Jump to ratings and reviews
Rate this book

Petang Panjang di Central Park

Rate this book
“Alangkah berbahayanya musim semi. Ketika bunga-bunga bermekaran, hati manusia pun menjadi bungah, menjadi lahan subur untuk menumbuhkan cinta.”

Buku ini merupakan manuskrip lengkap kiprah Bondan Winarno sebagai penulis cerpen. Terhimpun di dalamnya dua puluh lima cerpen yang ditulis sepanjang masa 1980 hingga 2004. Kesemuanya telah terbit di berbagai media massa dan sebagian besar memenangi sayembara kepenulisan.

Cinta, pilu, luka, dan kesepian disajikan dalam cerita-cerita kompak dengan bahasa sederhana. Semua merupakan potret romansa hidup manusia dari berbagai belahan dunia dengan banyak latar peristiwa. Sejarah boleh berganti, tetapi percik-percik keindahan akan abadi melintasi generasi. Cerpen-cerpen ini merupakan jeda permenungan, agar sejenak lepas dari pikuk duniawi, sekaligus juga bacaan pengasah hati.

Membaca buku ini serupa menyusuri jejak-jejak Bondan Winarno dalam sastra Indonesia, sekaligus menegaskan kembali posisinya sebagai pencerita ulung.

360 pages, Paperback

First published December 1, 2016

12 people are currently reading
87 people want to read

About the author

Bondan Winarno

29 books9 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
19 (16%)
4 stars
52 (46%)
3 stars
37 (32%)
2 stars
4 (3%)
1 star
1 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 41 reviews
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
December 23, 2016
Di buku inilah saya merasakan bahwa Bondan Winarno benar-benar mudah sekali bercerita. Dan di buku ini adalah manuskrip lengkap dari cerpen-cerpen Bondan Winarno sebelum dikenal publik sebagai pakmaknyus. Cerpen-cerpen realis yang manis dengan latar-latar keindahan pojok-pojok dunia. Yang bikin buku ini sebagai harta karun sastra indonesia juga adalah banyak cerpen yang memenangi sayembara menulis. Ada Doa Seorang Perawan, Santa, Gazzele yang benar-benar sederhana tapi kemudian ada tikungan di akhir.

Cerpen yang dijadikan judul, adalah cerpen yang mengulik sebuah perasaan cinta terlarang. Silakan dibaca bagi penikmat cerpen Indoensia
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
March 5, 2017
Membaca karya pak Bodan tentu menjadi hal baru bagi saya, Pak Bondan yang selama ini kita kenal dengan "maknyus" itu ternyata juga dikenal sebagai penulis cerita pendek yang ajaibnya, keren-keren. Ini saya baca langsung dari buku ini. Bagaimana tidak, beberapa dari cerpen ini sudah malang melintang di koran nasional kita dan saya luput dari membacanya. Jadi ketika pak Bondan mengeluarkan sebuah buku kumpulan cerpen bertajuk Petang Panjang di Central Park saya langsung penasaran. Karena meski tahu bahwa pak Bondan sudah akrab dengan dunia tulis menulis sebagai jurnalis, saya sendiri tidak tahu kalo beliau juga menulis cerita pendek.
Apa yang berusaha beliau sampaikan dalam ceritanya benar-benar sebuah gambaran utuh dari berbagai macam orang yang merindukan hal-hal sederhana dalam kehidupan. Cinta, pengorbanan, kasih ibu dan segala hal seperti itu menjadi tema yang diangkat secara lincah dan seringkali dengan enteng. Pembaca seperti diajak untuk meihat sebuah pertunjukkan yang dirancang oleh pak Bondan karena seringkali sang narator bersikap di tengah-tengah dalam sebuah konflik. Akhir kisah yang seringkali mengejutkan juga menjadi ciri khas cerpen-cerpen pak Bondan, seringkali ketika membaca cerpen pembaca sudah main tebak ending yang membuat harapan kita merasa perlu untuk dipenuhi tetapi akhirnya selalu ada hal yang mengejutkan bagi ending yang dihadirkan pak Bondan. Kisah-kisah ragam manusia dari berbagai belahan dunia ini tidak saja memperkaya pengetahuan dan khasanah bacaan kita tetapi juga membuat kita menyadari bahwa pada dasarnya semua manusia merindukan hal-hal basic yang sama. Semua persoalan manusia yang terjadi di negara kita ternyata juga bisa terjadi di belahan negara lain yang kita anggap sudah maju dan kaya peradabannya.
Hal-hal ini membuat cerpen dalam buku pak Bondan menjadi kaya akan warna, kita diajak tamasya dengan berbagai kisah yang membuat kita berdecak kagum atau bersedih akan endingnya yang tragis. Seperti kata Teguh Afandi dalam pengantarnya, cukuplah bahwa kisah-kisah dalam buku Petang Panjang di Central Park ini menjadi semacam kisah penghangat dada.
Profile Image for Arif Abdurahman.
Author 1 book71 followers
December 7, 2018
Cerpen-cerpennya metropop ala teenlit. Kebanyakan premisnya hampir serupa, seorang lelaki ketemu cewek cantik (seringnya femme fatale), lalu berakhir di ranjang atau kandas. Hanya ubah latarnya doang.
Profile Image for afatsa.
51 reviews2 followers
August 22, 2018
Tidak menyangka bahwa pak Bondan Maknyuss berlatar belakang sebagai wartawan dan penulis. Beberapa cerita di buku ini banyak mengambil wartawan dan penulis sebagai tokoh utamanya. Gaya penceritaan tahun akhir 1980an masih sangat bisa dinikmati.

Beberapa cerita yang disajikan di paruh akhir buku malah sangat menarik. Maknyuss, pak Bondan.
Profile Image for Evita MF.
92 reviews8 followers
April 9, 2018
Saya baru tahu kalau Pak Bondan Winarno adalah seorang penulis melalui buku "Petang Panjang di Central Park". Buku ini berisi 25 cerita pendek yang ditulis dari tahun 1983 sampai 2004. Cerita pendek tersebut pun sudah pernah dimuat di beberapa koran, majalah dan bahkan pernah memenangkan lomba menulis cerita pendek.
Cerpennya kebanyakan bertemakan cinta, pilu dan kesepian. Hal yang saya sukai dari cerpen-cerpen pak Bondan adalah beliau mengambil latar tempat dari berbagai belahan dunia dengan berbagai latar peristiwa, dan selalu ada kejutan di akhir cerita. 2 Cerpen favorit saya yaitu Doa Seorang Perawan dan Petang Panjang di Central Park. Ahh... dua cerpen yang penuh kesedihan.
Profile Image for S.S..
13 reviews2 followers
October 14, 2018
Ini buku memang luar biasa. Pak Bondan benar benar membuat aku kehilangan kata kata. Harus berkata apa, selain kekaguman yang tiada tara dari untaian kata katanya.
Profile Image for Nina Majasari.
134 reviews3 followers
March 29, 2025
Di halaman pertama, Seno Gumira memberikan pernyataan, "Bondan Winarno adalah penulis piawai, dalam arti terjamin enak dibaca, memberi pengetahuan, dan seleranya berkelas — yang terakhir ini sering gagal dihadirkan penulis lain."

Hmmm.. Selera berkelas tuh yang kayak gimana sih? Penasaran, saya bungkus dan saya lahap deh untuk mengetahui, apakah ceritanya "Mak Nyus" ataukah "Top Markotop".

Berhubung lagi males bikin resensi, jadi saya comot aja yang jadi inti sari cerpen-cerpen di buku ini, supaya teman-teman dapet gambaran tentang isi kumpulan cerpen ini.

Bologna Milano
Bono mengenal Tiziana Gironi di Frankfurt pada salah satu pameran buku internasional. Sekalipun Tizi yang cantik itu selalu menarik perhatian Bono, tapi hubungan mereka tidak pernah lebih dari surat menyurat. Surat menyurat itu pun bukan tentang hal-hal pribadi, tetapi tentang kerja sama penerbitan mereka.

“Kenapa tidak singgah dulu ke Milano sebelum ke pameran buku di Bologna? Kau bisa menjenguk kantorku dan kita bisa makan siang bersama."


Rumput
"Kita merokok ini saja," katanya, dengan tekanan pada kata kita.
Pelan-pelan ditariknya sebatang rokok. Tak berfilter. Gulungannya pun tak rapi. Dijulurkannya rokok itu padaku. Kupandangi rokok sebatang itu. Lalu kupandangi Malicca. "Ada rumputnya, ya?" tanyaku. Malicca mengangguk ringan.


John Charles Showerd
Ia dulu bekerja sebagai juru potret surat kabar The New York Times yang dikirim ke Indonesia untuk meliput konferensi Asia-Afrika. Tetapi, sebelum ia pulang ke New York, tiba-tiba pemberontakan PPRI meletus. Di medan perang itulah ia kehilangan seluruh dokumen pribadinya. Dompetnya dirampas, paspornya dirobek-robek, dan alat pemotretnya pun disita. Kedutaan Besar Amerika Serikat tidak bisa menolongnya karena ia tidak mempunyai keterangan yang lebih lengkap. Orang-orang Amerika di Jakarta yang dijumpainya pun hanya bisa bersimpati.

Nyaris menjadi gelandangan, ia pun melapor ke kepala polisi negara. Tetapi tidak satu kekuasaan pun berhasil menolong Tuan Showerd dan menerbangkan kembali ke negeri asalnya.


Rudy dan Kami
"Well, Presiden Reagan kan sudah bilang. Bila temanmu kehilangan pekerjaan, maka kau tahu arti resesi. Dan bila giliranmu kehilangan pekerjaan, maka barulah kau tahu arti depresi," Rudy mengatakan begitu sambil tangannya yang berminyak memegang lengan jaketku.

Telepon
"Rasanya aku belum pernah melihat karya ilustrasi artis Indonesia," katanya kemudian.
"Buku kami memang tak laku di luar negeri. Bahasa kami hanya mirip dengan bahasa dari satu negara lain."
"Lalu bagaimana kau akan memakai gambar-gambarku?"
"Gampang. Kuberi kau nanti beberapa uraian tentang ilustrasi yang kuperlukan."
"Tetapi aku tak tahu warna dan karakter negerimu."
"Jangan bantah dulu. Aku bisa mengirimkan foto-foto tentang negeriku, juga buku-buku bergambar tentang negeriku."
Ia terdiam menatapku. Abu-abu matanya begitu bagus. Warna antrasit.
"Siapa sih warnamu?" tanyanya asal-asalan.
Kukais kartu namaku. Kuulurkan padanya.


Nikodemus
Barangkali ini semua memang karena salahku. Mempunyai istri secantik Narsih membuat aku jadi pencemburu kelas wahid. Tetapi, akan lebih salah lagi kalau seandainya aku tak mempunyai seorang istri cantik. Dengan istri secantik Narsih saja aku kadang kala menyeleweng. Apa jadinya kalau istriku jelek?

Gazelle
"Kita bertetangga, Bung," katanya.
"Tetap tak mau kutebak."
"Malaysia."
"Bahasa Melayu-mu pasti buruk."
"Kau merasa pasti untuk hal yang belum kau tahu?"
"Itu observasiku. Orang Malaysia yang berbahasa Inggris dengan baik seperti kau, biasanya malah sulit berbahasa Melayu."
"Kau menodai citra ASEAN di forum internasional begini."


Mantel Bulu
"Please, jangan ajak aku ke tempat tidurmu."
Aku tersentak. Kucoba menenangkan getar nadiku. Kugenggam tangannya lebih erat. Apakah aku memang sedang menggiringnya ke sana?
"Please," pintanya lagi. "Ini malam yang teramat menyenangkan bagiku. I feel human again. Dan aku tak ingin mencederai kebahagiaan ini. Aku ingin membawa kenikmatan ini ke tempat tidurku sendiri. Akan kubangunkan anakku dan akan kuceritakan kebahagiaanku malam ini."


Konspirasi
"Aku punya informasi penting untukmu," kata perempuan itu di telepon.
Pinto tak berhasil membuat wanita itu mengatakan informasi apa yang hendak disampaikannya itu.
"Aku tinggi dan cantik. Temui aku pukul empat di bar Hotel IH. Cari tempat duduk yang menghadap ke pintu."


Cafe Opera
Semangatku masih tinggi ketika aku datang lagi menunggu Bjorn Borg di Cafe Opera. Kamera Minox-ku selalu siaga di dalam saku jasku.
"Pandangi saja aku," kata Anne Sofie. Tangannya dalam tanganku. "Kalau Bjorn Borg datang, pasti kita akan segera mengetahuinya. Ia begitu terkenal. Dan tentu banyak orang yang ingin bersalaman dengannya. Aku yakin akan hal itu."
Dan kami mempunyai kesempatan untuk saling memandang.


Istri Si Fouad
Ya, begitulah nasib kami. Keleleran bertujuh. Menunggu lima jam lagi di bandar udara yang tak menyenangkan. Fouad menerima dengan apa adanya. Robert mulai risau ketika menyadari bahwa hari sudah akan gelap bila tiba di Jakarta nanti. Kukatakan pada istrinya bahwa sopirku bisa kutelpon nanti dari Singapura agar datang ke bandara udara dan mengantar keluarga mereka ke alamat yang dituju. Kepada Fouad kukatakan bahwa dia bisa menginap semalam di rumahku dan esok paginya diantar ke Tanjung Priok.

Pada Sebuah Beranda
Diam-diam kubangun beranda itu. Tidak persis di depan pintu hatiku, tentu. Kubuatnya terlindung di sebelah kanan, sehingga tak terlihat dari pintu dan jendela. Istri dan anakku tak tahu bahwa di luar sana ada beranda. Di dalam hatiku sudah cukup nyaman. Dan memang kubuat senyaman-nyamannya untuk mereka. Agar mereka tak punya alasan untuk menengok keluar dari ruang hatiku.

Abus
Malam sebelum keberangkatannya ke Tanah Suci, Abus tiba-tiba minta ditahlilkan. Kami semua gemetar mendengar permintaannya.
"Anggap saja aku sudah mati," katanya. "Bacalah tahlil untukku."
Abus memang selalu menyatakan keinginannya untuk mati di Tanah Suci. Semua orang telah mendengar keinginannya itu. Dan kini usianya sudah 83 tahun. Naik haji yang ke tujuh kalinya. "Mungkin aku tak akan kembali lagi," katanya.


Pada Ulang Tahun Nyonya Besar
Sejak senja tadi Augustine sudah mematut dirinya. Rambutnya yang ditata di kapsalon tetap tak dapat menyembunyikan kenyataan telah menipisnya mahkota itu. Keriput di wajahnya makin tak dapat disalut bedak -- seberapa pun tebalnya. Lalu Augustine mematut gaun kuning dadar kesukaannya di depan cermin panjang di balik pintu.

Semua orang tahu mengapa Augustine menyukai gaun itu. Dette tahu. Keshia tahu. Amah pun tahu. Gaun itu mempunyai nilai sentimental yang tinggi. Gaun itu dibelikan Albrecht ketika mereka berjalan-jalan ke Hong Kong. Ah, sudah 15 tahun yang lalu. Dan Albrecht berkata, ketika itu, "Alangkah cantiknya kau dengan gaun itu, Tine."


Kim
"Anda bekerja di Shilla?" tanyaku berbasa-basi. "Tidak," matanya menatapku. "Aku seorang business lady."
"Di bidang apa bisnis anda?"
Ia tertawa. Giginya yang gingsul ditutupnya dengan sebelah tangannya. "Ah, kau tak tahu rupanya," katanya sambil tertawa. "Business lady itu memperdagangkan dirinya sendiri," katanya, lalu menunduk menghindari mataku yang terbelalak.


Petasan
Setiap kali aku pergi ke rumah Yono, ia selalu membujukku ikut membuat petasan.
"Untungnya besar," itu yang selalu dikatakannya. Sebelum bulan puasa rumahnya sudah mulai penuh dengan tetangga-tetangga di kampungnya yang membantu Yono membuat petasan. Dan hanya dengan dua bulan membuat petasan Yono bisa membeli sepeda kumbang baru, serta beberapa potong pakaian dan sepatu baru untuk lebaran. Dompetnya padat menggembung, sehingga pada saat lebaran ia bisa menjadi sangat royal.


Sebuah Bangku Pada Sebuah Taman di Pinggir Kali
Setiap kali kudatangi bangku itu, selalu perempuan lain yang kubawa. Kadang-kadang aku bosan juga. Kenapa tak seorang pun mau kuajak pergi dari bangku itu dan pulang ke rumahku? Dari jendela rumahku kau bisa melihat Kali Seine mengalir lamban. Dari jendela rumahku, semerbak bau roti dari boulangerie akan memukau indramu.

Amnesti
Berulang kali Ricardo menelan kata-kata yang sudah di ujung lidahnya: bahwa ia benci peraturan Amerika Serikat yang hanya memberi amnesti kepada chicano yang sudah menyeberang tapal batas, tanpa memberi peluang yang serupa bagi istri dan anak yang ditinggalkan.

Dan Ricardo menjadi tambah miris bila mengingat begitu banyak wanita yang ditipu dan diperkosa para pialang yang berjanji akan menyeberangkan mereka dari tapal Tijuana. Puluhan anak-anak yang ingin menyusul ayahnya tergilas mati ketika lari menyeberangi freeway yang ramai di seberang Amerika Serikat --hanya sesaat setelah berhasil menghirup napas kebebasan di tanah yang menjanjikan kemakmuran baru.


Paris, 29 April
Pintu terkuak. Yves Dutertre memeluk Mahar dan membawanya masuk. Mahar menyalami beberapa orang yang tak dikenalnya, dan memeluk orang-orang yang dikenalnya --para wartawan perang yang pernah berdinas di Saigon pada awal 1970-an. Setiap 29 April mereka berkumpul di Paris, mengenang kejatuhan Saigon. Sesuatu yang bahkan tak pernah dilakukan di Amerika Serikat.

Hari Penentuan di San Pascual
Pedro mengeluarkan sepucuk pistol kecil dari balik bajunya, dan menyerahkannya kepada Jun.
"Aku tak mau membawa itu," bantah Jun.
"Tuan Senior tak akan memaafkan aku bila terjadi apa-apa denganmu," kata Pedro.


Santa
"Apa yang kau hendaki untuk Natal, Anak Manis?" tanyaku pada sosok yang teronggok di pangkuanku.
"I want a daddy," kata anak itu manja.
Aku terjengak. Kulihat ibunya yang tegak di sana. Mata birunya mengejap-ngejapkan bulu mata yang panjang dan melengkung. Ah, seandainya Santa bisa menjadi ayah bagi anak manis ini. Alangkah eloknya!


Doa Seorang Perawan
Azra menurunkan karung pasir yang menutup lubang kecil di tembok dapur. Ia mengintip keluar. Jembatan di atas sungai Miljacka masih terbentang di sana. Lenggang. Tak seorang pun tampak di atas jembatan. Takut akan menjadi sambaran peluru penembak jitu dari atas bukit.

Diam-diam Azra mengharap akan melihat Zijo di atas jembatan itu. Seperti ia selalu melihat Zijo dulu berjalan dengan gagahnya di atas jembatan itu. Azra membayangkan Zijo berlari dari arah Bascarsija untuk mencuri kesempatan bertemu dengan Azra. Oh, alangkah rindunya Azra kepada Zijo.


Lenso Mera deng Lenso Puti
Haji Idris, ayah Hamidah, pun menyukai Duon. Semula ia memang menginginkan Hamidah disunting laki-laki Islam. Tetapi dengan Duon, ia merelakan anak gadisnya menjalin kasih. Siapalah orang yang tidak menyukai Duon? Bukan hanya gadis-gadis yang girang melihat senyum Duon, juga para orang tua diam-diam menginginkan Duon melirik anak gadis mereka.

Sebuah Rumah Berdinding Batu di Kalipasir
"Sesuai acara sidang hari ini, Majelis Hakim akan membacakan putusannya atas perkara penyerobotan sebuah rumah di Jalan Kalipasir, Jakarta Pusat, oleh Terdakwa Kolonel TNI Purnawirawan Omar Sadikin," kata Ibu Hakim Ketua.

Petang Panjang di Central Park
”Ini hari terakhirku di New York. Besok pagi aku pulang ke Tokyo.”

Yuki mengangkat wajahnya. Ditatapnya wajah Taka. Dibiarkannya Taka melihat wajahnya tanpa berkedip. Ah, air matakah yang dilihat Taka menggantung di sudut-sudut mata Yuki?


***

Setelah melahap 25 cerpen di buku ini, saya setuju dengan Seno Gumira. Penilaian beliau tidak meleset, seleranya berkelas. Walau tidak "Mak Nyus", setidaknya buku ini cukup "Top Markotop".
Profile Image for Lani M.
346 reviews42 followers
February 5, 2017
Saya tidak pernah tahu kalau ternyata Pak Bondan Winarno yang biasa kita kenal di acara Wisata Kuliner, ternyata bisa menulis. Bukan hanya itu, ternyata dia juga pernah berprofesi sebagai penulis di beberapa media ternama.

Kumpulan cerpen yang ditulis dari tahun 1980-2000 ini cukup luwes. Kita diajak berpetualang dari kampung Kalile di Ambon, kemudian terbang ke Seattle, dan bisa juga mampir di Addis Ababa. Pemilihan diksi juga cukup unik, saya jadi belajar ada satu kata baru 'jemba', yang biasa dipakai saat kita mengulurkan tangan untuk mengambil sesuatu. Cara berceritanya menyegarkan, walaupun hampir semuanya bertema tentang hubungan romantis. Kata cinta seakan mudah diucapkan oleh seluruh tokoh. Yah, memang tidak sepuas membaca cerpen-cerpen SGA, namun cukup lah sebagai hiburan akhir pekan, untuk dibagi bersama orang terdekat dan tertawa karenanya.

Cerpen favorit saya berjudul Pada Sebuah Beranda.
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
May 15, 2025
"Sekalipun aku tidak akan bicara tentang perceraianku -setidaknya, tidak sekarang -aku hanya akan mengatakan satu hal di sini, bahwa kebuncitan perutku telah membuat istriku pergi meninggalkanku sendiri." Hal.279.

Itu adalah salah satu kutipan yang ada di cerpen Santa. Berkisah tentang pemuda yang harus berpisah dengan istrinya dan kesulitan mencari pekerjaan hingga kemudian ia mendapatkan tawaran untuk berperan sebagai Santa dan menghadapi begitu banyak karakter orang-orang yang ingin berfoto dengannya walaupun salah satu bocah menjawab, "I want a daddy," ketika ia bertanya bocah itu ingin hadiah Natal apa.

Kumcer Petang Panjang di Central Park ini berisi 25 cerita pendek yang ditulis oleh Pak Bondan dan sudah dimuat di berbagai surat kabar. Paling banyak sih Kompas. Bahkan beberapa terpilih dalam kumpulan cerpen terbaik Kompas. Salut sih, mengingat sebagian besar orang mengenal Pak Bondan adalah tukang ulas makanan sebagaimana aku dulu yang sempat mikir, "kok bisa sih orang ini jadi host acara TV?" walau setelah tahu latar belakang hidupnya, langsung paham kenapa sosok Pak Bondan terpilih. Salah satunya: kekayaan pengalaman dan pengetahuannya.

Pak Bondan hidup di banyak tempat. Nah keberagaman pengalaman ini pula yang coba dialihkan ke dalam cerita pendek. Latar belakang tempatnya beragam. Seingatku semua benua ada perwakilannya. Tokoh-tokohnya pun beragam. Dari orang biasa sampai yang luar biasa.

Yang menarik, Pak Bondan mostly menyelipkan twist di akhir kisahnya. Makanya, saat baca cerpennya tuh dibikin penasaran tentang nasip tokohnya. Salah satu yang aku favoritkan misalnya cerpen "Nikodemus" yang berkisah tentang sepasang suami istri yang memutuskan pindah dan bertransmigrasi dari Lasem di Jawa ke Pulau Maikor di Maluku.

Selain mengharapkan kehidupan yang lebih baik, Warso dan isrinya Narsih berharap di tempat baru mereka juga dapat memiliki momongan. "Mudah-mudahan di sana anginnya juga lebih subur, ya Mas Warso. Supaya kita bisa cepat punya anak." Hal.72.

Sayangnya, begitu tiba, belum apa-apa Warso sudah cemburu dengan keberadaan Nikodemus, seorang pemuda lokal yang memiliki fisik yang menawan.

"Nikodemus adalah seorang pria yang tegap. Matanya bersorot tajam. Barangkali mata seperti itulah yang selalu membuat wanita-wanita jadi kasmaran. Dan, sudah barang tentu, mata yang bersorot kuat itu pulalah yang membuat Narsih begitu terpesona melihat Nikodemus. Tak dapat kubayangkan zina macam apa yang ada di benak Narsih saat itu." dikutip seperlunya dari hal.74.

Ironisnya, dalam sebuah perjalanan menggunakan kapal, Narsih dan Niko -dan tentu saja beberapa penduduk lain tak dapat pulang hingga harus bermalam. Tak heran hal ini bikin Warso semakin cemburu. Aku penasaran banget sama endingnya, dan Pak Bondan mampu memberikan akhir kisah yang.... tragis dan gak terbayangkan sebelumnya.

Ah, banyak lagi cerpen-cerpen yang menarik. Walaupun jujur saja penempatan daftar isinya menurutku dapat diolah lagi. Jujur, semua cerpen menarik -setidaknya menurutku, sudah ditempatkan di paruh awal buku setebal 330 halaman ini. Semakin ke belakang, cerpennya agak menurun -atau kurang cocok di seleraku, termasuk cerpen "Petang Panjang di Centrak Park" yang dipilih sebagai judul buku ini, yang ditempatkan di posisi terakhir. Jadi, jujur saja, skornya semakin menurun menuju ke belakang walaupun secara garis besar, buku ini tentu saja menarik.

Uniknya, buku ini tadinya dicetak mandiri oleh Pak Bondan untuk dihadiahkan ke orang-orang terdekatnya sebelum pihak penerbit "meminang" dan menerbitkannya. Syukurlah, sehingga kisah yang ada di buku ini semakin banyak dapat dinikmati oleh pembaca.

Skor 8,3/10
Profile Image for Anton.
157 reviews10 followers
March 11, 2024
Sebelum dikenal sebagai pranatacara program kuliner dengan kata sakti mak nyus, Bondan Winarno adalah jurnalis terkemuka. Salah satu karya monumentalnya adalah Bre-X, Sebungkah Emas di Kaki Pelangi, liputan investigasi tentang skandal penipuan saham penambangan emas di Kalimantan. Bagi banyak jurnalis, liputan Bondan ini jadi acuan bagaimana sebuah investigasi dilakukan.

Namun, Bondan ternyata tak hanya jago mengulas makanan enak dan penyelahgunaan kekuasaan, dia juga piawai merangkai cerita fiksi. Buku Petang Panjang di Central Park ini mengumpulkan 25 cerita pendek yang pernah dia buat.

Tema-tema cerita pendek tersebut sebagian besar sama, tentang kisah romansa ketika si tokoh utama yang banyak menggunakan gaya bercerita orang pertama "aku" ini sedang melakukan perjalanan singkat ke sebuah tempat: Bologna (Italia), New York (Amerika), Nairobi (Kenya), dan benua lainnya. Bisa jadi tokoh utama ini mewakili Bondan itu sendiri, sebagai jurnalis yang meliput konferensi, pameran, atau kegiatan lain. Bisa juga sebagai penulis dan pengusaha. Tema-tema itu sebagaimana ada dalam cerpen Bologna - Milano, Gazelle, Cafe Opera, dan Petang Panjang di Central Park.

Namun, ada pula cerpen-cerpen bertema keluarga (Pada Ulang Tahun Nyonya Besar), kriminal lintas-negara (Istri Si Fouad), dan politik (Konspirasi). Tema besarnya tetap saja tentang kisah kaum urban, kosmopolit.

Dalam semua cerita itu, Bondan menyajikan cerita-cerita yang beragam dengan sajian renyah. Enak dibaca. Mak nyus. Maka, dalam setengah hari sembari melaksanakan Nyepi dan hari pertama puasa Ramadan 2024, buku ini pun tuntas aku lahap. Nikmat sekali. Mak nyus.
Profile Image for Choo Sarang.
11 reviews1 follower
July 7, 2018
Saya suka sekali buku ini. Membacanya seolah membawa saya terbang ke berbagai tempat yang menjadi setting cerita-ceritanya. Alm Pak Bondan memang luar biasa, bukan hanya dalam hal menyicip makanan, tapi juga dalam bercerita. Meskipun gaya bahasanya sedikit 'jadul'--bisa dimaklumi karena buku ini merupakan kumpulan cerpen-cerpen Beliau dalam rentang waktu tahun 1980 sampai dengan 2000--tapi kepiawaian Beliau dalam menyentuh hati pembaca benar-benar saya acungi jempol. Hangat hati saya membaca semua tulisan Beliau. Ceritanya penuh warna, mencerminkan sifat yang apa adanya dan pengetahuan yang tak terbatas. Endingnya pun kebanyakan tak terduga. Membaca buku ini layaknya diajak berkelana mengelilingi dunia dan diperkenalkan dengan berbagai manusia. Lengkap. Kenyang.

Kalau kalian ingin membaca sesuatu yang berbeda dari novel-novel atau cerpen-cerpen 'modern', saya sangat sarankan untuk membaca buku ini. Kalian akan menemukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak familiar namun membuat ingin terus dan terus membaca. Terima kasih Pak Bondan, atas karya yang berharga ini. May you rest in peace.
Profile Image for Annisa Fajriani.
28 reviews1 follower
February 1, 2017
Kalau "you are what you write" benar adanya, mungkin Pak Bondan dan cerita-ceritanya bisa jadi salah satu contoh nyata. Walaupun tidak kenal beliau, kalau dibaca dari 28 cerpen, kata pengantar, dan biografi penulis, rasanya Pak Bondan ini orang yang apa adanya, sangat praktis tapi tetap ada idealisme yang selalu dipertahankan.
Cerpen realis yang ditulis oleh orang kebanyakan jika dijadikan kumpulan cerpen sering terasa jadi biasa, atau kalau bagus pun sering terkesan itu-itu saja, monoton. Tapi dengan sedikit sentuhan ide yang menarik dari memorinya tentang sudut dunia yang luas, cerpen ini jadi cukup unik dan enak dibaca.
Karena cerpen yang ada diurutkan berdasarkan kurun waktu, sangat terasa perubahan karakter dan gaya bercerita. Bagi saya, semakin sederhana. Cerita-cerita di akhir yang banyak berkisah tentang isu dan konflik sosial di beberapa belahan dunia sangat menarik, tapi akhir ceritanya agak cheesy ya. Jadi saya paling suka cerita-cerita di periode tengah dalam rentang penulisan kumpulan ini, khususnya Petasan. Karena sedih dan lucu.

Profile Image for Amanda Puspita.
67 reviews2 followers
February 18, 2022
Pak Maknyus ternyata pencerita ulung dan lihai bertutur. Sebanyak 25 cerpen yang disajikan di buku ini bagaikan hidangan prasmanan, pilih sendiri cerpen kesukaanmu. Ada cerita kasmaran, kesepian, pembunuhan, bahkan keputusasaan. Alur cerita bisa mengungkap kisah manis, tapi banyak pula yang pahit menyayat hati.

Latar cerpen-cerpen ini dibuat di hampir seluruh dunia: Pak Bondan bisa menyajikan indahnya romansa musim panas di Kenya, cerita tegang penuh cemburu di Maluku sampai mirisnya dunia malam di Seoul.

Favoritku? Ada tiga. "Istri Si Fouad" yang ringan namun penuh twist, "Amnesti" yang pedih tentang imigran Meksiko, dan luluh lantak perang Sarajevo dalam "Doa Seorang Perawan".

Satu hal yang sangat mengganjal di hati: hampir di semua cerpen Pak Bondan bertutur dengan menggunakan "male gaze" atau tatapan pria. Banyak tokoh perempuan digambarkan hanya dari tubuhnya. Bahkan seringkali nama tokoh itu dihilangkan, hanya digantikan dengan bagian tubuhnya saja. Sangat disayangkan, karena mengganggu pengalaman membaca.
Profile Image for Lila Cyclist.
849 reviews71 followers
June 8, 2023
3,5 stars

Jauh sebelum saya membaca buku ini, saya sudah mengenal sosok Pak Bondan 'Maknyus' Winarno sebagai host acara kuliner sekaligus penulis. Tapi baru kali ini saya tahu bahwa beliau ternyata tidak hanya menulis buku atau cerpen, tapi juga bertahun-tahun menjadi jurnalis. Tercatat beliau pernah menjadi penulis lepas di harian Suara Merdeka, kolumnis di majalah Tempo, wakil redaksi majalah SWA dan juga menjadi copy writer. Bayangkan, di jaman belum banyak iklan di televisi, beliau sudah menjadi penulis naskah iklan yang sebelum reformasi, menonton iklan itu seperti menonton acara kesayangan. Sekarang? Liat iklan di youtube, lebih sering di skip ad hahahaha...

Review ada di blog
https://justaveragereader.blogspot.co...
Profile Image for tnty.
120 reviews2 followers
September 15, 2023
Rasa penasaran pada sisi lain alm. Pak Bondan membuat saya tertarik membaca buku ini. Petang Panjang di Central Park adalah judul cerpen terakhir di buku ini yang Beliau tulis di tahun 2004. Ada sekitar tiga ratus halaman dengan 29 cerita pendek yang dikumpulkan sejak tahun 1980. Terlihat sekali pengalaman Beliau sebagai wartawan yang berwawasan luas dengan banyak momen mengunjungi berbagai kota di Indonesia maupun luar negeri dalam cerpen-cerpennya. Mulai dari kisah seorang nelayan dari Lasem yang bertransmigran ke Kepulauan Aru, Maluku, dan cemburu pada nelayan gagah setempat pada istri Jawanya sampai dengan kisah seorang manajer hotel yang karena resesi dan di-PHK jadi banting setir berjualan street food di Rockfeller Plaza. Seru dan menarik.
Profile Image for Lyta.
103 reviews3 followers
March 16, 2017
Saya nggak ngerti kenapa karya yang disebut bagus itu kebanyakan berakhir pedih atau minimal sang tokoh utama tidak mendapat apa yang diinginkannya. Bahkan Ilana Tan yang paling sukses aja Autumn in Paris.. yang gitu deh endingnya.
Tapi memang cerita-cerita sedih itu lebih membekas. Memang begitulah hidup, kan.
Anyway, cerita-cerita dalam buku kumcer ini ditulis dengan bahasa dan alur yang sangat sangat baik, memanjakan selera baca banget lah. Namanya juga cerpen, ketika selesai ada perasaan nggak cukup dengan plot ini dan ingin baca lanjutannya apalagi beberapa cerpen beneran pendek. hihihi
Gak berani rekomendasikan untuk pecinta happy ending.
Sorry for the spoiler
Profile Image for Lyra Books.
39 reviews1 follower
January 26, 2021
Kumpulan cerpen yang sangat epik. Beragam cerita dari beragam lokasi, sudut pandang, tokoh di dunia. Dari Ambon Manise hingga Broadway, menurutku ini sangat keren. Sepertinya hanya orang-orang yang sudah mengunjungi berbagai negara yang bisa membuat kumcer seperti ini.

Uniknya, cerpen- cerpen ini disimpan sendiri oleh Pak Bondan, beliau merasa takkan ada yang mau menerbitkannya selain beliau sendiri. Tapi ternyata beberapa waktu kemudian, Noura Books yang menawarkan untuk menerbitkan Kumcer ini. Tapi memang menurutku, gaya penulisan Pak Bondan ini adalah salah satu yang terbaik 👍 top markotop !
Profile Image for Sunarko KasmiRa.
288 reviews6 followers
April 26, 2023
Petang Panjang di Central Park merupakan kumpulan cerpen karya Bondan Winarno yang dihimpun dari 25 cerpen karya beliau yang pernah dipublikasikan dari rentang 1983-2004. Tidak ada tema yang spesifik yang diusung dari KumCer ini, namun sebagai pembaca awam saya merasakan perubahan karakteristik diksi yang digunakan dan teknis kepenulisan yang berubah seiring waktu yang terus berjalan.

Meskipun tidak ada yang spesifik namun beberapa cerita yang ada mengusung tema cinta yang nestapa dengan latar tempat kota-kota di dunia. Seiring bertambahnya tahun, cerita yang diusung lebih cenderung mengangkat isu-isu kemanusiaan, agama dan politik.
Profile Image for Ghufron Mujadid.
38 reviews
April 25, 2021
Cerpen sederhana, sangat mudah dipahami dengan konflik yang ramah pada khayal.

Cerita favorit saya adalah "Nikodemus" yang memiliki ending cukup brutal, dan juga "Konspirasi" saat saya baca bagian ini, saya terlewat dengan judulnya, cerita plot twist tersajikan dengan cepat, dan ketika membaca judulnya membuat saya bergumam "oh pantas saja, judulnya begini"

Ps. Terkadang yang mengganggu ketika saya membaca buku ini adalah; sering kali membayangkan tokoh utamanya sebagai pria yang modis, modern, pecinta, dan pintar akan tetapi berwajah seperti Pak Bondan hehe ✌🏻
Profile Image for N.  Jay.
241 reviews9 followers
July 14, 2017
Rasanya ibarat memasuki hari-hari di setiap musim,menyelami waktu yang berbeda dan terlibat suatu peristiwa juga asmara. Menjelang akhir buku serasa mendaki puncak cadas tebing nan curam penuh bahaya,terutama pada cerpen Doa Seorang Perawan dan Lenso Mera dan Lenso Puti,kisah setelahnya pun tak kalah ironis,di akhir ditutup dengan rasa melankoli musim gugur.
Profile Image for Lisa Nahar.
123 reviews
August 30, 2021
Bagus sih, belajar banyak soal pemilihan dan penyusunan kata. Kelihatan sekali keluasan wawasan Pak Bondan di sini. Hanya saja alurnya seringkali membosankan. Dari sekian banyak cerpen beliau, satu yang jadi favorit saya adalah Doa Sang Perawan.
Profile Image for avizena zen.
203 reviews4 followers
January 30, 2023
Kumpulan cerita pendek dari alm Bondan Winarno. Ceritanya bermacam-macam dan ada yg membuatku merenung lama.

As a writer, daku belajar banyak dari buku ini, terutama cara menuliskan setting tempat dan waktu.
Profile Image for Arliska Fatma.
55 reviews6 followers
October 15, 2025
Bacaan yang ringan dan renyah seperti palawija, selingan di tengah tugas menulis atau bacaan penuh kritikal. Buku ini membuat kita mengenal sisi serius pekerjaan Pak Bondan dan belahan dunia yang dia kunjungi semasa hidupnya.
Profile Image for Arief Ramadhan.
71 reviews
October 3, 2018
Kumpulan cerpen yang sangat menarik. Tulisan Pak Bondan terasa mengalir, sederhana, tapi bisa juga tragis.

Beberapa dari cerpen disini punya aftertaste yang membekas di pikiran hingga lama.
Profile Image for Sevma.
70 reviews14 followers
October 4, 2018
Setting luar negeri adalah setting andalan Bondan Winarno. Melalui buku ini, saya haturkan hormat kepada beliau yang selama ini hanya saya kira sebagai pewarta kuliner televisi zaman saya masih SD.
Profile Image for Taufan Sopian Riyadi.
29 reviews1 follower
June 1, 2020
Tidak hanya lidahnya yang lihai mengucap maknyus, tangannya pun lihai menyusun kata-kata. Suatu gaya bercerita yang begitu mengalir dengan jernih. Tak terganggu jalur yang dilewatinya.
Profile Image for Unda Anggita.
49 reviews11 followers
June 18, 2020
Ada lima cerita favorit di sini. Salah satunya Nikodemus. It's beautifully written as if I finished it just in one long breath. Blessed his soul. 💙
Displaying 1 - 30 of 41 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.