Jump to ratings and reviews
Rate this book

Around The World With Love

Love in City of Angels

Rate this book
Memori Ajeng terlalu berharga unutk menyimpan data para pria. Dia sosok lanjang mandiri yang anti jatuh cinta. Penasaran saya akan kisahnya!
-Lucky G.S. Blogger buku & pustakawan sekolah

216 pages, Paperback

First published November 7, 2016

3 people are currently reading
89 people want to read

About the author

Irene Dyah

8 books15 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
14 (16%)
4 stars
42 (49%)
3 stars
25 (29%)
2 stars
3 (3%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 30 of 31 reviews
Profile Image for Rezza Dwi.
Author 1 book276 followers
February 23, 2017
3,7 bintang aku bulatkan ke atas :))

Aku suka narasinya. Jujur, ini buku pertama dari seri ini yang kubaca. Padahal ada banyak buku, juga ada beberapa penulis, untuk seri ini. Aku pilih ini karena kalimat pertamanya. Lucu kan? Betapa paragraf awal bisa membuatku tertarik.

Kedua, karena pilihan negaranya. Aku memang suka cerita Thailand. Mungkin aku terpengaruh anggapan kalau film Thailand sering lucu dan bikin ketawa. Sering fresh. Padahal ini ditulis oleh orang Indonesia ya. Harusnya aku nggak menyamakan dengan hasil karya orang asli sana. Tapi, nggak tahu ya. Aku tetep pengen baca aja rasanya.

Setelah kubaca, aku nggak menyesal. Sesuai dugaan, aku memang suka dengan narasinya dan beberapa kali senyum sendiri karena dialog-dialog lucunya. Ah India satu ini!!

Konfliknya bisa dibilang ringan. Ini lebih banyak konflik antara Ajeng dengan prinsipnya dan pergolakan di dalam benak dan hatinya. Kadang, kita selalu membuat rumit suatu hal yang sebenarnya sederhana.

Nanti, aku mau baca tulisan penulis ini lagi ah. Tapi nanti kayaknya. Kalo sekarang takut terpengaruh narasi sebelumnya. Soalnya kulihat tulisan si penulis di cerita lain seri ini sama-sama menggunakan POV1. Kan jadi aneh kalau aku masih kebayang itu si Ajeng yang lagi bernarasi ria.

[===SPOILER===]

Btw, Mas YZ ini suami-able sekali. Aku merasa dia too good to be true. Jujur, aku mengharapkan akan terjadi suatu konflik antara Ajeng dan Mas YZ yang lebih "ugh". Kadang kan gitu ya. Sesuatu yang tampak baik ternyata tidak sebaik itu. Kukira Mas YZ akan begitu. Akan ... ketahuan kekurangannya yang akhirnya menunjukkan kalau manusia emang nggak ada yang sempurna dan kisah mereka tidak semulus harapan. Tapi, ternyata Mas YZ emang penyelamatnya Ajeng. Manisnyaaa.
Profile Image for Gracella.
256 reviews175 followers
May 28, 2020
"Kalau aku saja, yang manusia biasa, bisa memaafkan masa lalumu dan menganggapnya tidak ada, apalagi Tuhan? Bila aku yang punya keterbatasan perasaan bisa menyayangimu sedalam ini, apalagi Dia?"

----------------------

Buku ini bercerita tentang Ajeng, gadis metropolitan abad ke-21 asal Indonesia yang tinggal dan bekerja di Bangkok. Ia terlalu menikmati hidup dan bisa jadi sangat bitchy dalam banyak hal, terutama yang berbau pernikahan. Tujuan hidupnya untuk bersenang-senang, dan menurutnya cinta itu cuma mitos belaka. Tapi, semua itu berubah setelah Ajeng bertemu dengan Yazan, pria asal India yang sering dipanggil "Master Yoda" yang begitu tenang dan santun. Dari situ dimulailah kisah Ajeng yang YOLO dan Yazan yang taat beribadah.

Well, ini pertama kalinya aku baca karya kak Irene Dyah, dan aku suka sama gaya kak Irene bercerita. Asyik dan enak banget dibacanya! Monolog Ajeng yang lucu, panggilan kocak yang Ajeng ciptakan buat orang-orang, pikiran-pikirannya yang suka nyentrik tapi juga cerdas, dll. So far, aku menikmati banget narasi ceritanya. Aku juga suka hubungan Ajeng dan ibunya yang dekat dan manis.

Tapi, mohon maaf aku nggak bisa bilang kalau aku suka sama buku ini. Menurutku plot nya terlalu datar dan kurang "nendang". Jujur, aku jenuh bacanya. Makin lama terasa makin monoton. Dan tokoh utama laki-lakinya, walau digambarkan super perfect dan suami-able banget, entah kenapa nggak bikin aku meleleh dan tergerak. Malah yang ada bosen dan cukup sebel sama dia. Am so sorry, though :(

Nevertheless, buku ini ngasih banyak pengetahuan tentang City of Angels, atau yg lebih sering kita sebut Bangkok. And, not to mention that it also give us a lot of moral lessons.

I'm very sorry but I'm giving this book 2 stars.
Profile Image for Erin  F.
135 reviews1 follower
December 13, 2016
4.5* untuk Love in City of Angels

City of Angels, adalah sebutan untuk kota Bangkok, tapi bagi Ajeng Bangkok adalah The Sin City. Sebuah kota dengan rahasia gelap, dunia malam, kesenangan yang bagi orang-orang disebut dosa. Bangkok ini jugalah yang membuat Ajeng, hidupnya benar-benar diuji. Prinsip hidupnya tentang cinta dan pernikahan pun menjadi goyah.

Ya, Ajeng memiliki masa lalu kelam karena ayahnya. Membuat dia tak percaya dengan cinta, apalagi harus menempatkan ‘pernikahan’ dalam kamus hidupnya. Tak ada yang bisa menggoyahkan hatinya, terkecuali kehadiran lelaki keturunan India-Timur Tengah, Yazan Khan. Yazan, menawarkan perhatian yang membuat hatinya melembut. Dengan tampang Poker Face-nya, Yazan berhasil membuat Ajeng selalu kalut dibuatnya. Walau tak ada hubungan spesial keduanya sering bertengkar, lalu baikan lagi. Selalu, seperti itu.

Yazan juga membawa Ajeng ke sebuah tempat yang suasananya tenang seperti di Solo. Kampung Jawa, sebuah daerah yang ternyata didirikan oleh orang Indonesia. Bahkan di sini terdapat Masjid Jawa, salah satu masjid di Bangkok yang paling tua. Ajeng bertemu dengan Pak Di, orang jawa yang ternyata pernah berguru pada kakeknya. Seperti disebutkan di blurb dari sinilah kisah Ajeng dan Yazan semakin penuh cerita, pertikaian, bahkan air mata.
"Bukan kecantikanmu yang membuatku terpukau, melainkan wajahmu yang penuh semangat. Caramu tersenyum, mengerutkan alis, membelalakan mata, juga ekspresi tekunmu..." Hlm. 81

Sayangnya, ada masalah besar yang kini melanda Ajeng. Lelaki bernama Earth, tiba-tiba muncul dalam hidupnya. Mengaku pernah tidur seranjang. Sialnya, Ajeng tak mengingat sama sekali tentang kejadian malam itu. Antara yakin dan tidak. Tapi, Earth memang lelaki brengsek yang bahkan memiliki bukti kuat. Ditambah, Ajeng tak kunjung datang bulan. Gimana Ajeng gak stres, hasil test pack-nya malah nyemplung ke kloset. Benar-benar sial.

Masalah lainnya, datang dari sang Ibu yang memutuskan kembali rujuk dengan lelaki yang sangat dibenci Ajeng, parahnya Ibu dan Pak Ilham, akan datang ke Bangkok untuk liburan. Apa yang akan dikatakan Ajeng kalau sampai ia hamil dan ibunya tahu? Masalah besar!

Yazan dan Ajeng semakin dekat, walau keduanya dua orang yang sangat berbeda. Tapi ya gitu, saat Yazan mencoba memberikan perhatian lebih, Ajeng merasa tak nyaman. Ajeng tak suka dengan cara Yazan yang selalu menceramahinya. Tapi Ajeng juga tak bisa menyingkirkan Yazan begitu saja. Dengan segala keterbukaan tentang hidupnya yang ‘kotor’, Yazan tak goyah dengan perasaannya, dia menerima masa lalu Ajeng. Tapi, apa benar Yazan akan menerimanya, jika Ajeng benar-benar hamil? Pada akhirnya, siapakah yang akan goyah hatinya Ajeng atau Yazan?

Temukan jawaban dari kelanjutan kisah Ajeng dengan Yazan, Earth dan rahasia besar yang disimpan kedua orang tuanya di novelnya langsung ya.

Karakter Tokoh
Ajeng, memiliki prinsip hidup yang kuat, tak
Yazan, si Poker Face, seorang muslim yang taat. Romantis dan lembut. Selalu yakin Ajeng adalah jodohnya. Karena pertemuannya dengan Ajeng lebih dari sekali.
Earth, lelaki brengsek yang penuh misteri.
Jubjub, teman yang menyenangkan, ratu cuti dan tukang gosip.
Ibu, Ajeng tak menyangka ibu-nya mau menerima lagi lelaki yang pernah meninggalkannya.

Hal yang menarik >^_^<
Ciri khas kuat dari novel-novel Mba Irene Dyah adalah karakter tokohnya. Pembaca pasti dibuat dekat dengan sang tokoh dari cara penulis menyampaikan karakternya. Konflik cerita yang dikemas dengan sekian rupa pun tak membuat pembaca kehilangan karakter tokohnya. Dalam Love in City ini penulis berhasil membawa cerita dari dua karakter yang saling bertolak belakang. Ajeng si gadis ‘nakal’ dan Yazan si ‘baik hati’. Ajeng gak mudah digoyahkan, walaupun Yazan sering menasehatinya.

Kehadiran Jubjub, teman satu kantor Ajeng membuat kisah ini menarik. Jubjub ini sudah kaya host gosip, berita apapun dia tahu. Bahkan saat pertama kali Yazan mengantar Yazan gosip itu langsung tersebar.

Untuk karakter tokohnya unik-unik kan ya? Ada Jubjub, Apple dan Earth. Nama orang Thai memang sulit diucapkan, tapi untunglah mereka punya nick name. Penulis juga tak sembarangan loh mengambil nama-nama karakter tokohnya. Untuk Jubjub, Apple dan Earth bisa cek dipostinga Mengenal Ajeng dan Love in City of Angels lebih dekat.

Alur yang dimainkan yaitu maju-mundur.

Setting tempat, beberapa tempat yang disuguhkan bikin penasaran loh. Aku sendiri si lebih tertarik dengan Kampung Jawa. Dan perayaan Songkran yang unik.

Kekurangan Novel >^.^<
Konflik antara Ajeng dan Earth sedikit muncul. Padahal penulis sukses kehadiran Earth ini bikin penasaran. Akan lebih seru jikalau Ajeng dan Earth sering muncul.

Pesan dalam novel ini
Ajeng ini menyadarkan kita untuk memberi kesempatan pada diri sendiri untuk berubah misalnya, juga memberi kesempatan pada masa lalu untuk memaafkan.

"Mungkin perlu waktu dan usaha. Tapi aku akan mencobanya. Setiap orang layak dapat kesempatan. Apalagi itu adalah keluarga kita, orang dekat, orang yang kusayang." Hlm. 148

Overall, sangat terhibur dengan Love in City of Angels. Rekomen buat kamu yang suka romance.
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
February 2, 2017
"Love in City of Angels" bercerita tentang kehidupan Ajeng, seorang wanita asal Indonesia yang kini tinggal dan bekerja di Bangkok. Ajeng tidak percaya dengan cinta dan pernikahan. Baginya, kedua hal itu adalah omong kosong.

Segalanya berubah saat dia bertemu Yazan, seorang pria India yang terkenal sebagai 'Yoda' dan 'pemadam kebakaran' di kantornya, karena keahlian pria itu dalam mengurusi kantor bermasalah serta ketenangannya dalam bertindak dan berkata-kata. Sebuah perjalanan ke Masjid Jawa di Bangkok menjadi titik mula kisah mereka yang penuh lika-liku.

Dari dulu opiniku tidak berubah. Pernikahan itu jebakan betmen. Seremonial yang mengubah manusia dari sepasang individu asing, berevolusi menjadi satu tim (yang seharusnya) solid bernama keluarga. Semua orang melek ilmu tahu dong, evolusi itu tidak selamanya berjalan mulus. Ada cacat genetika, kegagalan, berkurangnya fungsi, dan hal-hal mengerikan lainnya. Jadi, tidak heran, dalam pernikahan pun muncul perceraian, perselingkuhan, ribut-ribut urusan anak dan harta, berantem sama mertua, kehilangan privasi. -Ajeng (hal. 4)


Buku pertama dari seri 'Around the World with Love' yang saya baca. Tepuk tangan, dong.

Oke, saya sempat mengira kalau latar di buku ini adalah Los Angeles. Iya, salahkan daku yang memang tidak melihat tulisan 'Bangkok' segede gaban di kovernya. Soalnya nama 'City of Angels' memang lebih lekat dengan LA dan karena saya juga baru tahu kalau Bangkok juga dikenal sebagai 'City of Angels', karena nama lokalnya, Krung Thep, memang bermakna kota malaikat.

Ceritanya asyik. Pembaca akan dibawa ke berbagai tempat di Bangkok. Poin khusus saya berikan untuk wisata masjid yang penulisnya tunjukkan. Suatu sudut yang tidak biasa kalau bicara tentang wisata Thailand dan khususnya Bangkok.

Penulisannya Irene Dyah bagus. Ceritanya mengalir, dialognya lucu, serta penulisya juga pandai menyelipkan momen romantis dan mengharukan.

"Bukan mistis. Takdir. Justru karena beragama, aku percaya ada kekuatan Sang Pencipta yang mengatur kehidupan manusia. Tiga kali aku shalat meminta petunjuk, dan selalu ada namamu yang dimunculkan." (Yazan)

Hah? Jadi dia sudah mendapatkan clue dari Tuhan, bahwa aku adalah jodohnya? Astaga, pria-pria seserius ini, seharusnya bertemu dengan wanita lain yang benar-benar sedang mencari suami. Bukan dengan aku, yang justru ketakutan merasakan hawa-hawa akan dilamar! (hal. 109)


Untuk karakter, Ajeng buatku lebih realistis dibandingkan Yazan. Ajeng masih lebih manusiawi dengan segala kelebihan dan kekurangan, serta harapan dan ketakutannya.

Yazan, di sisi lain, sangat satu dimensi. Dia lebih mirip tokoh ideal yang menjadi panutan bagaimana seharusnya setiap pria bertindak. Baik, perhatian pada pasangannya, kompeten dalam pekerjaan, serta taat beragama.

"Lah, bagus dong, kalau banyak cowok yang kayak begitu," kata sebuah suara dari kejauhan.

Memang betul, tapi sebagai tokoh dalam novel, dia tidak menarik. Mungkin ini terjadi karena penulisnya memakai POV 1, sehingga penokohannya sangat terbatas pada Ajeng dan lingkungannya. Kalau saya merasa akrab dengan Ajeng, Yazan terasa asing buat saya, karena saya tidak tahu apa kekurangannya, latar belakangnya, mimpi, atau ketakutannya. Nope, hal-hal itu tidak ada. Saya tidak tahu apakah Yazan memang seorang pria sempurna sejak lahir, ataukah ada tempaan kehidupan yang membuatnya menjadi 'Master Yoda'.

Pria di hadapanku ini terlalu naif. Terlalu lurus. Terlalu indah. Tuhan pasti bercanda kalau benar Dia menjodohkannya denganku. (hal. 110)


Hal lain yang agak kurang memuaskan buat saya adalah tentang penyelesaian masalah Ajeng dengan Earth (yang agak menggelikan, tapi setidaknya ada pembenaran yang cukup masuk akal), serta penyelesaian masalah Ajeng dengan kedua orang tuanya yang cukup tertebak.

Secara keseluruhan, saya suka dengan novel ini. Latarnya bagus, ceritanya juga bagus. Lucu dan menghibur. Memang ada beberapa bagian yang kurang sreg, tapi tidak membuat saya jadi tidak suka dengan novel ini. Empat bintang untuk kisah cinta di Kota Malaikat.

Let's meet on social media:
Instagram | Twitter | Youtube
Profile Image for Ardina Rahma.
134 reviews14 followers
March 18, 2017
Akhirnya kesampean juga baca cerita Ajeng. Sejak baca Tiga Cara Mencinta dan Dua Cinta Negeri Sakura udah penasaran baca cerita versi Ajeng.
Selamat mba Irene, akhirnya trio Aliya Miyu Ajeng resmi punya kisahnya sendiri-sendiri, hehe. :)

Profile Image for Desti Rachmadyah.
125 reviews4 followers
April 10, 2022
A sweet story with a sweet boy.

Buku ini dibuka dengan "Krung Thep Mahanakhon Amon Rattanakosin Mahinthara Ayuthaya Mahadilok Phop Noppharat Ratchathani Burirom Udomratchaniwet Mahasathan Amon Piman Awatan Sathit Sakkathattiya Witsanukam Prasit" yang menimbulkan "Hah?" dan lalu "Oh, Thailand." di kepala. Beruntungnya langsung dijelaskan juga di akhir halaman kalau ini adalah buku tentang Bangkok.

Buku ini bercerita tentang Ajeng tidak percaya akan pernikahan. Dia tidak ingin menikah meski laki-laki berlalu lalang di hidupnya, entah selintas lewat atau sebagai pacar. Tapi suatu ingatan akan malam yang dilaluinya dengan seorang pria dalam kondisi mabuk, membawanya kepada kekhawatiran adanya janin yang sedang tumbuh dalam dirinya.

Kekhawatiran Ajeng sempat teralihkan dengan kedatangan Yazan Khan, yang membawa kejutan-kejutan yang tidak diduganya. Yazan berbeda dengan kebanyakan laki-laki yang mendekatinya. Dia terlalu baik untuk Ajeng—Ajeng tidak layak baginya. Sampai Ajeng disadarkan, bahwa manusia dengan segala keterbatasan perasaannya, selalu bisa memaafkan.

Membaca buku ini menyenangkan. Bukan hanya karena gaya bahasanya yang ringan, tapi isu yang berat juga nggak dibuat berlapis atau njelimet, dan penyelesaiannya apik. Lebih lagi, nasihat-nasihat yang disampaikan lewat Ajeng dan Yazan tidak terkesan menggurui.

Yazan, yah, sebaik-baiknya cowok yang bisa diharapkan sebagai Homo fictus. Walau bukan kategori CEO tampan dan mapan, Yazan termasuk Too Good Too be True di kategorinya sendiri. Nggak sealim Fahri di Ayat-Ayat Cinta atau novel religi lainnya, Yazan membawakan dirinya sendiri: pemuda yang menjaga diri dari arus the city of angles yang pergaulannya bebas.

Buku ini akan membawa kita menjelajah Bangkok: berburu mesjid, wisata kuliner, pesta air di Festival Sangkorn, sampai menikmati sunset di sungai Wat Arun. Pokoknya, kita akan dibawa bersenang-senang dengan Ajeng dan Yazan.

Oh, dan, konon katanya ini buku ketiga dari trio sahabat Aliyah, Miyu, Ajeng. Meski ku sendiri belum baca buku pertama dan keduanya, buku ini bisa dinikmati sendiri tanpa harus baca buku pertama dan keduanya :)
Profile Image for Dennisa .
160 reviews
October 22, 2023
cerita ini berlatar di kota Bangkok, Thailand.

bercerita tentang kehidupan Ajeng,
Ajeng yang tidak tertarik dengan hubungan serius dan juga tidak tertarik pada ikatan bernama pernikahan karena trauma masa lalu.
Sosok Ajeng di gambarkan sebagai wanita mandiri dengan gaya hidup bebas, suka gonta ganti pacar, dan ceplas-ceplos.

Yang kemudian bertemu dengan Yazan sosok laki laki religius berkebangsaan India.
Yazan dari awal yakin kalau pertemuannya dengan Ajeng bukan hanya sekedar kebetulan.

Disamping cerita kegigihan Yazan untuk mendekati Ajeng. Di sini juga di ceritakan konflik Ajeng dan masa lalu keluarganya yang timbul karena kesalahpahaman.

Ceritanya lumayan seru, disini penulis juga memasukan unsur budaya dan destinasi-destinasi menarik di Bangkok, serasa kita diajak menyusuri seluk beluk kota Bangkok.

❝Pernikahan itu jebakan betmen. Seremonial yang mengubah manusia dari sepasang individu asing, berevolusi jadi satu tim (yang seharusnya) solid bernama keluarga.❞ —Hlm. 4

❝𝑻𝒉𝒊𝒔 𝒊𝒔 Bangkok. 𝑻𝒉𝒆 𝑺𝒊𝒏 𝑪𝒊𝒕𝒚. Orang-orang tidak peduli pada satu dua pelukan atau ciuman. 𝒀𝒐𝒖 𝒄𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒗𝒆 𝒂 𝒐𝒏𝒆 𝒏𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝒂𝒏𝒚𝒐𝒏𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒏𝒐𝒃𝒐𝒅𝒚 𝒄𝒂𝒓𝒆𝒔! 𝑬𝒗𝒆𝒏 𝒚𝒐𝒖 𝒄𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒓𝒆 𝒈𝒐𝒓𝒈𝒆𝒐𝒖𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒔𝒕𝒊𝒕𝒖𝒕𝒆 𝒈𝒊𝒓𝒍𝒔 𝒆𝒂𝒔𝒊𝒍𝒚, 𝒂𝒏𝒅 𝒔𝒕𝒊𝒍𝒍 𝒏𝒐𝒃𝒐𝒅𝒚 𝒄𝒂𝒓𝒆𝒔!❞ —Hlm. 78


❝Kalau aku saja, yang manusia biasa, bisa memaafkan masa lalu dan menganggapnya tidak ada, apalagi Tuhan? Bila aku yang punya keterbatasan perasaan, bisa menyayangimu sedalam ini, apalagi Dia? ❞ —hlm. 203
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for tïmmyrèvuo.
203 reviews2 followers
May 28, 2023
This book is actually my favorite genre, Metropop. It tells the story of a girl named Ajeng, who is working and living in Bangkok. The story opens with Ajeng's one-night stand with Earth, eventually leading her to know a man named Yazan, who leads her on a memorable emotional adventure. Ajeng is a modern woman with an open-minded mindset that makes her fall into promiscuity and nightlife. While Yazan is the opposite, a conservative Muslim man who falls in love with Ajeng and intends to make an excellent change for Ajeng. Unfortunately, this book doesn't engage the reader enough.

Their story is interesting, but the delivery and portrayal of the characters tend to be stiff and do not engage the readers well. Moreover, the initial plot is too long-could be shorter-winded at the end; the story becomes a little exciting towards the end of the story, but still, there is no feeling left behind from this story.

The plus point is the depiction of Thai culture and some precise locations because the author has lived in Bangkok makes this story more or less come alive. Besides that, how different the background of the roles makes it more interesting

But, in the end, I can only give this book a 2.75/5.
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
May 5, 2017
Ajeng menganggap dirinya bagai kupu kupu. Bebas terbang, bebas berganti pacar, bebas sebebas bebasnya dalam hidup. Ia tak suka terikat, tak percaya dengan ikatan pernikahan, apalagi pernikahan kedua orang tuanya juga berakhir dengan perpisahan.
Maka ketika ia didekati oleh seorang lelaki tampan dan menunjukkan niat serius dalam hubungan mereka, Ajeng beringsut mundur dan memasang tembok tinggi-tinggi. Tidak cukupkah seorang pria diberikan status sebagai seorang teman? Haruskah ada ikatan pernikahan untuk dua orang yang saling suka?
Udah lama banget pesen buku ini di Mbak Irene langsung, tapi baru sempet dibaca sekarang. Begitulah, kalau terlalu lama menimbun buku, kamu kadang lupa buku apa aja yang ada di sudut terdalam lemarimu.
Kesan setelah baca buku ini? Kocak, ringan, alurnya asyik banget buat dibaca. Khas tulisan tulisan Mbak Irene di buku lainnya. Penggambaran latarnya cakep, jelas namun tak kaku, bikin saya jadi pingin menikmati senja di Chao Phraya juga deh jadinya mah.
Agak menyesal juga karena belum sempat baca Tiga Cara Mencinta karena ada Ajeng juga di situ. Terus buru buru nyari bukunya di scoop, baru baca sepertiga tapi belum dilanjutin lagi.
Profile Image for Eka Mardiana.
36 reviews3 followers
April 24, 2018
Astaga, mbak Irene bikin aku tercekat + geleng2 kepala pas baca novel ini. Well, novel ini jadi karya ketiga mbak Irene yang kubaca. Kesan2nya pasti udah ketangkap dari kalimat pertamaku. Aku benar2 puas + dibikin belingsatan dengan pilihan kata + alur cerita yang disajikan. Pacenya aku bilang pas, gak terlalu lamban.

Aku juga minim menemukan typo, jadi patut diacungi jempol. Walaupun di karya sebelumnya yang aku baca masih sering ngerasa kurang terpuaskan, entah kenapa di novel ini enggak. Sebagai pembaca, aku merasa tersanjung dibawa ke dalam cerita dan merasakan atmosfer kota Bangkok.

Aku suka pas mbak Irene memilih analogi wanita layaknya monyet. Bukan buat menjustifikasi, tapi terkesan pas dengan sifat alamiah wanita. Background mbak Irene yang nomadik aku rasakan turut mempengaruhi penggambaran beberapa karakter, terutama Ajeng sendiri. Kepiawain mbak Irene gambarin Bangkok juga nyaris sempurna, mengingat mbak Irene pernah tinggal disana.
Profile Image for Risyca Pujiastuti.
45 reviews
February 20, 2017
Review lengkap ada di link ini --> http://antararisycadantweety.blogspot...

Novel ini tidak hanya menyajikan kisah romance yang manis saja, tetapi juga menyajikan kisah keluarganya Ajeng. Romance di novel ini dijamin membuat pembaca akan baper, serta membuat pembaca senyum-senyum gak jelas selama membaca novel ini, karena kisahnya yang manis untuk diikuti, tidak dipaksakan, serta tetap penuh makna dan pelajaran yang dapat diambil hikmahnya oleh pembaca. Adegan favorite saya adalah ketika Yazan menjatuhkan satu persatu kuntum bunga ke tangan Ajeng saat mereka berada di Taman Benjasiri.
Yazan menjatuhkan satu kuntum bunga oranye di atas telapak tanganku.
“Aju, aku mensyukuri setiap ingatan yang tersimpan akan dirimu.”

Lalu kuntum kedua.
“Terlalu banyak kebetulan yang menggiring kita untuk bertemu berkali-kali. …”

Kuntum ketiga dia jatuhkan.
“Akhirnya kesempatan itu datang. Kita bertabrakan di pesta itu. Jelas, sebuah serendipity. …”
(Hal. 83)


Penggambaran latar tempatnya sangat jelas dan indah, sangat terlihat bahwa penulis memang sudah mengusai latar tempatnya. Latar tempat yang digunakan novel ini adalah Negeri Gajah Putih atau Thailand, tepatnya cerita berpusat di kota Bangkok. Melalui novel ini saya baru tahu kalau ternyata kota Bangkok memiliki penghargaan dari Guinnes World Records sebagai kota dengan nama terpanjang ”The longest name of place”, dan benar saja, nama kota ini sangat panjang yang menggunakan bahasa Thailand :D, beruntungnya masyarakat pun lebih suka mencomot dua potong kata di depan untuk menyebut kota ini, yaitu Krung Thep. Selain itu, kota Bangkok juga dikenal sebagai City of Angels, sedangkan bagi Ajeng kota ini memiliki julukan The Sin City. Naah, melalui novel ini pembaca juga diajak untuk mengenal beberapa budaya Thailand, tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi, wisata masjid, dan tentunya juga wisata kuliner.

“Alih-alih kubah, atap masjid ini berbentuk menyerupai rumah adat jawa. Ada semacam pendopo yang tampak adem, dengan empat pilar penyangga, beduk, dan tulisan “Jawa Mosque” putih di atas plat hijau tua. Keseluruhannya membuat benakku melayang pada satu waktu di masa lalu.” (Hal. 61)
“Di Thonglor, kami memilih dua bungkus ketan mangga, juga tiga butir mangga ranum besar - besar.” (Hal. 70)
“Songkran adalah perayaan tahun baru di Thailand. Lunar New Year. Di Bangkok, biasa diperingati dengan festival Air. Di kuil-kuil, diselenggarakan upacara Songkran yang sarat muatan religi dan tradisional. Namun, di luar kuil, keseruan perayaan berlangsung di setiap sudut kota. … dan siap bermain air.” (hal. 140).

Membaca novel ini pun membuat saya menemukan banyak pelajaran dan hikmahnya. Beberapa hikmah yang dapat diambil yaitu, (1) Jangan takut untuk memaafkan oranglain dan diri sendiri, (2) Selesaikanlah permasalahan yang kita miliki satu per satu, jangan mengendapkan masalah karena akhirnya tetap saja harus diselesaikan bukan dilupakan atau bahkan hanya sibuk mengira-ngira, dan (3) Tentunya jangan takut bertobat untuk kembali ke jalan yang benar.

Meskipun ada beberapa penyelesaian masalah yang terasa kurang sreg karena tidak sesuai dengan ekspektasi saya :D tetapi novel ini tetap menjadi salah satu novel yang layak untuk kalian baca, novelnya asyik, banyak selipan humor di mana-mana, banyak juga sindiran halus dengan makna yang agak jleb, serta bertebaran kata-kata yang quote-able banget. Novel ini cocok untuk kalian yang sedang mencari kisah romance berlatar religi. : ))
“Nah, sekarang kamu tahu bahwa Bangkok punya nama lain yang jauh lebih indah. Jadi pilihan ada di tanganmu, hendak menjadikan Bangkok sebagai Sin City atau City of Angels.” (Hal. 202)
“Tapi, Aju, kalau memang ada pilihan yang lebih bagus, kenapa justru mengambil yang buruk? City of Angels, kota yang beirisi keindahan, kebaikan, jiwa-jiwa yang terlindungi … .” (Hal. 202 -203)
Profile Image for Rose Diana.
Author 3 books1 follower
August 12, 2019
Saya kurang menikmati ceritanya. Bukan karena karakter Ajeng, bukan. Melainkan, mudah tertebak. Saya tidak menemukan plot twist yang bisa mematahkan praduga saya. Bagi sebagian pembaca, mungkin ada yang menyukai ceritanya. Selain itu, seharusnya ada konflik yang seharusnya diselesaikan terlebih dahulu malah mengambang hanya karena digoda pria lain. This makes no sense. Kembali ke selera, ya.

Ulasan selengkapnya di akun instagram @afteread
Profile Image for pidaalandrian.
364 reviews5 followers
October 2, 2019
Tentang seseorang yang terlalu membenci masa lalunya, hingga tanpa sadar bahwa orang2 di sekitarnya siap menerimanya kembali.

cerita yang menginspiratif dari yang nggak mau menikah jadi mau nikah. Prosesnya menarik. apalagi dengan karakternya Yazan yang menggemaskan menurutku ditambah dengan sikap santainya itu.
Profile Image for gulalistroberi.
41 reviews
October 18, 2020
Pertama kali baca karyanya kak Irene.
Bagus! Aku menikmati novel ini dengan tenang. Tanpa kendala yang berarti. Wajar kalau aku hanya butuh waktu sekitar 7 jam nonstop untuk menyelesaikan novel ini. (y)
Kok Yazu manis banget yaa :') agak creepy emang, tapi naisu lah XD
Profile Image for Wardah.
925 reviews171 followers
February 20, 2017
Ajeng adalah gambaran wanita masa karir ideal. Cantik, independen, supel, dan tentu saja berprestasi. Akan tetapi, Ajeng juga gambaran wanita yang skeptis pada cinta sejati, belahan jiwa, takdir, apalagi komitmen. Ajeng percaya bahwa kebebasan adalah segalanya baginya.

Yang aku yakini adalah, bahwa setiap wanita di dunia ini berhak memilih kepada siapa dia akan menyerahkan diri seutuhnya, untuk pertama kali. (h. 88)


Sampai suatu hari dia terbangun dalam keadaan telanjang bersama seorang pria asing. Oh, Ajeng memang senang gonta-ganti pacar dan tebar pesona sana-sini, tapi dia memegang prinsip kuat untuk urusan keperawanan. Lantas, terbangun dalam keadaan seperti itu dengan pria asing seperti jelas seperti melemparnya dalam neraka.

Belum lagi, di sudut kota Solo yang jauh dari Bangkok, saat ini sedang rujuk dengan lelaki yang meninggalkannya dan Ajeng bertahun-tahun. Belum lagi, seorang pria tampan mempesona bernama Yazan sedang bergerilya mendekati Ajeng untuk sesuatu yang serius, sesuatu yang tidak Ajeng sama sekali.

Love in City of Angels ini ditulis dari sudut orang pertama, dari sisi Ajeng. Dan seriusan, saya dibuat naksir sama cara penulis mengemas cerita dari sisi Ajeng. Selain Ajeng, karakter utamanya adalah Yazan. Yazan adalah seorang pria India yang diberi gelar Master Yoda.

Nah, kedua karakter kita ini punya sifat yang cukup bertolak belakang. Ajeng yang mencintai kebebasan dan Yazan yang dibilang konservatif. Meski demikian, keduanya berakhir punya interaksi yang … manis. Seriusan saya dibuat naksir sama tingkah Yazan ke Ajeng. Jadi kepingin punya Yazan sendiri. Keduanya punya chemistry yang bagus. Saya paling menikmati ketika Ajeng ketar-ketir sendiri menyangka Yazan marah dan menghindarinya padalah aslinya…. Wkwkwk. Lucu.

Novel ini mengusung masalah komitmen, pernikahan, dan perselingkuhan, mirip novel Complicated Things Called Love yang pernah saya baca sebelumnya. Tapi saya lebih suka novel ini. Selain karena karakternya lebih asik dan lovable, saya suka bagaimana penulis mengakhiri konfliknya. Rasanya puas.

Yang paling penting, saya suka penggambaran Master Yoda buat Yazan!

Master Yoda, Anda mencuri pertanyaan saya. (h. 107)


Ulasan lengkap bisa dibaca di sini.
Profile Image for Ratnani El Ratna Mida).
Author 11 books14 followers
December 25, 2016
Judul : Love in City of Angels
Penulis : Irene Dyah
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, November 2016
Halaman : 212 hlm
ISBN : 978-602-03-3491-2

Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan setiap orang berhak mendapat kesempatan untuk berubah. Jangan jadikan alasan masa lalu membuat kita semakin terjebak pada kubangan gelap itu. Masa lalu bukan untuk ditangisi, tapi dijadikan pembelajaran untuk memperbaiki diri.

Cinta dan trauma, masih menjadi tema yang asyik dinikmati. Yang terpenting adalah bagaimana penulis mengola kisah dengan unik sehingga berbeda dengan kebanyakan novel dengan tema serupa. Sebagaimana novel Love in City of Angels, memadukan kisah cinta yang tidak terduga, juga masa lalu serta trauma yang pada akhirnya membimbing sang tokoh pada jalan yang salah.

Masa lalu membuat Ajeng memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Bahwa cinta itu hanya omong kosong—cinta adalah mitos. Hal ini yang kemudian membuat Ajeng lebih memilih menjalin hubungan tanpa status dengan berbagai pria yang membuatnya nyaman. Lagi pula dia memang tidak memiliki keinginan untuk menikah. Ajeng punya pandangan tersendiri perihah pernikahan.

Seremonial akan mengubah manusia menjadi sepasangan individu asing, berevolusi menjadi satu tim (yang seharusnya) solid bernama keluarga. Tapi harusnya orang yang berilmu tahu, evolusi tidak selamanya berjalan mulus. Ada cacat genetika, kegagalan, berkurangnya fungsi, dan hal-hal mengerikan lainnya. Jadi tidak heran, dalam pernikahan pun muncul perceraian, perselingkuhan, ribut-ribut urusan anak dana harta, berantem sama mertua, kehilangan privasi, juga para bapak yang kabur meninggalkan keluarga, tapi tiba-tiba memohon maaf (hal 4).

Lepas dari pernikahan, Ajeng menikmati kehidupan bebasnya di Krung Thep, nama lain dari Bangkok. Sampai kemudian, dia menyadari ada yang salah pada dirinya—dia terlambat datang bulan—dalam keadaan ini Ajeng sedikit merasa menyesal karena meneguk minuman beralkohol. Belum lagi dia lupa siapa laki-laki itu.

Selengkapnya bisa dibaca di sini http://tulisanelratnakazuhana.blogspo...

Sesi wawancara dengan penulis di sini http://tulisanelratnakazuhana.blogspo...
Profile Image for Ratna Sari.
308 reviews12 followers
February 21, 2017
Buku ketiga dari tiga buku kak Irene di seri around the world with love yg aku baca. Kali ini kak Irene mengajak kita ke kota Bangkok, Thailand. Dari buku ini aku br tau kalo nama kota Bangkok aslinya panjang banget kaya rangkaian kereta api, tak heran menjadi nama kota terpanjang di dunia.
Di buku kali ini, kak Irene membuat karakter ceweknya, Ajeng, sangat naughty. Sedangkan tokoh cowoknya, Yazan, berbeda 180 derajat dengan Ajeng. Oh ya, di buku ini banyak kejutan dr kak Irene. Jadi gemes2 gimana gitu.
Gak pernah nyesel baca buku kak Irene ini
Profile Image for Fikriah Azhari.
362 reviews142 followers
February 18, 2017
“Aku takut, suatu saat dia akan membuatku kehilangan control atas hatiku sendiri.” – Ajeng, halaman 86.


Ajeng, single happy yang sedang mendapatkan penugaskan di Bangkok, Thailand, belakangan ini dilanda gelisah akibat mendapatkan dirinya belum juga datang bulan. Seakan tak cukup dengan masalah tersebut, takdir sepertinya ingin bermain dengannya, bagaimana tidak? Di acara perusahaan, ia bertemu dengan pria (yang seingatnya) tidak dikenalnya, tapi mengaku-ngaku pernah tidur dengan Ajeng!

Perasaannya yang mulai kacau membuat Ajeng tidak sengaja menabrak seorang pria India, yang kemudian dikenalnya dengan nama Yazan, dari bagian Planning and Analysis -tentu saja Ajeng mendapatkan informasi ini dari Jubjub-. Yazan yang pendiam, ternyata lebih dikenal sebagai 'Master Yoda' dan 'Pemadam Kebakaran' oleh orang-orang kantor. Hingga kemudian keduanya melewati hari-hari yang dipenuhi tur ke Masjid-Masjid di Kota Bangkok, yang ternyata menjadi awal dari sesuatu yang baru.

“I know every story does matter. But, we have to move forward. Jangan biarkan dirimu terpenjara masa lalu.” – halaman 148.


Ini tentang Ajeng, yang dilanda trauma akan kejadian masa lalu yang berlandaskan cinta. Tentang dirinya, Si Gadis Metropolitan. Tentang Earth yang muncul tiba-tiba. Juga tentang Yazan, yang seakan-akan telah mengamati Ajeng selama ini.

Bangkok kemudian menjadi saksi bagaimana Ajeng menghadapi takdir yang telah digariskan kepadanya. Entah apakah Ajeng akan tetap bertahan pada pendiriannya, di mana Bangkok tak lebih dari The Sin City, atau apakah ia akan menyetujui bahwa kota ini betul-betul The City of Angels seperti yang dikatakan orang-orang selama ini.

Review lengkap: http://fikriah-bookaddict.blogspot.co...
Profile Image for Arunika Pramitha.
2 reviews
November 25, 2016
Di antara empat penulis seri Around The World with Love, Mbak Irene punya kelebihan yang nggak dimiliki penulis lain. Narasinya lugas dan menggelitik. Dialog-dialognya pun lucu. Tulisannya sukses menampilkan citra cerdas dan kekinian. Sayang, ciri khas ini nggak dimanfaatkan dengan maksimal.
Kalau novel ini jadi karya pertama penulis yang kubaca, pasti aku akan langsung jatuh cinta. Tapi berhubung ini novel kesekian tulisan Mbak Irene yang kunikmati, hasilnya beda. Kenapa? Karena ada terlalu banyak pengulangan dalam karya-karyanya. Ini yang bikin aku batal menyematkan 4 bintang. Maaf.
Dalam banyak hal, Love in City of Angels mengingatkanku pada novel lain dari penulis yang sama. Sebut saja Wheels and Heels salah satunya. Ada cukup banyak kemiripan keduanya. Ini cukup bikin gemas. Kekecewaan lain, konflik Ajeng-Earth yang harusnya bisa bikin cerita lebih seru, malah terpinggirkan. Masalah test pack dan Ajeng yang telat datang bulan, harusnya dituntaskan lebih dulu. Digali lebih detail. Dan bukannya malah fokus sama hubungan Yazan-Ajeng. Manalah ada cewek yang lagi mencemaskan keperawanan dan haid yang tak kunjung tiba, malah asyik-asyikan sama cowok baru yang sedang rajin menggoda. Cewek normal, pasti berusaha beli test pack baru dan mencari tahu apakah dia memang hamil atau nggak.
Satu lagi, pilihan judul yang menurutku hmmm... kurang sesuai. Maaf, setahuku nih, City of Angels jauh lebih melekat pada kota Los Angeles ketimbang Bangkok. Selain itu, aku merasa cukup kaget juga karena cuma novel ini yang menggunakan julukan sebagai judul. Sementara novel-novel di seri ini memakai nama kota. Montreal, Pompeii, London, atau Kyoto.
Sekadar saran, di novel selanjutnya, sebaiknya diseragamkan saja judulnya. Satu seri tapi ada yang terkesan ingin tampil beda, rasanya cukup aneh.
Profile Image for Bintang Ach.
94 reviews
December 7, 2016
Mini Review (review lengkap menyusul):

Yang aku suka dari novel ini adalah penggunaan PoV 1 nya yang berhasil disampaikan cukup baik dengan didukung oleh elemen penokohan yang sangat baik pula. 'Aku' sebagai Ajeng benar-benar menghidupkan cerita ini, pun membuat karakternya seolah hidup. Latar belakang dunia kerja, dan kehidupan metropolitan, bagiku sangat selaras dengan kehadiran Ajeng yang memiliki sifat dan watak yang.... 'nakal'. Hal tersebut juga kerap membuat kita gemas ketika penulis menyandingkan Ajeng (maksduku mempertemukan Ajeng) dengan salah satu tokoh yang memiliki watak berbeda seratus persen darinya. Ya, Yazan. Seorang pria India yang cenderung alim, tidak banyak tingkah, dan selalu mengedepankan nilai-nilai agama.

Seperti yang sudah bisa kita tebak, komunikasi antar keduanya pada awalnya memang terbilang kaku, dan mungkin.. kurang klop. Secara, watak dan pemikiran mereka sangat bersebrangan. Namun yang aku suka adalah ketika Kak Irene secara perlahan mengikis sifat kerasnya Ajeng menjadi lebih luluh dan lunak (tulang kali, ah) lewat seringnya interaksi yang terjalin antara ia dengan Yazan.

Kemudian, jangan mengira novel ini lempeng saja. Kalian salah. Kak Irene telah menyiapkan satu twist yang benar-benar meledakkan cerita ini (hweleeehhhh) That's what I want. Seperti CTCL, bedanya twist di sini benar-benar berhasil disembunyikan dengan baik oleh si penulis sejak dari awal. So, tidak memungkinan untuk kita mengetahuinya.

Overaal, 4 bintang untuk novel ini. Kelebihan-kelebihan lainnya akan segera aku ulas di blog :)
Profile Image for Nur Fadilla Octavianasari.
565 reviews45 followers
July 28, 2018
#2018-[106]

Yeah, kayanya tadi Saya udah bilang ya kalau suka karakter model-model Ajeng begini? ((Ada di review sebelumnya Dua Cinta Negeri Sakura ))

Yah meski udah ubek-uber nyari sekuel soal Aliyah di koleksi ibuk dan ngga nemu, akhirnya mutusin baca kisanya si Ajeng aja.

Udah agak was-was aja sebenernya gegara settingnya yang di Thailand—ya tahu sendiri kan Thai terkenal sama cowo-cewe yang jenis kelaminnya ngga jelas. Terus nih pas muncul si cowo idaman yang jeng jeng ternyata orang India well duh tambah khawatir aja Saya. Tapi oh tapi hal itu bisa diabaikan mengingat ceritanya yang oke.

Ajeng yang notabene player sejati akhirnya harus ngaku kalah dan bahkan berdebar-debar layaknya remaja SMA yang baru jatuh cinta. Daaan... fakta yang bikin tercengang itu ternyata doi virgin selama ini sodara-sodara—bukan berarti virgin itu buruk. Mengingat kapasitas player Ajeng dan lifestylenya itu kecil kemungkinan hal itu masih terjaga bukan?

Nggak mau ngulas soal jalan ceritanya yes, so sorry 🤭🤭
Profile Image for Nurina Widiani.
Author 2 books15 followers
December 29, 2016

Love in City of Angels bisa dibilang merupakan buku yang saya nanti-nantikan, karena saya sudah jatuh cinta pada Ajeng sejak membaca Dua Cinta Negeri Sakura. Yaaap.. Saya memang membaca kisah Miyu lebih dulu dibanding buku pendahulunya, Tiga Cara Mecinta yang berkisah tentang Aliyah. Namun memang dari kedua buku itulah rasa penasaran saya pada Ajeng terbit hingga akhirnya tertuntaskan di salah satu seri Around The World With Love batch tiga ini.
Bagi kalian yang belum membaca Tiga Cara Mencinta dan Dua Cinta Negeri Sakura.... segeralah baca! Wkwkwkwk...
Meski sebenarnya tanpa membaca kedua buku itu pun, kisah Ajeng dalam Love in City of Angels bisa dimengerti sepenuhnya kok, cuma sayang saja, karena Ajeng benar-benar gokil parah di kedua buku sebelumnya
Profile Image for Dhani.
257 reviews17 followers
December 2, 2016
tulisan Irene itu unik sekaligus segar. Tapi buku ini bukan fav saya.Banyak hal yang jadi latar belakangnya. Mulai dari tokoh utama cewek, yang menurut saya agak" memanfaatkan" kecantikan, cerita yang mengulang/ flash back dari beberapa novel karyanya, juga penyelesaian konflik Ajeng dan Earth yang dibikin terlalu mudah.Padahal untuk serial Love Around The World seri 3, hanya karyanya yang saya beli. Untuk karyanya di LATW, favorit saya Love in The Blue City dan Love in Marrakech.Tapi saya tetap menunggu karya karyanya yang lain kok.
Profile Image for Kitty Wibisono.
211 reviews5 followers
December 1, 2016
Dari tanggal 1-5 Desember 2016 ini ada #BacaBareng Love in City of Angels loh di akun twitterku: @Womomfey

See u there... :)


PS: review lebih detil akan segera disusulkan! Yang jelas, kisah Ajeng dan si Poker Face benar2 sangat diisayangkan untuk dilewatkan begitu saja! Not just an ordinary love story!
Profile Image for nasya.
781 reviews
March 1, 2022
hikmah ceritanya tersampaikan sih, tanpa harus yang harus diceramahi, disuruh tobat, jadi aku sebagai pembaca teh tidak merasa buku ini terlalu religi. trus suka juga sama karakter ibunya, karena kayak kece gaul gtu
Profile Image for Lalu Abdul.
1 review1 follower
November 12, 2016
buku ini, buku yang recomended banget buat kalian pecinta bangkok, buku yang menceritakan kisah ajeng ini diwarnai konflik yang menurutku begitu asik dan tidak terlalu memecah otak.
Displaying 1 - 30 of 31 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.