Jump to ratings and reviews
Rate this book

Memories of A Nonya

Rate this book
Memories of a Nonya was first published in 1981. This reissue of the book is based on the 1982 edition.The late Queeny Chang was a trailblazer. She spoke English, Malay, Dutch as well as several dialects. She led an extraordinary life and in this book, she presents a vision of a way of life that has long since vanished. Her authentic biography opens the windows of time and allows the images of the old world charm of the early 1900s to be seen again.She paints colourful portraits of her family, relatives, and many friends, particularly of her strong minded but fastidious and flamboyant mother. What she had to say to her life with her famous father, the late Mr. Tjiong A Fie is both fascinating and touching. Here is a story of a gentle woman, very real, warm and sincere.

224 pages, Kindle Edition

First published January 1, 1981

8 people are currently reading
99 people want to read

About the author

Queeny Chang

3 books2 followers
Queeny Chang was the daughter of Tjong A Fie, a prominent businessman and leader of the Chinese community in Medan, Indonesia. Tjiong is still highly regarded today and his long time residence has become a protected cultural heritage landmark and a leading attraction for visitors.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
20 (27%)
4 stars
36 (50%)
3 stars
14 (19%)
2 stars
1 (1%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 12 of 12 reviews
Profile Image for Bagus.
476 reviews93 followers
June 26, 2022
Rumah Tjong A Fie hingga kini masih berdiri di pusat Kota Medan. Tak jauh dari Lapangan Merdeka, hanya lima menit berjalan kaki. Ketika pertama kali ke Medan, kusempatkan berkunjung ke rumah ini yang kini menjadi museum dengan beberapa pernak-pernik dan penjelasan yang mengisahkan peran sosok Tjong A Fie dalam membangun Kota Medan sebagai Kapiten masyarakat Tionghoa hingga wafatnya di tahun 1921. Ia juga sukses dalam berbisnis di berbagai bidang mulai dari perkebunan kelapa sawit dan tebu, perbankan, dan juga perkeretaapian, walaupun lahir dari keluarga miskin yang berasal dari Provinsi Kwangtung di Tiongkok. Tjong A Fie juga merupakan tokoh yang berhasil dalam menjalin hubungan erat dengan berbagai kalangan di Medan, hubungannya baik dengan Sultan Deli, dan ia membantu pembangunan rumah ibadah dari berbagai kepercayaan di Medan.

Dari pernikahannya dengan Lim Koei Yap, Tjong A Fie dianugerahi beberapa anak. Queeny Chang atau Tjong Foek-yin, yang merupakan penulis memoar ini, adalah putri sulung dari pernikahan ketiga ini. Diterjemahkan dari “Memories of a Nonya” yang pertama kali terbit di tahun 1982, memoar ini bercerita banyak tentang kehidupan sebagai kaum Tionghoa peranakan di Medan. Walaupun buku ini terjemahan, namun bisa dibilang terjemahannya sangat mengalir. Kehidupan Queeny sebagai putri sulung Kapiten Tionghoa diwarnai dengan banyak privilese, namun bukan tanpa tantangan juga. Pada masa itu, sangat lumrah bagi wanita untuk menikah di usia sangat muda dan ada peran Pak Comblang dalam pernikahan itu.

Queeny juga memiliki kesulitan di masa-masa awal pernikahannya, sebab ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang berasal dari Amoy (sekarang Xiamen, Tiongkok) yang berbicara dialek yang berbeda dengannya (Queeny berbicara dialek Hakka, sementara suaminya Hokkian), serta tradisi yang berbeda antara orang Tionghoa dari Tiongkok dengan Queeny yang dibesarkan dalam tradisi Melayu. Kisah hidup Queeny sebagai nyonya peranakan sangat menarik disimak. Pergumulan politik yang terjadi di Tiongkok pada abad ke-20 dengan runtuhnya Dinasti Qing, dua perang dunia, serta naik tahtanya Mao dan partai komunis juga banyak mempengaruhi kehidupan keluarganya.

Banyak dari cerita Queeny di buku ini yang mungkin terkesan jauh dari kacamata kehidupan sehari-hari wanita di zaman sekarang, namun ceritanya cukup bisa menggambarkan perubahan yang dialami wanita di tanah Melayu dalam satu abad belakangan ini, mulai dari privilese dalam mendapatkan pendidikan, perjodohan, juga perbedaan struktur masyarakat Tionghoa antara di masa kolonialisasi Belanda dengan di masa sekarang. Jaman dulu, masyarakat Tionghoa di Hindia Belanda disatukan oleh seorang Kapiten yang menjadi penghubung antara orang Belanda, orang Tionghoa, dan masyarakat Melayu. Selain itu, memoar ini juga sedikit banyak membahas pribadi Tjong A Fie sebagai seorang ayah yang berkorban begitu banyak untuk keluarganya, di luar posisi resminya sebagai Kapiten.
Profile Image for Katherine 黄爱芬.
2,419 reviews291 followers
January 26, 2020
Ini pertama kalinya saya baca biografi ttg seorang Cina Peranakan Indonesia. Queenie Chang adalah anak dari Tjong A Fie, yg merantau ke Indonesia pada akhir abad 19. Berkat kerja keras dan kedemarwanannya, tulus membantu semua orang tanpa melihat ras bangsanya, Tjong A Fie menjadi legenda di Indonesia. Dan kita melihat sosok sang ayah dari kacamata si anak kesayangannya ini.

Queenie memang beruntung terlahir dari sendok emas dan piring perak. Saya kagum dgn ingatan detail-detail kehidupannya semasa dari kecil hingga dia dewasa, apalagi dia baru menulis buku ini saat berusia 80 thn, luar biasa sekali.

Bukan saja mengisahkan papanya, Queenie juga menceritakan ttg ibunya yg membuat saya terkesima krn keberaniannya, kekuatannya dan sangat berprinsip menentang poligami (padahal pd masa itu sangat lazim orang-orang kaya memiliki istri lebih dari satu, selain istri utama yg lainnya disebut selir). Makanya gak heran Queenie bisa lugas dan asertif saat menghadapi Wanita Idaman Lain yg mengincar suaminya.

Oya, saya juga tetap gak habis pikir (walau gak kaget banget sih) bhw Queenie dinikahkan dgn dijodohkan tanpa melihat dahulu calon suaminya. Krn pada masa itu seorang anak gak punya otoritas utk menentukan pasangan hidupnya. Mereka layaknya boneka yg hrs menurut pd kemauan ortu mereka. Queenie termasuk wanita yg beruntung krn ternyata mertuanya sangat baik kpdnya (walau anak semata wayangnya tidak dikembalikan kpd Queenie sbg ibunya).

Sayangnya setelah kematian ayahnya di thn 1920, Queenie tidak menindaklanjuti perincian jalan hidup dan perjalanannya yg sangat memukau ala "Crazy Rich Peranakan" ini. Queenie langsung menutup semuanya dlm satu rangkuman epilog yg menceritakan kehidupannya 60 thn terakhirnya itu. Padahal buku ini sangat menarik saya krn kaya akan detail tradisi, budaya Tionghoa peranakan pada akhir abad 19 dan awal abad 20 ini. Semoga nanti saya beruntung bisa mendapat buku yg menceritakan kehidupan Peranakan Tionghoa pada tahun 1920-1980.
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
May 27, 2025
"Karena kamu teman suamiku, kamu juga teman saya. Anggaplah di rumah sendiri di sini. Jangan kaku," demikian aku mengakhiri dengan senyum yang teramat ramah."

"Bawa barang-barangmu ke sini besok. Kita pulang ke Medan beberapa hari lagi," desakku. Gadis itu mengangguk perlahan sambil melempar pandang ke Koko, yang memalingkan pandangannya dari gadis itu.

Keesokan harinya, gadis itu tidak muncul. Aku mengirim Tenghua untuk menjemputnya. Tetapi, Tenghua kembali sendiri dengan tangan hampa. "Gadis itu ketakutan setengah mati. Katanya kalau benar apa yang kamu katakan dan dia jadi ikut kamu ke Medan tempat ayahmu adalah raja, dia pasti akan dikuliti hidup-hidup dan dimasak dalam periuk."

Hal.191.

Itu kisah Queeny Chang, anak kesayangan Tjong A Fie ketika mendapati suaminya coba bermain nakal. Ironisnya, suaminya, coba bermain api kepada perawat saat dia ia sakit keras dan dirawat di Singapura. Queeny Chang bisa mengendus hal itu pun ibarat sebuah takdir. Suaminya membeli jam tangan mewah tapi tagihannya dikirimkan ke rumah. Alih-alih emosi, Quenny Chang memanggil wanita itu, mengajaknya ke rumah -tentu tanpa sepengetahuan suaminya, dan mengajak wanita itu untuk hidup bersamanya di Medan. Dan ya sebagaimana dialog di atas, wanita itu jelas mati ketakutan.

Kisah Queeny Chang menghadapi kenalakan suaminya ini hanya secuil kisah menarik yang disajikan di buku setebal 250-an halaman ini. Dibagi dalam beberapa bab besar, kehidupan Quenny Chang beserta keluarganya dijelaskan dengan cukup detail. Termasuk, jatuh bangun ayahnya Tjong A Fie dalam merintis karir sehingga kemudian dikenal sebagai orang terkaya di Medan.

2018 silam, Rumah Tjong A Fie ini adalah satu-satunya tempat yang ingin saya kunjungi. Memang sudah ada ketertarikan lama mengenal keluarga tajir ini. Sayangnya, waktu benar-benar tidak memungkinkan sehingga saya gagal mendatangi Rumah Tjong A Fie. Alhasil, saat tahu ada buku yang ditulis oleh salah satu anaknya, saya penasaran banget mau baca.

Luar biasa kisah perjalanan keluarga ini yang bersisian dengan beberapa peristiwa sejarah dunia yang penting termasuk Perang Dunia I. Pada mulanya, Queeny dipersiapkan untuk menempuh pendidikan tinggi hingga ke Belanda. Namun, ketika ia dinikahkan di usia muda, impian itu pupus walaupun Queeny masih dapat mempelajari banyak hal (Bahasa Inggris, Bahasa Belanda hingga Bahasa Mandarin) dengan mendatangkan guru ke rumah.

Ia dan suaminya juga punya minat khusus terhadap sastra. Tidak heran, cara Queeny Chang dalam menuturkan kisah hidupnya rapi sekali. Tidak banyak orang yang bisa menuturkan kisah hidupnya secara langsung bukan? (sehingga orang-orang ini butuh ghost writer atau orang lain yang mampu melakukannya).

Saya suka banget! beberapa tempat yang disebutkan (keluarga ini sering melakukan bepergian ke luar negeri termasuk yang paling sering yakni Penang, Malaysia) lebih mudah saya bayangkan karena pernah mendatangi tempat itu secara langsung.

Saya membayangkan jika kehidupan keluarga Tjong A Fie ini dapat difilmkan akan sangat menarik walau biayanya pasti akan sangat besar. Oh ya, ada begitu banyak foto juga diselipkan di buku ini. Kebayang ya, memang hanya orang yang sangat kaya yang mampu memiliki kamera di saat itu.

Skor 8,7/10
Profile Image for Kevin Mastika.
5 reviews
April 16, 2025
“To commit them all in detail to paper is my sincere wish, but I am 84 this year - time has been a gracious host to me, but she is no longer on my side. How does one capture the nuances of sixty years in a brief chapter? The words will be a mere shadow of the real things found within me.”
- Queent Chang, Epilogue

I frequently visit the Tjong Afie Mansion and this book is mentioned inside it, so that’s how I got to know and decided read it.

I initially purchased the Indonesian version because it was on sale, but find the translation didn’t do the book justice and decided to tackle the english version, since it was originally written in english. (Sandalwood was translated into Kayu Sandal instead of Cendana, to give one among many, granted the english in this book can be a bit hard)

This book provided a glimpse of Medan past, the book was worded beautifully, providing many details we often forgot, those from Chinese Indonesian descent might relate to this better, as the book talks about not just Indonesian History, but also Chinese history, of boundfeet, freedom, woman, perceptions of Indonesian Chinese from the eye of the Mainland Chinese, family dynamics, love, loyalty and tradition.

In the gate of Tjong Afie Mansion, writes 2 idioms

On the left side,
「金鑑家聲」 translated “the golden mirror reflects the family voices” ; meaning “What greatness you see here, is a reflection of our families teaching”; through this book, we learn about the families teaching

On the right side,
「青錢世涬」 translated “Young Money flows to the world” ; meaning “To share what you earn to the world and to the needy”

Through this book, this two idioms ring as the core of the Tjong family teaching and guidance, even to this day.

I wish everyone in my city give this a read honestly 🥲
Profile Image for Dhanashri Matondkar.
52 reviews33 followers
March 14, 2020
Just completed reading this book, what a wonderfully absorbing read! The late Queeny Chang paints such a detailed picture of her childhood and growing up years, her family especially her beloved father, her marriage and all the customs and traditions which were part of that long ago time.
I'm glad that she shares many photos to go with the anecdotes and memories too.
A fascinating portrait of a nonya, very warm and very real indeed.
I was especially touched by her love and respect for her father.
Would recommend this vivid and heartwarming book to anyone who wants a glimpse of a time which is so unlike any we will experience..
Profile Image for Just Avis.
131 reviews2 followers
December 12, 2021
Saya baca bukunya yang terbitan gramedia 2016 berjudul kisah hidup queeny chang anak tjong a fie orang terkaya di medan.

Tulisan dibuka dengan kisah kecil yang selalu sakit sampai hampir mati. Queeny banyak menulis tentang keluarga misal ayahnya,istrinya dari china daratan, ibunya dan masa kecil ibunya,pamannya, adiknya dan banyak lagi. Jadi jika tidak sabar mengikuti maka akan sulit menyelesaikan kisah hidup ini karena silsisah nama keluarga yang banyak dan hampir semua diceritakan.

Nice story untuk tahu perjuangan berat menjadi Tajir banget pada era 1800an
Profile Image for Gina.
Author 11 books97 followers
November 17, 2019
I'm surprised that I thoroughly enjoyed reading this book. Queeny Chang is a brilliant writer and her writing drew me into her world with so much love that I studied each old photo that accompanied her narration just to see if I imagined them right. A book to be kept and re-read, that's for sure.
Profile Image for Astrid.
93 reviews6 followers
February 17, 2022
Terjemahan yang baik, alur memoar yang mengalir dari Queeny Chang mengenai perjalanan hidup dan kisah ayahnya, Tjong A Fie. Banyak catatan menarik dan catatan kebiasaan-kebiasaan kultural peranakan Medan, yang mewakili catatan berharga mengenai sebuah periode dinamika kehidupan di awal abad 20.
Profile Image for Sulvia Su.
13 reviews8 followers
January 9, 2020
This is a summary of Mrs. Queeny Chang stories of life. That's it.
Profile Image for Shindy.
63 reviews
July 27, 2025
The book is made up of short chapters, so it’s easy to read and doesn’t feel too heavy. The writing is clear and smooth, which helps to keep things moving.

Overall, I thought the story was okay. It wasn’t bad, but it didn’t really grab me or make me want to keep reading non-stop. If you’re looking for a light and simple read about history and culture, this might work.
Profile Image for Deary Hoesin.
13 reviews4 followers
March 30, 2013
pertama baca buku ini sekitar tahun 2005-2006, minjem. Tadinya so so aja, pas "masuk" ke isi bukunya ternyata seru bisa menyelami cerita kehidupan seorang "Indonesian born Chinese" jaman baheula: keluarga, perjodohoan, budaya, dan juga bisnis.Sekarang kayaknya susah nyari buku ini untuk dikoleksi :(
Displaying 1 - 12 of 12 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.