Jump to ratings and reviews
Rate this book

Lanang

Rate this book
Doktor Dewi seorang antek korporasi asing. Berkepentingan memasok produk rekayasa genetika dari luar negeri, dia ciptakanlah hewan transgenik penyebar virus penyakit, Burung Babi Hutan. Sejak kemunculan makhluk aneh ini, area peternakan sapi perah tempat Lanang bekerja tiba-tiba terserang penyakit gaib. Ribuan sapi mati. Warga pun gempar.

Bersama pemerintah dan masyarakat, Lanang, dokter hewan yang cerdas, obsesif, dan melankolis, sibuk mencari tahu sebab kematian sapi perah. Seminar dan penelitian dilakukan, tapi penyakit misterius tak kunjung ketemu. Usaha ilmiah pun menemui jalan buntu. Lalu, mengemukalah isu dari seorang dukun hewan bahwa biang keladi kematian sapi adalah Burung Babi Hutan, makhluk jadi-jadian. Polemik mistikisme tradisional versus bioteknologi modern pun menambah ruwet persoalan. Akankah proyek Doktor Dewi berjalan mulus?

Ditulis dalam gaya thriller, plot cerita novel ini sungguh menegangkan. Karakter tokoh-tokohnya pun rumit dan penuh intrik. Dengan pendekatan konspirasi, karya ini menjadi bacaan kritis bagi yang tertarik pada isu-isu sosial, psikologi, bioteknologi, dan politik kesehatan.

440 pages, Paperback

First published January 1, 2008

7 people are currently reading
80 people want to read

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
17 (21%)
4 stars
9 (11%)
3 stars
17 (21%)
2 stars
15 (19%)
1 star
20 (25%)
Displaying 1 - 30 of 30 reviews
Profile Image for Windry.
Author 12 books824 followers
May 19, 2008
Yusi said,

"saat mental kalian sedang drop, buka buku ini. halaman berapa saja. tertawa-lah. dan kalian akan merasa lebih baik.

karena masih banyak yang lebih buruk dari tulisan kalian.
dan tulisan itu menang sayembara DKJ."

:D
Profile Image for Caklul Foe.
7 reviews1 follower
May 23, 2008
Yonathan bercerita dengan ungkapan yang, menurut saya, sangat indah. Sosok drh. Lanang yang menjadi tokoh utama dalam kisah ini ditampilkan sebagai manusia yang kompleks. Pada saat tertentu, Lanang, adalah sosok yang penuh kasih sayang, tanggung jawab, dan kokoh, namun di saat yang lain, Lanang adalah sosok yang kurang peduli alias egois, tidak bertanggung jawab, dan rapuh. Aku suka sekali dengan pengungkapan yang seperti ini. Dengan demikian, Lanang menjadi sosok manusia yang memang mempunyai kelemahan dan kelebihan. Tidak seperti para tokoh dalam kisah-kisah lain yang menjadikan tokoh utama menjadi sosok yang benar-benar tanpa cela kelemahan.

Novel ini benar-benar memberikan warna bahasa sastrawi yang kental. Hal inilah yang membedakan dengan novel-novel yang beredar selama ini. Novel yang tidak semata-mata untuk bercerita.

Melalui cara pandang sebagai dokter hewan, Lanang benar-benar memanfaatkan keilmuan dan pengetahuannya sebagai dokter hewan untuk bertutur dalam novel ini. Pantas saja kalau Prof. Drh. Charles Ranggatabbu, MSc, PhD, merekomendasi, "Novel yang patut menjadi bacaan "wajib" bagi kalangan kedokteran hewan dan peternakan serta peminat seni sastra pada umumnya.". Saya kira, ungkapan ini tidak berlebihan. Karena memang begitulah yang saya baca sementara ini.
Profile Image for Pembaca Novel Lanang.
1 review2 followers
August 6, 2008
oleh:
Juni Eka Prihatini
Pengajar Bahasa Jepang

Novel Lanang adalah Novel bergizi dan mudah dicerna. Mengenyangkan dengan pengetahuan akan sainfuturistik, simbol-simbol filsafat.
Tapi, sebagai perempuan saya sedih dan pedih karena perempuan patah hati/kecewa bagaikan hewan transgenik (otak kancil+monyet yang dicangkok ke kepala singa betina dengan tubuh angsa).
Saya sendiri sangat senang membaca buku dengan beragam tema, fiksi ataupun non-fiksi. membaca Lanang saya merasa ada di antara keduanya. Apakah ada sebagian cerita tersebut merupakan fakta si pengarang dan lingkungan sekitarnya? Pastilah?! Karena Yonathan kan dokter hewan yang nJawani, jago filsafat dan seni dan juga fakta sains tentang hewani (makanya ngerti banget tentang hewan) sains tentang hewan dan manusia (mamalia dan primata). Kebetulan novelnya menyinggung hal-hal yang mengglobal, isu lingkungan dan sebagainya.
Terus terang, saya malas membaca buku dengan bahasa yang berat (apalagi Lanang banyak unsur filsafatnya!). Tapi Novel Lanang beda, bagaikan buku dengan berbagai informasi berat dengan bahasa ringan dan mengalir sehingga saya membaca tanpa putus dengan rasa penasaran dan tak terasa telah tuntas.
1 review
June 6, 2008
BUKU PALING BAGUS YANG PERNAH KUBACA
Profile Image for Arul Syah.
6 reviews
May 19, 2008

Nggak asik. Njomplang abis ah dengan karya-karya pemenang sayembara DKJ sebelumnya...
Profile Image for htanzil.
379 reviews149 followers
May 15, 2009
Sebenarnya agak terlambat untuk membicarakan novel Lanang – Yonathan Rahardjo, pemenang harapan II novel DKJ 2006. Novel yang terbit sejak Mei 2008 ini telah banyak menuai komentar, ada yang memuji dan ada juga yang mengkritiknya. Ketika novel ini dibahas di TIM pada bulan Juli yang lalu, novel ini didiskusikan dengan sangat kritis oleh para pengamat dan pelaku sastra nasional.

Arpesiasi atas novel ini ternyata tak berhenti di ruang-ruang diskusi sastra, kritikan, pujian, dan beraneka tanggapan dari berbagai kalangan terus berseliweran di ruang cyber, baik di milis-milis sastra, maupun blog-blog yang membahas buku ini. Kini semua komentar, diskusi, essai, dan makalah yang membahas novel ini telah dikumpulkan oleh penulisnya dalam sebuah blog yang diberi nama http://novellanang.co.cc

Novel ini diawali dengan deskripsi suasana pedesaan ketika dokter hewan Lanang tengah menolong kelahiran seekor anak sapi perahan. Proses kelahiran anak sapi ini berlangsung dengan lancar dan disambut gembira oleh si empunya sapi. Pulangnya, saat lanang memadu kasih dengan istrinya, mucullah sosok mengerikan dari dalam tanah. Bentuknya menyerupai babi, namun memiliki sayap dan bisa terbang. Belum lagi Lanang sadar dari rasa kagetnya, burung babi hutan yang memporak porandakan rumahnya itu terbang dan lenyap entah kemana.

Kemunculan burung babi hutan itu ternyata diikuti oleh kematian mendadak sapi-sapi perah di desa tempat lanang bekerja, bagai wabah ganas, kematian itu menyebar hingga ke seantero nusantara. Para ahli ternak mulai mencari penyebab wabah kematian sapi-sapi perah itu, namun penyakit aneh yang menyertai kematian para sapi perah tak bisa diidentifikasi secara ilmiah hingga seorang dukun hewan memastikan bahwa burung babi hutan yang pernah mendatangi lananglah penyebab wabah tersebut.

Lanang terobesesi untuk mencari tahu apa sebenarnya mahluk tersebut. Berbagai usaha dilakukannya hingga akhirnya berkat kegemarannya mengumpulkan cairan tubuh dari para wanita yang dikencaninya, ia berhasil merumuskan sebuah cara ilmiah plus mistis guna menghadirkan sosok burung babi hutan. Usahanya tersebut berhasil, burung babi hutan berhasil ditembaknya hingga tewas. Bersamaan dengan tewasnya mahluk tersebut lenyap juga wabah penyakit yang melanda para sapi perahan

Lanang pun menjadi pahlawan. Namun ini bukan akhir dari kisah Lanang, tewasnya burung babi hutan belum menjawab apa dan darimana mahluk tersebut berasal. Peran Lanang sebagai pahlawan pemberantas wabah penyakit hewan tiba-tiba dipertanyakan dan digugat dalam sebuah seminar Kehewanan Nasional. Selain itu rumah tangga Lanang pun diguncang prahara. Kehidupan Lanang berada dalam titik terendahnya. Secara intelektual dan emosional ia dihancurkan oleh sebuah konspirasi tingkat tinggi yang justru dilakukan oleh kolega-koleganya sendiri.

Sanggupkah Lanang bertahan, darimana dan apakakah sebenarnya burung babi hutan itu muncul? Layaknya sebuah novel misteri, semua misteri dan berbagai kejutan tak terduga akan tersaji di lembar-lembar terakhir novel ini.

Novel dengan keragaman tema

Novel yang dibuat oleh seorang dokter hewan sekaligus pecinta dan pelaku sastra ini memiliki keragaman tema. Ada soal cinta, seks, kemunfaikan, psikologis, dan isu-isu sosial yang menyangkut lingkungan kesehatan hewan dan bioteknologi.

Secara psikologis karakter dalam tokoh-tokoh novel ini bisa dibilang menarik. Pada awalnya kita akan disuguhkan karakter Lanang sebagai dokter hewan yang berdedikasi, mencintai istrinya dan tampak taat menjalankan ritual agamanya. Namun Lanang bukanlah tokoh yang sempurna, sedikit demi sedikit kebusukan dan perilakunya yang aneh dan rapuh akan terungkap. Demikian juga dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Putri, istrinya, Dewi, teman seprofesinya, dan Rajikun di dukun hewan yang kontroversial.

Konflik kejiwaan dan karakter tokoh-tokohnya ditampilkan secara mendalam sehingga membangun novel ini menjadi sebuah novel psikologis yang mengungkap sisi malaikat dan sisi iblis pada tiap manusia.

Tema lain yang menonjol dalam novel ini adalah mengenai lingkungan dunia kesehatan hewan. Tampaknya penulis menumpahkan semua pengetahuan akademisnya dan wawasan lingkungannya sebagai seorang dokter hewan pada novel ini. Seluk beluk mengenai dunia kesehatan hewan dieksplorasi dengan baik termasuk intik-intrik didalamnya dan berbagai konspirasi dalam dunia kesehatan.

Dan yang paling menarik adalah tema rekayasa genetika. Akan terungkap bagaimana penggunaan zat-zat transgenik dalam pengolaan pakan hewan bagaikan pisau bermata dua, di satu pihak dapat memacu produktivitas hewan namun sekaligus bisa berdampak menimpulkan penyakit baru. Ironisnya, hal ini ternyata disengaja agar produsen obat penangkalnya bisa memasarkan produknya dengan maksimal.

Dan hal yang lebih ekstrim lagi adalah akibat rekayasa genetika yang dicobakan pada hewan-hewan yang ada disekeliling kita. Misalnya bagaimana seekor monyet yang diberi gen ubur-bur akan membuat monyet tersebut berpendar dalam gelap, seekor babi yang memilik sayap setelah diberi gen seekor burung, atau pemberian gen manusia pada sapi perah agar dapat menghasilkan susu lebih banyak dan kandungan susu yang dihasilkan menjadi sama dengan ASI ! Semua itu akan terungkap dengan jelas pada novel ini.

Alur cerita

Novel yang ditulis dengan bahasa yang ‘nyastra’ ini memiliki alur kisah yang tak terlalu cepat, kalimat-kalimat yang puitik dalam mendeskripsikan sesuatu tampaknya turut membuat alur kisahnya berada dalam kecepatan yang sedang-sedang saja.

Ketika membaca novel ini, pembaca akan diajak bagaikan menaiki sebuah roler coaster. Perlahan tapi pasti pembaca dibawa menaiki puncak ketegangan dari novel ini. Klimaksnya adalah dengan tertembaknya burung babi hutan ditangan dokter lanang.

Uniknya hal ini terdapat di pertengahan novel ini. Tentunya pembaca akan bertanya-tanya, kalau begitu kisah apa lagi yang akan ditemui di sisa halaman selanjutnya? Yang pasti setelah itu situasi kembali mengendur sesaat, emosi pembaca akan diajak kembali menanjak menuju klimaks berikutnya yang berakhir di lembar-lembar terakhir novel ini.

Novel ini juga menyisipkan berbagai teka-teki dan misteri sehingga walau tak memiliki alur kisah yang cepat, hal ini dapat mengikat pembacanya untuk terus betah melahap novel ini hingga selesai guna mencari jawab semua teka-teki dan misteri yang terdapat dalam novel ini.

Novel yang menuai kritik dan pujian

Seperti telah diungkap diatas, novel ini ternyata menuai beragam tanggapan, baik yang positif maupun negatif. Yang memuji, umumnya mengacungkan jempol pada penulisnya karena keberaniannya menghadirkan tema mengenai rekayasa genetik, seluk beluk peternakan, dll yang merupakan wilayah yang jarang dibicarakan di sastra Indonesia.

Yang mengkritik, menyorot soal terlalu banyaknya deskripsi-deskripsi puitik yang mengganggu alur cerita, beberapa kejadian yang tidak masuk akal, hingga struktur kalimatnya yang dianggap berantakan.

Terlepas dari berbagai kritik atas novel ini, saya pribadi bisa menikmati novel ini hingga tuntas, bahkan banyak mendapat pencerahan melalui dialog-dialog seputar kesehatan hewan, bioteknologi, rekayasa genetik, kritik sosial, hingga intrik-intrik politik dunia kesehatan tanah air yang mungkin merupakan cermin apa yang sesungguhnya terjadi di dunia kedokteran hewan dan peternakan di tanah air.

Dibalik pencerahan yang saya dapat memang ada beberapa hal yang mengganggu seperti beberapa puisi yang menurut saya mengganggu alur kisahnya, terutama di bagian ketika Lanang menumpahkan kekesalannya pada kolega-koleganya melalui kalimat-kalimat puisi sebanyak hampir 3 halaman ! Saya terpaksa melompati bagian ini karena sama sekali tak bisa menikmati puisi tersebut.

Sedangkan untuk peristiwa yang menurut saya ganjil adalah ketika Lanang digempur oleh rekan-rekannya dalam seminar Kehewanan Nasional. Umpatan-umpatan dan tuduhan yang ditujukan pada Lanang tampak terlalu berlebihan dan emosional sehingga tidak mencerminkan suasana sebuah seminar nasional yang dihadiri oleh ahli2 dokter hewan dari luar negeri.

Kehadiran sosok burung babi hutan sendiri saya rasa terlalu mengada-ngada dan agak sulit bagi saya untuk menghadirkan sosok tersebut dalam benak saya. Saya rasa dengan tema, pesan, dan muatan yang sama tak perlulah penulis menghadirkan sosok mahluk aneh dan terkesan mistis. Jika saja burung babi hutan digantikan dengan sejenis virus, seperti virus flu burung yang hingga kini masih menjadi momok di negara kita, pasti novel ini akan lebih membumi dan bermanfaat karena ada kesempatan bagi penulisnya untuk mengemukakan hal-hal baru mengenai virus ini.

Selain itu usaha ketika lanang akhirnya memperoleh suatu rumusan yang mencampuradukkan unsur bioteknologi, mistis, dan religi untuk memanggil burung babi hutan saya rasa terlalu berlebihan dan diluar nalar saya yang awam dengan kajian bioteknologi.

Nah, dibalik semua kelebihan dan kekurangannya tersebut, novel yang telah hadir dan menyemarakkan jagad sastra kita ini setidaknya memiliki nilai-nilai baik. Seperti yang ditulis oleh koran tempo, novel ini telah mengangkat satu isu yang sangat aktual, yaitu mengenai teknologi transgenik yang masih diwarnai perdebatan sampai sekarang, Selain itu terungkap pula tarik menarik antara kedokteran modern dangan pengobatan alternatif, hubungan suami istri, serta isu lingkungan.

@h_tanzil

http://bukuygkubaca.blogspot.com

September 9, 2008
Yonathan, Rahardjo.(2008).Lanang.Alvabet sastra (Reflection)

http://lenimulyanasari.blogspot.com/2...

Yonathan, Rahardjo.(2008).Lanang.Alvabet sastra (Reflection)

Name : Leni Mulyana Sari

NPM : 031104067

Class : VIII/C

Subject : Extensive Reading

REFLECTION

Yonathan, Rahardjo.(2008).Lanang.Alvabet sastra

Lanang is story where this novel tells about a veterinarian life, named Lanang. He has wife. her name is Putri. They lived in the village. One day, a doctor named Dewi is a veterinarian too. She create transgenic animals which it can virus disease birds and pigs forest. Since coming this strange animal, livestock area cow place Lanang worked. suddenly, cows attacked a strange disease by the strange animal. Many cows dead. with government and society, Lanang which clever doctor, obsessive, and melancholic is busy to look for cause death cows. The experiment was done. But mysterious disease didn’t find caused. Lanang was frustrations and alone. Then animals indigenous made issue that caused of cows are bird and pig forest. One day , he met Dewi in laboratory. Dewi and her friends would become him as their experiment. They chose him because they want to change his organ with babi hutan’s and bird’s organ. Dewi and her friends wanted to show to the world that they are ruler of sciences, knowledge, and economics. They succeeded to create some kinds of the strange animals to the various purposes. Lanang's life had become perfect. He had been brain and heart that could not be match with the other human.

Reading this book is interesting. Remind me to literature Eropa as Prances novel Plague (pes disease) where we must across to came symbolic, mystic, rational and irrational together.
September 9, 2008
Like watching a movie

By:
Shinta Suciati
FKIP
Universitas Ibn Khaldun Bogor
06211210498
Semester IV Afternoon

Novel Lanang tell about a man the name is Dr. Lanang, he is veterinarian and he lived in the village and his wife was named Putri. The night he halp born Cow property Sukarya bat in the morning the little cow that he halp died. He was very shocked, then he had made some investigation.
All Doctor make a seminar for this cause, in the Seminar he meet Dr. Dewi she was a holder of doctorate who worked as a follower of foreign corporation, and than she was created transgenic animal that was able to spread the virus of diseae named " Burung Babi Hutan "
Actually Dr Dewi be an accessrt with Rajikun for distant Dr. Lanang. Dr. Lanang was a combination that surprised between the latest experiment of biology with the nature of traditional spiritual.
Reading Novel is like watching a movie, there is a psychological conflik among the A character that is appeared deeply and presented like real.
\ This story can be a reflection of wahat is being happened in the field of animal medical Wnd animal husbandry in this country.
Profile Image for Ahmad  Fathoni.
1 review53 followers
May 27, 2008
Raden Mas Yonathan Rahardjo, saking tanah Prabu Angling Darmo;Lelananging Jagad, penulis Novel Lanang...

Kau memang dokter hewan kesekian yang menulis karya sastra.
Tapi kau dokter hewan pertama yang membawa karya hebat dunia kedokteran ini ke dalam karya sastra: "Rekayasa Genetika".

Dengan gayamu yang ndeso, bohemian, unik, ga jumawa, slengek'an, seakan ga kenal tata bahasa Indonesia yang baik, orang justru kerap tertipu melihat dirimu yang sejati. Orang terlampau kerdil untuk berani menangkap ungkapan-ungkapan terdalam dari banyak filosofi hidup yang beruntun kau tawarkan dalam setiap lembar "Lanang".

Aku kok melihatmu kayak R. Samin Surosentiko. Atau Aryo Penangsang, Adipati Jipang Panolan sakti mandraguna itu. Atau mirip bekel Gajahmada, pimpinan pasukan Bhayangkara, yang berhasil menyelamatkan Prabu Jayanegara dari Kudeta Ra Kuti ke Bedander kala itu.

Kau memang mantap... Lanang.


Profile Image for Andri.
137 reviews
October 6, 2008
Terserah banyak yg memuji-muji novel ini, pemenang sayembara, karya yg brilian.. tapi buat gw.. novel ini jelek. Ceritanya mengada-ada, cara bertuturnya sok puitis tapi nanggung. Not my type of book. Kalo ada yg mau, barter boleh koq...
Profile Image for Yonathan.
Author 16 books21 followers
Read
May 26, 2008
http://novel-lanang.blogspot.com/sear...

“LANANG” :
Imajinasi yang Menawan dalam Kemasan Canggung


Oleh: Bambang Sugiharto
Guru Besar Filsafat, Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Juri Lomba Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006.


Novel “Lanang” adalah sebuah karya yang agak aneh dari Yonathan Rahardjo. Novel yang pada banyak bagiannya memainkan kekuatan bahasa puitik itu , ternyata berbeda dari novel-novel puitik yang telah melanda dunia sastra kita sekitar dasawarsa terakhir ini. Mereka yang terbiasa dengan kecanggihan memadukan bahasa puitik dan bahasa deskriptif ala Ayu Utami, Nukila Amal ataupun Linda Christanty misalnya, saat membaca novel “Lanang” akan menemukan adanya kepincangan antara kemampuan puitik dan kemampuan deskriptif itu. Membaca “Lanang” membutuhkan kesabaran untuk bertahan menghadapi kalimat-kalimat ganjil dan nyaris mentah terutama di bagian awal, sambil tetap berupaya memasuki bagian-bagian yang lebih jauh di tengah dan belakang. Betapa tidak, bagian-bagian awal penulisannya memang seperti agak canggung, terutama pada deskripsi-deskripsi suasana percintaan, yang sering terasa klise dan memberi kesan amatir. Namun, andai untuk sementara hal itu diabaikan, lama-kelamaan kesan itu agak terhapus dan perlahan-lahan kita akan terseret ke dalam irama penataan tegangan dan pengolahan jaringan tematik yang pelik, yang sesungguhnya mendalam, sangat imajinatif dan mengesankan. Bahkan, sisi substansi tematik itulah yang menonjol pada novel ini, unsur yang -antara lain- telah menjadikannya salah satu pemenang Sayembara Novel DKJ 2006. Tema rekayasa genetika dan pengolahan alur ceritanya yang memadukan unsur thriller dengan eksplorasi persoalan-persoalan pelik pada ranah psikologi, agama, bisnis, sosial dan politik itu mendudukannya pada posisi unik dalam khasanah sastra Indonesia.

Alur penuh teka-teki
Pada dasarnya novel ini adalah cerita tentang dokter hewan bernama ‘Lanang’ yang terperangkap dalam jaringan intrik rumit bisnis rekayasa genetika dan akhirnya menjadi salah satu korban rekayasa tersebut. Itu terjadi di satu pihak akibat dendam percintaan para perempuan (Dewi dan Putri) yang merasa telah dipermainkan oleh Lanang, di pihak lain akibat kepentingan bisnis para perempuan tersebut di bidang rekayasa genetika yang memang membutuhkan tubuh manusia sebagai perantara untuk persilangan kecenderungan genetik positif burung dengan kecenderungan genetik negatif babi hutan.
Yang menarik adalah bagaimana alur cerita itu dikembangkan dan ditata dengan sisipan misteri atau teka-teki di sana sini, lantas diberi jawaban di bagian akhir novel. Bagai cerita detektif , Yonathan Rahardjo mengawali novelnya dengan semacam gimmick yang memancing perhatian, yaitu kemunculan suatu mahluk ganjil -‘Burung Babi hutan’- yang mengganggu kemesraan Lanang dan istrinya (Putri), serta kematian mendadak sapi-sapi perah di desa tempat kerja Lanang, bagai wabah yang mengerikan. Sejak itu Lanang terobsesi memburu penyebab utama wabah ternak itu sekaligus hendak mencari tahu apa gerangan Burung Babi hutan itu; dua hal yang tampak seperti saling berkaitan . Ketika masyarakat mulai ramai memerkarakan wabah itu, tiba-tiba tampillah sosok misterius bernama Rajikun, yang dianggap sebagai Dukun Hewan dan memastikan bahwa penyebab wabah memang burung babi hutan itu. Terjadilah kekisruhan politik akibat konflik antara pandangan ilmiah kedokteran-hewan dengan pendapat dukun yang tak masuk akal dan berbau klenik. Dari sana terjadilah perumitan persoalan berlapis-lapis : Lanang yang awalnya tampak bagai seorang dokter yang baik, religius, dan berdedikasi tinggi, ternyata suka pergi ke pelacuran, kendati sudah beristri masih juga mengencani Dewi mantan pacarnya seolah tanpa beban, gemar mengumpulkan cairan dari kelamin perempuan-perempuan, dibayangi terus oleh halusinasi melihat burung babi hutan, dst. Dan segala kerumitan itu lantas berakhir dengan berhasilnya Lanang membunuh burung babi hutan. Dengan ritual aneh yang memadukan rumusan ilmiah genetika dan keyakinan religius Lanang berhasil memancing kemunculan burung babi hutan itu, lantas menembaknya hingga tewas. Ini tampak sebagai semacam klimaks awal dari ketegangan yang ditata dengan bagus.
Namun ternyata itu bukan akhir cerita. Setelah situasi desa pulih kembali dan Lanang dielu-elukan sebagai pahlawan, perlahan-lahan Lanang memasuki jaringan bisnis penuh intrik. Tapi itu tak lama, sebab cerita menanjak dan mengklimaks lagi saat Lanang akhirnya dituding di depan umum oleh Rajikun sebagai pencipta burung babi penyebar wabah, dan sekaligus saat itu dibeberkan pula segala kebiasaan seksual Lanang yang penuh aib. Tentu saja reputasi Lanang mendadak jatuh berantakan. Ia menjadi skandal. Tak hanya itu, di saat lain Lanang memergoki Putri, istrinya, sedang bersetubuh dengan Rajikun. Celakanya itu terjadi atas permintaan Putri sendiri. Rajikun ternyata melakukannya sebagai balas dendam atas masa lalunya yang juga pernah dirusakkan oleh Lanang, kendati Lanang tak sepenuhnya menyadari. Alhasil Lanang lantas mengalami kehancuran batin bertubi-tubi dan seperti menjadi gila. Dalam situasi itu ia pun ditangkap dan dimasukkan ke dalam laboratorium sebuah perusahaan untuk bahan percobaan. Di puncak segala peristiwa itu dibukakanlah jawaban segala misteri: ternyata semua kejadian itu adalah rekayasa Dewi, direktur perusahaan genetika tersebut, yang hendak menghancurkan Lanang karena dendam sakit hati, tapi juga karena hendak menggunakan tubuh Lanang demi kepentingan bisnisnya bersama dengan perusahaan asing. Adapun Rajikun, Putri, Burung Babi, dsb. hanyalah bagian dari rekayasa yang didalangi Dewi itu.

Kerumitan tematik
Tema yang digarap Yonathan dalam novel ini berlapis-lapis. Tema utama barangkali cinta, seks, dan balas dendam. Di sini yang menarik adalah penampilan aspek ilusoris dari cinta. Pada tokoh Dewi maupun Putri, kendati sejak awal mereka paham bahwa cinta hanyalah ilusi, sepertinya tetap saja cinta itu mereka nikmati. Mereka seperti menjadi pribadi lain. Ketika ilusi itu akhirnya terbongkar, mereka pun berubah lagi. Sedang pada Lanang cinta sepertinya memang tidak mesti identik dengan kesetiaan seksual. Dan sebaliknya, perselingkuhan seksual tidak mesti berarti penghianatan atas cinta. Pada lelaki Lanang seks sepertinya hanyalah aliran naluriah-fisik belaka. Meskipun begitu diam-diam ia menikmati harga diri kelelakiannya dalam keperkasaan seksual itu juga. Di sana ia merasa bagai ‘Tuhan’, yang menguasai para perempuan. Namun persis titik itulah ilusi Lanang, ilusi kedigdayaan, sebab bagi para perempuan itu keperkasaan seksual Lanang hanya menunjukkan bahwa ia tak lebih dari sekedar pejantan. Sebuah permainan ilusi yang sebenarnya mencerminkan kebodohan laki-laki umumnya: pada saat ia merasa hebat dan menguasai, di situlah ia justru sedang dikuasai dan lemah. Di akhir novel supremasi kaum perempuan bahkan menjadi demikian eksplisit. Di sana akhirnya Lanang menjadi sekedar robot atau bahkan zombie belaka di bawah kendali Dewi, sang majikan.
Tema lain yang sangat menonjol tentu adalah ihwal bisnis dunia kesehatan dan industri obat. Novel ini mengeksplorasi dengan rinci, dan seringkali sangat teknis, kait-mengait berbagai instansi dalam jaringan penipuan yang teramat massif, termasuk permainan politik dengan pemerintah. Demikian banyak siasat dilematis ditampilkan. Bagaimana misalnya zat-zat transgenik tertentu bisa memacu produktivitas namun sekaligus menimbulkan kemungkinan penyakit. Dan itu justru disengaja, sebab kemudian perusahaan akan menjual obat penangkalnya. Semua hanya demi mata-rantai pemasaran belaka.
Tak kalah menariknya adalah perpaduan antara wacana bio-teknologi dengan perspektif spiritual religius nyaris klenik. Zat yang menjadi penyebab wabah misalnya, dilukiskan sebagai semacam gas dari persilangan antara gen kebodohan dan gen kemalasan. Gas ini perilakunya bagai roh , yang mencari tubuh-tubuh yang batinnya kosong, sekaligus bisa keluar-masuk tubuh bagai energi cahaya. Atau sewaktu Lanang membuat percampuran kimiawi demi menghadirkan burung babi hutan, ternyata percampuran itu menimbulkan reaksi karena dibarengi ritual doa, dan hasilnya pun menjadi sembilan ‘biji utama’ berwarna merah muda, yaitu biji ‘kasih’, biji ‘sukacita’, dst.seperti yang termaktub dalam Kitab Suci kristiani. Ini imajinasi brilian yang teramat ganjil dan tak terduga. Namun salah satu bagian terbaik dari novel ini adalah saat melukiskan konflik-konflik keagamaan. Di sana segala bentuk kemunafikan dan kerapuhan nafsu badani ditelanjangi; baik dalam konteks Lanang, Rajikun, Putri maupun Dewi. Yang menarik adalah bahwa segala keyakinan suci dilukiskan berdampingan tanpa beban dengan perilaku-perilaku bejat. Dan itu memang fenomena-fenomena menakjubkan yang lazim terjadi di negeri ini.

Pengembangan Tegangan dan Karakter
Keterampilan Yonathan menata alur dan mengembangkan ketegangan juga menawan. Bagai sutradara film yang berpengalaman ia menyeret pembaca mencapai ledakan-ledakan klimaks yang berrantai : segala adegan di bagian-bagian awal ditata menanjak menuju tertembaknya burung babi hutan. Setelah itu situasi mengendur dengan kesuksesan Lanang. Namun tak lama kemudian situasi digenjot lagi ke arah klimaks berikutnya, yaitu terbongkarnya skandal kehidupan Lanang secara mendadak oleh Rajikun. Pada bagian ini reaksi Lanang di depan umum yang kacau dan meracau dengan bait-bait puisi yang tak terpahami adalah pelukisan psikologi yang cerdas dan tak terduga atas kepanikan memuncak yang tak tertahankan. Dan setelah itu adegan dipacu terus hingga meledak di akhir cerita dengan kegilaan Lanang, yang diikuti pembongkaran aneka misteri dalam pidato Dewi. Di tangan sutradara yang piawai novel ini niscaya dapat diangkat menjadi film sci-fi terobosan yang menawan dan berbobot, mengingat belum ada film sci-fi cukup berarti yang dihasilkan oleh negeri ini.
Dalam pengembangan karakter, yang menarik adalah bahwa ketika Lanang dilukiskan bergeser dari ideal tinggi perlahan menurun, rusak dan akhirnya gila, Dewi dilukiskan sebaliknya: menanjak, merumit dan akhirnya keluar aslinya yang bengis, ambisius dan luarbiasa cerdas. Sementara itu Putri adalah kelembutan misterius yang merayap tenang di bagian-bagian awal, namun menyeruak mengejutkan di bagian akhir, menyertai Dewi. Sosok unik yang pelik dalam novel ini sebenarnya adalah Rajikun, suatu tokoh yang tak persis hitam-putih, melainkan sebuah karisma yang licin, licik dan pandai memainkan situasi demi kepentingannya sendiri. Bila sosok Dewi masih terasa agak stereotipikal, sosok Lanang maupun Rajikun memperlihatkan keunikan dan kerumitan karakter, yang menunjukkan observasi psikologis lumayan tajam dari penulis novel ini.

Beberapa hal yang mengganggu
Seperti telah disinggung di depan, hal yang menganggu dalam novel ini adalah deskripsi-deskripsi puitik yang di bagian-bagian awal terasa canggung, klise dan amatiran. Lihatlah kalimat-kalimat ini misalnya “Kabut pun menutup rumah-rumah penduduk yang begitu berjauhan letak antara satu rumah dengan rumah lainnya; meski dikatakan, mereka bertetangga dekat” (hlm 2). Atau “Ah, ia pun takut jangan-jangan tempat tidur itu adalah batu cadas yang akan memecah pualam yang selalu dilindunginya sehati-hati mungkin, seperti perempuannya menjaga biji matanya yang bersinar lembut cemerlang.” (hlm 8). Juga ungkapan macam ini “Amboi, bahkan alam pun berpihak pada kita….Ia belai-belai kita dengan napasnya yang melambaikan buatan-buatan manusia, mengipas-ngipas agar kita makin membara.” ( hlm 9). Masih banyak frasa yang bukan saja canggung ungkapan puitiknya , melainkan juga kabur imajinasi logisnya seperti itu. Dan ini bertaburan dimana-mana. Tapi itu terasa terutama manakala Yonathan sedang mendeskripsikan situasi atau adegan. Ini misalnya :”Akankah Lanang bisa menahan gempurannya ? Tamu, tamu yang ingin datang yang dia tidak pernah merasa diundang tapi akan datang dan menjemput” (hlm 321). Seolah pada titik-titik tertentu kemampuan deskriptif Yonathan seperti tersesat dan struktur bahasanya menjadi kusut. Namun anehnya, secara keseluruhan alur cerita berjalan dengan baik, bahkan dengan peningkatan intensitas ketegangan yang lantas meledak. Sebetulnya di saat-saat ia membuat puisi saja dan tak mesti dibebani fungsi deskriptif Yonathan seperti tak punya masalah. Lihat misalnya ketika Lanang meracau mendaraskan puisi panjang setelah dipermalukan di depan umum oleh Rajikun. Yang muncul adalah frasa-frasa kacau yang menawan dan menggetarkan macam ini : “Baja telikung hati jadi banci/ terkabar dalam kecup bundar bumi/ Rombengkan mimpi kian membatu/…Konstata dalam goncangan kuantum/ harubirukan jilatan kadal buntung/ ketabahanku merajut benang menjadi jaket/ adalah kekuatan dalam jari bermata”,dst.dst.
Namun semakin ke dalam kelemahan itu seperti kian tak terasa. Seakan mesin penulisan Yonathan makin ke dalam makin panas dan fasih. Namun terlepas dari kecanggungan linguistik itu, toh bagian-bagian yang melukiskan reflektivitas atau perang batin masih cukup tersampaikan dengan baik dan tak banyak terganggu.
Akhirnya yang perlu diingat adalah bahwa dalam suatu kompetisi, kualitas yang dimiliki para pemenang umumnya adalah kualitas dalam arti ‘keunggulan komparatif’ yang tampak menonjol hanya dalam konteks kecil kalangan peserta saja. Dan dalam konteks komparatifnya itu tetaplah novel “Lanang” memiliki keunikan dan keunggulannya sendiri.
48 reviews
May 5, 2025
menudaftar

DEWATASLOT merupakan situs penyedia layanan taruhan online terbaik di Asia yang menyediakan permainan terpopuler dan lengkap di kelasnya. Nikmati berbagai pilihan game seperti sportsbook, e-sport, slots, idn-live, tangkas, live casino, togel hingga tembak ikan di satu tempat.


DEWATASLOT hadir sebagai standar kualitas terbaik pilihan jutaan player yang memiliki sistem enkripsi tercepat. Didukung dengan teknologi terkini yang menghadirkan permainan bebas hambatan ataupun bug. Rasakan sensasi betting online unik, seru dan menantang lewat tampilan dan desain atrakrif. Jangan lewatkan promosi, event dan bonus menarik yang Dewataslot bagikan setiap harinya. Daftar Dewataslot sekarang.
Profile Image for Wildo Tayandu.
16 reviews3 followers
September 3, 2022
Salah satu pemenang Sayembara DKJ. Tidak ada yang salah.Tema yang mungkin menyengat di saat itu: sains fiksi. Mengabil salah satu profesi yang unik, dokter hewan. Tidak ada yang salah.
Sebenarnya novel ini memiliki hal-hal yang menggembirakan selain kenyataan sains fiksi, dan profesi dokter hewan. Salah ketik pun terbilang nir. Hanya memang bagaimana pemakaian majas, metafor, dan bahasa kiasan yang di luar kebiasaan. Kita bisa menilai karya ini sebagai bentuk ‘pengacau’ atas banyak aturan. Tanpa rem, semua bablas. Biarkan saja Si Pak Lanang bicara apa saja, sesuka-suka dia saja.
Profile Image for Mimin Haway.
44 reviews5 followers
July 28, 2010
Dapat buku ini gratis dari GRI pas acara diskusi buku Jakarta tahun lima puluhan di TM Bookstore Poins Square. Yang namanya hadiah ya dibaca aja, apalagi ada embel-embel 'novel pemenang DKJ 2006', jadi antusias baca.

Pertama terkesan dengan endorsement yang luar biasa, lalu baca lima halaman pertama tambah terkesan karena kalimatnya sastra banget. Tapi halaman berikutnya membuat saya kecewa. Mungkin karena timing bacanya kurang tepat. Kalau sudah berkeluarga baru boleh baca haha..., soalnya banyak adegan dewasanya beuh...Sampai satu bulan baru kelar bacanya. Tapi plot yang disuguhkan sungguh luar biasa. Menegangkan, misterius dan mengejutkan.

Ceritanya seorang Dokter hewan bernama Lanang bertugas di daerah pegunungan. Seperti penantin baru lainnya, tentu Lanang menikmati kebersamaan dengan istrinya yang bernama. Tapi tiba-tiba seekor burung babi hutan datang dan mengganggu percintaan mereka.

Di awal karir, Lanang harus mengalami tekanan, karena sapi yang ia tangani banyak yang mati. Dan belum jelas penyebabnya. Lanang berpikir burung babi hutan itulah penyebabnya. Sejak kejadian itu, Lanang menjadi penasaran ingin menemukan babi hutan jadi-jadian dan akan membunuhnya. Ia selalu bawa senjata kemana-mana. Tapi burung babi hutan selalu menghatui tanpa bisa membunuhnya.

Dengan ramuan yang ia bikin, Lanang berhasil memanggil burung babi hutan dan sukses membunuhnya. Lanang dielu-elukan penduduk setempat. Tapi itu tidak bertahan lama, karena Lanang difitnah oleh dukun Rajikun.

Sampai pada cerita laboratorium rahasia milik Dewi (mantan kekasih Lanang). Dokter Dewi menciptakan hewan transgenetik. Burung babi hutan salah satu produk gagalnya. Penyebab kematian sapi itu adalah kandungan susu buatan Dokter Dewi yang melumpuhkan kekebalan sapi.

Ditutup dengan ending mengejutkan. Ternyata Putri, Rajikun dll adalah staff Dokter Dewi yang ikut berpartisipasi membuat hewan transgenetik.
Dokter Lanang di strap, dimasukkan ke penjara dan diganti organ dalamnya (jantung dan paru-paru) dengan organ hewan. Semuanya dilakukan Dewi karena balas dendam pada Lanang yang menolak cintanya.
Profile Image for an.
764 reviews22 followers
May 24, 2011
terlalu banyak pendapat untuk buku ini, bingung mulai na dari mana :-?

dari ide cerita na, seperti anggapan beberapa juri, memang ini baru. walo tema utama tetep cinta-cinta, ga bisa lepas. tapi percintaan ini dibungkus dalam bioteknologi, mutasi transgenik dan rekombinasi dna lain na. hanya...

kebaruan ilmu dan ide ini tidak dibarengi dengan kemampuan mendeskripsikan, ntah penulis takut pembaca tidak memahami, atau memang itu hanyalah imajinasi yang masih sulit ditelusuri bukti-bukti yang ada. maka yang terjadi adalah ilmu dan teknologi ini disampaikan dengan bahasa yang puitis sehingga menjadikan na tidak semengagumkan atau sebrilian ide awal. tertalu banyak bumbu bumbu indah yang mejadikan, ini baca fiksi ilmiah or roman picisan atau malah syair romantis??

namun dari semua itu, yang menarik adalah pencantuman lanang yang merupakan judul buku ini, hanyalah atribut untuk memenangkan dewi (terutama) dan putri, yang ingin memperjuangkan idealisme mereka, mendapatkan manusia sempurna. sedangkan lanang sendiri, sebagai manusia pria, yang merasa paling segala na... akhir na takluk oleh kemampuan perempuan.

lanang segala konflik batin na, dari diri sendiri, kelelakian na, rumah tangga na, karir na bahkan hubungan dengan tuhan na. tertalu banyak kasus, terlalu kompleks. ntah seperti inikah gambaran sebenar na dari pikiran lelaki, ntah (maklum rhe bukan pria). hanya saja, untuk konflik dalam sebuah cerita, pemaparan-pemaparan tersebut terlalu kompleks, dan jadi na yang ada adalah... mau dibawa kemana cerita ini.

mungkin saja itulah yang menarik, mau dibawa kemana atau tentang apa kisah ini bercerita. bebas diinterpretasikan oleh pembaca na, yang dapat menangkap na melalui bahasa yang tersirat. kalimat yang terselubung makna na. dan... silahkan memaknai sepeti apa. ~.^

-71-
Profile Image for Henny Sari.
Author 8 books11 followers
February 12, 2014
Tema dan ceritanya saya suka. Rekayasa biologi/genetika. HANYA SAJA TEKNIK PENULISAN oleh penulisnya dan PENYUNTINGAN oleh penyunting buku ini (cetakan pertama yang saya punya) saya rasakan belum optimal (apalagi maksimal). Selain kesalahan penulisan kata-kata dan tanda baca, penempatan bab pembuka pun tidak cocok. Mestinya bukan itu bab pembukanya. Terlalu biasa dan TIDAK mengajak pembaca untuk terus penasaran mengikuti hingga ke dalam. Beruntunglah para pembaca yang sabar atau punya banyak waktu. Jika tidak, pastilah mereka tidak melanjutkan membaca. Padahal di novel ini ada adegan lain yang paling cocok dijadikan adegan pembuka atau kalimat-kalimat pertama di bab pertama. Jika ingin dicetak ulang, editornya haruslah seorang yang kawakan dan sangat sabar. Karya yang ditulis tidak rapi dan kemudian menjadi rapi setelah diedit oleh editor yang mumpuni ini sebetulnya juga adalah karya editor tersebut (bukan cuma karya si penulis) sebab editorlah yang menyusun adegan dan menyulapnya menjadi karya yang rapi dan indah!
(Henny).
Profile Image for Jimmy.
155 reviews
June 4, 2008
Sebuah buku yang berkisah tentang rekayasa genetika, dengan dampak baik dan buruknya. Konspirasi berbagai pihak untuk melancarkan bisnis bioteknologi, dengan mengorbankan seorang dokter hewan yang di satu sisi berdedikasi namun di sisi lain rapuh dalam "keliaran"nya.
Walaupun pada akhirnya saya mengerti jalan ceritanya, tapi saya tetap tidak menyukai gaya berceritanya, terlalu berat untuk dicerna.
Namun, banyak juga pesan-pesan moral yang bisa diambil dari buku ini.
Gen Kemalasan + Gen Kebodohan = Rekayasa Genetika ???

9 sifat yang seharusnya dimiliki oleh manusia :
Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kelemahlembutan, Penguasaan Diri, Kebaikan, Kesabaran, Murah Hati, Kesetiaan.


Profile Image for Donny.
Author 4 books21 followers
October 8, 2008
Buku pememang harapan sayembara novel Dewan Kesenian jakarta 2006 ini sebenarnya cukup potensial menjadi buku novel yang berbobot. Sayangnya adegan seks dan narasi yang bergaya puisi terlalau banyak sehingga fokus terhadap cerita yang utuh jadi berkurang. Padahal dengan tema yang ditawarkan tentang wabah penyakit yang disebabkan makhluk jadi-jadian (burung BabiHutan)bisa menjadi potensi novel ini menjadi smeacam suspense thriller yang memukau. Sayang.
Profile Image for Mansur Ga'ga.
2 reviews
Read
May 27, 2009
buku ini berkisah tentang berbagai problematika yang dihadapi dalam kehidupan dokter hewan. problematika yang dihadapi meliputi problematika prikologis, keluarga, pekerjaan, dan masyarakat. Di dalam novel ini terbias keperangan Jonathan Rahardjo tentang kedekatan profesi dokter hewan terhadap hajat hidup manusia. sederhananya, selama kita masih mengkonsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, maka kita sebenarnya berada dalam cakupan tanggung jawab dokter hewan.
Profile Image for Julaybib.
44 reviews1 follower
Read
April 6, 2009
Saya beli buku ini karena katanya fiksi ilmiah. Ternyata sama sekali nggak ilmiah (dan yang bikin eneg, ini buku tentang peternakan yang ditulis oleh seorang dokter hewan). Bahasanya pakai gaya puitis, tapi entah kenapa terkesan seperti bikinan anak SMP. Setelah memaksakan diri membaca 2 bab, saya nggak kuat lagi. Bikin mual dan pusing (literally).
Profile Image for Sayekti Ardiyani.
127 reviews3 followers
Currently reading
November 21, 2013
Sebenarnya saya penasaran dan tertarik dengan temanya,pengen nambah pengetahuan di bidang kedokteran hewan, dunia transgenik, tapi hingga di halaman 60an, saya belum menemukan kenikmatan membaca. Diksi yang digunakan pengarang, dengan bahasa yang puitis justru membuat saya tidak nyaman karena kurang pas digunakan. Jadi, untuk sementara saya tinggalkan dulu buku ini.
1 review
September 10, 2008
Ga heran klo dokter hwan Ibh pintar dr
dokter apapun. Krn dokter lain msh tanya keluhan ke pasien. Apakah Makhluk aneh yg disebutkan dalam novel lanang ini
virus/makhluk lainnya?trus gmn sich cr dptin inspirasinya?
8 reviews5 followers
December 31, 2010
Sebagai pemenang DKJ saya mengeapresiasi novel ini. tapi dari segi content saya menilai ini bukan bacaan yang mencerahkan generasi bangsa. awalnya membeli hanya karena tertarik dengan kata-kata bioteknologi di sampul belakang. oH really?
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for kinu triatmojo.
288 reviews3 followers
June 6, 2008
Hmm.. kenapa saya tidak bisa menikmati novel ini ya *bertanya pada diri sendiri* Sampai akhir, saya berada di luar saja, tidak bisa masuk atau menenggelamkan diri ke dalam ceritanya.
1 review
October 25, 2008
Novel bagus, nilai seninya tinggi, kompleks; tapi rumit dan tidak ekonomis (nilai jual kayaknya kurang)

Etty Wahyuni
Profile Image for Aniek.
9 reviews6 followers
August 9, 2016
buku yang membuat saya harus berulangkali mengernyitkan dahi sewaktu membacanya. bukan karena alur cerita yang sukar, tapi lebih kepada kebingungan atas alur yang disajikan. hiks.
1 review
September 10, 2008
Aku sdh baca novel Lanang. Asyik bnget
euy... Rugi abis den kalo gak baca...!
Displaying 1 - 30 of 30 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.