Dinasti Qing, sejak kaisar pertama hingga terakhir, adalah gambaran dari kebangkitan sebuah negara yang besar, adidaya, makmur dan disegani negara tetangganya, sekaligus kemunduran dan jatuhnya negara tersebut sebagai akibat dari lemahnya kepemimpinan dan korupsi. Sebuah kisah yang sangat relevan untuk kita refleksikan ke negara kita sendiri, berkaca dari jatuh bangunnya China di abad ke-16 hingga awal abad ke-19. China yang kita kenal sekarang, sebagai salah satu negara superpower yang sangat diperhitungkan di seluruh dunia, juga mengalami sebuah sejarah panjang yang tidak selalu berakhir dengan keberhasilan.
Setiap kali membaca buku karya author ini, selalu memuaskan, tak pernah kecewa... Yah ada sedikit kecewa jg sih krn buku ini belum sampai Dinasti Qing runtuh di tahun 1911, mungkin krn keterbatasan halaman jadi ceritanya hanya dari pendirinya yaitu Nurhachi (1616) hingga Daoguang (tahun 1850).
Cerita dimulai dari kehancuran Dinasti Ming krn korupsi dan ketidakcakapan jendral²nya dlm menanggulangi pemberontakan maupun perbatasan. Nurhachi sbg pendiri Dinasti Qing sekaligus pelopor yg menyatukan semua suku Manchu, Mongol dll dlm kesatuannya utk menggempur Dinasti Ming. Walau Nurhachi dan anaknya belum berhasil "menggolkan" tujuan mereka utk mendobrak pintu Tembok Besar tapi kesolidan mereka berbuah pd saat pemerintahan Kaisar Shunzhi, mrk berhasil masuk China dan tidak hanya itu mempersatukan seluruh China. Lalu diteruskan kebesarannya pada era Kangxi hingga ke cucunya Qian Long. Dan setelah ini perlahan tapi pasti, Dinasti Qing mengalami kemunduran.
Saya mencoba menganalisa bbrp faktor yg membuat dinasti ini bertahan cukup lama. Tentu saja politik klan Aisin Gioro ini (Nurhachi dan keturunannya) memang ciamik, mempersatukan tapi tentu saja sekaligus devide et impera utk menguasai mereka. Saat menguasai China, Qing menggunakan jenderal² Dinasti Ming yg membelot kpd mereka. Jadi gak heran kenapa gerakan mereka menguasai China tergolong sat set sat set.
Kedua, suksesi mereka berjalan sukses setidaknya sampai Kaisar Daoguang ini, saya tidak melihat kesalahan dlm memilih penerusnya, walaupun bbrp diantaranya berbau skandal. Krn Qing memiliki perbedaan dlm hal ini dgn orang Han yg cenderung dgn primogeniture (memilih anak sulung sbg penerusnya), Qing (biasanya) memilih yg paling berbakat diantara anak²nya. Dan tentu saja yg paling rajin. Hanya saja pd zaman Qianlong ini Kaisar lebih cenderung menyukai pejabat yg ABS (Asal Bapak Senang) dan bibit² korupsi yg susah payah ditindas oleh ayah dan kakeknya, meruak kembali.
Ketiga, militer mereka bagus terutama saat di masa² kepeloporan Nurhachi yg membangun sistem militernya dgn panji² warna-warni yg biasanya dipimpin oleh anak-anaknya atau sanak famili terdekat. Dan anak cucu prajurit² dlm panji² ini tergolong hidup enak dibiayai negara sbg balasan mrk yg maju perang. Tapi seiring kemajuan China, semakin mundur pula militer mereka. Ini sudah terlihat dari kegagalan invasi ke Burma dan pemadaman pemberontakan² selama bertahun-tahun.
Penjelasan author yg super mendetail sangat menolong saya utk memahami situasi dan kondisi pada masing² pemerintahan Kaisar² Dinasti Qing ini. Begitu pula ada biografi singkat bbrp tokoh-tokohnya yg berperan dlm sejarah, baik yg bagus maupun yg tidak. Semuanya kembali pd cara pembacanya utk menganalisis yg terjadi saat ini.
Saya kurang tahu kenapa author tidak membuat buku Dinasti Qing 1851-1911 ini, pdhl ini justru klimaksnya loh. Kalau ada yg bisa bantu jawab, silakan dikomen ya.