Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, Trinity pertama kali menuliskan rekaman perjalanannya melalui blog naked-traveler.com. Siapa sangka perjalanan-demi-perjalanan ke hampir seluruh provinsi di Indonesia dan 73 negara di dunia, mengantarkannya pada 13 judul buku, termasuk buku ke-7 dari seri The Naked Traveler ini.
Trinity menumpahkan hal-hal seru, yang bikin senang, kesal, geli, haru, sedih, dan bikin nagih, yang lagi-lagi menularkan virus untuk traveling. Dari perjalanan menyaksikan pesona India yang bersalju di Kashmir, berpesta 3 hari di karnaval di Seychelles, camping bersama singa di Tanzania, mengikuti kapal ekspedisi penelitian bawah laut di Pulau Koon, mencoba aktivitas pemompa adrenalin di New Zealand, terbakar matahari setelah siklon di Fiji, hingga bertemu dinosaurus terbesar di dunia di Kanada.
Yasmin —partner traveling di #TNTrtw, kali ini turut berkontribusi menuliskan satu-satunya pengalaman yang tidak mungkin dimiliki Trinity: naik haji. Pengalaman #YasminNaikHaji menambah keseruan buku ini. Lewat kisahnya, selain menunaikan haji, Yasmin juga mengeksplorasi Mekkah dan Madinah dengan cara berbeda.
is Indonesia’s leading travel writer. In 2005, she started a travel blog at naked-traveler.com and in less than two years the blog was already nominated as Finalist in Indonesia’s Best Blog Award at Pesta Blogger. This led her to switch her corporate career to become full-time traveler and freelance travel writer.
Her debut book “The Naked Traveler” was a compilation of thoughtful but hilarious short stories from her adventure around the world. The book inspired many Indonesians, especially the youth, to travel – something that was rarely done at that time. Up to now, “The Naked Traveler” has been published in its third sequel and all are Indonesia’s best-selling travel book to date.
Together with Erastiany and illustrator Sheila Rooswitha, they created Indonesia’s first graphic travelogue “Duo Hippo Dinamis: Tersesat di Byzantium” (The Dynamic Hippos: Lost in Byzantium) about traveling misadventure of two fat girls in Turkey. She also contributed to anthology “The Journeys” along with 11 other writers.
Between dealing in her writing deadline, she still found time to become Editor in Chief of Venture travel magazine, regular contributor of Yahoo! Travel, contributor for various magazines, radio personality of Indika FM, social media entrepreneur, and speaker in creative writing/blogging/tourism events. In 2010, Trinity won “Indonesia Travel & Tourism Awards” as Indonesia Leading Travel Writer and dubbed as “Heroine for Indonesian tourism” by The Jakarta Post.
Trinity has Bachelor Degree in Communications from Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia, and awarded Asian Development Bank-Japan Scholarship to take up Master in Management in Asian Institute of Management, Manila, Philippines.
She has traveled to almost all provinces in Indonesia as well as 46 countries and counting. In any case, she thinks Indonesia is yet the best country ever.
Mau tulisan di buku ini mirip beberapa sama di blognya ya...tulisan Trinity itu tetap enak dibaca. Walau beberapa bagian lebih nyeritain ke dia ajojing sampe malem, tapi rasanya bukan Trinity kalau engga ajojing, wkwkwkw XD
Yang bikin TNT 7 beda adalah...karena pengisi bukunya bukan cuma Trinity, tapi ada Yasmin. Yang baca TNTRTW pasti ngeh siapa Yasmin. Tapi kalau engga ngeh juga gapapa, gw juga agak lupa - lupa ingat #lah. Menariknya adalah karena Yasmin berbagi cerita saat sedang menunaikan ibadah haji. Personally speaking, gw merasa bagian ini agak kurang, tapi well, TNT kan tentang Trinity. Bukan tentang Yasmin. Tulisan Yasmin emang semacam eye opener banget, dan kasusnya sama kayak tulisan Vabyo, boleh percaya boleh engga. Karena beda orang beda perspektif. Cuma, gw emang ngerasa kalau orang Indonesia terlalu "memuja" Arab saudi, kesannya mereka kayak beriman gitu. Padahal ya...ya tahu sendirilah manusia gimana :P. Justru tulisan Yasmin tentang haji ini yang harusnya banyak diekspose, ngasih gambaran keadaan pas haji gimana dan juga menyiapkan orang - orang yang mau naek haji entar, kira - kira disana gimana.
Tulisan jalan - jalannya Mbak T engga akan terlalu gw bahas. Yang menarik justru pas dia bahas tentang blogging, karena emang nyambung ke salah satu profesi (ceileh profesi, padahal hobi doang :v) sebagai blogger. Beberapa yang dia tulis memang spot on, ditambah beberapa tips terkait perblogger-an. Apa nantinya ini bakal menginspirasi gw buat jadi full time blogger? Mengingat gw bukan beauty blogger atau travel blogger dan book blogger itu semacam barang langka, engga dulu lah :D.. Oh ya, dia masih concern juga masalah pariwisata Indonesia. Ya, tetep lah. Banyak banget yang perlu diperbaiki dari pariwisata kita.
Harganya emang lumayan mehong, tapi menurut gw wajar aja karena: 1. bukunya lebih gede (rasanya sih lebih gede) 2. full color, dan itu juga termasuk foto - foto di dalamnya (tapi fotonya rada kurang banyak) 3. kertasnya "rasa"nya lebih bagus kualitasnya
Typo sih masih ada, tapi cuma dikit. Kelewatan kali ya :D. Oh ya, gw pesen ini bareng sama kaos. Kaosnya enak dipake. Adem di badan, walau press body. Sempat nanya juga di Twitter, perasaan (di review ini banyak banget kata "perasaan" atau "rasanya") udah pesen ukuran XL, tapi yang dateng kok M. Ternyata ukurannya all size. Yah baeklah, ini sebagai motivasi gw buat turun berat badan kayaknya :P.
Masih menghibur, masih menginspirasi. Ikut nyesek juga pas baca bagian Mbak T kehilangan Mamanya tercinta (sempat baca di blognya sih :'( ). Berharap semoga buku ini bukan yang terakhir dari Trinity. Karena ga semua orang bisa travel (termasuk gw) ke negara - negara selain Indonesia, tapi berkat Trinity, seengganya pembaca bisa merasakan atmosfer negara yang dia kunjungi :D.
aku merenungkan mengapa banyak anak muda (yang beragama Islam) yang lebih mendahulukan jalan-jalan ke luar negeri daripada pergi beribadah haji, dengan ongkos yang lebih mahal daripada BPIH reguler. Jelas mereka bisa dikatakan tergolong mampu dalam kondisi fisik dan finansial. Membaca buku ini, aku senang mendapati bahwa Yasmin berangkat haji tak lama sejak RTW.
Dan membaca pengalaman Yasmin selama di sana, karena sama-sama pakai yang reguler, kurasa pengalamanku beda tipis dengan Yasmin (bedanya waktu aku ke sana sedang musim dingin, jadi jauh lebih adem, kedinginan malah). Aku juga termasuk yang doyan keluyuran sendirian kemana-mana, khususnya di Makkah. Padahal banyak rumor yang beredar tentang bahayanya perempuan jalan sendiri. Iya sih, sendirian, tidak bareng anggota rombongan yang sudah sepuh-sepuh dan malas beranjak dari hotel. Tapi kan orang Indonesia tuh banyak di mana-mana, rasanya biarpun tidak saling kenal, aku merasa aman-aman saja deh. Tapi... belum tentu rumor itu cuma sekedar rumor sih, karena waktu kakakku berangkat beberapa tahun lalu, ada anggota rombongannya yang hilang dengan cara yang sama dengan rumor yang beredar.
Secara keseluruhan, kurasa penuturan Trinity di buku ini lebih halus dibandingkan di buku-buku awalnya, meskipun sedang menceritakan kesialan-kesialan yang dialaminya saat traveling. Well, mungkin karena sudah buku yang ketujuh ya.
Sekadar saran buat Trinity agar konten yang ada di blog berbeda dengan yang ada di buku, sehingga ada eksklusivitas masing-masing. Ada beberapa yang "terpaksa" di skip/dibaca ulang.
HUA I'M GONNA REVIEWING IN BAHASA INDONESIA (I've never used the language here btw *omg)
Oke, jadi udah lama gabaca buku2nya "Tante" Trinity (yeah I'm that shitty young), dan sekarang langsung loncat ke edisi ke-7 yg ini. Yah, terakhir kali sih baca yang 365 days trip XD
Cukup basa-basinya.
Jadi, buat buku yg edisi ini menarik banget tampilan luar dan dalamnya yang full-colour. Covernya dan kualitas kertasnya juga bagus (kertasnya beda sm yg dulu kan?). Cuma tetep aja lebih suka cover yang tntrtw wkwk.
Seperti comment kebanyakan org, isinya memang mirip sama yg kayak di blognya. Terkadang saya mikir, enakan baca blognya, udh gratis (cuma perlu nyari hotspot wi-fi atau kuota yg ga banyak2 banget kecuali nonton video) dan bisa liat2 koleksi foto2nya Trinity (udh gausah pake tante) yg lebih banyak, plusss video pulaaaa.
Sayangnya, di buku edisi ini jg ada cerita yang pernah diulas di buku sebelumnya (entah edisi brp, lupa). Akhirnya, ada beberapa sub-chapter yg terpaksa di-skip. Juga, memang disini jurnal2nya (bukan scholar journal!) diurutin sesuai sama daerah yg dikunjungi (i.e. benua atau nama negara), tp ada bab yg diluar itu jadi kesannya "hah". Maksudnya "hah" itu ya jadinya muter2. Kalo misalnya ada org pikun yg lupa isi bab sebelumnya, terus tiba2 ada lanjutan bab tersebut di bab selanjutnya? wkwkwk in case aja kok, ini bukan major problem wkwk
Bagusnya wkwk, ada Yasmin!!! Gaya bahasa dia ternyata juga "terbuka" dan bikin nyaman dibaca. Cuma saya ngerasa, kok mirip2 gaya bahasa Trinity ya. Entah, mungkin terinspirasi karena udh temenan lama kan? Atau emang begitu gayanya. Kerennya, dia membuka mata banyak org (semoga saja) supaya lebih sering ngeexplore Mekkah dan Madinah beserta sekitarnya. Jangan cuma shopping aja. Love that part!! Dan ini juga pertama kalinya denger cerita ada org yg rute jalan2nya pas naik haji beda banget. Bagus bagus *standing ovation* BRAVA!!!
Aduh, sorry saking wownya sampai keulang2 ya? Haha
Trinity masih sama, gaya bahasanya masih sama, masih bikin ngakak sama jiwanya yg masih kayak anak muda dan ceplas ceplos dengan mudahnya. Masih ga jaim dan masih "merakyat" wkwkwk. LOVE YA!!
After all, ini cuma opini aja ya jadi saya tekankan ini bersifat subjektif dan bertujuan supaya bukunya bisa lebih wow lagi kedepannya!
Bagian yang ditulis Trinity lumayan informatif walau bagian pergi dugem berhari-hari dan menyindir tulisan halal food di sebuah cafe remang-remang benar-benar tidak relevan. Lha kalau situ orang yang tau norma ya ga bakalan pergi ke tempat-tempat yang ada PSK dan para pemabuk hidung belang seperti itu dong. Simple saja kok.
Terus terang saya bukanlah fans Trinity setelah saya membaca The Naked Traveler seri-seri awal. Saya memutuskan membeli versi e-book buku ke 7nya ini setelah membaca free samplenya beberapa halaman. Pada bagian awal buku, Trinity mempromosikan partner duetnya menulis buku ke tujuhnya yaitu Yasmin, yang sebelumnya mendapatkan banyak apresiasi positif pada saat Trinity mengunggah postingan Yasmin ketika naik haji di media sosialnya.
Ternyata tulisan-tulisan Yasmin sebagai orang yang menunaikan haji bersama ayahnya (namun lebih sering berkeliaran seorang diri), tidak seperti yang saya bayangkan apalagi harapkan. Tulisan yang saya harapkan sarat informasi dan berisi kesan spiritual menunaikan haji mandiri, malah berisi tulisan-tulisan negatif dan sotoy (mengadopsi sebutan Yasmin sendiri) serta dipenuhi kritik mengenai banyak hal, misalnya: teman sekamarnya yang ia sebut dengan ibu sotoy, tentang kelakuan jamaah haji Indonesia pada umumnya, tentang kelemahan pemerintah Arab Saudi sebagai penyelenggara haji dsb. Ini si Mb Yasmin ceritanya lagi jadi travel blogger atau kritikus haji sih? Sebagai seorang muslim/muslimah, kita tau bahwa selama di tanah suci setiap hamba akan diperlihatkan seperti apa sifat aslinya yang dicerminkan dengan apa yang ia temui dan lalui selama di tanah suci. Dari pertemuan awal Yasmin dengan si Ibu sotoy dan segala kekurangan orang serta pihak lain yang ia umbar, saya bisa mengatakan bahwa ia adalah tipikal orang yang kurang bersyukur dan senang mencari-cari kesalahan/kekurangan orang lain atau sebutan kerennya kritikus, tapi sayangnya kritik yang diberikan bukanlah kritikan membangun, lebih ke protes dan celaan. Semoga Yasmin dan kita semua diberikan hidayah serta hati dan pikiran yang bersih agar dapat mensyukuri segala sesuatu yang Allah karuniakan. Aamiiin Allahumma aamiiin.
Satu hal yang menurut saya sangat lucu untuk dipertanyakan adalah Yasmin mempertanyakan bukankah sebagai negara penyelenggara haji, Arab Saudi menerima (banyak) devisa? Mungkin Yasmin lupa, menjadi penyelenggara haji adalah sebagai bentuk tanggung jawab Raja dan pemerintahan Arab Saudi kepada Allah Azza wa Jalla, bukan dengan tujuan mencari untung. Karena kalau mau dihitung dan dilihat secara logis, pastilah sangat amat merepotkan serta membutuhkan dana serta sumber daya manusia yang amat besar untuk menjadi tuan rumah bagi seluruh umat Muslim di dunia yang pergi berhaji ke tanah suci. Belum lagi untuk mengatur jamaah haji sebanyak itu, pasti sangat merepotkan. Menjaga kebersihan tempat-tempat suci yang sangat luas serta menjaga ketertiban dan keselamatan para jamaah haji juga bukan hal yang mudah, walaupun sepengetahuan saya, pihak pemerintah Arab Saudi selalu meningkatkan pelayanan serta fasilitas haji setiap tahunnya. Singkatnya mereka selalu mengevaluasi kekurangan dan kesalahan dimusim haji sebelumnya untuk diperbaiki dan ditingkatkan pelayanannya pada musim haji berikutnya. Oh ya, apa pernah Yasmin membayangkan seperti apa apabila kita, Indonesia, yang ditunjuk menjadi penyelenggara haji dengan Yasmin sebagai Ketua Pelaksana Ibadah Haji yang ditunjuk langsung oleh Menag? Well, silakan dibayangkan sendiri hasilnya.
Bagi pembaca yang mengharapkan sisi-sisi unik dan positif dari pengalaman travel blogger yang naik haji, buku ini sangat mengecewakan. Semoga dapat menjadi masukan bagi Yasmin dan partnernya, Trinity.
The Naked Traveler 7, Yeay! Saya Mengikuti The Naked Traveler (TNT) sejak zaman kuliah S1 (tentu karna kebaikan hati mbak Rin yang mau meminjamkan kami secara bergiliran). Dan akhirnya saya berhasil membeli sendiri TNT pertama saya, pada buku seri ke 7, diskon 20% pulak! Yeay!
Di antara buku traveling yang pernah saya baca, TNT adalah yang paling saya favoritkan. Beberapa hal yang saya sukai dari buku ini adalah: 1. TNT seperti judulnya 'The Naked Traveler'(*bukan berarti t*****g yang sesungguhnya), namun lebih ke plesetan ntuk menampilkan kondisi suatu lokasi traveling apa adanya. Bagus dibilang bagus, jelek ya digambarkan sesuai apa yang ditemukan, dengan bahasa yang easy going, tidak terlalu baku, dan juga tidak terlalu sarkas. 2. Tematik, setiap juduln menceritakan topik tertentu, seperti pantai, ya pantaiiii saja, bisa dari ujung Barat sampai ujung Timur dunia kisahnya. Jadi bukan sebagai sebuah kronologis. So, buku ini bukan panduan traveling mutlak. Tulisan per bab akan ada tips secara tidak langsung yang disampaikan. 3. No drama. Beberapa buku traveling yang pernah saya baca kebanyakan terlalu banyak intro, dan seakan dibuat seperti novel. Tapi di TNT, author mengisahkan perjalanannya straight to the point. Singkat, jelas, dan padat. 4. Lucu! Yep, saya senang sekali dengan gaya bahasa, perumpamaan yang dipakai mba Trinity, saya sampai senyum-senyum sendiri. Meski kadang di beberapa part terkesan vulgar, tapi menurut saya memang itu istilah yang paling cocok untuk menggambarkan situasi yang ingin disampaikan. Dan setelah melihat sosok mba Trinity di TV atau YT, saya pikir beliau memang punya sense of humor yang bagus. 5. Lokasi-lokasi traveling yang dikisahkan out of the box banget, unik . Mulai dari lokasi yang metropolitan banget sampai ke tempat yang nyaris terisolir. 6. Bekpeker style! Yup, meski gak terlalu ngegembel, namun traveling yang dilakukan Trinity adalah versi yang 'Bujeting' banget, mengusahakan mengambil biaya yang paling minimalis, namun tidak melulu harus menyiksa diri dengan kualitas yang murahan. Naaaaah.... 7. Membaca TNT, otak saya jadi ikut berkelana bersama setiap baris tulisannya, menyadari bahwa traveling tidak melulu perkara mengunjungi lokasi atau tempat yang instagramable saja, juga bukan pula tentang pergi ke tempat yang lebih maju dari negara sendiri, namun tentang bagaimana menikmati perjalanan, menemukan keseruan-keseruan baru, menciptakan sahabat-sahabat baru, dan yang paling penting semakin menyadari betapa kecilnya kita di dunia ini. Ya, we're just a speck of dust within the galaxy.
The Naked Traveler begitu terkenal. Sangat jarang kan ada buku catatan perjalanan yang bisa best seller, bahkan sampai 7 seri! Wajar bila saya memiliki ekspetasi yang begitu tinggi terhadap buku ini.
Saya belum membaca seri 1-6, tapi saya pikir itu tidak masalah. Buku traveling bukan novel yang mesti dibaca urut dari awal.
Saya membuka lembar demi lembar. Mencari sesuatu yang bakal menarik hati saya. Hingga halaman terakhir, batin saya bergumam, "Apaan ini!"
Saya memang cukup kecewa. Saya menyukai buku traveling dan berharap buku ini bisa menjadi salah satu buku favorit. Tapi, menurut saya, isinya biasa saja. Atau mungkin saya yang terlalu berharap pada buku ini.
Memang menarik juga membaca perjalanannya di berbagai negara. Banyak pengetahuan yang bisa diambil. Namun, tulisannya terkesan dangkal. Hanya menyajikan apa yang tampak dan apa yang dijalani.
Jika ada yang menarik ialah tulisan Yasmin, teman si penulis, yang menceritakan perjalanannya naik haji. Yasmin telah menyajikan sebuah tulisan tentang ritual haji dengan sudut pandang yang berbeda. Ia tak melulu menceritakan aktivitas atau tempat-tempat yang dikunjunginya, tapi lebih banyak menyoroti beberapa tingkah para jamaah haji, khususnya jamaah haji Indonesia. Ia juga mengitarakan bagaimana pengelolaan jamaah haji yang kurang maksimal.
Sepertinya bakal bagus jika Yasmin menulis buku sendiri. Saya bakal menunggu kisah-kisahnya.
Dibanding seri-seri sebelumnya, saya merasa kok buku ini kurang banyak variasi tempat yang dikunjungi Trinity. Seingat saya cuma Filipina, Kanada, Tanzania dan negara-negara sekitar, Seycelles, India, Fiji, dan Australia. Plus, beberapa tempat di Indonesia tentunya. Tetapi , bukunya kok terasa lebih tebal, dan fontnya lebih kecil ya? Untungnya font masih enak dibaca dan cara penulisannya masih gesrek-asyik kayak biasanya, bikin betah. Trus, bab-babnya juga pendek-pendek jadinya nggak bosan membacanya. Rupanya, penulis membagi-bagi satu tulisan di satu tempat menjadi beberapa bab pendek yang enak dibaca. Secara umum, membaca buku ini masih sama menyenangkannya dengan membaca seri-seri NT sebelumnya.
Kalau ada yang kurang, mungkin foto-fotonya. Foto-fotonya sangat kurang banyak padahal Trinity dengan berapi-api menggambarkan spot-spot keren yang dikunjunginya. Terutama di pulau Flores yang ada air panas di tengah hutan hijau itu, saya kepengen banget lihat fotonya. Juga kota Ende yang sejak dulu masyhur sebagai kota penerbit buku-buku bahasa. Membaca pengalaman traveling Trinity yang dikisahkan apa adanya itu selalu seru dan mengasyikkan. Buku ini mengingatkan saya bahwa ada dunia luas di luar sana, sekaligus juga menyadarkan bahwa Indonesia tetaplah rumah tempat kembali yang paling indah.
Bagian paling menarik dalam TNT7 ini adalah pengalaman Yasmin naik haji. Jujur saja saya penasaran dengan apa yang dilakukan selama naik haji itu. Dengan cara bercerita Yasmin, tentunya jadi menarik untuk diikuti.
Dalam buku ini ada perjalanan Trinity ke LN ada juga di dalam Indonesia. Tetap saja ceritanya unik dan menarik diikuti.
Selalu suka, sama gaya tulisan teh trinity. Yg ini bener bgt teh di fase hidup jalan jalan paling banyak di masa kuliah. Dan aku sudah menyadari itu waktu SMA. Jadi kuhitunglah peluang kuliah di luar kota. Param. Bahagia.
Buku TNT ke-7 ini kembali memaparkan pengalaman dan kisah-kisah seru maha asyik dari Trinity di berbagai belahan dunia. Dengan gaya penulisan-nya yang santai dan ringan, buku ini sangat direkomendasikan untuk mereka yang mencari bacaan ringan sambil merasakan nuansa keliling dunia.
It's funny as always. Trinity can always make a fun stories from a misfortune. The stories about Afrika are the best, while i got bored when it's about Canada.
Cover buku The Naked Traveler 7 (TNT 7) ini terbilang sederhana, warna dasar biru dengan tulisan judul buku warna kuning serta garis-garis gambar gunung dan pantai warna putih. Kontras tapi simpel dan nggak bikin sakit mata. Ilustrasi-ilustrasi di dalam buku sangat cantik, berwarna, dan lucu-lucu. Foto-foto dokumentasi pribadi Trinity semua tercetak jernih, bagus-bagus, dan bikin mupeng pingin segera jalan-jalan juga. Gaya bahasa Trinity (dan Yasmin) tentu saja ringan, jujur, kocak, dan sarat informasi. Sudah jadi ciri khas. Hampir semua cerita menarik untuk dibaca.
Cerita-cerita perjalanannya kali ini, terutama ke Afrika serta Kanada, bikin saya nggak kecil hati. Tuh, travel blogger terkenal saja bisa kaget dengan kondisi riil tempat yang dikunjungi. Bisa "lupa" mengecek jadwal buka tempat wisata. Bisa ketakutan waktu tahu dialah satu-satunya tamu di sebuah resort yang jauh dari mana-mana. Apalagi saya kan? Hehe..
Yang paling saya suka dari buku ini di antaranya juga berbagai kiat dan lesson learned yang dibagi oleh Trinity. Tips berpakaian di musim dingin. Tips saat kehabisan uang ketika traveling. Tips berobat ke Penang. Dan tips biar nggak jadi "orang Indonesia mainstream" saat di Bali. Eh, itu sih bukan tips tapi kritik kali ya? Hahaha!
Saya juga suka tulisan Yasmin tentang pengalamannya naik haji. Bacanya harus open mind lho ya! Jangan anggap kritik Yasmin sebagai ciri bahwa ia tidak tahu terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan Arab Saudi yang sudah susah payah mengurus rombongan haji. Jangan anggap opininya sebagai bentuk kurang bersyukur dan kurang sabar saat memenuhi panggilan Allah. Juga jangan menganggap pengalaman dengan teman-teman sekamarnya sebagai menjelek-jelekkan bangsa sendiri. Please lah, kita semua sudah cukup dewasa bahwa kadang kita perlu kritik untuk bisa jadi lebih baik.
Open mind juga diperlukan saat membaca berbagai pengalaman kurang menyenangkan saat Trinity berlibur di Indonesia. Mulai dari terdampar di bandara Lombok sampai "diperas" di pantai-pantai cantik Lampung. Yah, apa boleh buat, masih banyak yang harus diperbaiki di Indonesia jika ingin mendapatkan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak Malaysia atau bahkan Thailand, misalnya.
Tapi bagaimanapun, buku ini sukses bikin saya tambah kepingin jalan-jalan setelah hampir dua tahun ini paling jauh cuma sampai Jakarta. Adek Kamila, cepat besar ya, Bunda sudah pengen liburan nih!
Tulisan-tulisan Trinity selalu renyah. Saya termasuk pembaca yang selalu menunggu buku terbarunya. Pengalaman menapak 73 negara dan ratusan kota, tentu menambah daya tarik traveler satu ini. Dan di buku ini ada tulisan Yasmin, sahabat Trinity round the world (RTW) selama setahun. Yasmin yang hingga menjual rumahnya demi RTW. Yasmin yang hingga sekarang belum pernah ketahuan wujudnya seperti apa :D. Di buku Naked Traveler RTW, ada foto Yasmin tapi wajahnya tertutup kamera, karena sedang motret.
Tulisan-tulisan Yasmin lah yang pertama saya baca. Menyuarakan kegelisahan tentang perilaku jamaah haji dan pengelolaan haji yang masih harus terus dan terus diperbaiki. Tapi sayang, tulisan Yasmin kurang banyak menurut saya (eh, namanya juga featuring, masak mau banyak :D).
Bagaimana dengan tulisan-tulisan Trinity? Gaya penceritaannya masih sama, pengalaman-pengalamannya juga cenderung sama (berenang, diving, dugem), tapi kali ini ada pengalaman Trinity diundang sebagai travel bloger. Ada bab khusus "Bikin Iri" yang berisi pengalaman Trinity diundang beberapa institusi. Bikin iri emang, haha. But she deserves it.
Hanya saja ada yang cukup mengganggu di salah satu tulisan di bagian Bikin Iri. Saat mengikuti Ekspedisi WWF, Trinity muntah saat mau ke toilet. Toilet tsb habis dipakai salah satu anggota tim ekspedisi, yang usut punya usut menurut Trinity adalah gadis berjilbab, imut-imut dan putih. Bukan soal jilbab, tapi nggak penting juga kalii menyebut ciri-ciri fisik seseorang. Mau imut mau gede, mau putih mau item, mau berjilbab mau nggak, toilet habis BAB pasti bau lah yauu. Lagipula saya bingung juga, kalau si cewek itu baca buku ini gimana ya? Di ekspedisi itu hanya ada 2 cewek berjilbab, jadi gampang lah terlacak. tapi, ya sudahlah nggak usah dipikirin :D
The Naked Traveler 7 adalah buku ke-5 dari Trinity yang aku tamatkan setelah mulai membaca buku-bukunya sejak bulan Agustus satu tahun yang lalu. Bulan Agustus tahun lalu juga merupakan bulan "debut"-ku dalam membaca buku-buku bertema traveling. Terkadang aku heran, kenapa aku baru sadar bahwa membaca buku traveling itu sebenarnya menyenangkan. Masih sama seperti buku-buku pendahulunya, cerita "jujur" dari perjalanan panjang dan luar biasa Trinity ke berbagai negara di dunia tersaji pula dalam buku ini. Buku The Naked Traveler 7 dibagi menjadi 10 bagian (bab). Setiap bagian diisi oleh 4-8 cerita tentang perjalanan Trinity. Bab 'Being a Travel Blogger', 'Lesson Learned', dan 'Indonesia Itu ..." adalah bagian favoritku. Buku Trinity kali ini juga terasa lebih "spesial" karena kehadiran travelmate Trinity di #TNTRTW, Yasmin sebagai salah satu kontributor cerita di bagian #YASMINNAIKHAJI. Sebagai seseorang dengan keinginan traveling yang (sebenarnya) menggebu-gebu tapi tidak kunjung tersalurkan, buku ini bisa menjadi penawar duka karena keinginanku yang tidak kesampaian karena berbagai hal (life happens you know ...). Hal yang agak kurang dari buku ini adalah gambar. Akan lebih baik jika gambarnya ditambah lagi hahaha. Selain itu, beberapa gambar yang ada cenderung terlihat pecah atau kabur dalam versi cetakan di kertas bukunya. Tapi, bagaimana pun juga aku tetap menikmati buku ini. Aku senantiasa menunggu buku-buku lain dari Trinity tentang berbagai negara-negara dan tempat anti-mainstream lain di dunia. Mudah-mudahan ini bukanlah yang terakhir. *Semoga makin lancar traveling-nya Mbak Trinity :D*
Aku suka buku ini, karena selain warna warni dan ilustrasi makin variatif. Aku ingin melihat cerita Yasmin menyampaikan pengalaman naik hajinya yang unik nan menyenangkan. Tetapi, aku merasa kalau di buku ini, soul Mbak TNT dalam buku ini kyak mindahin dari blog ke buku. Syukurlah aku tetap menikmati setiap kata dan pengalaman mbak TNT hehe. Ditunggu buku selanjutnyambakk
Seperti biasa, Trinity menyajikan cerita yang menarik, ringan tapi informatif tentang perjalanannya ke berbagai tempat mengelilingi Indonesia & dunia. Sayangnya, karena saya bukan pembaca tetap blog Trinity, baru di buku ini juga saya tahu bahwa ibunya yang selama ini juga menjadi penyemangatnya telah tiada. Bisa dibilang separuh isi buku ini bertempat di Indonesia, tapi di daerah-daerah terpencil yang mungkin sampai matipun tidak akan pernah saya kunjungi, sehingga saya benar-benar mengandalkan cerita Trinity untuk merasakan pengalaman berkunjung ke sana. Tidak banyak yang bisa saya katanyakan, selain saya berharap bahwa satu hari nanti buku Trinity akan dibeli hak ciptanya oleh penerbit luar negeri dan diterjemahkan ke bahasa-bahasa lain. Saya yakin, banyak traveler lain di luar sana yang juga akan merasa senang setelah membaca tulisan Trinity. Sukses terus ya Trinity.
Bukunya mbak T gitu, pasti seru dibaca. Dan benar, bukunya tamat dalam sekali guling hehehe. Sebagian ceritanya diambil dari blog, walau kurang efek kejutannya tapi cerita yang dipilih adalah cerita-cerita yang spesial. Seperti kejadian di Jerman, gagal ke Myanmar dan... saat ibundanya meninggal.
Ringan, jenaka dan khas Trinity. Bonus lainnya si Jeng Yasmin ikutan nulis, ternyata senapas gaya nulisnya dengan Trinity. Mungkin kelak bisa bikin buku sendiri.
Sayang kayaknya penyuntingannya agak bocor. Ada beberapa hal yang dibahas di satu bab namun dibahas lagi di bab lain (terutama saat di Zanzibar ya kalau gak salah). Jadi lumayan ngeganggu sih. Kalau soal typo? hmm ini sih aku aja yang bingung. Yang bener blogger atau bloger? :D
ibu saya seorang biker; jauh lebih mudah menyebutkan wilayah indonesia yang belum dijamah ketimbang yang sudah. meski senang jalan-jalan, karena saya tidak terlalu tertarik berjalan jauh pakai motor, saya belum pernah benar benar tertarik untuk traveling sampai baca buku The Naked Traveler dan De Journal. setelah kemarin sukses traveling ke djokdja (belum berani sebut backpacking karena cuma sebentar dan relatif mudah) kepengin baca buku buku traveling lagi. begitu lihat TNT 7 di toko buku daring langsung pesan deh. walau bacanya tersendat reading slump, buku ini bikin saya kepengin hit the road lagi, dan cepat cepat menuntaskan indonesia biar bisa menjamah internasional tanpa hard feeling sama ibu pertiwi hehehe.
Sejak menelurkan buku pertamanya, saya sudah jatuh cinta dengan gaya nulis si Trinity ini. Kesan bebas, apes, beruntung, dan semua cerita yang dia alami diceritakan dengan baik. Walaupun, sekarang ini kesannya lebih berhati-hati, -- ya tentu saja karena sensor dari penerbit dan KPI. Beberapa tulisan di buku ini sempat saya baca di blog. Akan tetapi, hal ini tidak mengurungkan niat saya untuk membeli dan menambah jajaran koleksi #TheNakedTraveler. Yang berbeda, kali ini Yasmin (iya, Yasmin yang nemenin Trinity dalam rangka #TNTRw) ikut berkontribusi dengan memberikan tulisannya dengan #YasminNaikHaji. Selalu amaze sama Trinity yang selalu bisa memberikan cerita yang baru dan berbeda. Belum lagi, pengalaman uniknya di setiap negara yang dia kunjungi. Pokoknya, dijamin seru!
Baca buku mba T ini selalu seru & bikin ketawa. Tulisan dari mba Yasmin agak skeptis imo. Semoga kolaborasi buku mba T selanjutnya dengan mba Y ada lagi, dengan tulisan mba Y yang lebih nyantai, rileks & having fun for holiday lah pokoknya, hehe :-)
Buku travelling kadang yang ditunggu-tunggu orang itu adalah foto-fotonya. Namun dahsyatnya *mulai deh lebai* :))) cara mba T bercerita sudah sangat cukup bangetnget bagi saya buat ga sabar nunggu buku mba T selanjutnya, ketimbang buku travelling yang hanya menyajikan foto-foto yang terlalu banyak apalagi disandingkan dengan cerita travelling yang kurang menarik. Ditunggu mba T buku lanjutannya. #TNT8 yeay! ^_^
cerita jalan-jalan trinity seperti biasa selalu menyalakan kembali semangat jalan-jalan dan menulis. ringan dan lucu cocok untuk menghilangkan kejenuhan tugas dan kerja, tinggal baca 3-4 bab pikiran fresh lagi.
Biasanya saya akan memberi rating 5 bintang untuk seri naked traveler. Tapi, mungkin karena ekspektasi saya yg terlalu tingga setelah perjalanan round the world di buku 5 dan 6, saya merasa buku ini tidak selucu dan seemosional buku-buku sebelumnya. Saya sadar sih, ini bukan buku komedi. Meski begitu, tetep worth to read and to buy. Biar kak trinity ada modal jalan-jalan dan cari bahan tulisan buku ke 8 .. :)
Begitu tahu ada buku NT yang akan keluar lagi, gue langsung preorder demi mendapatkan tandatangan pengarang dan jaga-jaga kalau ada tulisan yang ga lulus sensor lagi. (Mesti dapat original version)
Isi bukunya sih sama dengan buku-buku NT yang lain, bedanya cuma ada kontribusi tulisan dari Yasmin tentang pengalaman naik haji. Tulisannya juga mirip sama tulisan Trinity. Menarik.
Walau sudah buku ketujuh, tapi masih ga bosen-bosen baca tulisannya. Gue pasti akan selalu beli buku NT. Cuma pingin deh komik duo hippo dinamisnya dilanjutin karena gue juga ngefans sama komikusnya.
Saya langsung terpikat dengan cover blue elektrik nya. Sangat eye catching dan seperti minta segera habis dibaca. Buku pinjaman dari Mbak Pipit ini pun segera saya lahap.
Gaya penulisan. Saya selalu suka dengan cara Trinity menyampaikan ceritanya, diksi kata nya enak dibaca, tidak perlu mengkerutkan dahi untuk meng-intepretasi-kan kalimat-kalimatnya. Detail travelingnya pun membuat saya dapat bebas berimajinasi seperti apa lokasi yang ia kunjungi. Dan saya suka bahwa ada pesan yg disampaikan Trinity dalam setiap ceritanya.
Tak pernah bosan membaca buku yang menceritakan bumi ini. :)
Selalu menantikan buku Trinity. Bisa dibilang ini buku tentang travelogue pertama yang saya ikutin dari 1 - 7 kecuali #TNTRTW belum sempat baca, tapi pasti akan baca juga sih. Apa ya, Trinity tuh kayak punya formula, demikian dengan banyak penulis best seller lainnya, mereka punya formula yang bisa menggaet pasarnya sendiri. Di buku ini, menurut saya, lagi-lagi Trinity berhasil membuat formula serupa dan membuat pembacanya nggak sabar untuk mengetahui kisah lain dari Trinity. Semoga seri buku Trinity ini ada sampai 50 ya. Hehehe...
Seperti biasa saya selalu suka cerita & gaya penulisan mbak Trinity.. ada beberapa cerita yang sebenarnya sudah pernah saya baca di blog beliau namun tetap tidak membosankan pada saat dibaca ulang di buku ini. Meskipun saya belum bisa jalan-jalan sampai sejauh mbak Trinity, tapi saya bisa merasakan keseruan, sedih, senang, terharu, takjub dari cerita-cerita beliau. Ah, pokoknya saya beruntung bisa menemukan buku ini bahkan mengoleksinya meski belum lengkap.