Jump to ratings and reviews
Rate this book

Tuhan Maha Asyik

Rate this book
Melalui kisah-kisah yang dikemas dalam dialog polos ala dunia bocah, Sujiwo Tejo dan Buya MN. Kamba coba mengajak kita 'bermain-main' untuk memperkenalkan ke-Maha Asyik-an Tuhan.

Tuhan sangat asyik ketika Dia tidak kita kurung paksa dalam penamaan-penamaan dan pemaknaan-pemaknaan. Dia tak terdefinisikan. Dia tak terkmaknakan. Dia ada sebelum definisi dan makna ada. Tuhan itu anti mainstream. Tuhan itu Maha Asyik ketika kita mentadabburi-Nya, bukan melogikakan-Nya.

Dengan mencampakkan kesombongan dan taklid pada kerendahan hati, buku ini mengingatkan pada kita: bahwa ke manapun kau memandang, di situlah wajah Tuhan.

245 pages, Paperback

First published November 1, 2016

255 people are currently reading
2968 people want to read

About the author

Sujiwo Tejo

27 books432 followers
Agus Hadi Sudjiwo (lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962; umur 47 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Sujiwo Tejo adalah seorang budayawan Indonesia. Ia adalah lulusan dari ITB. Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama 8 tahun lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Selain itu dia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".

Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
486 (50%)
4 stars
284 (29%)
3 stars
94 (9%)
2 stars
46 (4%)
1 star
57 (5%)
Displaying 1 - 30 of 90 reviews
Profile Image for Aksa.
41 reviews2 followers
January 12, 2018
Tuhan Maha Asyik.
Sebuah buku karangan Sujiwo Tejo dan MN Kamba, dengan balutan kisah kehidupan anak-anak, disertai penjelasan tentang bagaimana mereka memaknai Tuhan, menyadarkan saya akan beberapa hal.

Bahwa Tuhan Mahasegala. Mengenal Tuhan bukanlah dengan cara menafsirkan setiap kekata dalam kitabNya. Tuhan, ada pada setiap diri kita ketika kita jauh lebih mengenal diri sendiri. Dalam bahasanya, Sujiwo Tejo mengatakan, "Kita terlalu sering sowan ke Ulama, Pendeta, Pastur, Biksu. Tapi kita lupa, untuk sowan ke diri sendiri."

Secara tersirat saya menerima bahwa cara mengenal Tuhan adalah mengenal diri sendiri. Bahwa konsepsi beriman kepada Tuhan adalah bagaimana kita memberi. Bahwa Tuhan, menginginkan kita mengoreksi diri sendiri, dan mengutamakan orang lain untuk setiap halnya lagi.

Tuhan Mahabaik. Bahkan ia tak peduli kepada siapa dan bagaimana mereka kepadanya. Rahmat Tuhan terbagi selalu. Tuhan telah ada sebelum segala. Maka, tak perlulah menafsirkan segala hal kataNya dan berbagi dengan makna yang kita terima. Tak perlu membawa Tuhan untuk membuat orang menuhankan kekata kita.

Terima kasih untuk setiap pelajarannya dan peringatannya. Semoga segala kebaikan selalu terberi untuk kita semua
Profile Image for Rayya Tasanee.
Author 3 books23 followers
February 28, 2017
Saya senang menemukan buku semacam ini. Yang ditekankan dalam mengenal Tuhan adalah internalisasi, melihat ke dalam diri kita sendiri.
Profile Image for Yuli Hasmaliah.
71 reviews1 follower
February 14, 2018
Kisah yang disajikan begitu sederhana melalui dialog polos para bocah yang ada dalam cerita. Menurut saya, Tuhan (memang selalu) Maha Asyik; dengan mentadabburi-Nya (bukan melogikakan-Nya dengan logika manusia yang terbatas) kita dibawa pada pengenalan tehadap segala sifat/zat yang ada pada Tuhan Yang Maha Esa. Sufisme dalam buku ini begitu terasa. Saran saya pada kamu (terlepas siapa kamu dan apa agama-mu), bacalah dan jatuh cintalah hanya pada Tuhan mu yang telah menciptakanmu dan mencintaimu walau dirimu yang lemah itu sering menduakan-Nya dengan dunia.
Profile Image for Adityas Nugroho.
28 reviews1 follower
January 8, 2019
Mengawali tahun dengan membaca buku ini. Mengenali Tuhan di dalam diri guna menjalani hidup yang lebih berarti.
Profile Image for Agung Wicaksono.
1,089 reviews17 followers
March 14, 2021
Buku yang membuat saya memahami tentang ketuhanan dan bagaimana sikap seseorang dalam memaknai agama. Dikemas secara ringan menggunakan sudut pandang anak-anak, membuat setiap kisahnya terasa begitu "polos", tapi tetap "berisi". Salah satu contohnya pada kisah yang berjudul 'Nama'. Dikisahkan bahwa para anak-anak tersebut melihat sesuatu di balik gunung dan memberikan nama pada sesuatu tersebut. Secara tidak langsung, bahwa sesuatu tersebut adalah penggambaran terhadap sosok Tuhan. Betapa Tuhan yang meskipun di masing-masing agama memiliki nama yang berbeda, tetapi ketika dimaknai secara bijak, zat-Nya tetap sama. Jangan sampai, akibat perbedaan dalam penyebutan nama saja, kita jadi berdebat dan berkelahi. Padahal, fungsi adanya agama adalah supaya para penganutnya bisa menyebarkan kedamaian dan kebaikan kepada semua makhluk hidup.
Profile Image for Yulio Adi candra.
45 reviews3 followers
March 25, 2017
Buku 'Tuhan Maha Asik' memang membuat pembaca terasa asik dan santai saat membaca buku karya Sujiwo Tejo dan DR. MN. Kamba. Dengan cerita singkat dan mudah dicerna tapi memiliki topic yang tidak biasa membuat buku ini enak di baca.

Toko dalam cerita tersebut juga mewakili masing masing agama yang ada di Indonesia. Mereka memiliki nama khas dari beberapa agama.
Profile Image for Deka Saputra.
22 reviews1 follower
October 22, 2017
"Agama bukanlah paguyuban tempat berkumpul membentuk jamaah eksklusif, apalagi melakukan pameran ritual untuk menyombongkan diri."
13 reviews
April 23, 2024
Buku Tuhan Maha Asyik merupakan upaya dari Sujiwo Tejo dan Dr. M.N. Kamba untuk mengenalkan sisi lain Tuhan yang asyik dan mungkin jarang dilihat orang lain. Tuhan yang memberikan keleluasaan sekaligus tanggung jawab, Tuhan yang begitu sayang pada ciptaan-Nya dengan cara-cara yang tak bisa manusia pahami, Tuhan yang tak terdefinisikan dan jauh dari jangkauan logika manusia. Tuhan dimana menjasi yang Maha Asyik saat kita mentarabburi-Nya, bukan melogikakan-Nya.

Ada 28 bab yang memiliki format penulisan kolaborasi dari Sujiwo Tejo dan Dr. M.N. Kamba. Setiap bab memiliki dua bagian. Bagian pertama berisi kisah obrolan polos anak-anak kecil mengenai pelbagai pertanyaan dan peristiwa sederhana yang menggelitik logika serta iman lalu seolah dijawab pada bagian kedua—yang kemungkinan besar ditulis oleh Dr. M.N Kamba. Sementara itu, Sujiwo Tejo menulis kisah yang ada di bagian pertama.

Bagian pertama—yang berisi obrolan polos anak-anak kecil—memiliki penyampaian yang santai, padat, serta beberapa kali menularkan rasa penasaran yang sama seperti yang dirasakan oleh karakter-karakternya. Namun, seringkali banyak karakter yang dikenalkan secara bersamaan membuat pembaca bingung untuk mengingat nama beserta atribut yang menyertainya. Bahkan sampai akhir buku saya tidak berani menjamin mengingat karakter-karakter yang ada dengan baik. Peran mereka rasanya sekadar pemantik tanda tanya untuk bagian berikutnya, namun tak meninggalkan kesan.

Sementara itu, pada bagian kedua, penulisan berubah drastis menjadi lebih serius lengkap dengan istilah-istilah yang cukup jarang dipakai seperti kompabilitas, imanensi-abstraksi, dan kosmetologi. Hal ini membuat saya membaca satu kalimat beberapa kali untuk memahami betul apa yang hendak disampaikan. Meski begitu, poin-poin penting terkait Tuhan yang asyik tetap bisa dinikmati, kok.

Tuhan pada buku ini merujuk pada Tuhan yang kamu yakini. Meski beberapa bagian memberikan contoh kisah serta istilah yang berhubungan dengan agama Islam, namun secara keseluruhan Tuhan digambarkan sebagai sosok multiversal yang maknanya mengikuti pemahamanmu terkait diri-Nya. Jadi, siapapun bisa membaca buku ini tanpa membatasi golongan agama tertentu.

Beberapa topik yang menarik dan berkesan tertuang pada bab ‘Wayang (1)’ yang menyoroti pembagian peran antara kehendak Tuhan dan kehendak manusia, lalu ‘Komat-kamit’ yang menyindir perilaku manusia yang cenderung ritualistik, ketimbang religius, kemudian ‘Nama’ yang mengajak pembaca memahami ke-Esa-an Tuhan di balik nama dan makna yang diberikan manusia. Selain ketiga topik di atas, topik-topik lain juga cukup menarik untuk dipahami dan renungkan.

Buku ‘Tuhan Maha Asyik’ adalah pengenalan kembali terhadap nama dan makna Tuhan. Buku ini juga bisa menjadi perantara untuk mempertebal iman setelah mendapat jawaban atas keraguan terhadap kuasa Tuhan. Pengalaman membaca yang asyik dan berkesan.
Profile Image for Anis Suryani.
8 reviews
March 3, 2022
📚 Judul: Tuhan Maha Asyik
🖊️ Penulis: Sujiwo Tejo & Dr. M. Nursamad Kamba
🖨️ Penerbit: Imania
📖 Tebal: 245 halaman
📆 Tahun Terbit: 2016
🧕🏻 Reviewer: Anis Suryani

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂

Tuhan Maha Asyik, menyajikan banyak perspektif unik yang *anti-mainstream* tentang Tuhan, ditemani dg _theme song_ *nadian* karya mbah Tejo sendiri. Tujuan buku ini adalah untuk benar-benar bisa *merasakan peran dan kehadiran Tuhan* dalam setiap detik kehidupan kita.

Terdiri dari 28 bab yang masing-masing bab selalu diawali dengan dialog-dialog polos ala bocah yang ternyata penuh makna. Setiap bab selalu memiliki pesan tersendiri bagi si pembaca, bahkan 1 bab ketika dibaca ulang, pemaknaan yang diterima si pembaca bisa berbeda padahal tulisannya tetap sama.

Dua bab yg paling berkesan bagi saya selain *prolog*, adalah *Wayang (1)* dan *Sombong*.
Pada *prolog*, saya benar-benar menyadari bahwa siapapun yang datang dalam hidup kita, sebenarnya adalah wakil dari wajah Tuhan. Dari interaksi kita dengan orang tersebut, (baik/care/ menjengkelkan/ apapun) itulah sebenarnya yang sedang ingin Tuhan sampaikan kepada kita.
Pada bab *wayang(1)*, saya mulai memahami dimana letak perbedaan antara kehendak kita dengan kehendak Tuhan.
Pada bab *sombong*, saya benar-benar merasa tertampar karena telah mengasihani seseorang. Karena "kasihan" adalah bentuk lain dari kesombongan, merasa diri sudah lebih baik dari orang lain. Apalagi dalam hal ibadah, misalnya, sudah bisakah kita sholat berjamaah di masjid *tanpa* merasa lebih baik dari mereka yang sholat sendiri di rumah? Sudah bisakah kita mengkhatamkan buku *tanpa* merasa lebih unggul dari yg masih menunda membaca? 🥺

Ya, hampir semua kata merupakan sarkasme terhadap makna diri dan Tuhan. Buku ini bisa dibilang *buku wajib* untuk dimiliki, karena membacanya tidak cukup hanya sekali. Semakin sering membaca buku ini, in syaa Allah akan semakin kaya *pemahaman kita terhadap diri dalam merasakan hadirnya Tuhan.*

Selamat mencoba menyelami rasa 💓

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂
Profile Image for Bunga Mawar.
1,355 reviews43 followers
September 17, 2017
Kamu adalah kamu, tapi kamu-menurut-aku bukanlah kamu...
Kamu adalah kamu, tapi kamu-menurut-harapanku bukanlah kamu...
Kamu adalah kamu, tapi kamu-dalam-impianku bukanlah kamu...
Ada aku pada kamu-dalam-impianku...
Sudah ada aku yang terlibat pada kamu-dalam-harapanku...
Kamu menurutku, bukanlah murni kamu lagi, tapi kamu sudah aku susupi...
...
Maka aku kesal ketika ia bilang bawang padahal aku berharap ia bilang cabe...


Kutipan ini bagian dari puisi Kapitayan yg dibacakan kpd teman2nya. Teman2 Kapitayan ini rupanya satu sekolah, kemungkinan SMP. Nama2 mereka adalah Buchori, Christine, Dharma, Pangestu, Parwati, dan Samin. Anak2 ini sering mengobrol sesama mereka, atau beberapa kali dgn guru sekolah mereka. Tema obrolan biasa saja, misalnya ttg memancing ikan, wayang, orang gila di depan sekolah, akibat pencemaran di Teluk Minamata (dalam pelajaran Biologi) atau ttg sombong.

Ada juga percakapan yg tak semua orang bisa paham, yaitu ttg marhaenisme (atau ttg Pak Marhaen), bahkan ttg kemuliaan ketombe.

Nah, bahan2 obrolan itu jadi analogi bagi berbagai filosofi kehidupan manusia. Kalau dikaitkan dgn judul buku, segala bentuk kehidupan manusia punya persinggungan dgn sifat2 Tuhan. Bisa ke-Mahakuasa-anNya, bisa ttg konsep teologis Tuhan.

...hal2 yang sungguh menarik bagi saya, namun sayang sekali buku ini kurang punya kuku pada selera saya. Bisa jadi karena mood membacanya saat ini sedang tidak cocok, atau saya yg menganggap buku filsafat yg diantarkan lewat percakapan kanak2 itu bisa dinikmati seperti Misteri Soliter atau Winnie the Pooh.

Dengan rating 4 koma sekian, juga lima kali cetak dalam delapan bulan, sepertinya saya kelompok pembaca minoritas yg cuma bisa kasih buku ini 2,6 bintang :)
Profile Image for Nur Rokhmani.
255 reviews6 followers
January 28, 2021
Judul yang menggelisahkan hati.😅
Jujur, sejak awal agak tertarik tapi juga agak gemes sama judulnya. Tapi karena di sana tertera Tuhan yang Maha Asyik, bukan Allah, aku coba membacanya.

Buku yang berisi kritik dan perenungan. Kritik atas sikap beragama, juga perenungan tentang ketuhanan, keberagamaan, juga keimanan. Diikuti dengan banyak kontemplasi dua penulis ini dalam pandangannya tentang agama, ritual, dan ajaran.

Stelah membaca Tuhan Maha Asyik, aku merasa banyak diingatkan, tentang hakikat Tuhan, keTuhanan, dan berTuhan. Hakikat keimanan dan penyembahan. Hanya saja, karena ini ditulis untuk kaum beragama, yang tidak hanya Islam, jadi ada beberapa poin dalam buku ini yang masih belum sampai ke aku: "Apa sebenarnya tujuan menulis hal itu?"

Beberapa poin tertentu, dalam akal dan hati masih menimbulkan gejolak. Atau secara sederhana, aku merasa itu bukan esensi Tuhan dan BerTuhan yang tepat seperti yang kupercayai. Tapi selebihnya... banyak pesan-pesan yang bisa kumengerti; secara tersurat, tersirat, berupa sindiran atau penjelasan yang terang.

Perenungan seseorang yang dituliskan itu bebas tafsir menurutku. Bisa saja seseorang kemudian mengatakan "Semua agama itu benar, penyebutan Tuhan saja yg berbeda," setelah membaca buku ini. Tapi bagiku, besar harapannya bahwa siapa saja yang membacanya sebagai muslim, akan tetap meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama rahmatan lil alamin. Tentu saja dengan tidak memaksakan kehendak, tetap menghormati keyakinan yang berbeda, dan tidak membuat huru hara.😇
Profile Image for Hesti Intan.
4 reviews
March 27, 2020
Ada beberapa hal yang membuat buku ini sangat menarik. Di dalamnya selain terdapat kisah anak-anak yang disajikan secara sederhana dan penjelasannya dari penulis, juga dilengkapi dengan lukisan-lukisan karya Sujiwo Tejo yang dapat dinikmati hampir disetiap kisah. Bahasa yang digunakanpun lugas dan tidak terlalu sulit untuk dipahami, hanya saja membaca buku ini perlu dengan pikiran yang terbuka dan tidak terkungkung dalam sebuah perspektif tentang sebuah agama atau kepercayaan atau mazhab atau ideologi atau yang sejenisnya. Pandangan tentang Tuhan dikemukakan secara holistik, sehingga buku ini patut untuk dibaca oleh semua kalangan.

Kedalaman makna dalam setiap kisah serta pengembalian esensi dalam mengenal Tuhan menjadi inti dari buku ini. Saya merekomendasikan kita semua untuk membaca buku ini, bukan untuk menjustifikasi tindakan-tindakan keberagamaan atau kebertuhanan yang dangkal dalam sebagian besar masayarakat (bisa jadi termasuk saya sampai dengan hari ini), akan tetapi untuk mengingatkan diri kita masing-masing apakah kita benar-benar sudah mengenal Tuhan kita atau sejauh ini kita hanya sekedar mengoleksi buku-buku agama, rakaat-rakaat shalat, serta jumlah juz Al-Qur’an setiap harinya.
Profile Image for intan prw.
51 reviews
August 14, 2021
"Tuhan melalui firman-Nya mengajak manusia untuk berdialog dengan diri sendiri, agar mampu mengenali jati dirinya dan terbebas dari kesesatan. Adapun mengambil sikap dan memilih tempat di luar mainstream bukanlah kesesatan, melainkan pilihan yang selaras dengan dinamika aktualitas ciptaan Tuhan." hlm: 106

Tuhan Maha Asyik, iya memang, asyik. Tuhan hadir dalam tiap-tiap manusia, kali ini lewat anak-anak—Parwati, Salim, Ahmad, Bagong, Caroline, Samin, Christine, Buchori, Dharma, Pangestu, Kapitayan. Melalui anak-anak ini lah, tergambar jelas, kalau dalam beragama nggak berisik, justru balik lagi—asyik.

Buku yang ditulis dengan gaya bahasa yang nggak berbelit-belit, enak untuk dibaca, nggak ada yang sifatnya menggurui, namun lebih ke arah membagikan apa yang penulis tahu.

Terkadang, sebagian manusia dalam menjalani ritual agama, kebanyakan dicekoki oleh narasi dan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Pada akhirnya menimbulkan provokasi, bukan bertoleransi.

"Ke mana pun dia pergi, wajah Tuhan selalu ia lihat di sembarang orang dan makhluk. Tuhan bisa menghukum dan sebaliknya Tuhan bisa begitu welas asih, tergantung karma atau akting yang sedang dilakukan seseorang. Tuhan Yang Maha Asyik." hlm: 12
Profile Image for Deny Permana.
19 reviews1 follower
August 8, 2021
Manusia sejatinya mengenal Tuhan adalah mengenal jati dirinya sendiri, tapi Tuhan ya Tuhan, akal kita tak pernah bisa menggapainya menjadi bentuk sesuatu, karena Tuhan itu berdiri sendiri tak mungkin menyerupai makhluknya sedikitpun.

Dengan gaya bahasa sehari² untuk mengawali setiap bab buku, pembaca akan sangat dimanjakan dengan bahan berpikir dengan perkataan yang sederhana namun tetap memiliki makna yang dalam, sekaligus mencari jawaban bagi kita sendiri saat membacanya, Tuhan itu dalangnya, makhluk adalah wayangnya, jadi terserah Tuhan mau menggerakkan wayangnya, kita hanya perlu meyakini kehendak apapun yang diterjadi pada kita itu atas kehendak Tuhan.

Semoga kita lebih banyak menjadi manusia yang manusia dalam keberagamaan, tidak menjadikan agama sebagai komoditas politik dan yang terpenting tidak mengambil alih apa yang seharusnya menjadi hak prerogatif Tuhan, tidak mengkafirkan, memurtadkan, apalagi sampai membunuh, Tuhan jauh lebih tau apa yang harus dilakukan terhadap manusia, kita berusaha berbuat baik terus untuk meneruskan nafas hidup kebaikan yang sejatinya menjadi nyawa dalam keberagamaan...

Selamat membaca...
Profile Image for Taufan Sopian Riyadi.
29 reviews1 follower
March 4, 2020
Tuhan disampaikan melalui kisah-kisah yang dihadirkan dalam buku. Buchori, Samin, Pangestu, Parwati, Christine, Dharma, Bu Guru, Pak Guri, Orang tua masing-masing, penjual bakso, dan tokoh lainnya.

Setiap kisah yang ada memiliki padanan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan. Bisa dibilang kisah menjadi sebuah analogi bagaimana pesan inti yang ingin disampaikan. Bukan saja melulu soal doktrin agama-agama. Tapi melebihi itu, melintasi paradigma berpikir yang kebanyakan orang beragama anut.

Membicarakan Tuhan tidak selalu harus dalam suasana serius yang monoton. Penuh kejenuhan. Yang pada akhirnya malah tidak sepenuhnya mengerti Tuhan yang dibicarakannya. Tuhan bahkan bisa dinikmati, dihayati, dipelajari, dipikirkan kembali dengan cara-cara yang asyik, dengan tempo yang sesingkat-singkatnya.

Selengkapnya https://taufansopian.blogspot.com/202...
Profile Image for Nadia Hana Hana.
Author 2 books7 followers
December 3, 2025
"Saat dirimu ( kepentingan pribadimu ) tiada, maka Tuhan ada. Dan saat Tuhan ada, maka dirimu yang sejatinya ada. Karena anugerah-Nya tiada henti, maka Allah Mahabbah. Tuhan adalah cinta. Karena Dia Maha Pemberi tanpa pamrih. Maka bertuhan adalah bercinta. Hanyalah kesia - siaan belaka berketuhanan tanpa berkecintaan. Boleh jadi, banyak orang beragama tapi sesungguhnya tak bertuhan. Mungkin, inilah maksudnya orang beranggapan Tuhan telah mati atau dimatikan. Manakala agama tidak mengajarkan peniadaan diri ( baca : kepentingan pribadi ), tidak mengajarkan untuk memberi, dan tidak mengajarkan untuk mencinta, maka Tuhan telah ditiadakan. Barangkali, gagasan inilah yang hendak ditanamkan oleh para pendiri republik dalam sila pertama pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti kecintaan yang absolut, yang harus menjadi asas tunggal berbangsa dan bernegara.
Tuhan Maha Asyik ( Sujiwo Tejo & Dr. MN. Kamba )
23 reviews
October 2, 2024
Tuhan Maha Asyik

Kisa tentang Tuhan yang ada di semua tempat, dia tidak terkukung dalam penamaan dan penilaian. Tuhan menafsirkan dirinya dalam jangkauan yang luas. Beragama dan beriman dengan penuh keyakinan, cara berpikir, bernalar, bertindak dengan santai. Kepercayaan teradap Tuhan bersifat holistik, menyelimuti dan meliputi segalanya. Tuhan itu impersonal, kepercayaan padanya tidak dibatasi ruang dan waktu.

Pada bab Doa, "kenapa kita harus saling mendoakan?". Karena hubungan manusia tidak akan selesai hanya dengan membayar duit. Kalau kita membayar sopir taksi, mungkin kita membayar waktu, dan tenaganya, tapi tidak bisa membayar ketulusannya.

Begitula bertuhan dan beragama yang dijalani, dia korelasi antara keduanya. Kebaikannya menjadi jejak dibumi untuk membuka jalan menuju kebaikan abadi.
Profile Image for if.
64 reviews
August 8, 2021
JDR alias just done read setelah beberapa lama membiarkan buku ini terbengkelai. Tuhan Maha Asyik buatku masuk dalam kategori "buku yang akan kubaca lagi di masa depan" karena untuk saat ini aku belum paham sepenuhnya maksud dari buku ini walaupun aku tahu sebenarnya ini buku yang sangat bagus kalau aku bisa paham seluruhnya.

Blurbnya bilang bahwa buku ini 'ringan' karena dibawakan dengan dialog anak-anak. Tapi yang bikin aku bingung, anak-anak di buku ini kok hebat-hebat banget, topik pembahasan yang mereka bahas tidak selayaknya di bahas anak-anak pada umumnya.

Banyak kata-kata sulit yang dipakai di buku ini, aku bisa bilang buku ini sangat akademis, karena, ya, banyak kata-kata yang biasanya kutemukan di jurnal-jurnal penelitian.
Profile Image for Zinedine Sr..
129 reviews1 follower
September 15, 2022
Mungkin karena saya bukan orang yang religius, sehingga membaca buku ini saya kurang menangkap, seperti membaca namun tidak masuk ke otak apa isinya.
Sebelumnya saya telah membaca Sang Nabi karya Kahlil Gibran, dan saya masih mengerti isinya.
Mungkin karena buku ini lebih banyak terlalu menyindir organisasi keagamaan daripada membahas apa contoh konkrit yang mudah diterapkan oleh pembaca untuk menerapkan "peniadaan diri", itupun hanya disebut beberapa kali di buku ini.

Mungkin akan lebih bagus apabila dibahas tentang spiritualitas tanpa entitas agama, apakah penulis mampu melakukan "peniadaan diri" apabila dalam kondisi tersebut?
Profile Image for Karen Gavra.
31 reviews3 followers
April 9, 2022
Ini bukunya bener bener enak bgt dibaca. Buat yang mau belajar tasawuf tapi bingung mau mulai dari mana, bisa coba buat baca buku ini! Bahasanya ringan, ada analogi cerita anak anak serta penjelasannya, Mirip2 dikit gaya ceritanya sama buku Dunia Sophie. Menurut gue ini bukunya cocok buat dibaca semua kalangan dan semua agama. Karena digestnya sama. dan juga cover bukunya bagusss!!! trus di setiap bab selalu diselipin karya karya sujiwo tejo. sayangnya item putih sih, mungkin kalo warna warni bakal lebih mantep lagi. Fontnya juga enak, ga kekecilan, agak gede di gue tapi masih enak diliat.
Profile Image for Emiria Letfiani.
18 reviews1 follower
January 23, 2019
Buku ini sangat luar biasa (bikin pusing. Maklum IQ saya belum nyampe buat bisa memahami dengan baik). Tapi buku ini benar-benar mengajak kita berkontemplasi untuk mengenali Tuhan ke dalam diri sendiri untuk dapat memahami maksud Tuhan secara holistik untuk menghindari kehidupan yang penuh paradoks. Dan memahami kehidupan, agama, manusia dan Tuhan tidak bisa alakadar namun harus secara meluas dan mendalam, tidak hanya sebatas kulit namun juga harus sampai ke isi.
Profile Image for Bagus Aditya.
9 reviews
December 24, 2017
Buku ini di sugguhkan dengan bahasa yang ringan dan menarik untuk dibaca. Gaya penulis yang mengajak kita untuk melihat tuhan dari segala sisi membuat saya lebih membuka mata maupun pikiran bahwa tuhan itu dapat di puja melalui berbagai unsur. Saya sangat rekomendasi buku ini untuk yang ingin mengetahui sudut pandang tuhan dari Sujiwo Tejo dengan bahasa yang asik dan mudah untuk dimengerti sehingga dapat membuka pikiran anda tentang arti tuhan yang mungkin anda kurang tau.
Profile Image for Miami Booksta.
43 reviews
January 29, 2021
Usaha mengenal Tuhan dengan jalan yang sedikit berbeda. Cerita dan pembelajaran yang dikemas dengan asyik.
Terkadang agak lucu membayangkan mereka yang masih anak-anak namun perbincangannya syarat akan makna. Namun hal ini yang menjadi tamparan bagi kita yang sudah beranjak dewasa. Mungkin ini tujuan si mbah Sujiwo Tedjo.

Sebagai orang awam nan stupid, ketika baca buku ini ada bagian yang harus saya baca berulang untuk memahami benar² isi yang tetkandung dalam setiap kalimat. Hehehe...
Profile Image for Anggita Tyaswuri.
10 reviews80 followers
August 15, 2019
terlalu sedikit... saya menikmatinya, tulisan sujiwo tejo yang khas yang harus ditelaah baru dapat ditemukan maknanya. Sebenarnya kalau boleh jujur, ini buku Sujiwo Tejo pertama yang saya dapat nikmati karena ada terjemahan makna di balik setiap bab yang ditulis. Perpaduan yang spesial antara Sujiwo Tejo dan M.N. Kamba
Profile Image for Nura.
1,056 reviews30 followers
December 31, 2019
Sungguh, Tuhan tuh Mahasyik sebenernya. Kitanya aja sih yang bikin sekat-sekat, golongan anu, kaum itu, dll. Yah, gw ga membenarkan semua yang ada di dalam buku ini, cuma sepakat aja pada beberapa poin. Apalah gw yang ilmunya cetek secetek-ceteknya. Ngaji aja ga khatam-khatam. Yang gw jg amini dari buku ini adalah keterbatasan bahasa tidak akan mampu menerjemahkan kekayaan makna dalam kitab suci.
Profile Image for Arya Dp.
59 reviews
January 3, 2021
Membaca buku ini tidak membuat kita berapi-api dalam beragama, tidak membuat kita bercucuran darah dalam membela sang ilahi.

Membaca buku ini justru membuat kita menyelami diri dan berefleksi.

Melalui dialog-dialog sarat makna dari gerombolan anak-anak, ditambah penjelasan yang rinci setiap bab-nya membuat buku ini membuat kita berefleksi.

Profile Image for Alvania Kartika.
44 reviews6 followers
November 6, 2021
Saya memiliki ekspektasi tinggi terhadap buku ini. Ternyata saya kurang bisa memahami penulisan Mbah Tejo dalam buku ini, karena berbentuk cerita melalui anak-anak. Meski demikian, penuturan/penjelasan dari M.N. Kamba cukup bisa saya terima. Oleh karena itu, saya merasa biasa saja setelah membaca buku ini. Mungkin saya akan membaca ulang buku ini.
Profile Image for Mas Alif.
173 reviews3 followers
December 6, 2024
Desemberku di mulai dengan menamatkan buku ini. Mungkin rada gesrek otakku karena pemikiran filosofis dari setiap ceritanya. Intinya, semakin dibaca buku ini sebenarnya merujuk bagaimana kita bersikap dan bereaksi terhadap kehidupan dan makna ketuhanan.

Dan ujung-ujungnya mengacu ke agama yang moderat alias pertengahan. Or you can say Stoicism in religion.
Profile Image for Lina Maharani.
271 reviews15 followers
December 5, 2017
Deeply thinking. Mengupas ke-diri-an seseorang dlm keyakinan dgn cara yg sesederhana mungkin. Well, saya perlu mikir dua kali utk memahami tp setidaknya menangkap maksud soal ketuhanan yg bkn semakin keluar tp justru semakin ke dalam. Nice. 👌
Profile Image for Kasiano Vitalio.
6 reviews
December 22, 2018
Ngena banget buku ini di masa Indonesia yang sekarang ini, terdapat pada salah satu kutipan di buku ini yaitu "Tapi,lebih tidak waras lagi jika agama dan atas nama Tuhan menjadi alasan bagi manusia untuk saling membenci dan menyakiti".
Displaying 1 - 30 of 90 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.