fact that it's not even the main character's story. yep, you guessed it right, the ICONIC raju and her girl cute love story.

see, i'm smiling like crazy just by writing a review. and MIND youu it was a LONG time ago, it's been YEARS and i still get the same rush of dopamine all over me when i think about it. i feel like me again after all these years, i know there's a place for me to come back and it's the keluarga mamak for mee <33

in conclusion, serial anak mamak are my comfort books. and pukat is giving bocah kampung yang hidup layak anak desa (very FUN) dengan keingintahuan si pukat hihi lucu dehh pokoknya. sending the biggest love for tere liye for writing all these beautiful characters <333
Profile Image for Shinta A.
37 reviews
January 1, 2023
Buku ini tentang Pukat anak kedua bapak dan mamak. Belajar mengenali anak kedua seperti pukat. Yang aku pikirkan adalah ini: begini ya ternyata rasanya mendidik anak pintar yang selalu ingin tahu segalanya. Lumayan challenging wkwkwk

Sebagai pembaca, merasa salut dengan rasa ingin tahu pukat. Sebagai kakak, kesel juga kalau punya adik kayak pukat sepertinya 🤣🤣🤣 khawatir sekali dengan segala perilakunya yang seringkali dekat-dekat dengan hal bahaya ..

Pukat ini, karena dia pintar, nggak akan mau menurut bila tidak mendapatkan penjelasan yang logis. Dia nggak akan langsung berkata "ya" ketika dilarang bahkan bila hal tersebut berbahaya. Dia juga nggak mudah percaya bila tidak merasakan sendiri. Teman diskusi yang cocok untuk Pukat memang hanya Bapak dan Pak Bin, gurunya. Bapak dan Pak Bin adalah tipikal orang tua penyabar yang siap mendengarkan dan berdiskusi.

Tipikal anak seperti pukat, semakin dilarang dengan tidak ada penjelasan, akan semakin mendekati hal yang berbahaya. Dia juga lebih senang merasakan pengalaman langsung daripada bertanya tentang hal yang akan dihadapi.

Hal seperti itu, menurutku ada kekurangan dan kelebihannya. Kekurangannya, seringkali Pukat dekat dengan hal berbahaya. Namanya juga anak-anak, terluka dan merasakan sakit disekujur badan pun, esok harinya tetap saja nggak kapok-kapok juga 🤣🤣🤣 Kelebihannya, Pukat bisa melindungi dirinya sendiri. Dia nggak akan mengizinkan siapapun mengintervensi kehidupannya.

Aku suka cara berdiskusi antara Pukat dan Bapak. Pukat selalu menyimak setiap cerita bapak dengan antusias. Dan bapak selalu siap berbagi pengalaman dan nasihat kepada Pukat dengan cara yang menyenangkan. Biasanya, kalau sudah mendapat penjelasan, Pukat akan menurut kok ☺

Melihat bagaimana cara bapak menghadapi Pukat, tampak betul bapak menyukai anak-anak. Ia selalu sabar, senang bercanda, dan tertawa. Bahkan untuk setiap perbuatan Pukat yang terlalu menantang untuk dilakukan anak kecil wkwk

Membaca buku serial anak Bang Tere Liye ini secara nggak langsung mempelajari cara memahami anak sesuai urutan kelahirannya: anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Karena sejatinya setiap anak adalah unik dan spesial 🤍
Profile Image for dé.
12 reviews
October 10, 2023
karena di perpus sekolahku lagi banyak buku tere liye, aku jd coba baca serial si anak mamak. pas aku pinjem itu buku ke 1 nya “Si Anak Spesial” lg dipinjem orang, jadi aku baca “Si Anak Pintar” terlebih dulu. walaupun tidak berurutan, tapi masih dapat dipahami.

jadi serial ini memceritakan tentang 4 anak mamak, untuk yg satu ini “Si Anak Pintar” menceritakan tentang Pukat, yang sesuai judul adalah si anak pintar.

cerita ini berlatarbelakang di sebuah kampung dalam di Sumatera. jadi betul betul bisa dirasakan bagaimana keseharian anak anak kampung yang paginya sibuk sekolah, lalu pulang sekolah bantu orang tua di ladang.

kepintaran pukat terlihat dari dia menyelesaikan masalah, kayak pas nangkep pencuri di kereta, bantuin ibu Ahmad, pas lagi membuka kebun trs terjadi sesuatu lalu dia yg berusaha tenang dan mencari jalan keluar, dan sebagainya. cuma ada juga beberapa yang kayak nyebelin si pukat ini, cuma yaaa namanya jg anak kelas lima SD.

and, aku paling suka part yang “Seberapa Besar Cinta Mamak”, relate :D terus juga lucu soal Raju & Saleha hahahaha.

di buku ini aku paham seberapa anak anak yang kebanyakan gatau banyak hal itu malah lebih menghargai hal hal kecil yg ada di hidupnya, juga bimbingan orang tua jg yg bikin anak anak bisa ngelakuin itu.

fav kutipan dari buku ini:
• “Kita yang paling tahu seperti apa kita, sepanjang kita jujur terhadap diri sendiri. Sepanjang kita terbuka dengan pendapat orang lain, mau mendengarkan masukan dan punya sedikit selera humor, menertawakan diri sendiri. Dengan itu semua kita bisa terus memperbaiki perangai.” –hal 101 & 102
• “Orang yang bersungguh-sungguh jujur, menjaga kehormatannya, dan selalu berbuat baik kepada orang lain, maka meski hidupnya tetap sederhana, tetap terlihat biasa-biasa saja, maka dia sejatinya telah menggenggam seluruh kebahagiaan hidup.” –hal 174
Profile Image for Merina Merina.
16 reviews
December 8, 2022
Si Anak Pintar yang dimaksud disini adalah Pukat.
"Kau bukan Pukat si anak pintar, tapi lebih dari itu. Kau Pukat si anak yang genius". (hlm 32)

Dulu judul buku ini adalah Pukat saat masih terdiri dari 4 buku serial yang disebut serial anak-anak mamak, yang sekarang sudah berubah menjadi serial anak nusantara. Cmiiw, buku Si Anak Pintar alias Pukat adalah buku kedua dalam serial ini, dan buku pertamanya adalah Si Anak Spesial alias Burlian.

Buku ini mengisahkan dari sudut pandang Pukat menggunakan sudut pandang orang pertama, menceritakan masa kecilnya yang berkesan di kampungnya di tanah Sumatra, flashback pada tahun 2000-an.
Pukat adalah anak kedua dari empat bersaudara, anak laki-laki pertama dari Mamak Nung dan Bapak Syahdan. Sama seperti dibuku Burlian yang banyak menceritakan Burlian bersama Pukat, begitupun dibuku ini, karena memang Burlian adalah adik laki-laki satu-satunya untuk Pukat yang hanya selisih satu tahun, mereka selalu bersama. Kisah flashback ini dimulai saat Burlian berusia 8 tahun dan Pukat 9 tahun. Pukat adalah abang yang baik dan memdahulukan adik-adiknya. Dan tidak seperti Burlian yang lebih usil, banyak tanya dan sok tau, Pukat lebih banyak diceritakan mengamati sekitar dan berpikir, anak pintar.
Namun tidak jauh berbeda pula dengan cerita Burlian yang penuh makna, menceritakan nilai-nilai luhur yang diajarkan kepada anak-anak kampung ini, menceritakan pertemanan mereka, dan khusus untuk Pukat menceritakan teka-teki. Pukat anak yang pintar, semua orang tau dia anak pintar yang tau segala macam jawaban, masa kecil Pukat selalu ditemani oleh teka-teki dari Wawaknya, dan itulah yang menjadi tanda tanya dan hightlight cerita masa kecil Pukat.
Ending buku ini sangat hangat, dan terasa seperti pelukan seorang sahabat :)) ya walau gitu tetap terdapat bagian-bagian yang mengharukan yang bisa membuatmu menangis.
Worth to read!!
Profile Image for Arya Dp.
59 reviews
February 24, 2021
Pukat Si Anak Pintar.

Anak kedua dari Syahdan dan Nung, Pukat. Buku ke tiga dari serial anak mamak dari Tere Liye kali ini bercerita tentang Pukat, anak paling pintar. Di awal buku kita langsung disuguhkan dengan aksi brilian pukat menumpas para perampok di kereta. Cerdik sekali Ia memakai bubuk kopi sebagai senjata ampuh meringkus perampok. Aksi cerdasnya dalam menyelesaikan masalah warung Ibu Ahmad juga sangat cerdik, mampu menguntungkan semua pihak. Pukat memang anak pintar yang selalu tahu jawaban, tapi apalah dikata, Pukat hanyalah seorang anak-anak. Perkelahian, kena omel mamak, juga bergunjing tetap tidak lepas dari dirinya.

Buku ketiga ini hampir memiliki plot konflik yang sama seperti buku kedua yaitu Burlian. Potongan-potongan kisah Pukat yang dibungkus layaknya sedang menulis autobiografi dengan kisah-kisah yang berbeda antar babnya. Namun, ada satu peristiwa yang dijadikan tumpuan kisah ini, yaitu teka-teki dari Wak Yati yang akhirnya bisa terjawab di akhir cerita. Untuk akhir ceritanya sendiri satu tipe dengan buku-buku sebelumnya, akhir cerita yang tiba-tiba loncat jauh ke kemudian hari. Jika boleh dibandingkan, buku ketiga ini masih belum bisa mengalahkan keasyikan buku pertama, Amelia.

Bagi yang sudah membaca serial mamak sebelumnya, tentu wajib membaca buku ini, saran saya juga walaupun ceritanya mengambil sudut pandang berbeda dari buku sebelumnya, tetap harus membaca buku-buku sebelumnya terlebih dahulu, karena di buku-buku sebelumnya lebih digambarkan perangai Pukat sehingga kita bisa lebih menikmati cerita di buku ini.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Displaying 1 - 30 of 257 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.