Rieko kepada Takuya: Nishimura Takuya, kau yang menumpang pulang di bawah payungku malam itu, berhasil menularkan rasa hangat yang tak bisa ku jelaskan. Kau membuatku nyaman. Perlahan tapi pasti aku tertarik padammu. Tapi adakah jaminan bahwa ku tak akan membuatmu terluka jika aku menyerahkan hatiku padamu? Aku... tak mau terluaka lagi Takuya.
Takuya kepada Rieko: Aku mendapati kesedihan di matamu, Yoshida Rieko, ketika pertama kali kita saling tatap. Karena itu aku ingin menghapusnya dan menggantinya dengan bahagia. Segalanya kulakukan hanya untuk membuatmu tersenyum. Kurasa aku mencintaimu. Hanya saja ada kenyataan yang membelengguku dan itu mimpi buruk yang tidak ingin kualami. Jika kau tahu kenyataan itu, akankah kau masih mnerimaku sebagai kekasihmu? Aku takut... kalau akhirnya aku malah melukaimu Rieko.
"Cinta perlu diperjuangkan, bukan untuk didiamkan. Maka bila kau mencintai seseorang, kau harus memperjuangkan orang itu. Cinta juga tidak akan datang pada orang yang hanya berharap, tapi tidak bertindak."(Hal. 253)— *
Rieko kehilangan laki-laki yang ia cintai di bawah langit bersalju. Meski dua tahun telah berlalu, ia masih belum mampu melupakan Ryu. Ia belum mampu membuka hatinya.— *
Hingga suatu hari ia bertemu Takuya. Saat menatap mata & mendengar suara Takuya, Rieko seketika teringat pada Ryu. Padahal wajah mereka sangat berbeda. Namun banyak hal yang ada pada Takuya yang mengingatkannya pada Ryu.— *
Saat mengetahui Takuya tertarik padanya, Rieko disergap bimbang. Apakah ini cinta atau hanya karena Takuya terasa amat mirip dengan Ryu?!— *
Menggunakan sudut pandang orang ketiga, cerita bisa dituturkan lebih luas. Melalui sudut pandang Rieko dan Takuya. Ini juga memperluas berbagai kemungkinan tentang Rieko, Ryu & Takuya.— *
Novel ini sangat detail dalam menjabarkan gesture, sayangnya eksplorasi di deskripsi tempat masih sangat kurang. Ini membuat setting cerita sebenarnya bisa di mana saja, tidak harus di Jepang & Korea. Tapi dalam hal deskripsi suasana bisa dieksekusi dengan baik.
Konfliknya terlalu berfokus di Rieko & Takuya. Sehingga terkesan berputar di satu masalah. Tapi twistnya menarik. Saya sempat dibuat yakin kemudian meragu kemudian tepuk jidat sambil, "Ya ampun ternyata begitu"
Padahal baca novel ini karena lagi kangen Jepang, kepingin baca sesuatu yang berlatar Jepang. Tapi deskripsi setting tempat dan kultur Jepangnya kurang dapet. Misalnya, saat Rieko menyebutkan namanya ke Takuya lalu Takuya memanggil Rieko dengan Yoshida-san. Rieko lalu meminta Takuya untuk memanggilnya hanya dengan Rieko. Err..Rieko meminta orang asing yang baru banget dikenalnya untuk manggil nama depannya langsung? Alasannya hanya karena 'aku lebih suka dipanggil begitu'. Agak susah diterima. Bagi orang Jepang, memanggil seseorang yang baru saja dikenal, dengan nama depan bukan persoalan suka atau tidak suka.
Alur ceritanya oke, cara penulisannya juga bagus. Sebelumnya pernah baca Selembar Daun Momiji, dan menurut saya, novelnya ngga terlalu nyaman dibaca (kaya ada paragraf yang ilang di beberapa part). Di novel ini, penulis sudah terasa semakin cakap menulis. Salju di Langit Tokyo, jauh lebih menyenangkan untuk dibaca.
Ah ada lagi yang agak mengganggu, kenapa penulisan nama dan suffix dipisahkan oleh tilde (~)? Seolah-olah ada perubahan intonasi untuk (misal) memanggil Takuya~kun atau Yumi~chan. Kenapa ngga pakai hyphen (-) biasa?
Judul : Salju di Langit Tokyo Penulis : Arizu Kazura Penerbit : Grasindo Tebal : 280 Halaman
Berawal dari gadis bernama Rieko, yang percaya pada cinta sejatinya, percaya pada seseorang dari masa lalunya akan datang. Dia terus menunggu, meskipun semua orang meyakini bahwa seseorang dari masa lalunya itu, tak akan pernah kembali. Dia terus menunggu, hingga akhirnya, semua berubah saat dia bertemu Takuya di Tokyo. Lelaki itu, merubah hidup nya, lelaki itu yang juga membawa Rieko kepada masa lalu nya, karena Takuya, juga bagian dari masa lalu itu.
Aku gak nyesel kasih ekspektasi besar sama buku ini, waktu awal baca aku udah di bikin Jatuh Cinta sama setiap babnya yang Quote-able banget, bisa dilihat aku banyak kasih Note di bukunya. Entah kenapa ya, buku ini beda sama beberapa buku yang aku punya, yang juga Quote-able, biasanya, buku yang agak galau itu, bikin ngantuk. Tapi lain dengan buku ini, karena, cara bercerita penulis yang asik, bikin aku tertarik buat baca buku ini sampai selesai.
Jalan ceritanya yang cukup sederhana, namun konflik yang cukup complicated , dan ada beberapa hal yang sangat mengejutkan di pertengahan cerita. Aku benar-benar menebak-nebak sebenarnya apa hubungan antara Takuya dengan masa lalu Rieko. Aku udah skeptis, dan berpikir bisa nebak jalan ceritanya. Tapi, ternyata aku salah, karena bukan tebakanku yang membuat Rieko mencoba pergi dari Takuya.
Sampul yang sangat menarik, karena aku suka payung merah.
Mereka bertemu di penghujung musim gugur di Tokyo.
-Rieko kepada Takuya: Nishimura Takuya, kau yang menumpang pulang di bawah payungku malam itu, berhasil menularkan rasa hangat yang tak bisa kujelaskan. Kau membuatku nyaman. Perlahan tapi pasti aku tertarik padamu. Tapi adakah jaminan bahwa kau tak akan membuatku terluka jika aku menyerahkan hatiku padamu? Aku... tak mau terluka lagi Takuya.
-Takuya kepada Rieko: Aku mendapati kesedihan di matamu, Yoshida Rieko, ketika pertama kali kita saling tatap. Karena itu aku ingin menghapusnya dan menggantinya dengan bahagia. Segalanya kulakukan hanya untuk membuatmu tersenyum. Kurasa aku mencintaimu. Hanya saja ada kenyataan yang membelengguku dan itu mimpi buruk yang tidak ingin kualami. Jika kau tahu kenyataan itu, akankah kau masih menerimaku sebagai kekasihmu? Aku takut... kalau akhirnya aku malah melukaimu Rieko.
Novel yang bagus dan sangat mengaduk perasaan. Very recommended untuk para penikmat novel-novel romance. Tetap semangat, Arizu-san. Saya tunggu karya-karya Anda berikutnya.