What do you think?
Rate this book


152 pages, Paperback
First published January 9, 2017
Ah, kalau saja perempuan bisa memilih suaminya sendiri! (hal. 8)
Apakah perempuan diandaikan tidak punya kemauan? Tentu seorang perempuan memiliki kehendaknya sendiri. Namun meski dirinya hidup di antara para bijak, selain kepada perempuan tidak pernah diajukan pertanyaan, perempuan sendiri tidak akan memperjuangkan kehendak dan cita-citanya dengan cara menyatakannya. (hal. 26)
Apakah seorang perempuan boleh dihina dan tidak dipedulikan harga dirinya? … Bukankah pria dan wanita sesungguhnya setara? Tapi mereka tidak pernah menyetarakan perempuan. … Apa yang tidak terhormat dari pemberianku? Itu penghinaan kepada perempuan! (hal. 96)
Aku seorang perempuan dan aku masih manusia, aku tidak akan membiarkan diriku dihina! (hal. 97)
Dunia ini penuh kekerasan, Kresna. Terutama aku, perempuan, yang selalu jadi korban. (hal. 108)
Aku sudah menjadi korban, dan dari seseorang yang sudah menjadi korban, engkau memintanya berjiwa besar. Apakah itu tidak terlalu berlebihan? (hal. 108)
Kresna, Kresna, bagimu pelaku kekerasan adalah korban. Lantas harus diberi nama apa korban kekerasan itu sendiri? (hal. 109)
Siapakah kiranya yang tidak akan menduga, bahwa aku memang dilahirkan untuk hidup menderita? O, dewa! Siapakah kiranya tega memasangkan peran ini untukku? Peran perempuan menderita tiada terkira. (hal. 118)
Betapa lebih tenang rasanya menjadi bunga teratai yang mekar di tengah kolam. Menjadi manusia, pikirnya, nasib takpernah terduga. (hal. 8)
… apakah aku harus menjadi laki-laki seperti Shikandi yang menunggu-nunggu saat pertempurannya dengan Bhisma? (hal. 96)
Apakah usaha manusia tidak ada artinya? Apakah semuanya memang sudah ditentukan oleh dewa-dewa? Drupadi merasa kehidupan ini tidak adil. Mengapa penderitaan ditimpakan kepada perempuan? (hal. 100)
"Drupadi tidak menyukai suratan. Kehidupan manusia tidak ada artinya tanpa perjuangan. Jika segalanya telah menjadi suratan, apakah yang masih menarik dalam hidup yang berkepanjangan? Apakah usaha manusia tidak ada artinya?”