Jump to ratings and reviews
Rate this book

Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering

Rate this book
Itukah Sajak yang Kau Tulis Untukku?
APAKAH sajak-sajak cinta yang tak menyebut namaku itu?
Aku sering tersesat di sana. Terkejut pada kata yang tak pernah aku tahu, padaku mereka ingin mengucap apa.
Aku kerap terjerembap di sana. Berjalan di bait-bait yang rumit, yang aku tak tahu hendak mengantarku ke mana.
Tapi aku betah di sana. Seakan sembunyi dari banyak bunyi, yang bertahun-tahun memaksa aku memekakkan telinga sendiri.
Ah, alangkah kamusnya engkau. Sebetapa sempitnya lidahku.
Aku ingin tahu, apakah sajak-sajak itu kau tulis untukku?

192 pages, Paperback

First published October 10, 2016

10 people are currently reading
53 people want to read

About the author

Hasan Aspahani

23 books13 followers
Hasan Aspahani lahir di Sei Raden, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, 9 Maret 1971. Ia lahir pada sebuah keluarga sederhana petani kelapa.

Saat bersekolah di SMAN 2 Balikpapan, ia nyambi jadi kartunis lepas di Surat Kabar Manuntung (Sekarang Kaltim Post). Lalu diundang lewat jalur PMDK di IPB, dan kuliah sambil diam-diam terus mencintai puisi.

Setelah berupaya memberdayakan ijazah sarjana di beberapa perusahaan, ia akhirnya kembali ke dunia tulis menulis. Saat ini ia adalah Direktur Utama Batam Pos. Di kota ini menjalani hidup bersama Dhiana (yang disapanya Na') dan Shiela dan Ikra (yang memanggilnya Abah).

Beberapa puisinya pernah terbit di Jawa Pos (Surabaya), Riau Pos (Pekanbaru), Batam Pos (Batam), Sagang 2000 (Yayasan Sagang, Pekanbaru, 200) Antologi Puisi Digital Cyberpuitika (YMS, Jakarta 2002), dan Dian Sastro for President 2 #Reloaded (AKY, Yogyakarta, 2003). Puisi Huruf-huruf Hattaterpilih sebagai salah satu dari 10 puisi terbaik lomba puisi 100 Tahun Bung Hatta (KPSP, Padang, 2002), dan Les Cyberletress (YMS, 2005). Hasan Aspahani juga menjadi kartunis post metro yakni sebuah kartun strip komik dengan tokoh utama "si Jeko" tukang ojek dengan kelucuannya.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
8 (11%)
4 stars
38 (56%)
3 stars
18 (26%)
2 stars
2 (2%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 15 of 15 reviews
Profile Image for Hestia Istiviani.
1,035 reviews1,961 followers
September 11, 2017
Rasa-rasanya saya melompat terlalu jauh kali ini. Meski memang sudah berkali-kali baca tulisan karya Aan Mansyur, terutama puisi-puisi itu. Nyatanya asal beralih kepada penulis sajak dan puisi lain cukup menjadi risiko.

Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering merupakan kumpulan sajak yang terbagi menjadi 4 bagian. Masing-masing bagian berfokus pada tema besar tertentu, namun satu sama lainnya bisa saling bekorelasi dan bisa dibaca terpisah, meloncat dari satu puisi ke puisi lain. Namun, makna akan lebih terasa mendalam apabila membaca sesuai dengan urutan yang sudah tersedia.

Pada bagian pendahuluan, pembaca sudah terbantu dengan penjelasan singkat mengenai sajak dan puisi yang ditulis oleh Hasan Aspahani. Serta, perihal apa saja yang dibicarakan dalam buku tersebut, bagian per bagian. Setidaknya, pembaca jadi tahu harus meletakkan kepalanya pada tema apa untuk mempermudah memahami sajak dan puisi-puisi tersebut.

Sayangnya, saya sendiri masih mengalami kesulitan dalam membaca buku ini. Bahkan saya sempat berhenti membaca di tengah-tengah. Di bagian awal sempat dikatakan bahwa Hasan Aspahani memiliki kemampuan untuk menggunakan dua kosa kata kontradiktif dalam satu baris. Menghasilkan sebuah tulisan yang mengena sekaligus indah. Oke, beberapa sajak dan puisi yang aku mengerti memang menyuguhkan hal seperti itu. Selain, Hasan Aspahani mampu meramu acara puisi dan sajak menjadi ajang yang tidak kalah keren dengan menjadi terkenal di medai sosial.

Tidak banyak yang bisa dikomentari sebab ketika membaca dan mengulang-ulang kembali bacaan tersebut, rasanya aku tidak paham apa yang membuat puisi dan sajak tersebut menjadi sesuatu yang sakral, yang mana pada berharap untuk menangis.

Maka, sudah tidak heran lagi mengapa saya menghabiskan waktu yang cukup lama untuk sekadar menyelesaikan kumpulan sajak ini: saya melompat terlalu jauh untuk membaca sebuah puisi. Maaf, buku ini belum menjadi cangkir teh yang cocok untuk saya.
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
November 30, 2016
Ada beberapa hal yang membuat saya penasaran atas buku ini. Pertama buku ini memenangi sayembara buku puisi di hari puisi 2016, jadi bisa dikatakan sebagai buku puisi terbaik dr semua buku puisi yang diikutkan sayembara tahun ini. Meskipun --jujur-- saya kurang puas dengan pengerjaan cover, terutama garis border yang seolah membatasi imajinasi. Buku ini diantarkan oleh Sapardi Djoko Damono yang berkolofon jauh sebelum buku ini terbit. JAdi, sangat mungkin buku ini telah disiapkan penulis jauh-jauh hari dan kemudian booom! meledak di tahun ini dengan menyandang perhargaan ini. Juga tak boleh dilupakan adalah penutup yang ditulis oleh Goenawan Mohammad. Jadi, pastilah buku ini istimewa!

Saya merasakan kehangatan yang berbeda saat membaca puisi ini. Mungkin benar apa yang disampaikan Sapardii dalam pengantar, bahwa Hasan Aspahani mungkin 'sedang bermain-main' dengan sesuatu yang ditakuti orang. Bahkan di puisi pembuka, itu menurutku puisi yang paling memukau sekaligus menakutkan dengan selipan humor satir. Aku juga menyukai puisi Hikayat Petani Tomat dan Petani Puisi. Buku puisi ini adalah jenis puisi yang ingin cepat kuselesaikan dan akan kuulangi kembali. Mengapa? Saya terlanjur penasaran dengan penghargaan atas buku ini, kemudian membuat saya benar-benar mati gaya kalau tidaksegera membacanyya. Tetapi di sisi lain, saya juga perlu mengulanginya kembali agar nuansa itu kembali timbul di pembacaan kedua ketiga....

Apik.
Profile Image for Nike Andaru.
1,631 reviews111 followers
May 12, 2019
107 - 2019

Setelah membaca Aviarium saya lalu mencari buku sebelumnya dari Hasan Aspahani dan menemukan buku puisi ini. Dengan tema kematian, saya tidak menyangka bisa dengan begitu apik Hasan menulis sajak-sajak tentang hal yang tadinya terasa menyeramkan itu.

Kata pembuka diberikan oleh Eyang Sapardi Djoko Damono dan saya sepakat bahwa sajak atau puisi dalam buku ini terasa dalam sekali maknanya, wajar saja kalau akhirnya memenangkan sayembara buku kumpulan puisi terbaik tahun 2016.

Favorit saya :
- GMT, The Home of Time
- Sajak Ini Kuberi Judul : Buku
- Gambar Untuk Sebuah Petang
Profile Image for Siraa.
259 reviews3 followers
March 6, 2022
"Ini pisaumu," kata-Mu, menyerahkan sebilah waktu.
Sejak itu, aku mengasahnya di batu leherku, "Tajamkah sudah?" tanya jantungku,
Seperti risau, bagai menunggu.

Buku milik Hasan Aspahani ini menjadi salah satu kumpulan sajak paling berat yang pernah saya baca. Sebagai sebuah karya sastra murni, tulisan buku ini mengingatkan saya pada sajak klasik milik sastrawan terdahulu seperti Rendra, Anwar, Situr, juga si Binatang Jalang itu sendiri. Tema buku ini sangat beragam dari persoalan judi, budaya, wanita dan laki-laki, bunga, agama, petani, mahasiswa sampai penjahit dan politisi dan lainnya. Sajak ini juga membuktikan keluasan kata yang dimiliki pengarangnya dengan kata berbahasa indonesia yg kurang lazim didengar dalam percakapan sehari-hari. Kata seperti postulat, relikui, padah, pacau, pukah, gelagah, pelantar dll.
Profile Image for Andria Septy.
249 reviews14 followers
May 14, 2019
semacam makan roti gembung isi keju plus hot chocolate. sebenarnya aku tidak begitu menyukai puisi yang singkat-singkat dan buku kumpulan puisi dengan lembaran (yang) tipis dan biasanya buku kumpulan puisi selalu dengan jumlah halaman yang sedikit tapi tidak untuk buku ini. Aku puas. Sepenuh-penuhnya puas dengan semua puisinyaaa. Aku cukup lama membaca buku ini karena aku seorang pembaca buku puisi yang lamban. sori.
Profile Image for Wawan Kurn.
Author 20 books36 followers
March 16, 2017
Menarik. Puisi-puisi dalam buku ini punya ragam dunia yang pas untuk dikunjungi.
Profile Image for Amathonthe.
112 reviews47 followers
December 11, 2018
Sajak-sajak Haspahani dalam buku ini banyak mengangkat tema kematian.
Profile Image for gowi.
141 reviews26 followers
December 6, 2019
Penulis ahli dalam menata kata, saya menikmati membaca buku puisi ini, tapi entah kenapa tidak ada perasaan yang bahagia dan menggebu waktu baca puisi ini. That’s why gue kasih 3. Huhu i’m so sorry.
Profile Image for nawir nawir.
58 reviews55 followers
May 22, 2020
Dibuka dengan puisi yang membahas soal persiapan menuju mati. Bagaimana saya tidak terkesan?
Profile Image for Mohammad Fahmi Sedin.
3 reviews
March 6, 2017
Saya mula mendapat tahu buku ini seusai dari pencapaian penulis meraih penghargaan anugerah puisi pada tahun 2016, lalu saya tertarik utk mendapatkan buku ini. Akhirnya, saya harus mengakui kehebatan penulisnya dalam mengembangkan idea & gaya penulisan puisi yang sepertinya di Indonesia. Ya, saya mengakui, Indonesia sangat "kaya" dengan penulis-penulis. Ini salah satunya!
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
January 7, 2017
Temanya kehidupan dan kematian, tetapi tak melulu gelap dan murung, kematian bisa bertanda bahwa perjalanan baru kelak dijelang. Puisi-puisi penulis dalam buku ini kaya dengan berbagai kata yang bisa jadi terdengar asing tetapi tak meninggalkan isi yang dikandungnya. Berusaha mengangkat puisi dalam berbagai kisah dan narasi kehidupan sehari-hari membuat puisi ini ringan sekaligus penuh arti. Selami lebih dalam dan berkali untuk mengetahui yang disimpan penulis dalam karyanya. Saya rasa perlu membacanya berulang demi kekayaan kosakata. hehe.
Profile Image for Baiq Cynthia.
22 reviews
July 10, 2017
Penuh dengan makna yang dalam. Tentang Sajak yang tak ada habisnya.
Profile Image for Willy Akhdes.
Author 1 book17 followers
April 17, 2017
Penasaran dengan juara pertama sayembara Hari Puisi Indonesia ini, saya pun membacanya. Ternyata memang bagus. Nadanya agak sedih dan gelap, namun dalam sentuhan yang lebih sufistik ataupun teologis. Seperti puisi berikut:

MAKA KAU PUN DIBERI NAMA

Karena Adam tak juga bisa menangis, maka ia minta
setiap anak yang lahir membawa tangis sendir ke dunia,
agar sesal yang harus kekal itu tak terlepas-terlupa.

Karena tangisanmu bukan kata, maka mereka
memberimu nama; 1 atau 2 dan 3 kata yang semoga tak sia-sia
sebab kau kelak memberikan makna pada tiap hurufnya

Karena tangisanmu bukan bicara, maka mereka
mengajari kau menyusun kata, sesungguhnya mereka
hanya tak ingin kau mengingatkan pada duka lama.
Displaying 1 - 15 of 15 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.