Apakah kau ingat saat kita berjanji untuk saling membahagiakan?
Katamu, setiap perasaan yang tumbuh adalah sebuah alasan. Alasan bahwa hati patut dipertahankan. Namun, cinta saja belum cukup menyatukan mimpi yang berbeda di antara kita. Dan, menepati janji ternyata tak semudah mengucapkannya.
Apakah kau juga tahu bahwa kenangan bersamamu selalu muncul tiba-tiba? Tak ada satu perasaan pun yang mampu kusembunyikan ketika mengingatmu.
Namun, aku sadar. Harapan-harapan yang dulu sempat memudar, harus kubangun lagi dan kumulai. Bukankah tak salah bila aku ingin mengulang rasa yang dulu pernah ada? Meski kutahu, rasa itu tak akan benar-benar sama.
Karena, cinta bukan tentang bagaimana rasa itu jatuh, melainkan bagaimana ia tetap bisa hidup di dada yang rapuh.
Boy Candra Pada Senja yang Membawamu Pergi GagasMedia 248 halaman 0.5
Membaca Pada Senja yang Membawamu Pergi terasa seperti membaca nukilan novel dalam buku paket bahasa Indonesia kurikulum tahun 1994: suatu cerita karya seseorang dari Kemendikbud yang sarat dengan pesan moral yang tanpa tedeng aling-aling, kental dengan nilai kedaerahan dan propaganda, serta lengkap dengan romantisasi rape culture.
Ini adalah salah satu buku terburuk yang saya baca. Saya bahkan bingung dengan ratingnya yang melebihi Perahu Kertas! Tolong maklumi review saya yang terlalu blak-blakan ini, mengingat saya masih kesal karena memutuskan untuk membeli buku ini, padahal saya bisa membeli buku lain dengan uang tersebut.
Pertama, karakternya sangat dua dimensional. Saya sangat yakin penulisnya sendiri tidak mengenal karakternya dengan baik. Ada si rajin, si playboy, dan si melankolis.
Astaga.
Semua karakter di sini seperti karakter klise di luar sana. Contohnya si playboy. Si playboy genit mengejar cewek di pantai, di festival. Dia bukanlah siapa-siapa tapi si playboy. Titik. Tidak ada latar belakang, tidak ada hobi (kecuali mengejar cewek), tidak ada apa-apa. Playboy tok. Ugh...
Kedua, saya dianiaya dengan keharusan saya untuk mendengar cerita ini dari perspektif si melankolis membosankan. Dunia ini baginya hanyalah gumpalan tanah dan kesedihan. Bukan hanya itu, ia tidak original, tidak memiliki ‘perspektif’. Seperti reporter pemula yang hanya memaparkan fakta.
That leads to my third point, terlalu banyak aksi ‘memberi tahu’. *Menghela napas*. Ini adalah hal yang paling membuat saya merasakan kurangnya kemampuan menulis Boy Candra. Ia terus-terusan memberi informasi lewat narasi, sampai-sampai saya sudah mau mati kebosanan.
Kami berempat kuliah di jurusan yang sama. Jurusan lalalalalla.
Ya-ya. Stop. Bagaimana kalau Anda menunjukkan itu lewat adegan atau dialog? Misal mereka punya tugas yang sama dan membahas mata kuliah mereka bersama. Atau sama-sama ke kuliah. Dari sana pembaca bisa tahu mereka kuliah di mana dan jurusannya sama.
But no, penulis memilih untuk memberi tahukan hal tsb secara gamblang. Anak sd pun bisa melakukan itu.
Satu-satunya hal yang bisa dipuji dari buku ini adalah diksinya. Kata-katanya lumayan, frasa-frasa banyak yang puitis. Namun, *menghela napas* ayolah. Diksi adalah poin ke sekian dari daftar hal yang membuat sebuah karya bersinar. Buku ini menunjukkan seakan penulis terlalu sibuk merangkai kata indah dibanding menyusun plot dan karakter yang memukau. Bahkan, rasanya cerita ini asal ditulis. Tidak ada perencanaan, ditulis dengan buru-buru. Yah sudahlah. Siapa saya untuk menerka-nerka tanpa tahu faktanya.
Intinya adalah, saya tidak akan merekomendasikan buku ini kepada siapapun, dan mengingatkan teman saya untuk tidak membuang uang mereka untuk buku ini. Saya sangat kecewa, mengingat kumpulan cerpen Boy Candra masih lebih acceptable ketimbang buku ini. Saya telah membuang bukan saja uang yang bisa saya pakai untuk membeli karya gemilang, tapi juga waktu.
Saya bukan siapa-siapa. Hanya penikmat buku. Itu adalah pendapat saya dan saya percaya siapapun berhak mengutarakan pendapat, asal tidak dengan kasar dan disertai caci-maki. Silahkan membaca jika masih tertarik. Pendapat ini hanya berfungsi sebagai referensi untuk pembaca lain. Trims.
Karya Boy selalu membuatku tersenyum senang dan tenang setiap kali membaca setiap halaman. Serasa macam ada roh di dalam setiap perkataan, menjadikan jalan penceritaan hidup walaupun berpaksi plot simple. Tema percintaan remaja, persahabatan, keluarga, harapan bangsa semua digarap dengan baik walau boleh diagak ending macamana. Tuhan takkan memberi sia-sia kepada yang memberi sungguh-sungguh.
Kisah persahabatan, kekeluargaan, cinta. Buku ni bacaannya santai saja. Ada bahagian yang menyuntik semangat. Walaubagaimana sakit pun putus cinta itu, kita harus terus kuat untuk tetap berjalan dengan tabah. Pasti akan ada yang lebih baik di hari hari yang mendatang. Ada selingan info tentang budaya di Sumatera Barat khususnya Minang. Bagus untuk ilmu tambahan.
" Aku ingin mencintai Aira seperti Ibu mencintai Ayah. Kemanapun Ayah pergi, sejauh apa pun Ayah meninggalkan rumah, Ibu akan tetap menunggu dan percaya dia akan kembali." Banyak kata kata indah dalam buku ni. Sesuai untuk orang orang yang suka 'quotes'.
Konsep dasar cerita ini cukup umum. Ada cinta, persahabatan, tentang meninggalkan dan ditinggalkan, dan harapan. Tapi penulis berhasil membungkusnya dengan cara yang mungkin hanya ia yang bisa. Sepertinya novel ini akan cocok untuk kamu yang sedang berjuang untuk move on. Hihihi ....
Yang unik dari novel ini, setiap bab memiliki queto. Semacam clue dari makna yang bisa kita petik di bab tersebut. Dan kesemuanya itu teramat sayang untuk dilewatkan.
Akhir cerita ini bukan hanya memperlihatkan sekeping hati yang berhasil sembuh, tapi juga sebuah pencapaian terhadap mimpi yang telah lama digenggam.
Assalamualaikum Diary😄 . . "Lelah bukan alasan untuk berhenti. Lelah hanyalah pengingat bahwa ada perjuangan panjang yang baru saja dilewati." . . -Blurb-
Apakah kau ingat saat kita berjanji untuk saling membahagiakan?
Katamu, setiap perasaan yang tumbuh adalah sebuah alasan. Alasan bahwa hati patut dipertahankan. Namun, cinta saja belum cukup menyatukan mimpi yang berbeda di antara kita. Dan, menepati janji ternyata tak semudah mengucapkannya.
Apakah kau juga tahu bahwa kenangan bersamamu selalu muncul tiba-tiba? Tak ada satu perasaan pun yang mampu kusembunyikan ketika mengingatmu.
Namun, aku sadar. Harapan-harapan yang dulu sempat memudar, harus kubangun lagi dan kumulai. Bukankah tak salah bila aku ingin mengulang rasa yang dulu pernah ada? Meski kutahu, rasa itu tak akan benar-benar sama.
Karena, cinta bukan tentang bagaimana rasa itu jatuh, melainkan bagaimana ia tetap bisa hidup di dada yang rapuh. . . "Bagiku, mengingat tanggal jadian tidak akan membuat cinta semakin merekat. Karena cinta bukan untuk dihitung hari, melainkan untuk dijalani sepenuh hati. Sampai di tempat kita tidak lagi sanggup melangkahkan kaki membawa hati." . . "Dari Putri, aku belajar satu hal; bahwa urusan hati tidak seharusnya merusak prestasi dan pendidikanmu." . . Gian. Setelah berpacaran dengan Kaila selama 2 tahun, hubungan Gian akhirnya kandas. Kaila memutuskan dirinya dengan meninggalkan kenangan-kenangan yang sudah mereka rajut bersama. Demi belajar untuk melupakan, Gian mulai fokus untuk mengerjakan skripsi dan memperbaiki nilainya. Akankah hati Gian menemukan wanita baru dalam hidupnya? Bagaimana dengan masa depannya? . .
Putri. Sahabat baik Gian. Gadis muslimah yang memiliki pola pikir terbuka. Mahasiswi tingkat akhir yang tinggal menunggu sidang. Tidak seperti sahabatnya yang lain, Putri tidak pernah lalai dalam urusan kuliah sekalipun yang menghambat adalah urusan cinta. . .
Andre. Maniak komputer. Dimanapun Andre berada selalu ada komputer di depannya. Putri paling sering mengomel kepada Andre karena tidak memperdulikan kesehatan matanya. Cowok satu ini entah kenapa selalu seperti menyimpan semua sakit untuk dirinya sendiri. . .
Randi. Mahasiswa yang tidak terlalu peduli akan urusan kuliah. Disaat ketiga temannya mulai memikirkan skripsi, Randi malah hidup seperti air mengalir. Ia suka menggoda cewek-cewek. . .
Aira. Gadis yang tidak pernah jatuh cinta. Cukup sulit untuk mendekatinya karena disaat ingin modus kita langsung diguyuri dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat bibir kelu dan mati kutu. Setengah dirinya menunjukkan kehangatan, kebahagian memberikan harapan semu namun disisi lain, Aira juga begitu dingin seperti tidak ada yang dapat menyentuhnya. . . "Uang bisa dicari, tapi kebahagiaan nggak pernah bisa dibeli."
"Nak, kau tahu kenapa Ayah mengajar Bahasa Indonesia? Karena bahasa Indonesia adalah identitas bangsa. Banyak anak muda berlomba belajar bahasa asing dan lupa belajar bahasa sendiri. Ayah khawatir, bisa-bisa generasi bangsa ini kehilangan identitasnya." . .
Meskipun hati dan pikiran Gian masih merindukan dan mengingat Kalia namun keberadaan Putri, Andre, Randi disampingnya mampu membuat harinya kembali cerah walaupun hanya sebentar. Mereka berempat selalu bersama. Baik susah maupun senang. Sungguh persahabatan yang sangat erat. Namun, Putri yang memilih untuk sidang lebih dulu dibandingkan sahabatnya yang lain pasti akan pergi suatu saat nanti. Akankah persahabatan mereka selalu sama seperti sekarang ini? . . "Aku harus menyadari. Sesuatu yang bukan milikku, tidak seharusnya membuatku tetap merasa memiliki dan menuntut hal-hal yang sama seperti sebelum ia tidak lagi menjadi milikku." . . "Malam dan kenangan sering kali membuat rindu yang tidak seharusnya kuulang, pulang, mengiris tajam di dadaku." . .
Dekat dengan Aira memberikan kebahagian tersendiri kepada Gian. Interaksi antara keduanya yang semakin hari semakin dekat namun juga semakin jauh membuat Gian merasa takut akan perasaannya sendiri. Disaat rindu semakin meninggi namun jarak menghalangi, apa yang bisa kita lakukan selain menunggu takdir mempersatukan kembali. Benarkah cinta akan tetap sama walaupun jarak memisahkan? . . "Kadang, kita memang harus belajar melupakan. Bukan karena kita nggak cinta, melainkan karena kita tahu cinta kita nggak pernah bisa tumbuh di hatinya." . .
Aaah, aku suka banget sama ceritanya. Walaupun belum pernah membaca tulisan Kak Candra tapi aku suka dengan karyanya yang satu ini. . .
Bagaimana kata-katanya dalam bukunya mengalir indah saat dibaca belum lagi aku juga mendapatkan sedikit informasi tentang budaya Minangkabau dari buku ini. . .
Persahabatan antara Gian, Randi, Andre dan juga Putri adalah adegan yang paling aku suka dari buku ini. Bagaimana mereka saling menyemangati. Bagaimana ikatan mereka masih tercipta walaupun terpisah untuk mencapai impian masing-masing. Sungguh kisah yang indah. . .
Maafkan aku karena sempat terhasut review negatif yang ada di Good Reads tentang buku ini. Ternyata setelah menikmatinya sendiri, aku menyukai isi dalam buku ini. Belum lagi cover dan isi bukunya cantik banget. . .
Terima kasih untuk Kak Candra dan penerbit karena sudah membagikan kisah ini.
Kali ini aku mau memberi review tentang novel yang aku baca, “Pada Senja yang Membawamu Pergi” karya Boy Candra. Hal yang pertama kali aku ingat setelah membaca tuntas novel ini yaitu, jujur adalah harga diri. Cerita dalam novel ini cukup merepresentasikan bagaimana perjalanan aku dan teman-teman beberapa bulan ke belakang tentang perjuangan mewujudkan mimpi memperoleh gelar sarjana (re: Skripsian). Membuat aku ngangguk-ngangguk, senyum-senyum mengingat masa lalu yang perih itu. Buku ini menceritakan tokoh utama, Gian Arianto dan ketiga sahabatnya melalui masa-masa tingkat akhir. Mereka mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, tapi perbedaan yang mereka miliki justru menjadikan mereka lebih dekat. Ada yang sangat ambisius dengan skripsinya sehingga bisa lebih cepat, ada yang terhambat karena perasaan patah hati, ada pula yang memang lambat karena tak peduli. Penelitian skripsi bagi mereka hanya formalitas. Itu sudah jadi rahasia umum. Katanya, dalam buku ini – aku pun mengiyakan, pada akhirnya data penelitian tak bisa sepenuhnya valid, kadang ada responden yang memberikan pendapat yang tak sepenuhnya jujur, apalagi berkaitan dengan instansi. Jika tidak valid, maka dosen akan meminta kita mencari ulang data yang valid hingga pada akhirnya kadang mahasiswa berpikir untuk merumuskan data palsu. Akan seperti itu terus, seperti lingkaran setan. Selain itu, ada mahasiswa yang masih berpikir untuk membeli skripsi dari orang lain. Pada akhirnya hidup adalah pilihan, mau menjadi mahasiswa yang sepenuhnya pecundang dengan membeli skripsi orang lain atau mau mengikuti prosesnya meskipun tidak sepenuhnya benar. Bagaimanapun memang harus ada system baru dari dunia pendidikan untuk memotong lingkaran setan tersebut. Itulah sebagian dari cerita tentang bagaimana mereka mengejar gelar. Selain itu, tokoh utama Gian digambarkan sebagai tokoh yang tak muluk-muluk dengan mimpinya. Jika banyak orang bermimpi untuk bekerja di perusahaan besar, dia hanya bermimpi untuk menjadi Guru Bahasa Indonesia di desanya, melanjutkan perjuangan sang Ayah. Meskipun ia tak berasal dari jurusan tersebut, ia tetap bercita-cita sama seperti ayahnya. Mencerdaskan anak-anak desa agar kehidupannya menjadi lebih baik. “Tidak ada yang bisa mengubah nasib seseorang selain pendidikan”, kata ayahnya. Bagi Gian uang bisa dicari tapi kebahagiaan dan kepuasaan batin tidak bisa dibeli. Gian juga dihadapkan pada kisah cinta yang cukup rumit, berpacaran dengan gadis manja dari keluarga kaya, kemudian berpisah di saat senja. Ia mengalami patah hati yang luar biasa hingga seorang gadis lain datang menyembuhkan luka. Tapi setelah itu, kisah cintanya juga tetap tak mudah. Ia harus berjuang dengan skripsinya, berjuang dengan kisah cintanya, berjuang pula untuk mewujudkan mimpinya. Meskipun buku ini tak membuatku emosional sampai menitikan air mata, aku rasa buku ini bisa memberikan cukup pelajaran tentang berjuang dengan pilihan masing-masing juga berjuang untuk menunggu waktu yang tepat atas resiko mengambil pilihan tersebut. Selamat memilih untuk membaca atau tidak membacanya.
Since the beginning of reading this book, I couldn't wait to finish it. Sorry, author!
This book is about a final year college student, Gian who just broken up with his girlfriend, Kayla. She broke up with him because of their social status didn't match up. After the break up, Gian became so frustrated and he still need to finish his thesis writing. One day, Gian and his friends went to a waterfall and accidentally met this young girl who caught his eyes. Without knowing her name and where exactly she is, he kept on wondering who exactly the girl who succeed to make him forget about Kayla. Long story short, on the graduation day of his friend, he found the girl and approached her and successfully, got her name and contact number.
But, the happiness won't last.
In my opinion, this storyline is too simple.
It is about the family who is rooting for him to finish study. It is about a son who wants to fulfil his father's dream. The struggle of college students. The puppy love. Friendship, not to forget.
Overall, is it worth to read? Maybe not for an adult who had gone through so many things in life which is more challenging. I'm disappointed of the storyline. I do. Very much. Or maybe I put high hope in this Indonesian literature just like how I love Buya Hamka books.
One thing for sure that I got from this book, Women are a simple minded creature but very complicated to handle. If you know what I meant.
Quote from the book, "Cinta bukan untuk dihitung hari, melainkan untuk dijalani sepenuh hati".
Tuhan Selalu Punya Kejutan Atas Penerimaan Manusia Pada Kenyataan. (Hal.113) . . . Novel yang diawali dengan kisah Gian Arianto yang merupakan mahasiswa tingkat akhir dan juga seseorang yang terjebak dalam keresahannya pasca perpisahan menyakitkan dan sebuah pertemuan baru yang seolah mengantarkan pada satu arah yang sama lagi yakni sebuah perpisahan... . . . ⛅ Novel yang pernah begitu menguatkan saya dengan cara yang tak saya duga,yakni seperti melihat pantulan diri lewat tokoh Gie dan apa yang dilaluinya.
⛅ Rupanya,selain novel yang berdiri dengan kisah Gie, kisah yang ditulis kak Boy Candra ini juga seperti mengajak pembaca karyanya untuk bernostalgia dan juga menemukan jawaban untuk tokoh dalam novel terdahulunya. Siapa saja tokoh yang di munculkan? Mari baca novel ini agar penasaran kalian terjawab hehe.
⛅ Selain tokoh,latar yang dinarasikan oleh sang penulis memiliki kekuatan yang mampu membangun suasana dalam novel dan juga emosi sang tokoh utama dideskripsikan dengan baik.
⛅ Saya bisa memastikan bahwa kover novel ini menjadi alasan utama mengapa karya kak Boy Candra ini termasuk dalam daftar novel keren. Siapapun yang mendesain kover untuk novel ini,hasil desainnya begitu ciamik!
⛅ Bagi teman-teman yang senang dengan novel yang mengusung tema romansa, perjuangan dalam studi, persahabatan, dan mungkin sedang ingin menemukan sesuatu untuk menemukan perspektif tentang sisi lain dari kehilangan...,kalian bisa coba baca novel ini.
Sering banget lihat buku-bukunya Boy Candra di toko buku yang lumayan banyak, sepertinya cukup produktif dan laris dipasaran, jadi saya putuskan untuk mencoba membaca salah satu bukunya. Pilihan jatuh ke buku ini, random aja sih.
Temanya sederhana, tentang Gian, mahasiwa tingkat akhir yang sedang patah hati dan berjuang untuk move on sembari mengerjakan skripsinya. Bukan selera saya sih buku ini, atau mungkin saya yang ketuaan dan merasa fase yang dilalui Gian cukup receh dan bikin saya bergumam, "Heleh, gak penting."
Namun jika pembaca diusia remaja sampai 25 tahun, bisa jadi demen sama kisah yang mungkin relate dengan mereka. Bahwa patah hati lalu move on itu tidak mudah. Ditambah lagi quote menye-menye yang bertebaran dan mungkin bikin pembaca terkiwir-kiwir. Sorry, saya enggak kemakan gombalannya.
Yang menarik dari buku ini, saya jadi bisa membayangkan jadi mahasiswa yang kuliah di Padang kayaknya enak. Kalau ngumpul sama temen-temennya main di pantai, naik kereta api, nonton acara budaya, duh lupa namanya, semacam karapan sapi gitu. Saya juga dapet pengetahuan baru tentang jajanan jalanan mahasiswa sana, gak melulu bakso atau cireng. Mohon maaf lupa nama jajanannya dan saya males ngubek-ubek bukunya lagi.
Oh ya, dalam buku ini banyak ilustrasi apik beserta quote di akhir setiap bab. Jadi lumayanlah ada hiburan buat mata.
"Akan ada saatnya kita harus meninggalkan dan ditinggalkan orang-orang yang kita cintai." (Hal. 217) Novel ini menceritakan tentang kehidupan Gian pada semester akhir perkuliahan, di mana cita-citanya setelah lulus ingin menjadi guru Bahasa Indonesia seperti sang ayah walaupun ia kuliah di jurusan yang berbeda. Kisah cintanya dengan Kaila harus kandas di tengah jalan, beberapa waktu Gian sempat terpuruk tetapi ada sahabat-sahabatnya yaitu Putri, Randi, dan Andre yang setia menemaninya pada saat senang maupun susah. Takdir mempertemukan Gian dan Aira, hingga Gian mampu melupakan Kaila. Akan tetapi Aira seperti menutup diri, tidak terbuka dengan kehidupan pribadinya. Apakah Gian mampu menembus tembok hati Aira? Apakah Aira dapat mencintai Gian? Novel yang ringan dibaca dengan konflik khas remaja ini tidak hanya berisi tentang kisah cinta semata, tetapi juga persahabatan tulus dan perjuangan belajar hingga lulus. Dari novel ini pula Gian mengajarkan pada kita bahwa cita-cita mulia dapat membawa kesuksesan di masa depan. Lalu, Gian dan Aira bisa jadian ga sih? Wah kalian harus baca sendiri yaaa, endingnya bikin gemeeez 😚 "Namun, sepahit apa pun perpisahan, sepedih apa pun kehilangan, hidup harus tetap berlanjut." (Hal 151)
Pada Senja Yang Membawamu Pergi merupakan novel Kak Boy Candra yang pertama kali terbit tahun 2016. Novel yang aku baca ini merupakan cetakan kelima tahun 2018 dan menggunakan cover baru.
Dari segi ide cerita, novel ini ringan dan sederhana, tapi cukup kompleks. Tentang cinta, persahabatan dan mimpi.
Seperti novel Kak Boy lainnya, novel ini kental dengan gaya bahasa puitis dan dipenuhi dengan quote-quote yang mewakili setiap bab.
Ini tentang kisah Gian, Putri, Andre dan Randi dalam meraih mimpi maupun kisah cinta mereka.
Gian yang jatuh cinta dan patah hati karena perbedaan status, Putri yang memendam cinta, Andre yang sibuk dengan laptopnya namun ternyata memendam rasa hingga Randi yang bergonta ganti pasangan.
Walaupun memang novel ini lebih banyak berfokus mengenai kisah Gian bagaimana dia jatuh cinta, patah hati kemudian jatuh cinta kembali. Lika liku perjalanan yang tidak mudah menemukan cinta sejati.
Yang kusuka kisah persahabatannya benar-benar membuat iri 😍 .
Secara keseluruhan, kamu mencari kisah romansa berbalut persahabatan jangan lupa memasukkan novel ini untuk kamu baca ya 💙
Buku Boy Chandra ketiga yang dibaca kali ini memiliki 247 halaman. Dibaca dalam kurun waktu 1 hari.
Buku ketiga ini, menceritakan tentang mahasiswa pendidikan, yang ditinggal kekasihnya karena tidak setara. Yaa begitu, sampai saat ini, masih saja ada stigma demikian. Guru itu gak akan bagus masa depannya. Hah? Cuma jadi guru? Atau, kalau suamimu guru, nanti hidup kalian gimana?
Sebenarnya bukan stigma ya, itu adalah sebuah kenyataan pahit di negara kita. Bahwa guru itu masih diberi penghormatan sebelah mata, kesejahteraan yg minim, dan masa depan yg belum terjami, kecuali dia sudah terdaftar sebagai ASN.
Dalam buku ini, terselip semangat berkarya untuk negeri. Semangat untuk menanamkan cinta pada bahasa Indonesia. Semangat untuk mengajar dan mencerdaskan anak bangsa. Meskipun, memang itu diselipkan dalam cerita cinta dan romansa.
Alurnya lambat, di awal aku merasa ceritanya muter gak selesai-selesai. Tapi di akhir, alurnya mulai cepat dan buuuuuuum!!!! Boy tuh gitu deh, di akhir baru ngebuum gitu. Jadi kalau kamu juga baru membaca buku Boy. Bertahanlah, di akhir kamu bisa mendapatkan sesuatu🔥
Banyak pesan yang bisa diambil dari buku ini, persahabatan, keluarga, dan cinta. Di awal dari buku ini udah disambut dengan patah hatinya Gian karena diputusin Kaila aku udh menebak-nebak mungkin ini akan berakhir dengan sad ending, tapi jujur aku pas baca ini feel persahabatannya kerasa banget dan sedih pas mereka pisah sama putri:( pasti kangen banget masa-masa mereka barenggg HUHUUHU SEDIH POKONYA. aku kadang kesel banget sama Randi kyk gilaaaaa sumpah cewe mana lagi yg dipacarinnn, dan ANDREEE:))) aku suka banget sama lovelinenya Andre-Putri walaupun moment mereka ga terlalu banyak TAPIII SI ANDRE UDAH KETEBAK GAK SIHH NAKSIR PUTRI, dari gelagat-gelagatnyaa HAHAHAHA pas baca Putri announced tentang dia dan Andre, AKU TERIAKKK. Dan Aira, sumpah kamu keren bangett dan dibayangan aku kamu tuh cantikk banget plzzzz, disaat kamu nulis surat buat Gian itu, kenapa sikapmu begitu ke Gian karena gak mau nyakitin dia, it's feel hurt to me:') meski diakhir bertemu kembali, tapi dengan keadaan yang memaksa harus berpisah lagi:(
This entire review has been hidden because of spoilers.
Yes, I have been reading a lot of disappointments written for this book. Personally, I really love the diction, especially. It is really soothing and calming. All those time wasted on watching Indonesian dramas and sinetrons, really was worth it. At least I didn't feel to alienated with the words usage and actually I am swayed by them. I think Boy Candra really is an expert in words playing. However, I have to agree with some of the reviews, there is lacking in the characters and their development. Not to mention, Randi who's only a playboy, no ambitions, dream, just a mere playboy who chases girls but end up marrying a widower, that's all. It like going from A, straight to Z. Nothing in between. I really think it should be developed more about Randi. Also Andre, for me is a so-so character. It changes nothing if he was not in the story. Overall I like it!
"Cinta bukan tentang bagaimana rasa itu jatuh, melainkan bagaimana ia bisa tetap hidup di dada yang rapuh. Bukan juga tentang bagaimana rasa itu ada, melainkan tentang bagaimana ia tetap terjaga meski banyak pinta melepaskan setia." p-240
Penggambaran tokohnya sangat realistis sehingga bisa dirasakan bagaimana suka duka perantauan. Buku ini sangat sederhana bahkan tidak ada konflik yang membuatku emosional dan tidak sabar untuk membaca demi halaman.
Waktu itu baca buku ini di iPusnas. Genre romance ini kayaknya emg cocok kalo dibaca pas masih usia belasan. Lucu sih, tapi terlalu banyak 'menye-menye' nya buat aku di usia sekarang. Walaupun ngga relate, tapi suka sama kalimat ini:
"Mungkin benar, saat kita meninggalkan seseorang karena sebuah alasan menjalani hidup, kita ingin datang lagi ke masa saat awal bertemu, menikmati setiap detik yang berjalan menuju perpisahan."
For some, it might be cliche & boring but from my point of view, even though this book is pretty simple & straightforward i really adore the storyline & words the author use in each sentences.
“Denganmu, aku ingin merasakan hujan yang turun di musim panas, menikmati cinta yang nggak pernah kita duga” Gie to Aira
Enak dibaca, ngalir, banyak kalimat yang punya makna mendalam (at least for me).
Pas bagian tentang proses bikin skripsi, jadi inget memori zaman kuliah dulu 😁
Covernya cantik, lay out halaman dalamnya bahkan lebih ciamik. Aku suka sekali sama gambar-gambar yang ada di halaman dalam 😍 Ukuran huruf nyaman banget di mata 😎
Sepertinya buku ini bukan tipe bacaanku. Alur dan jalan cerita gak cocok untuk aku dan bingung apa yang bisa dipetik. But ada beberapa kalimat yang bagus.
Ini cerita boy candra pertama yg aq baca. Sbnrnya mo aq kasih bintang 5 tp krn endingnya menurut q serasa ada yg kurang karena mrka masih LDR jd 4,5 aja.quotes keren banjir dlm cerita. Inti cerita yg g muluk2. Puas deh sama cerita ini.
Hanya butuh waktu kurang dari 1 hari untuk menyelesaikan baca buku ini. Ceritanya menarik. Cocok untuk yang sedang berada di semester akhir kuliah, sedang menghadapi sahabat-sahabat yang satu per satu mulai pergi setelah wisuda. Sementara masih bertanya-tanya "aku kapan?". Juga cocok untuk yang sedang mencoba untuk move on, menghadapi hari-hari yang sepi. Hal yang bisa dipetik dari cerita ini adalah seberapa besar luka, sedih, kehilangan, kesepian datang kepadamu, jangan biarkan kuliah dan mimpimu berantakan. Kamu harus tetap melanjukan hidup.