What do you think?
Rate this book


216 pages, Paperback
First published November 7, 2016
Dari dulu opiniku tidak berubah. Pernikahan itu jebakan betmen. Seremonial yang mengubah manusia dari sepasang individu asing, berevolusi menjadi satu tim (yang seharusnya) solid bernama keluarga. Semua orang melek ilmu tahu dong, evolusi itu tidak selamanya berjalan mulus. Ada cacat genetika, kegagalan, berkurangnya fungsi, dan hal-hal mengerikan lainnya. Jadi, tidak heran, dalam pernikahan pun muncul perceraian, perselingkuhan, ribut-ribut urusan anak dan harta, berantem sama mertua, kehilangan privasi. -Ajeng (hal. 4)
"Bukan mistis. Takdir. Justru karena beragama, aku percaya ada kekuatan Sang Pencipta yang mengatur kehidupan manusia. Tiga kali aku shalat meminta petunjuk, dan selalu ada namamu yang dimunculkan." (Yazan)
Hah? Jadi dia sudah mendapatkan clue dari Tuhan, bahwa aku adalah jodohnya? Astaga, pria-pria seserius ini, seharusnya bertemu dengan wanita lain yang benar-benar sedang mencari suami. Bukan dengan aku, yang justru ketakutan merasakan hawa-hawa akan dilamar! (hal. 109)
Pria di hadapanku ini terlalu naif. Terlalu lurus. Terlalu indah. Tuhan pasti bercanda kalau benar Dia menjodohkannya denganku. (hal. 110)
Yang aku yakini adalah, bahwa setiap wanita di dunia ini berhak memilih kepada siapa dia akan menyerahkan diri seutuhnya, untuk pertama kali. (h. 88)
Master Yoda, Anda mencuri pertanyaan saya. (h. 107)
“Aku takut, suatu saat dia akan membuatku kehilangan control atas hatiku sendiri.” – Ajeng, halaman 86.
“I know every story does matter. But, we have to move forward. Jangan biarkan dirimu terpenjara masa lalu.” – halaman 148.