What do you think?
Rate this book


120 pages, Paperback
First published April 1, 2013
Janganlah kita menunggu Ratu Adil
Ratu Adil bukanlah orang.
Ratu Adil bukanlah lembaga.
Ratu Adil adalah keadaan
di mana ada keseimbangan
antara roh dan badan.
Tapi aku kagum pada daya tahanmu,
Pada caramu menikmati setiap kesempatan,
Pada kemampuanmu berdamai dengan dunia,
Pada kemampuanmu berdamai dengan diri sendiri,
Dan caramu merawat selimut dengan hati-hati
Lalu mastodon-mastodon akan menyerbu kota.
Mereka akan menghabiskan semua beras dan jagung.
Mereka akan makan anak-anak kecil.
Mereka akan makan gedung dan jembatan.
Toko-toko, pasar-pasar, sekolah-sekolah,
masjid-masjid, gereja-gereja,
semuanya akan hancur.
Dan mastodon-mastodon masih tetap merasa lapar,
selalu waswas,
tak bisa tidur,
yang satu mengawasi yang lain.
Lalu ada politisi berkata kepada saya:
"Mas Willy, sajakmu seperti prosa.
Tidak mengandung harapan,
tidak mengandung misteri.
....
"Kuman di seberang lautan harus tampak,
sebab kita harus selalu waspada.
Gajah di pelupuk mata ditembak saja,
sebab ia mengganggu pemandangan."
("Politisi Itu Adalah", halaman 27)
Manusia sekadar semak belukar
yang gampang dikacau dan dibakar.
Paket-paket pikiran murah dijajakan.
Penalaran amarah yang salah
mendorong rakyat terpecah belah.
("Kesaksian Akhir Abad", halaman 38)
Aku cium tanganmu, Ibu!
Rahim dan susumu adalah persemaian harapan
Kekuatan ajaib insan
dari zaman ke zaman
("Jangan Takut, Ibu!", halaman 42)
Tampak ibunda turun dari langit
berdiri di puncak pohon yang paling tinggi.
Bau kulit susu dan kulit kuduknya
memenuhi dadaku.
("Pertemuan Malam", halaman 50)