Jump to ratings and reviews
Rate this book

Tuhan Maha Tahu, tapi Dia Menunggu: Kumpulan Cerita Tolstoy

Rate this book
Tidak sah menyebut nama Rusia, bila tidak menyebut sebuah nama besar yang sangat dikagumi dan disegani. Leo Tolstoy, sebuah nama yang disejajarkan dengan Tsar, bahkan dengan Gereja Katolik. Tak bosan-bosannya Tolstoy mengeksplorasi, mengolah, dan menyuarakan cinta bagi seluruh umat manusia. Sebuah buku klasik dari salah satu sastrawan dunia yang terlalu berharga untuk dilewatkan.

399 pages, Paperback

First published January 1, 2005

22 people are currently reading
374 people want to read

About the author

Leo Tolstoy

7,941 books28.4k followers
Lev Nikolayevich Tolstoy (Russian: Лев Николаевич Толстой; most appropriately used Liev Tolstoy; commonly Leo Tolstoy in Anglophone countries) was a Russian writer who primarily wrote novels and short stories. Later in life, he also wrote plays and essays. His two most famous works, the novels War and Peace and Anna Karenina, are acknowledged as two of the greatest novels of all time and a pinnacle of realist fiction. Many consider Tolstoy to have been one of the world's greatest novelists. Tolstoy is equally known for his complicated and paradoxical persona and for his extreme moralistic and ascetic views, which he adopted after a moral crisis and spiritual awakening in the 1870s, after which he also became noted as a moral thinker and social reformer.

His literal interpretation of the ethical teachings of Jesus, centering on the Sermon on the Mount, caused him in later life to become a fervent Christian anarchist and anarcho-pacifist. His ideas on nonviolent resistance, expressed in such works as The Kingdom of God Is Within You, were to have a profound impact on such pivotal twentieth-century figures as Mohandas Gandhi and Martin Luther King, Jr.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
91 (29%)
4 stars
126 (40%)
3 stars
73 (23%)
2 stars
12 (3%)
1 star
10 (3%)
Displaying 1 - 30 of 60 reviews
Profile Image for gieb.
222 reviews77 followers
December 30, 2009
saya jadi berandai-andai, seandainya ada seorang nabi setelah Muhammad, maka Leo Tolstoy-lah orangnya. pernyataan ini meskipun tak sepenuhnya dapat dibenarkan, tetapi setidaknya jika salah satu sifat seorang nabi itu adalah cinta kepada kaum tertindas. maka Tolstoy dalam kumpulan cerpen ini, cukup bisa dijadikan sebagai salah satu alasan untuk menguatkan pernyataan tersebut.

perjalanan hidup si Tolstoy ini juga mirip perjalanan spiritual para auliyalloh. meski dengan angle yang berbeda. sunan bayat contohnya. awalnya, sunan bayat atau ki ageng pandanaran adalah seorang bupati di semarang. ketidakpuasannya terhadap kehidupan dunia membawanya ke hadapan mbah kalijaga. sunan bayat berharap dapat diterima sebagai murid. mbah kalijaga memberi beberapa syarat. pertama, sunan bayat harus lengser dari posisi bupati. kedua, sunan bayat harus berjalan menuju pegunungan tembayat -makanya disebut sunan bayat-. ketiga, dalam perjalanannya, sunan bayat tidak boleh membawa harta apapun. sayang, istri sunan bayat tidak mematuhi syarat yang ketiga. dia membawa tongkat yang di dalamnya berisi emas permata. sang istri ketahuan karena di dalam perjalanan, mereka dihadang perampok. sunan bayat yang merasa tidak membawa harta merasa tenang-tenang saja. tapi istrinya merasa takut. karena dia membawa harta dunia di dalam tongkatnya. demikianlah. kisah ini mirip dengan beberapa cerpen dalam buku ini.

si Tolstoy sendiri merasa harus meninggalkan keluarga dan istrinya karena mereka tidak sepakat menyumbangkan hartanya untuk kaum miskin papa. pada usia 82 tahun, Tolstoy pergi dari rumah. tiga hari kemudian, dia mati syahid di sebuah emperan stasiun. rijaalallaah a’inunna bi’aunillaah waquunuu ‘awnallana bi-llah, a’sa nahdha bi-fadhlillah. faatihah buat Tolstoy.

saya paling tergetar membaca cerita 'ziarah' dalam kumpulan cerita ini. saya jadi 'haus' dan terinspirasi. suatu saat, saya juga akan pergi. untuk menemuinya. meski saya sudah tua bangka sekalipun. semoga.



Profile Image for lita.
440 reviews66 followers
January 23, 2010
tiga bintang cukuplah, secara terjemahannya masih kurang memuaskan.

-------

I moved the review to my blog

Profile Image for Jimmy.
155 reviews
June 13, 2009
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Kata “saudara-Ku yang paling hina” menurut pengertian saya adalah orang-orang yang sering dihina karena keadaan mereka ataupun orang-orang yang menderita dengan segala kekurangan mereka.

Efim Scheveloff dan Eliyah Bodroff, dua lelaki tua yang mendapat ilham untuk pergi dan bersembahyang kepada Tuhan di kota Yerusalem yang kuno.

Efim adalah seorang yang sangat bersahaja. Dia tidak minum vodka, tidak merokok, tidak suka tembakau, dan tidak pernah mencaci-maki seumur hidupnya. Dia adalah seorang warga negara yang tertib dank eras.

Eliyah adalah seorang yang tidak kaya, namun tidak juga miskin. Ia adalah seorang kakek tua yang baik hati, periang, dan suka minum vodka, merokok, dan mendengarkan nyanyian. Dia seorang yang suka damai dan hidup rukun dengan anggota keluarga dan para tetangganya.

Sekian lama mereka berdua batal untuk berangkat ke Yerusalem, karena Efim terlalu terikat dengan pekerjaannya, disamping dia tidak percaya kepada anaknya untuk menangani usahanya selama dia pergi. Namun akhirnya, Eliyah berhasil mengubah pikiran Efim untuk pergi bersama-sama ke Yerusalem selama mereka berdua masih hidup dan sehat. Dan, pergilah mereka berdua…

Di perjalanan, mereka sampai di suatu tempat yang terserang penyakit dan kelaparan. Seolah-olah tidak ada tanda-tanda kehidupan tempat itu. Eliyah memutuskan untuk berhenti ditempat itu untuk sekedar minum dan melepas lelah sejenak. Namun, Efim yang memang lebih kuat memutuskan untuk tetap berjalan. Eliyah berkata bahwa dia akan segera menyusul Efim setelah dia minum dan beristirahat.

Kemudian, Eliyah mendatangi sebuah gubuk untuk meminta air minum. Tapi, dia malah menemukan sebuah keluarga yang hampir mati karena terserang penyakit, kehausan dan kelaparan. Hatinya tergerak untuk menolong mereka. Awalnya, dia hanya ingin memberikan pertolongan ala kadarnya, tapi akhirnya hatinya terpanggil untuk menolong keluarga tersebut secara utuh. Dia menghabiskan uang, yang seharusnya digunakan untuk biaya perjalanan menuju Yerusalem, untuk membeli makanan, ternak, dan sebidang tanah untuk keluarga tersebut. Kemudian, dengan diam-diam, Eliyah pulang ke rumahnya dan disambut bahagia oleh keluarganya. Pertanyaan demi pertanyaan di ajukan tentang kenapa Eliyah pulang lebih cepat.

Namun, dia berkata,” Tuhan mungkin melihat bahwa aku tidak cocok untuk mencapai niatku.”

Sementara itu, Efim tetap melanjutkan perjalanan dan berhasil tiba di Yerusalem. Namun, dia tidak pernah bertemu dengan Eliyah dalam perjalanan. Jadi, dia berkesimpulan kalau Eliyah tidak pernah sampai di Yerusalem. Pertama-tama, Efim, bersama peziarah lainnya, mengikuti kebaktian di Biara Gerika, kemudian ke Gereja Makam Suci, lalu ke Biara Abraham di Taman Saveki. Hari berikutnya, para peziarah, termasuk Efim, pergi ke misa pagi di Gereja Kebangkitan. Orang-orang sangat ramai dan berdiri dengan rapat. Ketika Efim melihat ke arah depan, dia melihat sesosok wajah yang dikenalnya. Dia adalah Eliyah Bodroff!!! Dia sangat yakin dengan hal itu. Dan, dia sangat senang dia menemukan temannya di Yerusalem. Tapi, ketika dia berusaha mendekati Eliyah, kerumunan orang-orang menghalangi usahanya. Eliyah pun menghilang.

“Sepertinya dia melewatiku dalam perjalanan dan berhasil sampai di Yerusalem,” batin Efim. Dia mencari-cari ke seluruh penginapan, namun dia tidak menemukan Eliyah.

Hari-hari berikutnya, dia kembali melihat Eliyah ketika dia sedang berziarah di Makam Suci ataupun ketika mengikuti misa atau kebaktian. Namun, orang-orang yang berjejalan kembali menghalanginya untuk bisa mendekati Eliyah.

Setelah menghabiskan enam minggu di Yerusalem, Efim pulang ke rumahnya dengan membawa oleh-oleh kemeja dengan cap Makam Suci, air dari sungai Yordan, serta tanah dan lilin dari tempat-tempat suci. Sebelum sampai di rumahnya, dia sempat mampir di gubuk yang pernah di datangi Eliyah. Penghuni gubuk itu bercerita gembira bagaimana mereka semua dulu hampir mati karena sakit dan kelaparan, hingga seseorang, entah manusia atau malaikat, datang menolong dan menyelamatkan mereka. Mereka memang tidak sempat mengetahui siapa Eliyah.

......
Bukankah kita sering terlalu jauh mencari Tuhan, mencari tempat yang paling jauh untuk mengabdi kepada-Nya. Padahal Tuhan berada dekat dengan kita, berada di sekitar kita.
......

Cerita di atas adalah salah satu dari beberapa cerita yang ada pada buku kumpulan cerita karya Leo Tolstoy, “Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu”. Selain cerita yang berjudul “Ziarah” tadi, masih ada beberapa cerita yang sangat menggugah, diantaranya tentang betapa serakahnya manusia dalam “Berapa Luaskah Tanah Yang Diperlukan Seseorang?”, dan juga tentunya “Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu”.
Profile Image for Miss Kodok.
220 reviews18 followers
February 27, 2009
Baca buku ini udah lama bangeth... enggak inget kapan. Tapi dari semua cerita yang ada di buku ini aku paling terkesan sama cerita tentang seseorang yang ingin memiliki tanah seluas-luasnya. Lalu dia pergi menemui suatu suku dimana dia dapat memiliki tanah dengan gratis. Caranya hanyalah dengan berjalan sejak matahari terbit dan mengitari seluas tanah yang diinginkan tetapi harus kembali ke titik dimana dia memulai tepat pada saat matahari terbenam. Kalau dia berhasil, maka tanah itu akan menjadi miliknya, tetapi bila tidak, berarti dia gagal. Karena keserakahannya dia berjalan sejauh-jauhnya melintasi bukit dan lembah, hingga ketika matahari hampir terbenam dia harus berlari sekuat tenaga untuk mencapai titik dimana dia memulai pagi harinya. Dia lalu meninggal karena keletihan... dan kepala suku tersebut melemparkan cangkul kepada pembantu orang tersebut agar menguburkan majikannya.

Ternyata.... tanah yang dibutuhkannya hanya seukuran tubuhnya saja... 2 X 1 meter.

TUHAN MAHA TAHU... DIA memang tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan, tapi selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Sayangnya... kita sebagai manusia seringkali merasa hidup ini tidak adil ketika TUHAN tidak memenuhi apa yang kita inginkan, padahal itu bukanlah sesuatu yang kita butuhkan.
Profile Image for Wayan.
29 reviews2 followers
July 18, 2008
Karangan Leo Tolstoy itu seperti sumur di padang pasir, dalem banget dan bener2 menawarkan dahaga bagi para penikmat buku yang haus karya yang bermakna. Kaya cerpen dengan judul yang sama dengan buku ini, memberikan pelajaran berharga bahwa karma atas semua perbuatan, walau lambat pasti akan ada. Jadi kalau berbuat jahat, hati2 aja, mana tahu kelak ....bis AKAP yang akan membalasnya (jahat banget doainnya, he he he).
Profile Image for Riza.
21 reviews3 followers
May 10, 2008
Buku ini merupak Kumcer Leo Tolstoy. Kumpulan cerita pendek yang hampir mendekati cerita panjang. yah... ceritanya panjang2. berbeda denagn kebanyakan cerpen dewasa ini. Tema umum yang diangkat Tolstoy dalam keseluruhan cerpen ini adalah hal yang berbau cinta, kebaikan, dan keimanan.
Kadang, cerita yang panjang membuat kita jenuh. banyak sisi yang menurutku molor. Tapi pesan moral yang terdapat dalam setiap cerita tidaklah pantas dianggap biasa saja. Ya, dalam hal ini, kupikir Tolstoy termasuk pencerita yang bertanggung jawab karena tidak semata-mata mengahsilkan karya yang bernilai sampah (mf, jika ini terlalu berlebihan).
Dua cerita yang paling kusuka: "Berapa luas tanah yang dibutuhkan seseorang?" dan "Ziarah"
sebenarnya, ide dasar yang ada dalam kedua cerita ini adalah hal yang sudah dimenegerti oelh tidak sedikit orang. Perihal ketamakan dan kualitas keimanan. Tapi, denagn kesederhanaan dan kepiawiannya, Tolstoy menggarap kedua tema itu menjadi hal yang cukup menarik untuk dibaca.
Profile Image for Asri Pandanwangi.
4 reviews
September 20, 2011
Mendengar nama besar Leo Tolstoy, dulu saya membayangkan karya-karyanya pastilah berraatt, apalagi dengan embel-embel sastrawan. Tapi setelah baca buku “Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu”, yang berisi kumpulan cerita karya terbaiknya itu, kesan “berat” pun berubah.

Ternyata karya Tolstoy itu readable koq, gampang dicerna, dan tema-temanya everlasting. Saya sampe ketagihan, ngga sabar untuk terus namatin buku itu. Rasanya kayak denger lagu klasik yang nadanya nyaman di kuping, peacefull, calm, meski isi ceritanya kadang juga penuh dinamika; bahagia, duka, lucu, percintaan, hingga kelicikan intrik politik dan ketamakan. Dan yang pasti karya Tolstoy selalu memuat pesan moral yang dalam tanpa terkesan menggurui.

Leo Tolstoy merupakan sastrawan klasik Rusia terbesar yang berpengaruh luas dalam pembentukan perkembangan sastra modern. Tolstoy juga merupakan seorang pembaharuan sosial, pasifis, anarkis, vegetarian, dan pemikir moral. Nama besar Tolstoy dikenal karena gagasan-gagasannya tentang perlawanan tanpa kekerasan. Karya Tolstoy bahkan mempengaruhi Mahatma Gandhi dan Martin Luther King, Jr.

Salah satu karyanya yang ada dalam buku itu adalah “Matinya Ivan Ilyich” yang ditulis tahun 1886 dan dianggap sebagai salah satu masterpiece aliran realisme psikologi. Tolstoy menuliskannya begitu mempesona dan kuat bagaimana krisis (psikologi) yang dialami Ilyich, sang tokoh utama secara luar biasa yang (konon) merupakan gambaran yang dialami Tolstoy sendiri. “Matinya Ivan Ilyich” juga merupakan gambaran krisis psikologis seseorang yang selalu ada sepanjang masa.

Cara berututur Tolstoy amat menawan, apik, rapih dan brilliant, kejuhudan penulisnya juga tercermin dalam karya-karyanya. Sungguh nikmat membaca sebelas cerita pendeknya yang dibukukan ini. Dalam “Kebahagiaan Keluarga” misalnya, kehangatan cinta begitu terasa, Tolstoy menuturkannya begitu klasik, everlasting, menembus zaman.

Pesan moral dan religius, serta corak realis amat kental terasa dalam kesebelas cerita pendeknya itu. Dan Tolstoy bertutur dengan cara yang anggun namun tidak menghilangkan kekuatannya. Tak heran jika ia dijuluki sebagai salah satu novelis terbesar dunia.

Tersirat dari karyanya Tolstoy adalah pribadi kompleks, mudah tersentuh oleh ketidakadilan, berusaha mewujudkan kata hatinya, dan mau langsung melibatkan diri dalam gejolak sosial. Membaca karya-karyanya amat sarat dengan perspektif sejarah, filsafat, Rusia, moral, kesalehan, politik, dan peperangan. Namun begitu karyanya-karyanya begitu universal, menembus berbagai batasan, mudah dicerna. Amat layak dan harus dibaca siapa saja!
Profile Image for Damar hening Sunyiaji.
127 reviews8 followers
July 25, 2014
Cerita cerita yang terdapat di buku ini masing masing memiliki ketebalan yang lumayan, bahkan setelah dicermati beberapa cerita seperti bahagia perkawinan atau happy family diterbitkan menjadi sebuah novel tersendiri oleh penerbit serambi.
Kemungkinan besar cerpen cerpen di buku ini sudah memiliki kualifikasi untuk diterbitkan menjadi beberapa novel.
Persoalan yang dibahasnya lumayan kompleks dan mengena, seperti pada tujuh belas tahun kemudian,
tolstoy menggambarkan akibat kebrutalan seorang ayah pada anak kecil yang mengakibatkan kecacatan fisik,
dalam seberapa luaskah tanah yang dibutuhkan seseorang?
tolstoy menyinggung sifat negatif manusia yang sering membeli banyak hanya karena murah misalnya,
membaca kumpulan cerpen ini saya merasa sangat puas, ibarat memakan sesuatu yang menyehatkan badan.
Maka buku ini bisa membuat pikiran kita sehat karena beberapa cerita mengajak kita untuk tidak perlu takut kepada beberapa hal termasuk kematian dan kejatuhan.
Profile Image for Bunga Mawar.
1,355 reviews43 followers
August 16, 2009
*bukan review*

Waktu mulai membaca buku Tolstoy ini, saya nyambi nengok sebuah buku lain yang kalo ga salah judulnya "Apakah Ikan Minum di Air?" Nah, salah satu pertanyaan model begitu yang ada dalam buku tersebut adalah pertanyaan menanggapi hasil survei bahwa satu keluarga (ayah-ibu-dua anak) bisa hidup berkecukupan hanya dengan tanah seluas dua meter persegi. Jawabannya, survei tersebut sudah kedaluarsa. Perhitungan lebih akurat (dan rumitnya) tak saya ingat lagi.

Di kumcernya Tolstoy ini, ada yang judulnya mirip2: "Seberapa Luaskah Tanah yang Dibutuhkan oleh Seorang Manusia?"

Jawabannya, baca sendiri aja.... *kabur tak bertanggung jawab*
Profile Image for Niskala.
94 reviews1 follower
December 16, 2021
Tolstoi ini misionaris sekali... ceritanya bagus2 dan penuh makna. Latar belakang cerita dan tokoh-tokoh berada di seputar kehidupan orang nasrani, serta banyak kutipan ayat2 alkitab di keseluruhan cerita. Tapi pelajaran2 yang ada bisa diambil oleh semua orang.

Ada 7 cerpen yang baguss
- Bapa Sergius
- Dengan apa manusia hidup
- Tiga pertanyaan
- Seluas apa tanah yang dibutuhkan manusia
- Lilin
- Tuhan tahu, tapi menunggu
- Di mana cinta berada, Tuhan ada

Yang terbaik, cerpen Bapa Sergius.
Pergolakan akal manusia untuk menuju Tuhan..
Profile Image for M Naufal.
18 reviews
July 8, 2025
🌟 7/10

Ini adalah buku Leo Tolstoy pertama yg kubaca, pinjam dari iPusnas. Awalnya penasaran karena judulnya yang terdengar amat religius "Tuhan Tahu, tapi Dia Menunggu" Wow, saya sebenarnya tidak berencana untuk membeli bukunya, tapi berhubung kemarin ketika melihat iPusnas ada sisa satu salinan dari buku, saya memutuskan untuk meminjamnya.

Saya meminjam dari edisi penerbit Basa Basi, bab awal yang berjudul "Bapak Sergius" bagi saya cukup membosankan. Entah karena terjemahannya yang buruk atau memang dari sananya seperti itu (?). Buku ini adalah kumpulan cerpen, tepatnya ada 13 cerpen dalam buku ini. Saya akan membahas yang menarik bagi saya.

Judul favorit pertama saya adalah "Tiga Pertanyaan". Mengisahkan seorang raja yang mempertanyakan tiga hal dalam hidupnya:

> "Bagaimana aku bisa belajar melakukan hal
yang benar di waktu yang tepat? Siapakah orang yang paling kubu­tuhkan, dan kepada siapa seharusnya aku, oleh karena­nya, menaruh perhatian lebih ketimbang kepada yang lain? Dan, perkara apa yang paling penting, dan membutuhkan perhatian utamaku?"

Sang raja menanyakan itu kepada cendikiawan kerajaannya. Jawaban mereka berbeda-beda dan semuanya tidak membuat sang raja puas. Akhirnya dia pergi menemui seorang petapa bijak untuk mengetahui jawabannya. Sang petapa itu selalu bungkam ketika ditanya sang raja, meski sang raja telah menyamar menjadi seorang gelandangan dengan memakai pakaian compang-camping. Bagaimana jawaban yang petapa bijak mengenai tiga pertanyaan itu? Intinya sang petapa akhirnya memberikan jawabannya lewat pengalaman langsung sang raja selama bersamanya. Khas kisah-kisah zaman dulu. Untuk detailnya silakan baca bukunya.

Judul favorit kedua saya adalah "Rumah Kopi di Surat". Surat di sini mengacu kepada nama sebuah kota di India. Menceritakan kisah perdebatan sengit di dalam rumah kopi itu mengenai siapa Tuhan itu? Siapa yang Tuhannya paling benar? Di sini, Leo Tolstoy mengunakan perbandingan matahari dan manusia buta sebagai hamba dan Tuhan. Setiap manusia punya cara yang berbeda dalam memandang siapa atau apa hakekat sebenarnya dari Tuhan, tapi semua itu sejatinya sama. Yang salah satu kutipan ceritanya ditulis di sinopsis buku ini. Selain itu, salah satu kalimat favorit saya dari bab ini adalah:

> "Setiap insan ingin memiliki Tuhan yang istimewa untuk dirinya sendiri,
atau setidaknya Tuhan yang spesial bagi tanah kelahirannya."

Tapi, senyatanya kita mengurung Tuhan itu dalam angan-angan kita sendiri, dalam kuil-kuil yang kita buat sendiri.

Judul favorit ketiga saya adalah "Seluas Apa Tanah yang Dibutuhkan Manusia?". Saya tadi membaca beberapa review lain yang ditulis di Goodreads, dan banyak yang menuliskan bahwa mereka juga menyukai cerita yang satu ini.

Menceritakan tentang seorang petani yang selalu ingin memperluas tanahnya, merasa selalu tidak cukup dengan tanah tang yang dimilikinya. Sampai akhirnya dia membuat perjanjian dengan tetua suku yang menjual tanah dengan harga murah, tapi dengan syarat dia harus berjalan mengelilingi tanah yang dia inginkan sebelum Matahari terbenam. Singkat ceritanya akhirnya dia berhasil mendapatkan tanah luas yang dia inginkan. Tapi sayangnya dia mati karena kelelahan dan dikuburkan di sepetak tanah yang bahkan kurang dari 2 meter dari kepala hingga tumitnya.

Cerita-ceritanya lainnya tetap bagus, tapi saya paling suka tiga cerita tadi. Gaya penulisannya menurutk saya seperti Dostoevesky, mungkin karena sama-sama penulis Rusia (?). Saya tidak tahu bagaimana gaya penulisan dalam bahasa aslinya, karena tidak paham dengan bahasa Rusia.

Buku ini menurut saya cocok untuk dijadikan dogeng sebelum tidur anak-anak atau sekadar dibaca untuk mengisi langsung luang karena penuh dengan pesan-pesan moral dan nilai-nilai religius ala Kristus. Tidak heran mengapa karya-karya beliau sangat laris di pasar global—bahkan hingga hari ini.
Profile Image for Laylanltj.
4 reviews
July 6, 2022
Jujurly awal baca, kek agak lambat nyernanya (kek nya nyawaku belum kumpul 🤣), tapi setelah coba fokus akhirnya bs nyerna juga. 😂 Nah disini q coba bocorin cerita dari judul cerpen; Seluas apa Tanah yang Dibutuhkan Manusia?

Diceritakan, seorang petani bernama Pahom yg selalu tak pus dengan luas tanah yg dimiliknya ingin memperluas lagi tanah miliknya setelah bertemu seorang petani yg tinggal diluar Volga. Petani itu menceritakan bahwa tanah di wilayahnya sangat bagus untuk menanam gandum. Pahom tergiur dan akhirnya ia berhasil membeli tanah diwilayah tsb. Namun, alih-alih merasa puas dengan apa yang ia punya, Pahom justru semakin tamak.

Tiga tahun setelah hidup dengan hasil panen gandum yang bagus, Pahom bertemu seorang pengusaha tanah yg menceritakan bahwa ia baru saja membeli tanah orang-orang Bashkir dg harga sangat murah dan lagi-lagi Pahom tergoda. Ia bersama anak buahnya menemui orang Bashkir dan mengutarakan keinginannya. Dan benar saja tanah yang ditawarkan sangat murah dg syarat yg mudah "Berangkatlah pagi-pagi untuk mengukur tanah yang diinginkan dan kau harus kembali ketika senja datang, apabila terlewat, maka hanguslah tanah dan uang itu."

Pahom setuju. Sementara orang2 Bashrik menunggunya, Pahom mulai berjlan dan menandai tanah miliknya, ia kelawat senang sampai lupa bahwa hari mulai sore, dengn sedikit panik Pahom mulai kembali berjalan menuju orang2 Bashrik yg tak terlihat dikejauhan. Ia mulai berlari dan berlari. Nafasnya tersengal-sengal, kakinya berdarah-darah.

Hari mulai gelap ketika Pahom melihat orang2 Bashrik yg menunggunya, menyorakinya dg senang. Ia terus berlari seperti kesetanan hingga akhirnya ia jatuh tersungkur dan berhasil sampai digaris awal ia memulai. "Ia telah telah memperoleh tanah yang luas!!" kata kepala suku Bashrik dengan rasa iba.

Anak buah Pahom mengambil sekop dan mulai menggali tanah kuburan untuk Pahom yang wafat setelah mendapatkan tanah impiannya.
Ternyata tanah yang ia perlukan hanya 183 cm dari kepala ketumit. 😥

Tuhan Tahu, Tapi Menunggu | Leo Tolstoy | Basa Basi | 2020 | 14 judul cerpen.
Profile Image for Lilian.
168 reviews11 followers
May 18, 2021
buku ini adalah kumpulan cerpen yg ditulis tolstoy, raksasa sastra rusia abad 19. sejujurnya, aku sudah bersiap-siap dengan bahasa yg "berbunga-bunga" dan detail yg dramatis, layaknya pada Anna Karenina, tapi kali ini ternyata lain. dari 13 cerpen, hanya 1 cerpen yg ditulis dengan kalimat berbunga ala abad 19, lainnya? cukup mudah dibaca, mudah dipahami, dan bebas dari diksi yg rumit. jujur, hal itu justru membuatku mempertanyakan : kalimat sederhana itu memang teks asli atau proses terjemahan yg menyederhanakannya?

well, di luar teknis penulisan, antologi ini adalah salah satu tulisan yg membawa-bawa Tuhan dalam konteks kehidupan sehari-hari tanpa kesan menggurui. tolstoy menuliskan nilai-nilai kekristenan dengan kreatif. ia membahas mengenai pertengkaran, keserakahan, mukjizat, perdebatan antar agama, bahkan mengenai hawa nafsu. hanya sayang, rata-rata akhir ceritanya terkesan buru-buru dan kurang rapi.

4 cerita yg kusukai adalah : Dengan Apa Manusia Hidup, Rumah Kopi di Surat (After Bernardin De Saint-Pierre), Seluas Apa Tanah yg Dibutuhkan Manusia?, dan Di Mana Cinta Berada, Tuhan Ada. 4 tulisan yg menggerakkan hati dan membuka pikiranku justru bukan perkara Tuhan tahu tapi menunggu, tapi malah pada fakta bahwa Tuhan mewujud dalam apa-apa saja yg kita kerjakan dan siapa-siapa saja yg kita temui. Tuhan tidak sejauh itu. Ia dekat. Ia dekat. :)

Profile Image for Hasna Khadijah.
26 reviews
February 28, 2022
Hadiah ulang tahun (tahun lalu) dari seorang teman, dengan judul sedikit berbeda "Tuhan Tahu, Tapi Menunggu."

Bisa dibilang ceritanya sederhana dan, seperti judulnya, membahas Tuhan di setiap halaman dan ceritanya. Kalimatnya mengingatkan akan cerita yang dulu jadi dongeng masa kecil—setiap membaca rasanya jadi mendengarkan cerita pengantar tidur. Alhasil dibaca pelan-pelan supaya setiap cerita meresap, dan tidak sedikit yang jadi malah kuceritakan kembali untuk kakak ipar di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

Karena emang suka cerita yang banyak pelajarannya, buku ini worth to read banget, meski bacanya emang enaknya pelan-pelan. Rasanya seperti tersenggol, tapi dengan hangat dan menyenangkan—teguran penuh kasih, bukan ancaman, bukan tegangan, tapi rasa sayang.
Profile Image for Yuliza Husnizar.
33 reviews3 followers
May 28, 2018
Buku pertama karya Leo Tolstoy yang ku baca. 2 cerita pendek yang ku suka adalah Berapa Luaskah Tanah Yang Diperlukan Seseorang dan Kebahagian Keluarga.

Kisah-kisah di buku ini beraliran realisme psikologis, sarat dengan nuansa religius, renungan moral & filsafat. Selama membaca buku ini ada beberapa hal yang menggangguku seperti kesalahan penulisan kata dan detail cerita di beberapa tempat yang ku rasa terlalu berlebihan dan tidak perlu.

War & Peace dan Anna Karenina merupakan 2 masterpiece dari Leo Tolstoy yang belum pernah kubaca. Semoga punya kesempatan untuk membacanya dan membandingkan dengan kumpulan cerita pendek di Tuhan Maha Tahu Tapi Dia Menunggu yang hanya kuberi 2/5 bintang.
Profile Image for Tomi Wibisono.
Author 3 books5 followers
November 20, 2017
Satu-satunya karya tolstoy yg saya baca, dan tidak kemudian membuat untuk membaca karya lainnya. Bukan jelek, tapi kurang suka dengan gaya tolstoy yg sedih-sedih. Lambat. Cocok buat kalian yg merasa hidupnya paling malang sedunia, sebab tolstoy bisa membuatmu berpikir ulang bahwa kemalanganmu tidak ada apa-apanya dibanding kisah-kisah di buku tolstoy..

Saya punya Anna karenina dan war and peace, entah kenapa buku tolstoy seperti wajib berada di rak buku, walau dari dua tahun punya belum pernah Kubuka.

Sebab buku klasik adalah buku yg dipuja semua orang tapi tidak dibaca.

Profile Image for Hero Yudha.
23 reviews1 follower
August 4, 2018
Yaaah memang saya hanya mampu karya terjemahnya. Tapi nilai yg disampaikan dalam karya ini bagai menggaruk jiwa Saya. Satu cerita yang selalu terngiang, tentang seorang serakah yang berlari seharian untuk meraup luas tanah seluasnya di akhir hari. Orang itu pun mati karena kelelahan dan akhirnya hanya butuh seliang tanah untuk menanam mayatnya. Memang Tak patut manusia menghabiskan umurnya untuk mengejar materi pribadi yg pada akhirnya tidak membawa apapun di akhir usia.
Profile Image for AL Sihite.
194 reviews6 followers
January 31, 2018
" Di dunia ini semuanya berjalan dengan baik, selama kita melakukan yang diperintahNYA dan tidak menyakiti orang lain, maka yang di atas sana semuanya juga baik baik saja."

Keseluruhan cerpen tentang kehidupan manusia dan Tuhan yang sangat berkait rapat. Buku yang mampu mendidik hati jadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Profile Image for Benny.
7 reviews
May 2, 2018
I’ve read this book long time ago. This book makes me a fan of Tolstoi. So realist but also so honest and inspiring.
Profile Image for Prinska Sastri.
86 reviews7 followers
October 24, 2018
Makna dari setiap ceritanya bagus, cuman terkendala dari translatenya.

Suka sama cerita Ziarah dan Family Happiness :)
Profile Image for DKay.
63 reviews1 follower
May 20, 2022
Sebuah bacaan yang menghentakku dengan amat kerass :3
13 reviews
January 5, 2024
Cerpen yang menarik dan menggugah hati. Jadi penasaran sama karya Tolstoy lainnya.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Fitri  Pakpahan.
65 reviews7 followers
May 4, 2019
Ini adalah buku pertama dari Tolstoy yang saya baca. Kumpulan cerpenya yang menabjubkan. diawali dari kisah Ilyas - yang memberi makna kebahagian. Kutipan ini yang membuatku diam dan berpikir "jika aku berkata kepadamu tentang kebahagian dan ketidakbahagian, kalian mungkin takkan percaya. lebih baik bertanyalah pada istriku. ia adalah seorang perempuan, apa yang ada di hatinya itu pulalah yang keluar dari lidahnya. ia akan berkata jujur. melalui kutipan ini, aku merasakan makna kebahagian yang mendalam itu terletak pada perempuan. Perempuan sering selalu merasa tidak cukup. Sepatu yang tidak cukup. Baju yang tidak cukup. Make up yang masih kurang. dsb. Sering juga membanding-bandingkan dirinya dengan perempuan lain. Bentuk tubuh yang langsing. Warna atau potongan rambut yang cocok. Ukuran payudara. Pantat yang montok. dsb. Sering perempuan itu tidak bahagia dan kebahagian apa sih sebenarnya yang ia mau- perempuan? mungkin itu yang menjadi pertanyaan laki-laki. intinya perempuan itu rempong dan rumit. Namun sebenarnya perempuan itu hanya membutuhkan cinta. itu lebih dari cukup. cinta itu apa sih? kasih sayang, perhatian, waktu, pujian, kelembutan, dsb. Mungkin itu mengapa Tolstoy menulis, bahwa istri Ilyaslah yang akan menjawab pertanyaan itu.

Kemudian kisah, matinya Ivan Ilyich. Menceritakan tentang perjalanan hidup Ilych - yang seiring berjalannya waktu manusia itu berubah. Namun dalam perjalan hidupnya tersebut, ia terjebak dengan waktu. ia terjebak dengan prinsip2 yang ia pegang teguh. ia lupa bahwa hidup tidak sepenuhnya selalu berada dalam kontrolnya. ia menderita dengan perubahan istrinya. dengan pekerjaanya yang memberikan gaji kecil. kebutuhan yang meningkat seiring dengan anaknya yang bertambah. Seiring bergeraknya waktu ke depan, umurnya yang bertambah. ia semakin menderita. ia tidak bahagia. dan waktu yang ia ciptakan malam mundur. ia menginginkan hidup bahagia seperti ketika ia kanak-kanak. dalam kisah inilah, Tolstoy menuliskan pergolakan batin yang dirasakan manusia. bagaimana ia mempertanyakan makna hidup yang sebenarnya? apa yang dinginkanya? kehidupan atau malah kematian? dan Tolstoy menuliskan. "apa itu kematian? tak ada rasa takut, karena kematian itu tidak ada. malah yang ada justru cahaya, bukan kematian"
ini adalah pernyataan yang diungkapkan Ilych disaat-saat nafas terakhirnya. setelah sekian lama ia menderita akibat sakit yang ia derita. ketika ia hidup dalam penyakitnya. betapa ia menderita dan sebenarnya ia sudah lama mati sejak ia menikah dan jatuh sakit, sebab apa? ia tidak bahagia. ia membenci istrinya yang tidak peduli padanya. ia membenci rekan kerjanya, yang tidak mengerti dirinya. ia juga tidak menyukai anak-anaknya. ia bahkan membenci dirinya yang mungkin selalu merepotkan orang lain akibat sakitnya. ia bahkan benci dan takut kematian, sebab itu akan merenggut segala kehidupan indah yang selalu ia bayangkan. namun ketika waktunya tiba, ia harus mati. karena manusia memang pada akhirnya mati. ia tidak mengatakan "kematian sudah tiba" malah ia mengatakan "kematian sudah selesai"
Profile Image for Rahma Sakinah.
19 reviews26 followers
March 16, 2012
Tuhan Maha Tahu, tapi dia Menunggu adalah buku Leo Tolstoy pertama yang saya baca. Sudah dari dulu saya mendengar namanya di mana-mana, tetapi baru kali ini membaca secara langsung karyanya. Berbeda dengan kebanyakan penulis populer zaman pertengahan lainnya, cerita-cerita Leo Tolstoy banyak mengeksplorasi nurani, kebijaksanaan, pemikiran mendalam tentang kehidupan, dan rasa-rasa religius yang pekat. Penggambaran yang sangat manusiawi tentang kejadian sehari-hari membuat cerita-ceritanya terasa dekat meski ditulis dengan setting yang budayanya berbeda jauh dengan kita.

Dari cerita-cerita pendek tersebut saya bisa membayangkan dan menebak (oke, mungkin saya agak sok tahu)apa yang ada di otak Sang Penulis Besar ini. Bagaimana dia melihat kehidupan, bagaimana masyarakat saat itu belum banyak yang sepikiran dengannya. Bagaimana dia percaya pada Tuhan sementara sebagian besar masyarakat Rusia tidak mengakui adanya Tuhan.

Dalam cerita-ceritanya, Leo Tolstoy mengangkat banyak sisi kehidupan kemasyarakatan dan nilai-nilai kemanusiaan yang ada di dalamnya. Dia mengungkit tentang Kristen, Islam, dan kebudayaan agamis lainnya. Dia menceritakan ketamakan dan keserakahan dengan indah meski agak ekstrim. Dia menceritakan kejujuran dan ketulusan dengan memikat meski dramatis.

And..
overall it's a very good book by a very great writer, tapi menurut saya ada satu kelemahan yang bikin buku ini jadi (agak) tidak enak untuk dibaca. Gaya bahasa terjemahannya, yang lebih terasa 'timur tengah' daripada 'rusia' kadang membuat saya merasa aneh. Rasanya seperti membaca cerita-cerita Nasruddin yang lucu tapi sarat makna (dalam artian cerita Nasruddin tersebut seperti cerita rakyat dan legenda)dan bukannya membaca karya besar seorang penulis terkenal. Entah, mungkin memang gaya bahasa Leo Tolstoy memang seperti itu atau ada kekurangan dalam pengintrepetasian oleh penerjemah, saya tidak tahu pasti karena saya sendiri belum pernah membaca versi Bahasa Inggrisnya.

Yah, setelah membaca buku ini saya jadi tertarik untuk membaca masterpiece Leo Tolstoy, War and Peace, dan berharap semoga saya bisa membacanya tahun ini ;))
Profile Image for Sholikhah.
95 reviews
February 13, 2017
Memang benar kata salah seorang teman, kalau cerpen Tuhan Maha Tahu, tapi Dia Menunggu ini konteks ceritanya mirip dengan Shawshank Redemption (itulah kenapa Innocent Project itu penting dan perlu).
Well, Tolstoy memang dapat menjawab beberapa kegundah gulanaan saya di awal usia 20 dan juga membuat saya semakin berpikir mana yang paling baik yang harus saya prioritaskan dalam hidup. Semua orang sangat saya rekomendasikan untuk membaca karya penyair abad 19an ini!
Profile Image for Aisha Baisa.
52 reviews16 followers
February 13, 2019
Karya Leo Tolstoy pertama yang aku baca. Dan aku sarankan untuk yang pertama untuk semua karya Leo Tolstoy yang ingin anda baca. haha. setelah baca Anna Karenina, langsung berpikir ulang untuk baca karya Tolstoy.

Kumcer Tolstoy yang ini bahasannya nggak terlalu njelimet, penerjemahnya lumayan lah, meskipun tetep banyak bahasa yang susah buat dimengerti. isi ceritanya banyak berkisah tentang kerohanian, cinta, dan sedikit persahabatan.

Cerita favoritku, SETELAH PESTA DANSA, TUJUH BELAS TAHUN KEMUDIAN, dan KEBAHAGIAAN KELUARGA. tapi over all semuannya bagus dan berkesan.

membaca karya Tolstoy membuatku berfikir, bahwa banyak kenikmatan tuhan yang tidak kita sadari, banyak yang harus lebih kita syukuri salah satu jalannya adalah dengan banyak berbagi dengan orang lain.

itu pula lah yang dilakukan tolstoy di akir hidupnya, meninggal di stasiun kereta api setalah minggat dari rumah karena bertentangan dengan istrinnya yang enggan menghibahkan harta mereka bagi kaum petani

p.s.: lagu yang saya rekomen buat baca part 'Kebahagiaan Keluarga' will.i.am she's a star :)
Profile Image for Rio Johan.
Author 25 books120 followers
November 14, 2013
I couldn't argue Tolstoy's mastery in crafting story. My main problem is that almost every stories, or even all the stories, are always aimed into the same moral conclusion: that the only true happiness in life is found by living for others. At certain points, Tolstoy even overemphasized its value to a tedious and excessive moralizing.

Ilyas (Ilyás) ★★☆☆☆
Sebutir Gandum dari Tanah Tuhan (A Grain as Big as a Hen's Egg) ★★☆☆☆
Setelah Pesta Dansa (After the Ball) ★★★☆☆
Alyosha (Alyosha the Pot) ★★★☆☆
Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu (God Sees the Truth, But Waits) ★★★☆☆
Berapa Luaskah Tanah yang Diperlukan Seseorang (How Much Land Does a Man Need?) ★★★★☆
Tujuh Belas Tahun Kemudian (Korney Vasiliev) ★★★☆☆
Ziarah (The Two Pilgrims) ★★★☆☆
Kebahagiaan Keluarga (Family Happiness) ★★★★☆
Tuhan dan Manusia (Master and Man) ★★★★☆
Matinya Ivan Ilych (The Death of Ivan Ilych) ★★★★☆
Profile Image for Dina Oktaviani.
49 reviews18 followers
March 5, 2014
The best short story in this book, in my opinion, is still The Death of Ivan Ilyich. Had read it like 3 years ago, and now i reread it, i find myself more attracted to Tolstoy's way of storytelling, his religiosity, and his thoughts. Three years ago, I thought about the story more in Ivan Ilyich's mere struggling towards death, and now i think i am more appealed to Ilyich's denial of the death, his denial of his own illness, his life, his family, and how he thinks he does not deserve the pain he endure in the end of his life. Though the story is slowly told, it help us reader to get the sense of how is the life of Ivan Ilyich, and understand more the later part of the story.

Other stories are good also, a lot of humanity and religiosity theme. But, i think, not as prominent as Ivan Ilyich.
Profile Image for Aprijanti.
139 reviews22 followers
December 15, 2012
Pertama beli buku ini lihat covernya yang menggoda iman, nyastra pula, gak mikir dua kali deh beli. setelah baca, oke! saya mau buku leo tolstoy yang lainnya :D
Terlepas dari banyaknya komentar miring mengenai terjemahan novel ini, saya tetap dapat intisarinya. Terlalu bagus dilewatkan, karena setiap judul pasti ada tangisan (ini sih sayanya aja lebay) karena touching banget. Cerpen yang menyuguhkan esensi hidup, kematian, ketulusan dan Tuhan. Hal-hal klise yang kadang luput dari orang-orang.
Bukunya dikemas sangat unik, makin kebelakang judulnya makin panjang. Dari sebelas cerita saya paling suka Ilyas, Alyosha, Berapa luas tanah yang diperlukan seseorang?, Ziarah, Tuhan dan manusia (yah semuanya aja ini mah!).
Displaying 1 - 30 of 60 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.