Jump to ratings and reviews
Rate this book

Relung-relung Gelap Hati Sisi

Rate this book
"Ceritakan kepadanya, Sisi! Bagaimana dia bisa membelamu kalau kamu sendiri tidak mau dibela?"

"Tuhan tahu saya tidak bersalah."

"Tapi kamu tidak dapat menunjuk Tuhan sebagai pembelamu! Tuhan tidak datang ke pengadilan untuk membelamu!"

Handi tahu istrinya diperas. Tapi untuk masalah apa? Ada latar belakang hitam apa di masa lalu Sisi?

Jawabannya hanya Ada dalam relung-relung gelap hati Sisi.

"Dalam setiap pabrik selalu Ada produk yang rusak, Sisi."

"Tapi aku tidak mau dibuang ke keranjang sampah!"

Sebuah ironi bagi seorang wanita yang telah berjuang hampir di sepanjang hidupnya untuk menjadi wanita terhormat, dengan melawan kodratnya sendiri, mengalahkan penyakitnya, Dan membunuh cintanya!

270 pages, Paperback

First published January 1, 1983

19 people are currently reading
350 people want to read

About the author

Mira W.

107 books285 followers
Terlahir sebagai Mira Widjaja, seorang dokter lulusan FK Usakti (1979) dan penulis novel yang begitu aktif. Karyanya begitu banyak. Yang terlaris Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi mencapai oplah 10.000, dan mengalami lima kali cetak ulang.

Sejumlah karyanya sudah difilmkan: Kemilau Kemuning Senja, Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Ketika Cinta Harus Memilih, Permainan Bulan Desember, Tak Kupersembahkan Keranda Bagimu, dll. Pemfilman karyanya mungkin karena faktor ayahnya, Othiel Widjaja, yang dulunya produser Cendrawasih Film.

Mira mengakui karyanya tidak mendalam. Karya-karyanya dipengaruhi oleh karya- karya Nh Dini, Marga T., Y.B. Mangunwijaya, Agatha Christie, Pearl S. Buck, dan Harold Robbins. Karena berasal dari lingkungan yang sama, kedokteran, Mira yang bungsu dari lima bersaudara ini merasa karyanya dekat dengan karya Marga T.

Ia mengaku mulai menulis sejak kecil, dan karangan pertamanya, Benteng Kasih, dimuat di majalah Femina, 1975, dengan honor Rp 3.500. Pengarang yang populer di kalangan remaja ini memakai bahasa yang komunikatif, bahkan dalam dialognya banyak menggunakan bahasa prokem.

Mira sudah melanglang di lima benua, dengan honor tulisannya. Praktek dokter dibukanya petang hari, sedangkan pagi ia bertugas sebagai Ketua Balai Pengobatan Universitas Prof. Dr. Moestopo, Jakarta.

Bibliografi:
+ Dari Jendela SMP,
+ Bukan Cinta Sesaat,
+ Segurat Bianglala di Pantai Senggigi,
+ Cinta Cuma Sepenggal Dusta,
+ Bilur - Bilur Penyesalan,
+ Di Bahumu Kubagi Dukaku,
+ Trauma Masa Lalu,
+ Seruni Berkubang Duka,
+ Sampai Maut Memisahkan Kita,
+ Tersuruk Dalam Lumpur Cinta,
+ Limbah Dosa,
+ Kuduslah Cintamu, Dokter,
+ Semburat Lembayung di Bombay,
+ Luruh Kuncup Sebelum Berbunga,
+ Di Ujung Jalan Sunyi,
+ Semesra Bayanganmu,
+ Merpati Tak Pernah Ingkar Janji,
+ Cinta Diawal Tiga Puluh,
+ Ketika Cinta Harus Memilih,
+ Delusi (Deviasi 2),
+ Deviasi,
+ Relung - Relung Gelap Hati Sisi,
+ Cinta Berkalang Noda,
+ Jangan Renggut Matahariku,
+ Nirwana Di Balik Petaka,
+ Perisai Kasih yang Terkoyak,
+ Mekar Menjelang Malam,
+ Jangan Pergi, Lara,
+ Jangan Ucapkan Cinta,
+ Tak Cukup Hanya Cinta,
+ Perempuan Kedua,
+ Firdaus Yang Hilang,
+ Permainan Bulan Desember,
+ Satu Cermin Dua Bayang-Bayang,
+ Galau Remaja di SMA,
+ Kemilau Kemuning Senja,
+ Sepolos Cinta Dini,
+ Cinta Menyapa Dalam Badai 2,
+ Cinta Menyapa dalam Badai 1,
+ Mahligai di Atas Pasir,
+ Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat,
+ Titian Ke Pintu Hatimu,
+ Seandainya Aku Boleh Memilih,
+ Tatkala Mimpi Berakhir,
+ Cinta Tak Melantunkan Sesal,
+ Bila Hatimu Terluka,
+ Cinta Tak Pernah Berhutang,
+ Di Bibirnya Ada Dusta,
+ Bukan Istri Pengganti,
+ Biarkan Kereta Itu Lewat, Arini!,
+ Dikejar Masa Lalu,
+ Pintu Mulai Terbuka,
+ Di Sydney Cintaku Berlabuh - Sydney, Here I Come,
+ Solandra,
+ Tembang yang Tertunda,
+ Obsesi Sang Narsis,
+ Sentuhan Indah itu Bernama Cinta,
+ Di Tepi Jeram Kehancuran,
+ Sisi Merah Jambu,
+ Dakwaan Dari Alam Baka,
+ Kumpulan Cerpen: Benteng Kasih,
+ Seruni Berkubang Duka,
+ Di Bahumu Kubagi Dukaku,
+ Sematkan Rinduku di Dadamu,
+ Dunia Tanpa Warna

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
53 (25%)
4 stars
44 (21%)
3 stars
71 (33%)
2 stars
33 (15%)
1 star
8 (3%)
Displaying 1 - 24 of 24 reviews
Profile Image for Theresia.
Author 2 books20 followers
January 22, 2019
(Reread)

For a novel written in the 80's, it was daring, I give it that. Narrative wise, I could see the novel unfold as an adaptation of the screen: chronologic and episodic. Craft wise, however, nothing holds. Mira W spells everything out for you: the deviation, the presumed tension, what the characters feel and think and make sense of -- to the point that everything falls flat, syntactically and narratively. Everything also hits all the tropes bull's eye. Self destructive lesbians in denial? We have it and we have it plenty. Immature, misogynist man trashes? Just name it. Judgmental parents and shitty friends? Say no more. Thus, everything and everyone is a stickler. Even a formulaic fairy tale does it better.
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
February 1, 2013
Judul: Relung-Relung Gelap Hati Sisi
Pengarang: Mira W.
Penerbit: PT Gramedia
Halaman: 270 halaman
Terbitan: 1983

Pertemuan Sisi dengan Airin pada reuni sekolah mereka membuka kembali lembaran lama dalam hidup Sisi. Persahabatan mereka yang pernah terpisah selama 8 tahun tiba-tiba kembali menyeruak di permukaan. Airin adalah masa lalu yang ingin dilupakannya, tapi tetap membayang-bayanginya ke mana pun Sisi pergi. Ada apa sebenarnya di antara Sisi dan Airin?

Review
Buku yang sudah cukup lama bertengger di daftar to-read saya. Akhirnya memperoleh buku ini secara "ajaib". Jadi ceritanya, saya masukin buku ini untuk meme Wishful Wednesday di blog saya. Eh, tiba-tiba Cynthia dari "Sky and Roads" muncul dan menawarkan buku ini ke saya. Jadilah kami tukaran buku. Akhirnya dapat juga buku ini. Nyarinya setengah mati banget sih.

Bisa dibilang ini mungkin salah satu novel pertama karangan penulis Indonesia yang mengangkat tema homoseksual. Jujur saya gak tahu yah bagaimana kondisi LGBT di Indonesia pada tahun kemunculan novel ini, tahun 1980-an, tapi saya rasa harusnya gak seramai saat ini gaungnya. Kalau zaman sekarang orang nulis LGBT-lit sih rasanya gak aneh, tapi balik ke zaman keluarnya novel ini, mungkin bisa terbilang baru (CMIIW kalau ada yang ngeh soal iklim literatur LGBT zaman itu).

Satu hal yang saya suka dari novel-novelnya Mira W. adalah penggunaan waktu. Mira W. sering menggunakan jangka waktu yang panjang, bahkan hingga bertahun-tahun, untuk membuat suatu justifikasi dalam cerita. Entah itu suatu perubahan atau sesuatu yang tidak berubah. Untuk yang terakhir, biasanya berbentuk cinta.

Penggunaan waktu ini memberikan suatu kesan tersendiri bagi saya dan kadang menjadi suatu alasan untuk menyukai atau memercayai motif seorang karakter.

Sama dengan di sini. Saya bisa percaya dengan perasaan antara Sisi dan Airin serta merasa kasihan pada mereka karena gap waktu 13 tahun dalam kisah mereka.

Saya suka dengan karakter Sisi. Pengorbanan yang dia lakukan serta usahanya untuk mempertahankannya luar biasa. Bahkan di hari begini pun orang mungkin masih rada mikir kalau mau coming out, ya kan? Apalagi di tahun 80-an. Jadi pilihannya Sisi sebenarnya masuk akal dan bisa diterima.

Saya juga suka dengan endingnya kali ini. Setipe dengan ending di Merpati Tak Pernah Ingkar Janji. Well, rasanya alasan saya kasih 5 bintang ke buku ini dan MTPIJ itu sama deh. Gara-gara endingnya.

Keluhan? Ada. Menurutku awal ceritanya lambat. Dia sibuk bolak-balik flashback ke masa lalunya Sisi dan Airin, walau menurutku flashbacknya ini membantu pembaca untuk mengerti karakter keduanya.

Keluhan lain? Alasan mereka dipisahkan. Gara-gara pegangan tangan doang? Err... Yang kayak gitu kan masih bisa ditepis dengan bilang kalau mereka cuma saling menyemangati satu sama lain atau semacamnya karena mau pisah sekolah, atau semacam itulah. Beda kalau mereka kedapatan ciuman.

Tapi tetep, lima bintang untuk novel ini karena endingnya yang bagus dan kisah cinta antara Sisi dan Airin.

Buku ini untuk tantangan baca:
- 2013 What's in A Name
- 2013 Indonesian Romance Reading Challenge
Profile Image for Indah Threez Lestari.
13.4k reviews270 followers
January 24, 2009
Sebelum kisah cinta sesama jenis menjadi mode belakangan ini (Brokeback Mountain, Dicintai Jo, dll), Mira W sudah pernah menuturkan hal yang sama dalam novel ini. Tentang Sisi yang pasif, pemalu dan tidak menarik, yang bersahabat erat dengan gadis atraktif dan supel (sorry, sudah lupanamanya), yang diam-diam mencintai Sisi.

Well, waktu baca Dicintai Jo, aku jadi teringat novel ini. Aku tidak tahu apakah Alberthiene Endah terinspirasi novel ini atau tidak, namun tokoh utamanya toh setipe: gadis pasif/pemalu yang merasa dirinya tidak menarik bagi laki-laki. Ini membuatku bertanya-tanya, apakah tipe gadis seperti itu yang disukai oleh kaum lesbian? Gadis yang sebenarnya memiliki inner beauty namun tidak menyadarinya? Apakah itu yang membedakan antara kaum lesbian dengan kebanyakan kaum adam yang hanya melihat perempuan hanya dari penampilan luarnya saja?
8 reviews
November 12, 2019
Kisahnya tentang perempuan yang terus lari dari perasaannya yang juga terus-terusan membesar demi titel “perempuan terhormat”! Tapi Tuhan, memangnya apa sih terhormat itu? Tidak menyukai sesama? Terhormat itu bukannya tidak hidup seperti suami adiknya? Rizal? Bukannya mencintai makhluk hidup itu terhormat??? Lalu sebenarnya, lagi-lagi, hidup ini untuk siapa? Kita? Orang tua kita? Seorang lelaki yang kita tidak cintai? Atau demi titel “terhormat” yang akhirnya pupus juga di akhir jalan?

Terus-terusan berlari, tanpa berani menghadapi, pada akhirnya terkena karma juga. Ya Tuhan, benar-benar... tapi gaya tulisannya bagus, konfliknya wah. Rumah tangganya. Makasih Ibu Mira W. untuk nulis buku ini.💕
Profile Image for Dipta Dharmesti.
43 reviews1 follower
May 6, 2008
Cerita buku ini cukup berani untuk masa terbit tahun 80an. Alur & ceritanya cukup mudah dimengerti. Kalau komentar saya sebagai orang berumur 21 pada zaman sekarang sih..."Kayak begitu kok diributkan?? Udah biasa...hehehe". Ceritanya dapat mempengaruhi emosi pembaca. Keren.
9 reviews
July 10, 2018
Khas Mira W adalah memberikan jalan hidup yang mengenaskan bagi para karakternya. Sisi mati-matian berusaha menjalani hidup yang "normal" sesuai kata masyarakat, yaitu menikah dan punya anak meskipun harus makan hati hidup serumah dengan mertuanya yang judes. Sebagai seorang dokter, Mira W biasa memberikan sudut pandang medis dalam buku-bukunya. Dalam Relung-relung gelap Hati Sisi, pengertian medis terlihat dari psikiater yang menegaskan pada Airin bahwa LGBT sudah lama tidak dikategorikan lagi sebagai penyakit oleh WHO sehingga anggapan bahwa LGBT adalah penyakit adalah salah.

Di tahun 1980an, Mira W menuliskan tema lesbian dalam Relung-relung gelap Hati Sisi, sebuah teman yang berani untuk tahun segitu. Berhubung saya bacanya yang sudah versi tahun 2000an dengan sedikit perombakan sana sini seperti penambahan perangkat handphone sebagai barang yang sudah lazin ditemukan, rasanya konyol sekali membayangkan Sisi dan Airin dituduh lesbian gara-gara pelukan sambil menangis. Mungkin pelukan dan gandengan tangan sesama jenis di tahun segitu sudah cukup menggemparkan?
Profile Image for Annisa Ardiani.
2 reviews
December 25, 2021
Buku Mira W. yang pertama saya baca. Dari segi plot, menurut saya cukup rapi dan mudah diikuti. Meskipun memang, di awal agak lamban karena banyak kilas balik. Tapi malah dengan mengetahui masa lalu mereka, pembaca bisa mengerti konteksnya. Ada beberapa adegan yang terlalu dramatis (terutama adegan-adegan bersama mertua atau ibu Handi), tapi sebetulnya cukup realistis karena saya pikir ada saja mertua yang se-lebay itu. Pergolakan batin Sisi dan Airin tergambarkan degnan baik. Endingnya juga cukup satisfying bagi saya.

Temanya cukup berani, apalagi untuk buku yang terbit di tahun 80-an. Tidak terlalu eksplisit, tetapi tetap tersampaikan pesan dan emosinya. Saya suka novel ini banyak mengangkat tentang istilah kedokteran dan psikologi, jadi pembaca pun ikut teredukasi (saya pun jadi googling dan mencoba memahami).

A quite good first impression, definitely will read other books from Mira W.!

*Baca dari: Gramedia Digital
Profile Image for Putri Utami Rahmania.
32 reviews2 followers
December 28, 2017
Kalau saya tidak salah ingat, ini menjadi novel pertamanya Mira W yang saya baca. Dan, saya terkejut ketika menemukan jalinan diksi yang asik, ringan, bukan jenis yang mendayu-dayu seperti pandangan pesimis saya dahulu (yang menyebabkan saya menunda selalu untuk membaca segala tulisan penulis terkenal ini). Maaf, Mbak~ dan saya jadi tertarik untuk membaca karya-karya lainnya, apa pun tema besar yang diangkat~~
Profile Image for owleeya.
307 reviews100 followers
June 12, 2020
I’ve only read Mira W’s book a few years ago, when I was still in high school. Writing and plot wise, it is so simple, yet captivating as the drama unfolded. It had many flashbacks yet she did it so effortlessly that I was not bothered by past memories of how Sisi and Airin fell in love. It’s like watching old Indonesia sinetron, and the drama between Sisi and her in law is just enough, not too much. Mira W also wrote her characters feel very humanly.
Profile Image for Ash Reads Books.
3 reviews
April 18, 2024
It's been so long since a book has stirred such strong emotions in me, only to leave me feeling empty afterward—like I'm exhausted of the world and everything in it.

I despise the ending, not because it's poorly written, but because it's the most likely outcome of that situation, and because of how relatable it is. I guess that shows how great the writer is—they're able to guide the reader's emotions, ultimately crushing them in the end.

One small issue I encountered was occasional confusion about who was currently speaking.

Great job, Mira, and thank you for this experience.
Profile Image for A.
17 reviews
August 19, 2025
"Menyesuaikan diri? Dengan berpura-pura mencintai seorang lelaki? Itu yang kausebut menyesuaikan diri?"
Hlm. 149

This is the first Indonesian queer book that I've read and I think this is the first Indonesian lesbian novel ever. Published in the 1980s during the Orde Baru, it tells a realistic queer story in Indonesia, the fear... the judgement... the denial... and further.

And those monologues... Sisi's and Airin's... I don't know how to describe it; it's too tragic.

Anyway fuck Rizal fuck Riri fuck Handi's mom
Profile Image for Kayev.
4 reviews
October 8, 2025
I really felt the sapphic longing in this story — Sisi digambarkan begitu nyata: terjebak, rapuh, tapi masih ingin mencintai.

And honestly, I hate Handi. Like bro, why can't you stand up for your own wife?? Stop being such a mama’s boy pls 😤

Ceritanya mengalir indah, emosional tapi tenang — yang bikin hati pelan-pelan remuk. Sayangnya, ending-nya terasa terburu-buru, seolah Sisi nggak sempat benar-benar dapat kebahagiaan yang dia pantas.

Still, this book stays with me. Lembut, getir, tapi manusiawi banget. A quiet heartbreak that lingers long after you close the last page.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for nadiaaa.
1 review
December 16, 2020
Novel tahun 80an, menceritakan kisah wanita yang gagal menjadi 'perempuan terhormat dalam masyarakat kita'. Sepertinya tahun segitu memang lgbt belum populer, jadi bisa dibilang ini novel dewasa, tapi tidak explicit. Bagusss :")
Profile Image for tea.
37 reviews
September 14, 2025
"tetapi masih adakah hubungan yang pantas, yang terhormat, dalam hubungan yang dikutuk orang?".

oh i just knew sisi played tapi diterima by nadin every night then crying herself to sleep
Profile Image for Rachmawati.
1 review
March 17, 2013
Relung-Relung Gelap Hati Sisi merupakan sebuah novel bertema lesbian pertama yang ditulis oleh Mira W. Novel ini cukup baik menampilkan konflik batin Sisi sebagai seorang lesbian menghadapi penilaian publik yang masih kurang menerima orang dengan kecenderungan homoseksual. Sisi berusaha dengan keras untuk menutupi kenyataan bahwa dia seorang lesbian demi menjaga martabat diri dan keluarganya. Selain itu, ada pula konflik rumahtangga antara Sisi dan mertuanya, konflik ini membuat jalinan cerita dalam novel ini menjadi lumayan menarik dan tidak monoton. Meskipun begitu, novel ini masih berada di area "abu-abu" mengenai keberpihakan atas isu homoseksual. Penggambaran awal mula Sisi jatuh cinta pada Airin kurang dalam dan rinci, masih agak mengawang. Pun termasuk ketika teman-teman sekolah Sisi dan Airin tahu bahwa Sisi dan Airin adalah lesbian. Hal tersebut digambarkan hanya karena Sisi dan Airin kepergok sedang menangis dan saling berpelukan di kamar mandi sekolah.
Selain itu ada beberapa bagian dari novel ini yang masih kurang sinkron, misalnya pada pernyataan psikiater yang memeriksa Airin. Psikiater itu menyatakan bahwa tidak ada yang salah, tidak ada gunanya mencari siapa yang salah, yang penting adalah memperbaiki kesalahan tersebut. Tentu akan muncul pertanyaan dari kita, kalau memang tidak salah mengapa harus diperbaiki?. Namun pada akhirnya Mira W cukup berhasil membawa pembaca untuk bersimpati pada Sisi dan agaknya Mira W juga cukup berhasil membuka cakrawala pembaca mengenai isu homoseksual, bahwa ada orang-orang seperti Sisi yang terpaksa menahan dan menutupi kenyataan dirinya homoseksual karena masyarakat masih menganggap homoseksual adalah penyakit yang harus disembuhkan dan bahwa "penderitanya" tidak bisa digolongkan sebagai orang yang bermartabat dan terhormat. Namun perlu digarisbawahi sekali lagi bahwa keberpikahan Mira W sendiri masih "abu-abu".
Profile Image for Camila Nadia.
10 reviews
July 8, 2015
Saya baca versi tahun 2009, walaupun ada juga versi jadulnya. Mira W. teramat pintar memilin kata menjadi satu kesatuan indah yang membuat emosi saya terenyuh.

Inti yang bisa saya dapat dari novel ini adalah, bagaimanapun latar belakang dan masa lalu kamu, jangan pernah menanggalkan cita-citamu, dan selalu jadi orang yang dapat berguna terhadap orang lain (misalnya Sisi dalam profesinya sebagai dokter), karena kadang itulah satu-satunya hal yang kamu miliki.
Profile Image for Ratih Darwanto.
56 reviews
June 29, 2012
hmm, nggak begitu suka sama ceritanya. Gimana ya, sebenarnya sih idenya menarik karena cerita seperti ini masih langka. Namun karena menurut saya lesbian itu nggak banget, jadi saya kurang cocok. Apalagi dengan cerita menantu yang ribut sama mertua, bikin geregetan deh. Tapi karena saya sangat menyukai Mira W, jadi saya beri dua bintang untuk novel ini.
Profile Image for Robertus.
16 reviews
January 7, 2017
Sebuah perjalanan hidup untuk mencari keberartian hidup. Sebuah pertanyaan yang membawa konsekuensi pada kejatidirian, ketika ia harus memilih antara cinta dan harga diri. Sungguh sebuah cerita yang penuh refleksi tentang betapa sulitnya memilih.
Profile Image for Lia.
52 reviews1 follower
October 17, 2008
pada dasarnya gw ga suka novel cengeng Mira W.
Cuma yang ini lumayan menarik karena kisah cintanya ga biasa..
sepasang lesbian
..
Profile Image for Uci .
617 reviews123 followers
December 27, 2012
Dramanya juara deh! Dan untuk tahun 80-an, tema yang dipilih lumayan berani.
Profile Image for Khurin wahyuni.
9 reviews1 follower
March 16, 2016
salut ma sisi yg bertahan dg konsekuensinya menjadi wanita utuh meski harus memendam cintanya


suka banget dg quote "cinta tidak selalu harus diakhiri dg perkawinan,bukan?"
Displaying 1 - 24 of 24 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.