Kisah ini seperti pelengkap dari buku-buku karya Risa Saraswati sebelumnya yang bercerita tentang ‘sahabat-sahabatnya’; Danur, Maddah, dan Sunyaruri. Kupikir tak akan ada lagi kisah lanjutan tentang Peter, Hans, Hendrick, William, dan Janshen. Tapi ternyata, Risa Saraswati mau membagi kisahnya lebih lanjut dengan para pembaca yang masih penasaran. Ini dia review buku Peter, buku terbaru dari Risa Saraswati.
Bagi Risa, sosok Peter adalah anak yang paling menyebalkan di antara kelima ‘sahabatnya’; suka memerintah dan marah jika keinginannya tidak dipenuhi. Namun, entah kenapa baik manusia ataupun hantu bertekuk lutut di hadapannya.Sudah bertahun-tahun Risa berteman dengan kelima sahabatnya, namun ia sama sekali tidak tahu persis kehidupan sahabat-sahabatnya itu saat mereka masih bernapas. Tak terkecuali Peter.
Peter Van Gils adalah salah seorang anak belanda yg lahir di Hindia Belanda. Pada waktu itu, umurnya masih enam tahun. Usia yang sudah cukup untuk mulai menuntut ilmu. Hasrat ini tentu ada dalam diri Peter. Karena itu, Peter meminta orangtuanya untuk sekolah. Awalnya sang ayah, Albertus Van Gils, tidak ingin anak satu-satunya bergaul dengan pribumi berhubung sekolah terdekat adalah sekolah pribumi. Namun, lama-kelamaan hati sang ayah luluh. Di sekolah, ternyata situasi tidak berjalan seperti yang dipikirkan Peter. Semua anak justru memusuhi dan mengejek anak malang itu. Ini membuat Peter tak ingin pergi ke sekolah lagi.
Akhirnya, sang ibu yang bernama Beatrice Van Gils bersedia untuk menjadi guru Peter untuk sementara waktu. Sampai akhirnya datanglah Nafiah. Beliau tumbuh besar di pesantren dan merupakan anak seorang kiai. Kecerdasannya membawanya menuntut ilmu ke Leiden selama dua tahun. Karena inilah Albertus Van Gils meminta Nafiah untuk mendidik Peter. Berbeda dengan guru-gurunya sebelumnya, Peter pun menyukai cara mengajar Nafiah.
Suatu hari, Peter tak sengaja mendengar pengasuhnya yang bernama Siti dan Nafiah sedang membicarakan Nippon. Saat itu, Jepang sudah memasuki wilayah Indonesia. Terdengar kabar bahwa Jepang siap membunuh.
Berbeda dengan buku-buku sebelumnya, buku Peter ini mengisahkan tentang Peter sebelum ia berpisah dengan orangtuanya. Karena itu, pembaca disuguhkan kehidupan Peter dan hubungannya dengan orang-orang Belanda juga pribumi di sekitarnya. Lewat buku ini pula aku jadi mengenal sosok orangtua Peter, terutama Beatrice. Di ketiga buku sebelumnya, sosok Beatrice hanya diceritakan sekilas saja. Bahkan sempat muncul juga sosok itu. Tapi, kali ini aku merasa dekat dengan sosok Beatrice yang baik hati. Sehingga, tidak salah lagi jika Peter memang sangat merindukannya.
Dari segi plot, kisah Peter ini sangat rapi. Kejadian yang satu dengan yang lainnya saling berkesinambungan. Hubungan sebab-akibatnya pun jelas. Maklum, ketika membaca kisah ini, aku merasa seperti kembali lagi ke masa lalu. Semacam kisah time travel. Apalagi ketika ada beberapa bab selingan yang menceritakan kisah Risa dan Peter saat ini. Walaupun waktunya berpindah-pindah, itu tidak membuat saja bingung. Hal tersebut mencerminkan bahwa Risa Saraswati mengemas kisahnya dengan apik, sehingga tidak membingungkan pembaca.
Satu hal yang kurang. Karena buku ini self-publish, mungkin ada beberapa kesalahan typo. Ketika aku cek ternyata proof-readernya adalah sang penulis sendiri. Contohnya berikut ini:
“Anak itu terlihat gelisah, terbaring di atas tidur dengan mata terbuka, memandang langit-langit kamar.” (hlm 44)
Terbaring di atas tidur? Hehe… Bagaimana ya? Mungkin di atas tempat tidur?
“Seketika itu juga, si anak manja bangkit, duduk dengan tegang menatap aahnya.” (Hlm 44)
Sepertinya, maksudnya ‘ayahnya’.
“Ketika kami kami memutuskan berjalan-jalan ke sebuah pasar tradisional…” (hlm 51)
Mungkin kata ‘kami’ terketik dua kali? Hehe…
“Saat ini, sesekali Peter datang mengunjungku…” (hlm 160)
Yang benar sepertinya ‘mengunjungiku’.
Akan lebih baik jika orang lain (selain penulis) yang menjadi proof-reader. Aku bersedia jadi proof-reader. Dengan begitu, akan ada perspektif baru tentang tulisan yang dibuat. Bukankah dua kepala lebih baik? Hehe…
Overall, aku sangat puas dengan karya Risa Saraswati yang satu ini. Konon katanya, akan ada lima buku berdasarkan nama dari sahabat-sahabatnya Risa. Pssttt! Bocoran nih… Bulan Juni nanti akan rilis buku kedua lho, judulnya Hendrick. Yep! Tentu saja menceritakan tentang kisah Hendrick si anak lelaki yang disukai banyak anak perempuan di sekolah. Aku tidak sabar untuk membaca kisah Hendrick yang cenderung introvert itu.
“Apa kau tahu kalau ada juga hantu yang menyebalkan? Ada, namanya Peter Van Gils! Anak hantu keturunan bangsawan Belanda itu paling bisa membuatku gemas, kesal, marah, bahkan terkadang takut.
.............Namun, suatu malam... kudapati dia murung dan sedih. “Dia rindu mamanya, Risa...” Begitulah cerita yang kudengar.” • • Sesuai dengan judulnya ‘Peter‘, melalui buku ini Teh Risa mencoba mengajak kita untuk mengetahui tentang sosok Peter semasa hidupnya hingga akhir hidupnya.
Seperti yang kita ketahui, bahwa Teh Risa memiliki lima sahabat hantu di antaranya yaitu; Peter, Janshen, William, Hans, dan juga Hendrick. Di mana Peter lah yang menjadi pemimpin mereka.
Sebab itu, kerap kali Teh Risa mengenalkan kelima sahabat hantunya kepada pembaca dengan sebutan Petes CS.
Di antara anak-anak yang lain, Peter lah yang paling menyebalkan. Dia suka memerintah semua orang dengan seenaknya, tak peduli itu hantu maupun manusia. Dan, tak ada yang berani menolak setiap perintah/keinginan Peter.
Peter adalah anak dari pasangan Albertus Van Gils dn Beatrice Van Gils. Dia lahir di Bandung, namun dia tidak menetap di Bandung. Dia bersama keluarganya tinggal di salah satu kota kecil, dekat dengan kota Bandung.
Keluarga Peter adalah salah satu keluarga Belanda yang cukup berada. Ibunya sangat baik, dia memiliki hati yang mulia dan penuh kasih. Dia sangat menyayangi Peter. Berbeda dengan Ayahnya, Ayah Peter yang notabene adalah seorang komandan tentara Belanda, memiliki watak yang keras dan kaku.
Sikap dan cara mendidik kedua orang tua Peter terhadapnya sangat bertolak belakang. Di satu sisi, Ibunya selalu sabar setiap kali memberi pengajaran pada Peter. Dia selalu memberikan suntikan semangat pada Peter agar dia tetap mau belajar. Namun, di sisi lain, Ayahnya tidak punya kesabaran seperti Ibu Peter.
Kerap kali Ayahnya mengatai Peter bodoh hanya karena Peter malas belajar. Iya.. Perlu kalian ketahui, Peter sangat malas belajar. Bahkan sebagai Londo, dia tidak begitu bisa menggunakan bahasa Netherland.
Jujur aku cukup kaget kalau Peter tidak begitu bisa berbicara dengan bahasa Netherland. Sebagai keturunan asli Netherland, ini sedikit lucu.. 😁. Peter justru lebih fasih menggunakan bahasa melayu, bahasa Indonesia saat ini.
Aaah Peter, kuharap kau tidak marah karena aku sudah bicara seperti ini. Bagaimana pun juga, aku menyanyangimu. Dari kelima sahabat hantu Teh Risa, aku sangat menyukaimu dan juga si kecil Janshen.
Oke, balik lagi ke kisah kehidupan Peter. Karena sikap dan cara didik orang tuanya yang bertolak belakang tersebut, membuat Peter menjadi sosok yang manja, penakut, sekaligus keras kepala dan juga gampang marah.
Tapi, pada dasarnya Peter adalah anak baik. Keadaan lah yang membuat dia memiliki sifat-sifat seperti itu. Mungkin karena hal tersebut lah yang membuat Peter saat ini.. menjadi hantu yang sangat menyebalkan.
Namun di balik kelakuannya yang menyebalkan, dan sifat sok benarnya.. Dia begitu rapuh. Kehidupan di dunia dan kematian yang membuatnya seperti itu. Dia sangat kehilangan sosok Ayah yang diidolakannya, dan juga Ibu yang sangat dicintainya. Hingga hari ini, Peter masih menanti Ibunya... Dia menunggu pertemuan itu.. 😢😢
Well, seperti novel-novel Teh Risa sebelumnya, yang mengisahkan tentang kelima sahabat hantunya. Novel kali ini pun cukup menyedihkan. Ya.. Walau.. untuk kali ini tidak sampai membuatku menangis.. Berbeda dengan novel-novel Teh Risa sebelumnya yang pernah kubaca, selalu sukses membuatku menangis. Tapi, tetap saja aku merasa pilu. Saat membaca kisah Peter ini.
Buat kalian yang penasaran dengan kisah Peter.. Dan ingin mengenal lebih dekat sosok Peter.. Coba kalian baca buku ini!!! Selamat membaca... 😊
Menarik, tapi masih jauh lebih menarik kisah Peter setelah jadi hantu *baca maddah dan danur*. Di novella ini pembaca diajak lebih dekat dgn masa lalu Peter semasa hidup yg sifatnya (hampir) bertolak belakang dengan Peter setelah jadi hantu . Sy sdikit berharap bisa mengetahui nasib akhir dari Ibu Peter di kisah kali ini, yg sayangnya lagi2x hanya jalan buntu. Mungkin takut kebaca oleh Peter kali ya XD
Selanjutnya menunggu kisah2x masa lalu dari 'sahabat' Risa lainnya nih (^ ^)
Sebenarnya sebelum saya membaca buku berjudul "Peter" yang tidak lain adalah teman masa kecil dai Risa, saya sudah membaca buku "Hendrick". Menurut saya kisah kehidupan Hendrick lebih tragis dibanding Peter. Akan tetapi cara Peter meninggal lebih mengerikan.
Kembali lagi dengan hasil karya tulis dari Risa Saraswati, cerita mengenai sahabatnya yang pertama, Peter Van Gills, seperti yg Risa pernah katakan di #jurnalrisa bahwa 'saya tidak memaksa apa yang saya ceritakan ini untuk kalian percayai' dan memang benar, aku sedikit dibuat skeptis mengenai penggambaran tempat dan orang orang yg hidup pada masa itu semuanya begitu detail, Risa mungkin tahu semua itu melalui perantara dari Peter tp sejelas itu kah??? Atau mungkin Risa menaruh sedikit unsur dramatis dalam buku ini yg tidak ada sangkut pautnya dgn Peter?? Aku sebenarnya tidak suka berpikir seribet ini, hanya saja pertanyaan ini terus menghantui di kepalaku....
Aku tidak bilang bahwa cerita di buku ini kurang memuaskan atau bagaimana, cerita dibuku ini sungguh membuatku takjub! Bagaimana tidak, ketika membayangkan cerita ini memang betul adanya, dan melihat situasi dan kondisi kehidupan pada masa itu melalui buku ini. Aku sangat sependapat dengan karakter para londo yang ada dibuku ini, yang tegas dan sombong, yaaah mmg benar bgitu, oma ku (yang setengah Belanda) dari keluarga mamaku pun demikian 😂 mama ku pernah bercerita bahwa ketika ia masih muda dulu bahasa melayu dilarang keras dipakai di dalam rumah, kalau ketahuan yaah kena strap laah mamaku,disuruh berdiri menghadap tembok, bicaralah ia sama tembok 😂😂 walaupun tidak semua orang Belanda kayak bgitu siih buktinya Mama Beatrice atau Suzana dan Renne, 3 karakter ini adalah sosok Belanda yang baik siih menurutku...yang lainnya hmmm!
Mengenai Peter, aku turut bersedih juga sih...apalagi pada saat ia dgn semangat ingin pergi kesekolah dan membayangkan bertemu teman baru, tp pada kenyataannya yg ia terima disana hanya cemoohan dari teman temannya, karena tinggi badannya yang tidak ideal. Hanya karena itu looh??? Memang pada saat itu, tinggi badan berpengaruh besar dalam kehidupan sosial kali yaah....terutama bagi para londo, tp kenapa harus anak seusia Peter yg merasakan itu?? Sungguh manusia tak berperasaan😬 apalagi sesama londo saling menghina seperti itu, maksudnya kenapa siih?? Mereka gak mikir apa yaah??
Karakter Peter yg berubah ubah juga menandakan bahwa anak ini hidup dalam tekanan sih menurut aku, terutama dari papa nya...oh Peteeeer anak yang malang 😢 Risa mmg jago siih membawa cerita ini sampai kena dilubuk hati yang paling terdalam haha tp beneran mmg jago...
Mungkin cuukuuup...sampai bertemu di buku Risa selanjutnya...
Peter Van Gils adalah putra dari pasangan Albertus van Gils dan Beatrice van Gils. Peter lahir di Bandoeng dan besar di sana. Peter sangat manja pada ibunya, karena ibunya sangat sabara dan seorang wanita yang menganggap londo dan inlander sama saja, sama-sama manusia. Berbeda dengan ayahnya, sang ayah menganggap londo adalah pemimpin dan inlander hanyalah jongos mereka.
Peter ditakdirkan bodoh, dia tidak bisa menguasai bahasa negaranya sendiri, bahasa Netherland. Sang ayah sangat malu dan marah jika Peter adalah anak yang bodoh. Guru privat sudah didatangkan ke rumah khusus mengajari Peter. Tapi dasarnya memang bodoh, Peter tidak bisa-bisa. Umur Peter sudah 13 tahun, namun tubuhnya menunjukkan umur 10 tahun, dan dia manja sekali dengan ibunya.
Di buku ini Risa menceritakan salah satu sahabatnya semasa hidup. Aku suka gaya ceritanya, diselang-seling setelah sudut pandang pertama, sudut pandang ketiga. Tapi ada beberapa percakapan bahasa Netherland yang tidak diterjemahkan, mungkin karena mewakili Peter yang tidak paham bahasanya dan pembaca diajak tidak paham.
Sebenarnya di buku ini lebih menceritakan bagaimana sifat Peter, ayahnya, ibunya, keadaan waktu itu. Padahal yang aku harapkan, di sini menceritakan bagaimana kronologi kematian Peter. Ada sih di bagian belakang, tapi singkat sekali, malah lebih detail di buku Danur.
Suka cerita yang seperti ini. Jadi tahu kehidupan masa Belanda dulu seperti apa, orangnya seperti apa. Ternyata hidup zaman dulu selalu diselimuti rasa gelisah, takut-takut Nippon datang. Hah ... Harusnya aku bersyukur hidup di zaman negara sudah merdeka seperti ini.
"Anak itu, Peter van Gils, bukan sembarang anak Belanda." (hlm. 9)
"Aku mulai mengerti, selama ini ada hal yang dia selalu sembunyikan dariku, dan dari sahabat-sahabatnya yang lain." (hlm. 49)
Membaca buku Peter ini, membuatku rindu pada sosok hantu Peter. Meskipun Peter adalah yang paling jahil dan bersikap seperti pemimpin, semasa hidupnya Peter adalah anak yang baik. Dia melakukan semua itu hanya demi mendapatkan pengakuan dari sang ayah yang bersikap tegas pada Peter karena Peter pada saat itu merupakan sosok yang cengeng dan selalu bergantung pada mamanya. Peter berjanji akan selalu melindungi mama tercintanya. Kasih sayang seorang ibu dan anak memang tidak akan terputuskan oleh apapun.
Buku Peter ini lebih mengarah ke buku biografi menuruku. Dari situlah, banyak hal yang dapat aku pelajari dari sosok anak kecil yang mengharapkan kasih sayang tulus dari kedua orangtuanya. Peter pun seorang hantu laki-laki pertama yang paling peduli pada Risa dan mengajaknya berteman. Meskipun raga Peter telah mati, Peter tidak akan pernah melupakan persahabatannya dengan Suzana dan Renee yang begitu peduli padanya.
"Begitulah dia, tak ada yang bisa berhasil menutup mulut jahatnya. Kecuali satu, membicarakan tentang sang mama .... (hlm. 5)
Recommended bangets bagi kalian yang ingin merasakan membaca buku horror yang berbeda dari lainnya dengan intensitas kehidupan mencekam dan penuh penderitaan yang harus ditanggung oleh seorang anak laki-laki kecil yang bermimpi menjadi seorang pemimpin seperti papanya.
Peter van Gils, bocah keturunan Belanda yang hidup di Jawa Barat pada masa penjajahan. Memiliki ibu berhati lembut bak malaikat, Beatrice van Gils, serta ayah kaku dan tegas bernama Albert van Gils. Sikap dan cara mendidik kedua orangtua yang bertolak belakang, menjadikannya sosok manja, penakut, sekaligus keras kepala dan gampang tersulut emosi. Perasaan minder kerap menghantuinya karena tubuhnya yang pendek serta kemampuan akademisnya yang kurang. Ia bahkan sulit mempelajari bahasa negeri asalnya sendiri meski didatangkan guru-guru terbaik untuk mengajarinya. *** Menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan sesekali Risa bertindak sebagai narator yang menguraikan pendapat tentang atau peristiwa yang dialami bersama Peter, salah satu sahabatnya dari dunia lain. Ceritanya cukup mengalir namun sama sekali tak menegangkan sebagaimana yang saya harapkan dari membaca cerita horor. Novel ini lebih berfokus pada masa lalu Peter ketika masih hidup. Kisah pahit saat di-bully anak-anak lain, diperlakukan keras oleh sang ayah, maupun hari-harinya yang menyenangkan bersama sang ibu dan beberapa sahabat. Nuansa zaman penjajahan dikemas dengan baik. Akan tetapi, sebagian besar bahasa Belanda yang dihadirkan tidak ada catatan kaki atau terjemahan sehingga menyulitkan saya memahami apa yang tengah diucapkan oleh para tokoh. Dua bintang.
Novel ini menceritakan salah satu dari kelima sahabat hantu Risa yang telah diceritakan secara sekilas dalam novel Danur. Namun, pada novel ini diceritakan bagaimana Peter yang memiliki nama asli Peter Van Gils yang merupakan salah seorang anak belanda yg lahir di Hindia Belanda menjalani kehidupannya, bahkan juga diceritakan penyebab dirinya hingga meninggal dan tidak bisa berkumpul dengan keluarganya.
Keluarga Peter adalah salah satu keluarga Belanda yang cukup berada. Ibunya memiliki hati yang begitu mulia, tetapi berkebalikan dengan sifat ayahnya yang sedikit membedakan kasta orang Belanda dengan inlander. Karena Peter tidak punya teman, ia selalu merasa kesepian dan yang bisa ia lakukan hanyalah bermain bersama para pembantunya dengan diam-diam agar tidak diketahui ayahnya. Keluarga itu baik-baik saja sampai kedatangan Nippon yang membuat keluarga itu terbunuh dengan cara yang amat tragis.
Melalui pendekatan mimetik, novel ini mewakili bahwa masih ada orang tua yang mengajarkan sifat keburukan kepada anaknya secara tidak sadar. Sisi menarik dari novel ini adalah mengajarkan kepada para pembaca untuk tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan kelas atau status sosial.
Ini adalah buku pertama yang aku baca dari Risa Saraswati. Berbekal review dari orang2 akhirnya aku memutuskan untuk 'menaruh' buku ini di wishlist.
Dan kesampaian hihihihi 😂
Ketika membaca buku ini, kita seperti sedang disuguhkan cerita jaman dahulu. Saat Indonesia masih menjadi tanah jajahan Belanda.
Aku sengaja membeli buku tentang si ketua geng dulu, baru temen-temennya yang lain. Karena katanya cerita Peter cukup membuat para pembaca sedih. Ketika aku baca, aku sedih (sekali) tetapi tidak sampai meneteskan air mata.
Di tiap halaman yang benar-benar menyedihkan atau tragis, aku berhenti sejenak. Mencoba membayangkan jika aku ada diposisi Piter. Piter diceritakan sangat sayang dengan Ibunya.
Ketika maut menjemput, satu keinginan Piter yang belum tercapai, menemukan dimana keberadaan ibunda tercintanya.
••••
Aku suka dengan pembawaan Risa saat menuliskan buku ini, sayangnya ada beberapa dialog berbahasa Belanda (mungkin) yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
Baca buku kini, saya merasa jadi penonton yang melihat langsung sosok Peter yang -sok- pemimpin, menyebalkan, namun juga menggemaskan. Saya kagum dengan sosok Beatrice, sosok ini menurut saya adalah sosok ibu yang sangat ideal -apalagi disandingkan dengan Albertus yang dingin kepada Peter, dan minusnya Beatrice adalah terlalu memanjakan Peter- Beatrice benar benar cantik luar dan dalam, jika semua tentang Beatrice nyata, saya sempat termangu, pada zaman Indonesia belum merdeka, sudah ada sosok ibu yang menurut saya sangat ideal dari bangsa Netherland. Sementara, ibu dari bangsa Indonesia masih banyak sekali yang harus menjadi jongos pada zaman itu. Perbedaan yang sangat drastis. Di akhir cerita, membaca bagaimana Peter meninggal membuat saya sempat bingung -karena Risa menceritakannya terlalu cepat dan tidak detail, seperti tidak menuliskan percakapan Peter sebelum meninggal- dan sedih. Tapi, mengingat kembali sifat Peter yang menyebalkan saya bisa memaklumi meskipun tetap saja membayangkan anak kecil dibunuh dengan cara seperti itu oleh tentara Jepang terasa sangat menyayat hati.
Jujur ini pertama kalinya aku membaca tulisan Kak Risa. Karena sebelumnya aku menghindari tulisan Kak Risa yang kutahu kental dengan aroma horornya, bahkan awalnya membaca kisah 5 Sahabat Risa ini pun aku ragu.
Tapi, aku menantang diriku untuk mencoba membaca kisah mereka. Bagaimana setelah membacanya?
Wah kisah Peter ini seakan menjadi kisah pembuka dari kisah Sahabat Risa. Aku jadi bisa mengenal sosok Peter, si anak hantu keturunan Belanda ini.
Karena novel ini mengisahkan kehidupannya semasa dia masih hidup dulu, aku jadi bisa memahami kenapa dia bisa menjadi sosok yang menyebalkan.
Aku pun jadi bisa memahami bahwa kehidupan Peter ini pun penuh drama. Hal itulah yang membentuk dirinya seperti ini.
Secara keseluruhan, 175 halaman ini dengan mudah kuselesaikan sekali duduk. Covernya itu loh cakep banget ya, apalagi kalau digabungkan dengan 4 sahabat Risa lainnya 😍
Buat kamu yang kurang suka dengan genre horor, tenang novel ini gak ada seram-seramnya kok. Aku yakin kamu bakal menikmatinya seperti aku.
Buku Risa Saraswati pertama yang aku baca, and I think I'm obsessed with her works. Awalnya, aku gak expect sama sekali dari buku ini, karena bener-bener gak punya gambaran apapun tentang buku ini dan juga belum pernah membaca karya Risa Saraswati sama sekali. But it turns out, this book is so amazing! I love her writing style soooo much, seolah-olah pembaca bisa masuk ke dunia Peter dengan jelas. Narasinya juga sukses menghipnotis aku untuk benar-benar bisa membayangkan Batavia pada masa kolonial Belanda. Meskipun latar waktu nya 'jumpy' dari waktu Peter masih hidup, lalu disambung ke masa sekarang dengan POV penulis sebagai sahabat Peter saat sudah menjadi hantu, tapi alur dan plot nya rapihhhh bgt aaa. Definitely can't wait to read more of her works in the future!!!
keren banget... lucu plus greget sama tingkah si peter yang nakal.. imajinasi ku yang liar seketika berkelana... pengen banget baca ke 4 teman yang lainnya... tapi kayaknya masih rencana dulu..T..T.. jujur aja sih, aku baru mencoba membaca kisah si peter kemaren malam,,, dan malam itu juga selesai... dapat spoiler tentang si hans yang gemoi.. LOL.. lupakansajadenganpikirankuyanganeh... saking kepinya aku ampe searching ilustrasi mereka dan mencari pemeran tokoh mereka.. sebenarnya jujur aja, ngeliat ilustrasinya aja aku merinding...dan satu hal yang ku pikirkan ketika membacanya, "semoga peter tidak terpanggil" amiin. LOL.. >< good deh buat risa saraswati
Buku yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Memang jika belum mengetahui siapa Peter dalam kehidupan Risa Saraswati dan tahu teman-teman Peter, agak bingung juga ya kalau langsung baca ini. Jadi sebaiknya baca yg Danur dahulu atau filmnya saja setidaknya. Ditambah channel yutub "jurnalrisa".
Yang menjadi pertanyaan besar setiap Risa mengenal makhluk baru adalah: apa yang membuat mereka menetap dan tidak pulang. Di buku ini lah kalian akan tahu sebabnya. Serta apa-apa saja yang disuka Peter dan membuatnya ia punya karakter seperti sekarang.
Buku Peter ini menarik. Menceritakan tentang kehidupan awal Peter van Gils sebelum dirinya meninggal. Teh Risa mencoba memasuki lorong waktu Peter sejak Peter berusia 6 tahun. Kisah-kisah Peter sejak umur itu sangat menarik, dimana dia sangat menyayangi mamanya, Beatrice van Gils, dan papanya, Albert van Gils, seorang komandan tentara Belanda yang keras dalam mendidik Peter. Teh Risa menceritakan dengan sungguh jelas, sehingga pembaca pun dapat membayangkan kejadian pada masa itu ketika membaca cerita tentang Peter.
Mudah dibaca writing style-nya, read it in one sitting. Very easy read, i expected something scary but the book tells mostly a flashback story about a boy, Peter, in a somewhat soap-opera fashion. Sayangnya, buku ini cuma itu, menceritakan masa lalu aja. Yang bener - bener mirip cerita sinetron, menurut saya, dengan bapak yang galak + ibu malaikat = anak bandel yang kesepian. Padahal, sebenarnya mungkin bisa diperluas lagi ceritanya, interaksi antara Risa dan Peter juga sedikit, padahal bisa loh, supaya ikatan persahatan antara Risa dan anak - anak hantu ini jadi lebih terasa.
i was born in the 2000s. and as a young people, i'm always curious and intrigued about the life and story about people in the past, especially when my country, indonesia is still under the dutch colonialism. i know it's not a fun time to live but still, i'm curious. and this book is one of the 5 peter cs series. i'm a fan of peter cs. this book, like the title; is tell about peter life story, not so a long story. but again, after read this book, i just know more. i'm sad, and fascinated. i hate wars, a useless chaos that take a lot of the innocent life, hope and dreams.
This entire review has been hidden because of spoilers.
menceritakan tentang peter lanjutan dari danur, kenapa cuma dikasih bintang 3? karena saya lebih menikmati danur daripada peter ini dan banyak hal jadi pertanyaan yang tidak terjawab di novel peter ini seperti misal, kemana mama nya peter? nasib papa nya peter? dan banyak lagi..... ya wajar sih ini kan bukan fiksi yang bisa dikarang oleh risa
Saya sukaaa sekali menyimak kisah-kisah Peter dan kawan-kawan, dan saya sedih sekali mengingat akhir hidup Peter yang tragis. But unfortunately, I'm not a fan of the writing style, dan saya orang yang cukup pemilih kalau bicara soal diksi, hence the three stars. But still, saya bakal tetep baca buku-buku teh Risa yang lain, karena rasa penasaran saya susah untuk ditahan :)
Oh I hate how inconsistent Peter parent's parenting are but I guess that's how adults are and it was somehow realistic...? Which is probably why I hate it.
Do you want to be strict? Or do you just a yes man to your child?
Which explains how Peter behaved throughout the story.