Jump to ratings and reviews
Rate this book

Petjah

Rate this book
Nadhira menyayangi Dimas, tetapi Dimas membenci Nadhira. Semesta menyayangi Nadhira dan memberinya satu permintaan untuk dikabulkan. Nadhira meminta Dimas beserta hatinya. Permintaannya pun dikabulkan semesta.
Kemudian hadir satu orang lagi dalam permainan ini. Biru. Biru menyayangi Nadhira, namun bsiakah Nadhira menyayangi Biru?
Semesta mempermainkan Nadhira dan membuat hidupnya petjah.

328 pages, Paperback

First published January 3, 2017

70 people are currently reading
657 people want to read

About the author

Oda Sekar Ayu

6 books167 followers
Oda Sekar Ayu is a not so sophisticated female writer. She lives double life as a day dreamer and a stress averse corporate slave. As she was born in the month of Arian, she recites the bubbly traits under the sign of Aries. Oda named Marga T, Keynes, Marrie Currie, and Amy Zhang as the most inspirational figures in her writings. You can find her around Bogor and South Jakarta area.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
262 (27%)
4 stars
405 (42%)
3 stars
214 (22%)
2 stars
44 (4%)
1 star
22 (2%)
Displaying 1 - 30 of 180 reviews
Profile Image for mollusskka.
250 reviews159 followers
July 21, 2020
Tuntas sudah aku membaca kisah cinta di antara Nadhira, Dimas dan Biru. Awalnya biasa saja, tapi semakin aku membuka halaman-halamannya, semakin aku terhanyut dengan kisahnya. Bukan karena puisinya, btw. Tapi dengan dialog-dialog yang cerdas dan bikin baper. Sekalian belajar matematika, fisika, biologi dan kimia. Pokoknya jangan terkecoh dengan bagian awalnya yang menurutku "enggak banget", tapi rasakan keindahannya pada halaman-halaman selanjutnya.

Aku lebay nggak, sih? Yah, namanya juga pendapat pribadi. jadi boleh-boleh aja kan.

Review lengkap bisa dibaca di blogku: https://mollusskka.wordpress.com/2017...
Profile Image for Crowdstroia Crowdstroia.
Author 11 books649 followers
December 29, 2016
4.5 bintang.

Sebelumnya, terima kasih kepada Kak Ods yang udah mengizinkan aku buat jadi pembaca draft awal Petjah sebelum diterbitkan. Such an honor for me to be one of few people who get the chance to read the first draft.

Saya pertama kali tertarik baca Petjah karena puisi Satu dari Seribu yang di-post di ask.fm akun askwattpadindo. Gatau yak. Berasa kayak ada yang narik buat membaca Petjah itu. Awalnya kan emang belum saya baca karena saya belum yakin ini cerita teenfic yang emang worth it kubaca atau enggak. Aku udah masukkin Petjah ke reading list di Wattpad, tertarik soalnya blurb Petjah di wp kayak ada yang beda gitu. Yasuda aku pun masukkin ke rl walau belum yakin pasti ini cerita ttg apa. Tapi setelah baca puisi Satu dari Seribu, akhirnya tergerak juga buat baca yhahaha.

Okay, so this review was taken from my instagram account:

in which, why you should read Petjah by Oda Sekar:

Magis. Satu kata yang seketika menjerat saya untuk mulai membaca Petjah. Blurb-nya memberi sesuatu yang "beda" buat saya. FYI, seumur hidup, saya emang nggak bisa baca teenlit atau teenfic. Tapi Petjah itu beda. Nggak sekadar bikin baper, nggak sekadar bikin terhibur. Kalian muak nggak sih tiap buka teenfic yang keluar cuma cerita isi bad boy and nerd girl? Gileloh dirikuh sudah muak menghadapinya. Ambrosius Biru is a bad boy? No. Biru itu #CowokBaikYangTeraniaya. Sementara di tinfik indo kebanyakan badboy-nya itu ya badboy b*ngs*t yang malah dihamba-hamba cintanya *sigh*

Balik lagi, why you must read Petjah, itu juga karena Petjah memuat puisi-puisi magis antara Biru dan Nadhi. Semua remaja butuh baca Petjah. Biar kalian tahu level sebenarnya dari cerita teenfic yang nggak "jauh" dari realitas itu gimana. Yang nggak sok kebarat-baratan. Yang emang ngambil sampel dari kehidupan anak remaja di Indonesia (and in Petjah case, di Jakarta). Kalian bakal nemu bahwa pem-bully-an itu bukan sekadar digencet atau labrak-labrakan. Tapi itu juga sebuah sistem yang diciptakan dari zaman baheula sekolah and you will discover it more in Petjah. "Semesta mempermainkan Nadh dan membuat hidupnya seketika petjah."
.
Judul "Petjah" tidak hanya dibuat untuk memberi kesan bahwa teenfic ini ditulis dengan '80s vibes. Ada makna di balik kata "petjah". Kak Ods nggak sembarangan ngasih judul. Baca ceritanya hingga akhir dan temukan maknanya.

Aku baca Petjah karena aku #TimCowokBaikYangTeraniaya. Meski sebagian ada yang bilang versi buku nggak semagis versi Wattpad, tetep aja sih buatku ini novel worth it buat dibaca. Yang jelas Petjah itu walau udah kubaca sampai tamat (gue kan pembaca draft pertama haha), tetep aja aku mau aku beli Petjah walau udah kutamatin.

Yes, it's true, bad boys ain't good and good boys ain't fun. But, even though good boys ain't fun, they'll treat you better. #LupakanBadboy #SayangiCowokBaikUntukKehidupanYangLebihBaik
Profile Image for Stef.
590 reviews190 followers
September 5, 2020
My first book that I finished in 1st June.
Gila, baca ini bener-bener melelahkan 😥😥😥 Drama nya banyak banget genk 😥😥. Dari keseluruhan karakter yang paling bikin enjoy cuman si Dimas, meski di awal-awal nya agak ngeselin, tapi semakin belakang semakin sukaa karena dia yang paling less drama dari karakter cowok yang lain.
Profile Image for Sandra Bianca.
128 reviews4 followers
July 4, 2018
Rate 3.7

Sebenernya aku lagi males ngetik panjang-panjang untuk bikin review. Tapi karena ada temen yang kepo banget soal buku ini, aku disuruh nulis full reviewnya.

First of all aku suka sama buku ini. Bukan semena-mena suka dari awal ya, di awal-awal butuh usaha keras untuk beradaptasi dengan penggunaan bahasa dan istilah-istilahnya yang bagiku asing, seperti: tubir, tubang, agit, aud, utas, dst. Baru setelah masuk ke problem Dimas-Nadhi-Biru, aku baru nggak bisa geletakin buku ini.

Storyline:
Nadhira jatuh cinta pada sosok Dimas yang selama ini membencinya. Sampai suatu hari Dimas yang biasanya hanya menatapnya penuh kebencian tiba-tiba berubah perhatian. Mereka menjadi dekat, otomatis Nadhi berbunga-bunga, namun di saat yang bersamaan sosok Biru masuk dalam kehidupannya. Sosok Biru yang rupanya memiliki luka yang sama dengannya.

Karakter:
Nadhira Amira: Cewek galau.
Dimas Baron: Cowok dengan idealisme tinggi.
Ambrosius Biru: Cowok dengan puisinya yang menyentuh.

Scene yang bikin tepok jidat:
1. Diskriminasi angkatan [- h. 6]
Jadi di sini diceritakan anak kelas sepuluh alias utas itu harus tunduk sama kakak kelasnya kayak waktu MOS gitu. Rambut di kuncir kuda dengan karet gelang, sepatu nggak boleh pakai yang lain selain sepatu putih bernama px-style, jalannya juga harus menunduk. Iya sih mereka dapat perlakuan seperti ini cuma setahun, tapi menurutku enggak banget deh. Kalau ada sekolahan model gini, sekalipun sekolah top, aku ogah masuk. Serius!

2. Nadhi dongkrak mobil sendiri untuk ganti ban [- h. 25]
Waktu baca scene ini aku langsung teriak: "Seriously?!" Ini benearan Nadhi dongkrak mobil sendirian? Cowok aja masih butuh tenaga ekstra lho, terlebih kalau nggak biasa dongkrak-mendongkrak. Apalagi di sini Nadhi didefinisikan sebagai cewek yang berbadan kecil. Hm.

3. Soal ngebul di dekat kantin [- h. 42-43]
Pertanyaanku: Ngebul di dalam area sekolah semudah itukah? Meski nggak ada guru piket apakah seenak jidat bisa ngebul di dekat kantin? Penjaga kantinnya diem aja gitu? Pengalamanku sih, waktu SMA dulu ada yang suka nyolong-nyolong ngebul di dalam area sekolah, biasanya yang dipilih itu pojokan deket gudang atau tempat tersembunyi lainnya. Dan ketika bau rokoknya nyebar, langsung diadain razia. Sekolahku dulu bukan sekolah top sih, biasa aja. Tapi beneran bau rokok itu tajem dan nggak bisa ngelak. Apalagi ini sekolahnya Nadhi bukan sekolah ecek-ecek. So?

4. Masih soal kantin [- h. 43]
Entah kok aku ngerasa kalau sekolah ini penuh diskriminasi, contohnya kantin yang dipisah menjadi tiga bagian. Bagian paling kecil adalah kantin kelas sepuluh, isi lapak makannya sedikit dan harganya mahal-mahal. What??? Terus kantin yang lebih besar itu kantinnya anak-anak kelas sebelas, isi lapaknya lumayan, harga makanannya juga masih wajar dibanding kantin kelas sepuluh. Dan kantin yang paling besar dengan makanan yang banyak variasinya adalah kantin kelas dua belas. Fix, aku muter-muterin mata di part ini.

POV
Buku ini ditulis dengan pov campur. Ada pov 3 ada pov 1. So far oke, aku nggak terganggu karena perpindahannya bagus. Terus juga nggak ngasal pindah-pindah sesuka hati. Smooth lah.

Menurutku, buku ini gimana?


Karakter favorit?
Of course Dimas!


Quote favorit:
"Cita-cita itu sesuatu hal yang abstrak. Dia itu bentuk paling nggak jelas dari sebuah kata benda yang manusia buat. Sebaliknya, tujuan hidup itu justru sesuatu yang real." - Dimas Baron [- h. 295]
Profile Image for Rezza Dwi.
Author 1 book277 followers
May 27, 2017
Suka~~ Terlepas dari bahasa narasinya-yang-awalnya-kurang-cocok-denganku, aku perlu menyesuaikan dulu untuk beberapa bab awal. Ternyata, narasinya semakin ke sini semakin baik. Awal narasinya tipe bercerita yang menggebu-gebu(?). Teringat teenlit POV 1 zaman aku SMP-SMA dulu. Untungnya aku suka dengan selipan-selipan analogi dan metaforanya, walaupun kadang dalam satu paragraf munculnya terlalu keseringan.

Aku suka idealismenya Dimas, teringat pada diriku sendiri, LOL (aku ini orang yang suka protes kalo ada yang belum umurnya punya SIM malah punya SIM). Dimas yang senang berpikir realistis nan rumit itu justru memberikan kesan menarik tersendiri. Aku sedikit suka Biru, mengingat aku pun suka hal-hal yang berbau puisi dan analogi. Sayangnya, ya, aku setuju, Biru terlalu banyak drama. Dan aku cukup suka Nadhi karena setelah melalui berbagai drama dan nangis terus(maafkan aku, Nadh, aku sempat lelah liat Nadhi nangis terus), akhirnya dia bisa banyak belajar. Nadh, kenapa Pilot sih? Enakan Standard AE7 tauuu, itemnya lebih item /lah

Gimana kalau penggunaan caps jebol dikurangi untuk tulisan-tulisan selanjutnya? Hehe. Aku suka sih caps jebol gitu, apalagi kalo nyampah chattingan sama temen (lah si aku curhat lagi), tapi untuk ada di buku ... hmm, aku memilih tidak.

Sebenernya aku paham sih tujuan nyelipnya POV 3 di tengah-tengah cerita itu. Aku jadi melihat sisi lain tokoh lain selain si "aku" yang selama ini amat dominan di POV1. Aku sendiri pernah nulis yang tetiba POV 3 nyelip, tapi sekarang aku sadar kalau itu ... bikin nggak nyaman.

Begini, jadi kan Biru ini menyimpan rahasia dari Nadhi. Rahasia itu, untuk sudut pandang Nadhi, jadi bikin penasaran, tapi kemudian semua penasaran itu dilenyapkan dengan adanya POV 3 Biru yang menceritakan semuanya--dalam narasi--sebelum Nadhi tahu. Jadi, pas Nadhi akhirnya tahu, aku udah nggak dapetin feel kagetnya. Aku lebih suka kalau semuanya full POV 1 Nadhira. Sepertinya akan lebih ... ugh gitu. Akan lebih mengejutkan dan menyesakkan, menurutku (aduh ampun, aku emang sok tahu)

Aku tidak menyalahkan, atau mengiakan, beberapa pendapat yang bilang cerita ini magis. Menurutku, itu hanya masalah selera. Aku sangat amat menghargai perbedaan selera setiap individu. Dan aku pun menghargai penulisnya. Tapi, jujur, karena banyak yang bilang cerita ini magis, aku jadi berekspektasi cukup tinggi. Apalagi hype-nya yang 'wah'. Tapi, ternyata, seleraku hanya berbeda dengan yang lain.

Menyenangkan bisa mengikuti ceritanya. Puisi-puisinya bagusss. Suka sekali dengan analogi-analoginya. Suka juga dengan pesan-pesan yang disampaikan. Senang sekali akhirnya bisa jadi bagian yang mengikuti kisah antara Dimas-Nadhi-Biru. Selamat ya, Oda, untuk bukunya ^^
Profile Image for h.
374 reviews148 followers
July 9, 2024
First thing first. Aku gak mengalami genre romance semasa SMA, jari agak gak relate. Tapi ini tipikal novel romance anak SMA sekali sih. Love at first sight/fall in love sama cowok pentolan sekolah.

Seperti biasa, sering ketemu secara gak sengaja terus mulai nyaman dan galau-galauan. Karakter ceweknya (Nadhira) bikin gemes pengen ditampol gitu sih *upps* even a research article already tell me about: kalo algoritma otak orang jatuh cinta sama putus cinta itu beda jauh sama algoritma otak orang yg lagi gak di fase itu, jadi of course lah ya aku gak tau menau itu sama how does it feel exactly ketika adegan menye-menye si cewek yg galau perihal cowok/gebetan.

I like Dimas, aku suka cara dia konsisten prioritasin apa yg dia butuhin untuk kedepannya dan gak kedistrak sama sekali sama yg namanya cinta lol
Profile Image for Jess.
609 reviews141 followers
August 9, 2021
"Saya tidak tahu kenapa kita dipertemukan kalau kemudian kita saling menghancurkan."

Buku ini sebenarnya tackle a lot of issues yg mostly pernah dirasain semua orang waktu masih SMA termasuk aku. Seperti bullying, trauma masa kecil, kesakitan masa lalu, ketakutan akan masa depan, yah ciri-ciri identity crisis seperti cerita coming of age pada umumnya. Sebenarnya topik-topik seperti ini bisa dengan gampang bikin aku suka dan tertarik sama satu buku. Tapi downside-nya aku gak suka sama MC buku ini.

Aku gak suka sama cara ngobrol Nadhi sama Biru, mungkin memang writernya pengen ngebold karakter Nadhi dan Biru yg both love literary dengan nunjukin cara mereka bicara yg baku/gak baku slight puitis, tapi hal ini malah bikin aku lebih cringe dan sulit untuk relate sama karakternya, sulit juga bagiku untuk bersimpati ke relationship mereka berdua, karna udah merasa gak relate inilah jadi konflik dan topik SMA menarik yg aku sebutin diatas ketika di bawa lagi jadi gk berasa, karna aku udah gak se-peduli itu. Selain itu aku waktu baca buku ini kebanyakan kesalnya sih ke dua karakter utama ini, even udah mau abis aja ceritanya aku berharap they show some self improvement di karakter mereka tapi enggak juga.

The only character that I love from this book is Dimas, I love how he looks mature but also didn't make him all the way perfect. He still have some flaw and mistake that he made but at the end of the day his self improvement that I felt the most and satisfy me at the ending.

Penyelesaian konflik dari buku ini juga agak abu-abu. Kalau aku bicara tanpa extended ver-nya, penyelesaian dan alur di chapter-chapter akhir berasa cepat tanpa solusi yang jelas, mungkin ini jadi salah satu alasan kenapa ada extra chapternya di extended ver.

Honestly, tanpa extended version, aku bakal kasih buku ini 2.5 bintang. Extended chapter buku ini really save me from my frustrating feeling throughout reading this book, kyk aku baru ngerasain feelnya di extended ver ini.

Mungkin memang kalo aku berada di posisi Nadhi (anak kelas 2 SMA) I also could be that indecisive and annoying, makanya baca buku ini di umur sekarang agak kagok sih, perhaps klo aku bacanya waktu SMA atau tahun terakhir SMP, I would enjoy the story even more.

But after all, kudos to the author for bringing high schooler topic and problem into this book, really gave me a huge flashback sama vibes masa-masa sma.

P. S
Aku sebenarnya masih penasaran, Biru sebenarnya udah fully release from his past gk sih? soalnya I hate the way he talked like that to his wife, and the way his wife felt like an intruder..

P. S. S
Aku berharap banget sebenarnya si penulis bakal mengulik masalah hidupnya Dimas, soalnya dia karakter yg aku ngerasa relate banget, gimana dia harus berusaha fulfil his parents expectation dan selamanya hidup di balik bayang-bayang sang kakak #DimasDeservesBetter
Profile Image for Autmn Reader.
881 reviews91 followers
October 15, 2023
FULL OF RANTI!!!

PERHATIAN, BUKU INI NGGAK COCOK BUATKU YAK DAN BUKAN BUATKU. JADI SALAHKU BACA BUKU INI AMPE ABIS.

100 halaman terakhir aku skimming. Baca dialognya, rada skip skip buat narasinya dan ternyata dialognya alay parah. Terlalu berpuitis ria tapi nggak pada tempatnya.

Benci banget lagi aku sama Nadhira. Cewek egois yg ngerasa dirinya tuan putri dan harus diperhatiin semua orang. Terus ada Biru yang nggak jelas dan marah2 ke Nadhira tapi main peluk. Kek mau lu apa sih Ru.

Di bku ini aku cuman suka Dimas karena dia emang kayak manusia pada umumnya. Beda ama Nadhira dan Biru yang sok iyey banget kelakuannya tuh. Aku seneng sih pas Dimas ngomong gitu ke Nadhira di akhir. Wkkwwk. Terus Nadhira malh mau sok sokan gaslight Dimas.

Oh iya, selain dialog yg nggak natural, aku nggak suka sama bnyaknga huruf kapital di buku ini. Nggak santuy banget sih.

Oh ia, part tergaje adalah pas Biru ngomong ke Nadhira di makam. Hrusnya sedih, tapi Nadhira sama Biru-nya nggak natural ngobrolnya, jadi aku bergidik geli. Cringe.

Trus karena aku baca versi extended, adalah gambaran masa depan mereka yg makin nggak jelas ini. Wkwkw. Kek maksa bgt biar beda endingnya. Tapi ya sudahlah.
Profile Image for Air.
154 reviews13 followers
April 10, 2017
3.5 bintang!

Jatuh cinta sama segala macem analogi dan puisi yang ada di buku ini. Apalagi sama tokoh Biru! Cinta banget. Saya dapet magisnya Nadhira-Biru. Banyak juga pesan-pesan yang sampai ke pembacanya.

Cuma di pertengahan saya ngerasa Biru kelewat drama dan Nadhira agak ngeselin terhadap Dimas. Terus, kadang suka ada kesalahan tanda baca. Saya juga kurang sreg sama narasinya.

Secara keseluruhan, saya tetep suka. Banyak banget kutipan dan puisi bagus yang bikin saya bengong mikir gimana caranya kak Oda bisa ngerangkai kata-kata seapik itu hahaha
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews89 followers
February 7, 2017
8 - 2017

Novel debut yang menarik, aku suka bagaimana Oda membuat aku jatuh cinta dengan setiap karakter dalam novel ini. Sulit rasanya memilih antara Dimas dan Biru, dua-duanya punya kelebihan yang berbeda. Pantas saja Nadhira bingung dengan perasaannya sendiri.

Jangan bayangkan kisah ini seperti cinta segitiga biasa, tentang seorang wanita yang kebetulan dekat dengan 2 pria. Novel ini lebih rumit dari itu.

Yang jelas aku suka dengan puisi-puisi dalam novel ini, terasa sekali chemistrynya :D

Review selengkapnya menyusul
Profile Image for Shanya Putri.
345 reviews160 followers
July 24, 2017
Guilty pleasure, eh?

Pov yang diganti-ganti, Nadhira yang nyebelin, Biru yang "Rangga" banget, Dimas yang "Einstein" banget...

Aku kurang suka sama narasinya apalagi yang di awal-awal cerita. Tapi baca terus, aku tetep enjoy kok. Walau pun twist ceritanya udah ketebak duluan😂

Lumayan lama selesai bacanya. 10 hari gengs! Entah karena ceritanya, atau karena baca ebook (ini legal ya, aku baca di scoop bukan beli bajakan ew)😂😂
Profile Image for Utha.
824 reviews399 followers
January 2, 2017
Buku pertama di tahun 2017!
Iseng lihat di SCOOP, akhirnya unduh dan baca sambil nunggu pergantian tahun.
Cerita dan editannya ya begitu... :-)

87 reviews3 followers
September 18, 2021
7/9/2021-9/9/2021

Saya baca novel ini di Gramedia Digital dalam waktu dua hari. Tidak ada paragraf/halaman yang diskip. Tapi mengapa rating saya hanya 1 bintang? Satu hal yang mengganjal dalam novel ini adalah: karakterisasi. Itu penting sekali buat kenikmatan membaca saya.

Karakter di sini menurut saya kurang terasa real, masih one dimensional dan karakter cowoknya ngga kerasa seperti cowok. Saya bahkan diskusi dulu dengan beberapa teman sebelum menulis kritikan ini. Di sini, saya tidak hanya mengritik namun juga memberikan saran: yang saya sukai itu seperti apa? (Kan gak aci ya, kalau cuma mengritik tapi tidak memberi saran).

PERTAMA. Sepengamatan saya, laki² itu cenderung ga panggil "Kak" ke cowo lebih tua, langsung nama aja atau "Bang" (kalau jarak umurnya dekat, cenderung panggil langsung nama). Pengecualian dia itu tipe² cowo yg serius semacam anak OSIS atau OSN. Nah, dalam buku ini Dimas memanggil Biru "Kak" dan ini baru wajar soalnya emang karakter dia serius, nerdy. Kalau Biru (si anak tawuran) panggil Erlang "Kak" itu aneh, harusnya "Lang, Lang, Lang" aja atau "Bang Erlang."

Saya nonton anime Tokyo Revenger dan di situ Kiyomasa-kun serta Sano-kun diterjemahkan menjadi Bang Kiyomasa dan Bang Sano padahal orang Jepang dan masih SMP.

KEDUA. I imagine Dimas itu cowok nerdy, rapi, pokoknya kayak kurang maskulin. Tapi karakter begitu kan "outlier" ya, baiknya Nadhira mengatakan kalau Dimas itu beda dari yang lain.

Idealnya, memang dideskripsikan kalau Dimas itu man of the show. Unik. Outlier. Bukannya penulis suka banget menonjolkan betapa karakternya itu outlier, unik, dan snowflake ya? This is not gonna be that hard. Contoh:



----

Yang bikin aku off di novel ini adalah karakter Dimas yang "unik" ini dianggap "normal". Padahal dalam bayanganku dia ini "outlier". Orang kalau denger cowok nerdy debat sama cowok anak tawuran dengan bahasa fafifu wasweswos menyebut-nyebut Einstein dan elektron pasti mengernyit ga sih?

Dalam percakapan antara Biru dan Dimas yang bawa² Einstein di halaman (217), idealnya Biru jawab gini:



Reaksi orang saat mendengar si Dimas ceramah soal hukum² Fisika lazimnya "kaget" ya kan? Apalagi Biru anak tawuran, lazimnya tuh dia bakal "ngatain" nggak sih? Dia merasa Dimas tuh nerdy, culun, gak sekeren dia yang suka berantem. Eh malah Nadhira jadiannya sama Dimas. Sisi alpha male, kasar, dan egois Biru harusnya terpantik dong?

Btw Biru selalu dideskripsikan "kasar", suka berantem dan mukul, tapi kenapa dia gak ngatain cara bicara Dimas? Makanya ini kerasa gak real. Kerasa banget kalo ini tuh cerita.

----

Lalu saat Dimas menyanjung Nadhi dengan analogi yang ndakik-ndakik di hlm (267) "atom-atom selalu berusaha melakukan pergerakan elektron untuk mencapai stabilitas sesuai kaidah oktet. Gue mencari itu dengan berhubungan sama lo. Awalnya gue merasa kita bisa melengkapi satu sama lain. Sayangnya elektron lo melebihi kebutuhan elektron yang kurang di gue. Elektron gue kurang untuk melengkapi kekosongan jarak yang lo punya. Hasilnya kita..." kepada Nadhira. Lazimnya Nadhira terperanjat atau termangu-mangu dong mendengar gombalan yang tak lazim seperti itu? Kayak, "Ya ampun, kenapa kenapa kamu masih bawa-bawa Fisika sih, Dimdim? Aku kan jadi ketawa. Dasar orang pintar mah beda." Masa iya biasa-biasa aja waktu denger orang ujug-ujug ngomongin SAINS ndakik-ndakik dalam percakapan kasual?


KETIGA. Kejadiannya empat tahun sebelum Biru kelas 3 SMA. Biru masih SMP (13 tahun mungkin). Memang wajar Biru di sini panggil Erlang pakai "Kak", tapi agak aneh ketika Erlang membahasakan diri sendiri "Nanti akan Kakak balaskan dendamnya" kepada Biru (hlm 127). Why?

Lazimnya cowok umur 13 taun udah terlihat cukup gagah, bukan bocil lagi. Dan anak tawuran seperti Erlang biasanya punya fragile masculinity yang bikin dia merasa "banci" untuk membahasakan diri di hadapan cowok lain. Bahasa gampangnya, cowok hanya mengganti "gue" dengan "Kakak" atau "Abang" di hadapan cewek atau anak kecil, kalau bicara sama cowok yang bukan anak kecil tetap "gue" atau "gua". Maka dari itu, aku menyarankan dialog itu jadi begini:

----



----

Keterangan: Di sini, aku mengganti kalimatnya jadi lebih pendek dan informal karena cowok berandalan nggak bicara pakai kalimat panjang. Mereka kan gesit, reflek tubuhnya cepat, impulsif, beda sifat dong dengan para pemikir seperti filsuf atau nerd seperti Dimas?

Lalu aku juga menghapus penyebutan "Kak" dalam dialog Biru untuk menekankan sisi berandalan Biru yang biasa memanggil senior tanpa embel² sapaan senioritas. Karakter Biru dibuat kontras dengan Dimas yang memanggil Biru dengan sebutan "Kakak" karena Dimas digambarkan sebagai cowok "idealis" oleh Nadhira. Dimas juga tertib dan agak kaku. Manggil senior pakai "Kak" akan menonjolkan sifat idealis dan lurusnya Dimas.

(Untungnya di halaman 215 ada dialog Dimas kenalan dengan Biru dan Dimas emang panggil dia pakai "Kakak". Bagus! Sesuai dengan karakter.)

Tapi nggak apa-apa juga sih, Biru yang masih SMP memanggil Erlang "Kakak" (kalau sudah SMA baru terdengar nggak sesuai karakter). Namun lebih aneh adalah cara Erlang menyebut diri sendiri sebagai "Kakak" di hadapan Biru alih-alih menyebut dengan kata ganti "Gue". Cowok nyebut diri sendiri pakai honorific (Kakak/Abang/Mas) alih-alih "aku" atau "gue" itu biasanya kepada perempuan atau anak kecil.

PS: mungkin penulis membuat Biru memanggil Erlang dengan "Kakak" untuk menekankan kalau Biru masih SMP. Makanya kutambahkan informasi kalau Biru masih SMP di dalam dialog (yang sebelumnya nggak ada).

KEEMPAT. Waktu si Bobi ngomong pakai kata "per-tawuran-isme" itu agak OOC (out of character) sih. Orang yang ngomong "per-tawuran-isme" itu orang yang suka nulis, pemikir, paling nggak rajin ngetweet atau suka diskusi/baca buku. Anak tawuran tuh bahasanya cenderung gamblang, (kalau suka cognitive functions, anak tawuran tuh biasanya Se dom). Kalau Bobi berkata "per-tawuran-isme", baiknya digambarkan juga sifat Bobi yang suka berkontemplasi dan diskusi. Soalnya cowok impulsif yang doyan berantem gak gitu cara ngomongnya. Bahkan Biru, yang digambarkan "puitis bagai pujangga", kalau lagi nongkrong sama anak² tawuran bahasanya harus ikutan gamblang ceplas ceplos.

Kata "per-tawuran-isme" seperti sesuatu yang bakal diucapkan oleh Nadhira. Jadi enaknya kata itu ditulis dalam narasi dan bukan dialog.

"Tapi Nit, wajar aja kali cowok berandalan ngomong per-tawuran-isme pas lagi ngobrol santai. Gak usah anak yang suka ngetweet/diskusi. Itu kan cuma kata, siapapun bisa ngucapin itu."

Oke, bisa. Tapi baiknya reaksi teman² Bobi agak sedikit meledek saat Bobi mengucapkan kata itu. Contohnya:



Terasa lebih lively kan? Aksi-reaksinya kayak manusia beneran.

KELIMA. Biru anak tawuran tapi ngomong pakai saya saya-an ke Nadhira. Hmmmm.. kalau yang kayak gini Dimas sih nggak aneh. Tapi anak tawuran ngomong "saya" secara terus menerus ke cewek yang dia suka lazimnya menimbulkan pertanyaan kan? Tapi kenapa Nadhira biasa aja?

Enaknya kita buat dialog begini:

----


----

DISCLAIMER. Aku nggak apa² kok dengan adanya 'sikap OOC' dari seorang karakter seperti Bobi yang mengucapkan kata 'per-tawuran-isme' atau Biru yang bicara pakai kata 'saya' alih² 'gue'. Tapi hal kaya gitu kan lazimnya menimbulkan keheranan tokoh lain? Kecuali sekalian genrenya realisme magis atau world buildingnya beda dunia sama kita. Sekalian kalau cerita ini yang DREAMY dan whimsical malah gak apa-apa kalau dialognya aneh, dan TEATRIKAL. Tapi ini kan settingnya di Jakarta yang real, bukan Jakarta di universe lain.

Makanya, kubuat Nadhira kaget dengan Biru yang bicara pakai 'saya'. Tapi karena Biru cowok cool bandel anak tawuran, dia nggak menjawab alasannya karena 'kurang asik juga sih kalau harus dijelasin', iya nggak sih? Akhirnya Nadhira sendiri yang menyimpulkan kalau Biru bicara begitu karena Biru nyaman sama dia. Biru nyaman menunjukkan sisi pujangganya dia di hadapan perempuan yang dia suka (kalau sama laki-laki lain ya gengsi). Kan ceritanya empati Nadhira tinggi, suka mikirin perasaan orang (kalau suka cognitive functions, dia Fe user), makanya tanpa Biru jawab pun Nadhira udah peka.

LONG STORY SHORT!

1. Dimas mungkin INTP. 5w6. Unik. Eksentrik. Nerdy. Formal. Idealis. Patuh sama aturan. Anehnya, orang biasa² aja sama sikap Dimas? Nggak nganggap dia itu "aneh" atau apa. Dimas yang suka tiba² bawa teori Fisika pas lagi ngamuk itu lazimnya jadi bahan cengan anak tawuran kan? Apalagi anak tawuran yg lagi naksir pacarnya Dimas. Padahal penulis lain suka banget bikin karakternya "not like the other girls" "special snowflake". I think Dimas is the true snowflake, but the author makes everyone sees him as a normie?

2. Cara Erlang membahasakan diri sebagai "kakak" ke Biru itu feminin banget. Kecuali Erlang sifatnya seperti Dimas yang nerdy dan patuh aturan. Aku pas baca dialog ini, bacanya pakai suara cewek, bukan suara berat seorang laki² karena kalimatnya terlalu feminin. Biru juga lazimnya manggil Erlang dengan "Erlang" langsung, atau "Bang Erlang", atau "Mas Erlang" juga nggak apa-apa karena mengikuti cara Nadhira memanggil abangnya itu: Mas Erlang.

3. Cara Bobi mengucapkan per-tawuran-isme di tempat tongkrongan yg harusnya menimbulkan ledekan malah dianggap biasa. Itu membuatku bingung, karakter Bobi ini gimana sih sebenarnya? Apakah dia aslinya emang "filsuf" gitu? Kalau emang filsuf kenapa deskripsinya ga kaya filsuf? Kalau emang dia cuma bercanda, kenapa gaada yang nanggepin kata 'per-tawuran-isme' itu? Kata satu itu terdengar elitis banget dan lebih cocok digunakan orang yang suka nulis seperti Biru atau Nadhira sebagai narator. Kalaupun Biru ngucapin kata itu, ya jangan di tongkrongan! Kecuali mau jadi bahan cengan.

4. Saat Biru, sebagai anak tawuran, bicara pakai 'saya' ke Nadhi harusnya Nadhira bingung dan mempertanyakan itu. Iya aku tau Biru suka nulis puisi, iya aku tau sikap itu bukti sayang Biru kepada Nadhira, tapi ya harusnya dibahas dong? Nggak yang ujug² ngomong "saya-sayaan" tanpa menimbulkan keheranan.

---

Nit, kamu kok detail banget ngeritiknya? Nikmatin aja kali.

NO! Nit bukannya sengaja nyari kesalahan, tapi emang karakterisasi yang kurang kuat serta aksi reaksi yang nggak natural layaknya manusia ini mengganggu proses membacaku. Apalagi "suara feminin" para cowoknya di dalam kepalaku. Sulit untuk tenggelam dalam cerita ini kalau aku nggak merasa orang-orang dalam novel ini hidup beneran.

Kalau penulis milih diksi yang terdengar normal, aku gak akan ngerasa aneh. Aku bahkan lupa di novel² Indo lainnya penulis pakai gue-lo, aku-kamu, atau aku-kau. Soalnya penulisnya membawakan dialog itu dengan baik, jadi aku pas baca juga ga ngerasa ganjil. NAH pas baca Petjah aku ngerasa ganjil.

However, buku ini memiliki kelebihan: FLOW KALIMATNYA ENAK. Bisa dibaca cepat dan nggak tersendat. Seandainya kalimat di novel Petjah nggak ngalir pasti aku udah DNF sejak awal, tapi aku selesai baca novel ini.

Apakah aku tertarik membaca karya Kak Oda yang lain? YES ABSOLUTELY! Selalu ada kesempatan untuk berkembang. I love reading and I often read it not for fun but for learning purposes!

Sekian tanggapan dari saya mohon maaf dan terima kasih banyak.

PS: Kalau punya tanggapan, silahkan komentar di bawah.
Profile Image for Nurul Izzati.
12 reviews19 followers
December 25, 2016
Entah, daya magis yang dulu kental banget itu meleleh di mana...
Perubahan sudut pandang yang membuat saya sedikit kurang nyaman. PoV 1-PoV3 (hanya beberapa bab)-PoV 1-PoV3 (hanya beberapa bab). Tapi, pesan2 yg disampaikan manis sekali dan enggak menggurui. Suka...suka...
Profile Image for Amaya.
745 reviews57 followers
October 14, 2023
Actual rating: 1,8

Akhir-akhir ini rasanya susah banget buat bikin reviu jujur buat buku yang ratingnya di bawah 3. Di samping takut bikin orang kepengaruh sama reviu ini (yah, husnuzan aja dulu), rasanya kurang pas aja menyampaikan segala keluhan karena balik lagi, ini masalah selera. Bagiku, buku ini cocok buat orang yang suka sama tipe narasi (dan dialog) penuh metafora, analogi, dan quotable. Oh, pencinta puisi juga boleh banget baca buku ini.

Yang pasti, ini bukan selera rasaku aja.
Profile Image for Ainay.
418 reviews78 followers
August 8, 2021
Page turning, yes.
Menghibur di 100 hal pertama, yes.

But pada dasarnya aku nggak suka dengan dialog yang ndakik-ndakik-sastrais-anak-indie-pengejar-senja. Dan susunan plot banyak yang bikin "hah? kok tiba2 gini?" ngecek halaman buat memastikan apa aku gak sengaja nge-double swipe. Kalo sikap dramatis Nadh dan Biru sih okelah ya meski nyebelin banget, namanya juga remaja
Profile Image for Haricahayabulan.
30 reviews2 followers
February 20, 2017
Novel yang disuguhkan dengan aroma sastra ringan beserta puisi-puisi indahnya, Kak Oda Sekar dengan segala perpaduan pemikiran-pemikiran idealisme, sosial, dan sains, mampu menciptakan novel "Petjah" dengan penuturan ringan yang magis.

Untuk genre teenfiction, buku ini saya rasa pantas untuk dibaca usia remaja, sebab buku ini tidaklah selalu fokus urusan cumbu belaka dan baper-baper yang kurang penting seperti novel genre sama pada umumnya.
Ada khasus remaja yang memang patut dilirik untuk dihentikan dan Kak Oda mampu menyelesaikan perkara yang ada di dalam novelnya secara bijak.

Terima kasih kepada Kak Oda Sekar atas sajian bacaan serta puisi-puisi hangat dan senikmat mug isi cokelat milik Nadhira, seteduh payung milik Biru, dan seunik pemikiran Einstein dalam pikiran Dimas.

Salam Pembaca,
Semangat menulis untuk Kak Oda dan semua yang cinta menulis.
Profile Image for Nurul.
310 reviews38 followers
August 26, 2018
Jadi Petjah bercerita tentang Nadhira yang dipermainkan oleh semesta karena ketemu sama seorang cowok, namanya Biru. Biru ini keliatannya doang kayak di depan dia itu tukang tawuran, ngerokok, pokoknya macem cowok yang populer di sekolah gitu. Tapi, di dalemnya ya dia itu ternyata suka buat puisi yang kelam gitu, rapuh sama masa lalu dia yang gelap. Masalahnya, si nadhira itu kenal sama Biru dari sisi lain cowok itu jadi dia juga ngga bisa ngejauh. Ditambah lagi Dimas--cowok yang dia suka dari setaun yang lalu itu tiba-tiba jadi baik sama dia.
.
First of all, saya mau bilang kalo saya udah pernah baca ini tapi kayak kurang sreg sama endingnya. Saya itu tipe pembaca yang ngga suka open ending hehe jadi pas tau ada versi extendednya wah saya seneng dong karna ada beberapa part yang lebih ngejelasin endingnya dan bener aja endingnya jadi lebih jelas yaa walaupun ada beberapa yang kurang dijelasin (fyi, saya itu pembaca yang lebih suka dijelasin secara detail hehe *gak ada yang nanya* *kabur*)
.
Untuk gaya penulisannya itu bikin nyaman pas baca sih ditambah lagi kayak universe di buku ini magis-magis gitu mungkin karna diksinya juga kali ya dan ditambah puisi-puisinya yang bagus-bagus hehe, jadi ngingetin saya sama AADC, tapi tenang, ini beda kok.
.
Terus karakternya itu kuat, jadi pas selesai baca tokoh-tokohnya masih kebayang-bayang gitu haha. Biru yang manis banget mulutnya, Nadhira yang labil dan ngeselin dan Dimas yang idealis dan Einstein abis tapi saya suka banget kalo si Dimas ini mulai kayak Einstein gitu jadi ketauan cerdasnya heuheu.
.
Daan pas pertama kali baca itu saya bener-bener jatuh hati sama si Biru tapi kok pas baca kedua kalinya kayak apa ya malah lebih suka Dimas gitu haha. Entahlah.
.
Jadi saya kasih 4 bintang hehe. Teenlit yang wajib dibaca nih karna ngga mainstream.
Profile Image for Gita Karmani.
430 reviews15 followers
March 14, 2017
2 bintang.
Bukan jelek, tetapi okey. Kovernya cantik, ide ceritanya cukup menarik, puisinya bagus dan kreatif sebagai pemicu konflik cerita. Saya suka. Memang beda dari novel remaja kebanyakan. Berpotensi bagus sebenarnya, hanya saja menurut saya penulisannya ya begitu :)
Intinya, saya tetap menikmati karyanya. Semangat berkarya lagi ya, Oda Sekar Ayu!
Profile Image for Harumichi Mizuki.
2,430 reviews72 followers
March 26, 2024
Ini buku kedua Oda Sekar Ayu yang kubaca setelah Teka-Teki Jatuh Cinta. Tokoh Elmira dari novel itu ada di Petjah sebagai sahabat Nadhira, sang tokoh utama. Dan jujur aja aku baca Petjah karena penasaran dengan tokoh sahabat Elmira ini. Berbeda dengan Teka-Teki Jatuh Cinta, nggak ada unsur supernatural dalam Petjah. Kecuali kalau kebetulan beruntun yang mempertemukan para karakternya ini bisa dibilang kejadian supernatural, 🤣

Nadhira adalah gadis pecinta sastra yang memilih tinggal bersama pakde dan budhenya di Indonesia daripada pindah bersama kedua orangtuanya ke Moscow. Kedua orangtuanya pindah untuk melarikan diri dari rasa sakit karena meninggalnya anak pertama mereka, Erlang, dalam insiden tawuran sekolah.

Anehnya, Nadhira justru memilih masuk ke sekolah kakaknya yang masih punya tradisi tawuran sampai sekarang. Dia lalu masuk kelas aksel dan suka dengan Dimas, teman sekelasnya. Tapi sayangnya sudah setahun ini Dimas membencinya. Itu karena Nadhira pernah mengalahkan Dimas dalam ujian masuk dan dia bersorak keras sekali tanpa sadar bahwa kakak Dimas ada di belakangnya. Dimas bisa dibilang murid yang sering jadi rival para murid sekolah Nadhira dalam berbagai perlombaan sejak SMP. Siapa sangka keduanya akhirnya jadi teman satu sekolah. Sekelas pula.

Nadhira lalu berkenalan dengan Biru, anak kelas 3 yang dijuluki King of the Kings. Biru terkenal sebagai sosok pemimpin tawuran brutal yang ditakuti. Uniknya, dia punya aturan main: dilarang bawa senjata saat tawuran. Namun, anehnya tingkahnya di depan Nadhira sungguh berbeda. Hanya Nadhira yang tahu kalau bakat menulis puisi Biru sangat mengagumkan.

Namun, Biru kemudian menjauh dari Nadhira. Semua karena sebuah insiden mematikan yang menewaskan kakak Nadhira, Erlang, dalam tawuran di SMA itu. Memang apa hubungannya Biru dengan Erlang?

Percakapan antara Nadhira dengan mamanya ini sungguh dalam.

"Terus kenapa dengan Biru, Nadh?"

"Dia tukang nonjok adik kelas, Ma. Kerjaannya tawuran, hidupnya berantakan. Dia punya bakat hebat jadi penyair, tapi dia seperti menolak bakatnya itu. Nadhi berusaha membuat dia lebih menghargai kehidupannya, tapi dia bilang ke Nadh kalau itu nggak baik. Dia nggak baik buat Nadh. Itu berarti dia benci sama Nadh karena Nadh sok tahu dengan kehidupannya dia kan, Ma?"

Mama tersenyum penuh pengertian. Aku ingin memeluk Mama sekarang tapi sayang teknologi belum secanggih itu.

"Terkadang ucapan dan keinginan itu berlawanan, Nadh. Orang yang meminta tolong dengan jeritan 'jauhi aku' atau 'aku baik-baik saja' itu banyak sekali, Sayang. Kamu yang mengenal Biru pasti lebih tahu apa dia memang butuh dibantu atau nggak. Kalau memang dia merasa bantuan yang kamu kasih sejauh ini nggak baik, berarti cara kamu yang belum tepat. Mungkin kamu terlalu menggurui? Atau kamu merasa hidup kamu yang paling benar dan hidup dia salah? Jadilah teman yang mengarahkan, Nadh. Bukan tukang sulap yang mengubah dia jadi proyeksi yang kamu harap."

(halaman 152, percakapan Nadh dan Mamanya yang sedang di Moscow via video call)



"Jadilah teman yang mengarahkan, Nadh. Bukan tukang sulap yang mengubah dia jadi proyeksi yang kamu harap." Ini bagian yang paling aku suka dari nasihat Mama Nadh. Benar, tugas kita sebagai teman adalah mendampingi dan memberikan alternatif-alternatif yang sekiranya baik untuk teman. Bukan memaksanya berubah jadi seperti yang kita mau. Sangat mengena di hati. Seringkali justru karena kita sayang pada seorang teman, kemudian kita malah memaksanya berubah.

*

Di pertengahan sebenarnya aku agak gak fokus dengan novel ini. Agak bosan karena dramanya muter di hubungan Nadhira, Dimas, Biru aja. Katanya Nadhira anak aksel, kok adegan belajarnya gak terlalu mendominasi?

Namun, begitu Nadhira konflik dengan Dimas dan cowok itu menegur Nadhira yang seolah menganggap dirinya sebagai pusat gravitasi orang-orang di sekelilingnya dan bersikap egois, minatku pada novel ini kembali memuncak. Sering memang ketika kita sibuk dengan drama masalah pribadi, kita jadi nggak peduli dengan masalah lain.

Narasi novel yang mempertanyakan, "Tak bolehkah orang sesekali egois dalam hidupnya?" membuat novel ini jadi terasa begitu humanis. Dia menampilkan para tokoh apa adanya, lengkap dengan kembuletannya masing-masing. Tapi tidak menghakimi mereka.

Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
June 28, 2017
** Books 218 - 2017 **

3,7 dari 5 bintang!

Sebelumnya jujur saya bisa dikatakan agak anti membaca karya-karya di watpad yang mendadak diterbitkan oleh penerbit mayor dengan embel-embel "telah dibaca lebih dari 15 juta kali di Watpad" semacamnya bukan apa-apa saya meragukan kualitasnya

Akan tetapi saya tidak boleh menyamakan bahwa hasil kualitas karya di watpad ini semuanya sama ternyata setelah saya membaca buku ini yang direkomendasikan sama teman-teman Bookish Indonesia ceritanya bagus saya suka!

memang sih ceritanya cukup teenlit banget mengingatkan saya era saya di jaman SMP dan SMA yang masih getol-getolnya membaca Fairish, Love in prague dan Eiffel i'm in love (ketahuan deh umurnya berapa wkwkwk) tapi yang membuat saya sukanya konsep ceritanya yang cukup 'dark-angst' lalu disertai puisi-puisi yang lariknya indah saya juga suka (sebut saja saya konservatif, saya malah kurang suka dengan puisi modern tumbler seperti The Princess Saves Herself in this One by Amanda Lovelace) nilai plus lainnya karena si penulis tampaknya YG Stan juga. *lirik ada G-Dragon dan CL didalamnya hohoho.. :p

Meski terlepas editannya yang kurang oke menurut saya dan penggunaan bahasa diawal-awal cerita yang membuat saya mengernyitkan dahi tapi saya suka dengan alur ceritanya yang tidak hanya sesama anak SMA yang saling suka diam-diam dan akhirnya happy ending dengan berakhir jadian. Ada cerita lain dibalik itu semua yang membuat saya jadi ikutan terbawa sedihnya.

Makin seru lagi saya dapat pengetahuan baru tentang salah satu SMAN favorit dan terkemuka di Jakarta Selatan yang diwilayah Bulungan itu. Hahaha jujur saya penasaran mau baca buku ini juga karena ada istilah utas, aud dan agit dimana ternyata itu julukan untuk anak-anak kelas satu, dua dan tiga di SMA tersebut. saya juga baru tahu saking tingginya senioritasnya kantin pun sampai dibedakan mana yang kantin buat utas, aud dan agit. Jangan coba-coba kalau kalian masih utas nongkrongnya di kantinnya agit. Saya merasa beruntung karena di SMA saya yang notabenenya sekolah islam terkemuka di Jakarta (Gak saya sebutin pasti juga tahu wkwk) gak ada yang namanya senioritasnya sampe segitunya.. anak kelas sepuluh, sebelas dan dua belas duduk makan di kantin yang sama tidak ada perbedaan. perbedaan yang terlihat mungkin semakin tua seragamnya makin ketat atau junkies istilahnya. kalau anak kelas sepuluh masih alim biasanya seragamnya panjang2 hehe.

Terimakasih Scoop Premium!
Profile Image for Putri Salsabila.
82 reviews
June 4, 2022
Woowww...saya suka premis bagian chapter awal buku ini, sangat menarik dan manis. Puisi-puisi karya tokoh perempuan didalamnya pun sangat menyentuh hati. Hanya saja bagian konflik antar sahabat dan kaitan-kaitan dengan kejadian masa lalu tokoh masih kurang "greget" 😆
Profile Image for Aoi Matsuzaki.
60 reviews
March 10, 2017
Maafkan saya Kaka Oda, sebenarnya saya belom baca ulang heheheh.

Uhuk. Oke. Saya mulai review-nya

Pertama, saya minta maaf banget, karena alasan saya ikutan PO Petjah itu cuman dua; gara-gara penulis wattpad favorit saya pada bilang buku ini punya efek magis (jadi saya pen ngebuktiin gitu) dan saya suka puisi Pulang-nya. Iya. Alesan saya cuman itu.

Jujur, waktu baca di Wattpad, saya cukup suka sama bagian Biru-Nadhira di rumah sakit itu, waktu si Biru sekarat. Karena apa? Karena efek magisnya berasa, puisi Pulang-nya bikin merinding, dan dramanya Biru jadi ke-cover.

Di versi cetaknya sendiri, ada beberapa editan. Contohnya kayak kata ganti 'gua-lu' yang jadi 'gue-lo', scene waktu Nadhira nendang kakinya Biru yang seinget saya nggak sebanyak itu di Wattpad-nya (saya suka ini diedit karena jadi ada penjelasan tentang kejadian itu di chapter selanjutnya), dan bagian pembuka yang lumayan memikat.

Saya bener-bener ngerasain efek magisnya, serius, tapi cuman sampe PL Fair doang, dan lenyap begitu aja abis ambil minum. Abis bagian itu, saya bacanya datar aja, nggak ada ekspresi, nggak ada rasa tergugah.

Di Wattpad, saya lebih suka sama Biru. Tapi di versi cetak, saya jadi prefer ke Dimas karena dia jauh lebih realistis dan nggak sedrama Biru.

Saya nggak suka gimana Nadhira terlalu mencampuri urusan Biru sampe segitunya, drama mereka yang berkelanjutan, penyesalan Nadhira yang berlebihan padahal kan itu salah dia sendiri. Dia cinta sama siapa memangnya? Dan, saya belum nemu amanat manis, sisi pendidikan Indonesia (perasaan cuma pas di bagian Dimas itu deh. Sedikit banget), dan bully-nya entah kenapa nggak bikin saya sesimpatik pas baca di Wattpad. Tokohnya sendiri, saya ngerasa Nadhira itu cukup alay, lumayan drama, terlalu campur tangan urusan orang lain. Biru terlalu emosional, dan saya nggak suka itu. Sedangkan Dimas, kenapa sikap dia cepet banget berubah baik ke Nadhira? Dan gaya pacaran mereka terlalu manis menurut saya.

Actually 3,1 stars.
Profile Image for Lievadiar.
147 reviews16 followers
January 17, 2018
Judul : Petjah
Penulis : Oda Sekar Ayu
Penerbit : Elex Media Komputindo
Jumlah halaman : 328
Tahun terbit : 2017

Buku yang kuhabiskan pertama kali di 2017!

Berhubung ini teenlit, aku berada di #TimBiru selalu, beda cerita kalau ini kisah mereka usai masa sekolah, saat-saat kuliah maybe or saat mereka semua sudah dewasa, kemungkinan besar aku akan berpindah haluan ke #TimDimas

Petjah itu asli PETJAH bangeeeett, adek-adek remaja Indonesia butuh teenlit macem Petjah gini.
Aku suka puisi Biru dan Nadhi, astaga speechless deh pokoknya. Magis banget. Merinding bacanya.

Terusnya cerita SMA di sini nggak se-mainstream cerita anak SMA biasanya. Bahkan Nadhira dan Dimas merupakan siswa kelas akselerasi, di sini aku jadi tau oh ternyata gini cerita anak akselerasi. Guyonan Fisika-Kimia nya ituloh bikin gemes. Narasi dan dialognya pas, diksinya enak banget. Oh ya, agak terhibur juga dengan penggunaan kata agit, aud, dan utasnya hahaha.

Kenapa aku nggak di #TimDimas ? Karena bagiku Nadhi usia SMA memang lebih cocok dengan Biru, chemistry keduanya nggak tau kenapa lebih pas menurutku daripada Nadhi dengan Dimas, di luar dramanya si Biru ya..

Biru itu bukan bad boy kok.. Biru itu cuma cowok baik-baik yang teraniaya oleh masa lalu :')

Btw aku penasaran sama Nila dan Erlang. Berharap akan ada kisah mereka sih entah kapan tapinya.

Dan hey.. ini udah setahun terbitnya Petjah dan sekarang ada extended versionnya (walaupun saya belum beli yang versi baru), semoga semakin Petjah ya!

"Satu dari seribu, aku mau kamu."


"Satu dari seribu, memang harus kamu."
2 reviews
January 3, 2017
3 bintang untuk Petjah.

Pas baca cerita ini di wattpad, saya gegulingan di kasur sampe rasanya mau koprol, salto, dan sebangsanya. Saya suka banget sama karakter Biru dan Dimas. Dan benar kata orang, novel ini punya daya tarik magis (mungkin karena puisi-puisi Nadhira dan Biru maupun kejeniusan Dimas yha).

Kemudian, saya baca versi buku (fyi, saya ikut PO gelombang pertama). Dan sayangnya menurut saya daya tarik magisnya di versi buku ini nggak sama ketika kontennya masih di wattpad. Saya nggak senyum-senyum atau mendadak pengin koprol. Entah apa alasannya (mungkin lo lagi sariawan dan kebetulan sakit pinggang// ga deng, saya sehat walafiat pas baca petjah).

Konfliknya... saya suka. Tapi penyelesaian konfliknya? Aih, Biru, Nadhira, kenapa kalian begitu drama??? Saya rolling eyes pas bagian Nadhira mendengar pengakuan Biru. Memang sih bagian-bagian menuju akhir cerita cukup menganggu saya, tapi masih bisa dimaklumi kok karena konfliknya emang berat banget.

Saya suka Biru maupun Dimas. Karakternya dapet banget. Semua tindakan yang mereka ambil itu masih bisa diterima oleh saya. Yang nggak saya suka itu Nadhira. Pas di pertengahan cerita dia itu ngeselin abis. Cowoknya siapa, tapi dia pedulinya ke siapa. Kamu cinta sama siapa si Nadh? Kasian banget cowokmu digituin.

At least, ceritanya bagus, punya makna yang dalam, cara penyampaiannya juga ngena. Recommended banget buat kalian yang ingin baca cerita teenlit yang dibumbui sesuatu yang "berbeda". Novel Petjah emang pecahh!!!

Semoga Alfa & Omega-nya segera menyusul ya Kak Oda. Ditunggu lho~
Profile Image for Nining Sriningsih.
361 reviews38 followers
September 24, 2018
*bisa pinjam di bookabuku.com yaach..
=)
*memutuskan beli novel'y di IIBF, beli yg Extended..
sayang novel sebagus ini, cuma baca di iPusnas aja, wajib punya novel'y..
:D

"sekeras apa pun kamu mencoba, harapan itu tidak pantas untuk kamu perjuangkan." hal 252

"salahkah bila manusia menjadi egois pada satu masa hidupnya ?" hal 261

"paling mudah memang menyalahkan orang lain. paling sakit adalah menyalahkan diri sendiri." hal 283

"lebih baik pernah mencintai lalu kehilangan, daripada tidak pernah mencintai sama sekali." hal 283

" terkadang, cinta tidak membutuhkan keberadaan. seringnya, cinta justru merelakan." hal 322

" buat apa mencintai jika hanya saling menyakiti ? perpisahan mereka menyakitkan, tapi itu jadi pelajaran berharga untuknya." hal 322

" apa kamu pernah berpikir kalau-kalau dia belum menemukan orang yg bisa menyatukan dirinya ?." hal. 324

kereeeeen..
sukaaaaa..
jadi mengingatkan q pada jaman waktu SMP & SMA..
:*

kok agak nyesal yaa, setelah baca yg versi Extended'y..
udah bagus ending cerita novel yg biasa, yg Extended malah bikin q jd patah hati..
:'(
Profile Image for cindy.
1,981 reviews156 followers
March 8, 2017
Gak jelek sih, tp kepanjaaaaaaangan. Kl sj suntingannya sedikit lbh tega memadatkan isi, kurasa bisa lebih to the point ceritanya n lbh enak dibaca.

Inti kisah ini sebenarnya gak rumit2, Udah gitu aja. Tarik ulur ceritanya jg gak banyak, malah banyakan remah2 cerita yg bikin kekenyangan pas bacanya, dan bikin pengin skimming-skipping. #eh

Satu lagi, pas awal kupikir male-lead-char-nya adalah Dimas. Lha wong pake acara i-luv-u-but-u-hate-me setahun abis segala kok (duh jd inget Yoo Jung-Hong Soul CITT). Eh tiba2 temanya berubah jd AADC, saat Cinta memusikalitaskan puisi Rangga. Daaan saat demikianlah resmi male-lead-char-nya pindah kepada Biru. Oops... *lalu joged la la land* #dikeplak

Tp bgmnpun, yg plg kusuka dr novel ini... adalah nama2 karakternya, terutama Ambrosius Biru dan Dionisia Nila. Keren nih orang tua mereka mencarikan nama anak. :)
*terus tiba2 jd pengin nonton Tokyo Bandwagon lagi, Ao imu* :))

NB, Puisi-puisinya baguuuusss. Suka bagian puisinya!!!
Profile Image for Uswatun Hasanah.
23 reviews3 followers
May 23, 2017
baca bukunya dan belum pernah baca di wattpadnya, bagi saya yg baperan, saya kebawa nangis, puisinya bagus2, kelamnya dapet, coba ada adegan tambahan yg nggak kelam. ketemu sama biru lalu ceruta bersama lalu... ada lanjutannya gitu hehe
Displaying 1 - 30 of 180 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.