Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kelopak-Kelopak yang Berguguran

Rate this book
Sesuai dengan pesan ayahnya sebelum meninggal, Nony hijrah ke rumah keluarga Maryono, teman akrab ayahnya semasa muda. Tentu saja hal itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan baginya, meskipun keluarga Maryono tergolong keluarga yang berada.

Greggy, putra sulung keluarga Maryono, selalu sinis terhadapnya, membuat Nony merasa kehadirannya tidak diharapkan di rumah itu. Terlebih lagi sikap Martia, pacar Greggy yang selalu iri akan kesederhanaan Nony. Jika tidak karena keramahan Grace, adik Greggy, mau rasanya Nony meninggalkan rumah itu.

Nony mencoba bertahan, tapi lama-lama dia tidak kuat juga. Akhirnya dia meninggalkan rumah itu... Yang mengherankan, Greggy amat terpukul dengan kepergian Nony.

160 pages, Paperback

First published January 1, 1984

13 people are currently reading
234 people want to read

About the author

Leila S. Chudori

24 books1,142 followers
Leila Salikha Chudori adalah penulis Indonesia yang menghasilkan berbagai karya cerita pendek, novel, dan skenario drama televisi.Leila S. Chudori bercerita tentang kejujuran, keyakinan, dan tekad, prinsip dan pengorbanan. Mendapat pengaruh dari bacaan-bacaan dari buku-buku yang disebutnya dalam cerpen-cerpennya yang kita ketahui dari riwayat hidupnya ialah Franz Kafka, pengarang Jerman yang mempertanyakan eksistensi manusia, Dostoyewsky pengarang klasik Rusia yang menggerek jauk ke dalam jiwa manusia. D.H Lawrence pengarang Inggris yang memperjuangkan kebebasan mutlak nurani manusia, pengarang Irlandia James Joyce, yang terkenal dengan romannya Ullysses. Suatu pelaksanaan proses kreatif Stream of Consciousnes, Herman Jesse, Freud, Erich Fromm, A.S. Neill. Maka tidak mengherankan apabila Leila S. Chudori memperlihatkan tokoh-tokoh cerita yang mempunyai kesadaran yang dalam dan hasrat jiwa yang bebas merdeka. Leila S. Chudori pun tak asing dengan Baratayudha, Ramayana dari dunia pewayangan. Leila S. Chudori juga menggunakan imajinasinya untuk meruyak ruang dan waktu, penuh ilusi dan halusinasi, angan-angan dan khayalan. Leila melukiskan kejadian-kejadian secara pararel dan simultan, berbaur susup menyusup untuk saling memperkuat kesan pengalaman dan penghayatan. Leila juga mensejajarkan pengalaman pribadi, membaurkannya dengan cerita mitologi. Dengan teknik pembauran seperti ini, terjadi dimensi baru dalam pengaluran cerita. Satu hal lain yang istimewa dalam cerpen-cerpen Leila bahwa dia tidak ragu-ragu menceritakan hal-hal yang tabu bagi masyarakat tradisional. Gaya cerita Leila S. Chudori intelektual sekaligus puitis. Banyak idiom dan metafor baru di samping pandangan falsafi baru karena pengungkapan yang baru.

Leila terpilih mewakili Indonesia mendapat beasiswa menempuh pendidikan di "Lester B. Pearson College of the Pacific (United World Colleges)" di Victoria, Kanada. Lulus sarjana Political Science dan Comparative Development Studies dari Universitas Trent, Kanada.
Sejak tahun 1989 hingga kini bekerja sebagai wartawan majalah berita Tempo. Di tahun-tahun awal, Leila dipercayakan meliput masalah internasional—terutama Filipina dan berhasil mewawancarai Presiden Cory Aquino pada tahun 1989, 1991 di Istana Malacanang; Fang Lizhi seorang ahli Fisika dan salah satu pemimpin gerakan Tiannamen, Cina, WWC di Cambrige Universitypada tahun 1992, Presiden Fidel Ramos di Manila pada tahun 1992, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Jakarta, pada tahun 1992, Pemimpin PLO Yasser Arafat pada tahun 1992 dan 2002 di Jakarta, Nelson Mandela pada tahun 1992 di Jakarta, dan Pemimpin Mozambique Robert Mugabe pada tahun 2003, di Jakarta. Kini Leila adalah Redaktur Senior Majalah Tempo, bertanggung-jawab pada rubrik Bahasa dan masih rutin menulis resensi film di majalah tersebut.

Karya-karya awal Leila dimuat saat ia berusia 12 tahun di majalah Si Kuncung, Kawanku, dan Hai. Pada usia dini ia menghasilkan buku kumpulan cerpen berjudul "Sebuah Kejutan", "Empat Pemuda Kecil", dan "Seputih Hati Andra". Pada usia dewasa cerita pendeknya dimuat di majalah Zaman, majalah sastra Horison, Matra, jurnal sastra Solidarity (Filipina), Menagerie (Indonesia), dan Tenggara (Malaysia). Buku kumpulan cerita pendeknya Malam Terakhir telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman Die Letzte Nacht (Horlemman Verlag). Cerpen Leila dibahas oleh kritikus sastra Tinneke Hellwig “Leila S.Chudori and women in Contemporary Fiction Writing dalam Tenggara”, Tineke Helwig kembali membahas buku terbaru Leila, “9 dari Nadira” dan mengatakan bahwa buku ini memiliki “authencity in reality” dan mengandung “complex narrative”. Nama Leila S. Chudori juga tercantum sebagai salah satu sastrawan Indonesia dalam kamus sastra "Dictionnaire des Creatrices" yang diterbitkan EDITIONS DES FEMMES, Prancis, yang disusun oleh Jacqueline Camus. Kamus sastra ini berisi data dan profil perempuan yang berkecimpung di dunia seni.

Pada tahun 2013 Leila S. Chudori memenangkan Kh

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
30 (41%)
4 stars
17 (23%)
3 stars
15 (20%)
2 stars
8 (10%)
1 star
3 (4%)
Displaying 1 - 10 of 10 reviews
Profile Image for Fairuz K.
120 reviews169 followers
February 25, 2016
Saya pertama kali membaca novel ini setelah menarik asal dari rak buku koleksi ibu saya. Kertasnya pun sudah menguning saking lamanya usia novel ini...

Saya senang sekali membaca novel Kelopak-Kelopak yang Berguguran ini, karena entah mengapa ceritanya terasa begitu jujur, polos, dan apa adanya. Meskipun saya belum sempat membaca karya-karya Mbak Leila lainnya, I am so looking forward to do that in the near future.
Profile Image for Puri Kencana Putri.
351 reviews43 followers
January 16, 2016
Membaca buku ini seperti melihat Leila S. Chudori yang sedang mekar-mekarnya giat menulis novel. Alur ceritanya sederhana ditebak. Nony gadis Bandung sederhana bertemu dengan Greg si kutu buku anak sahabat ayahnya. Ranum asmara tumbuh mudah-mudah sulit, ditambah bumbu cemburu Martia. Khas gaya novel populer Indonesia era tahun 80an yang bisa dinikmati di akhir pekan.
Profile Image for s..
123 reviews4 followers
April 7, 2015
Niat awal beli (dan baca) sih karena kangen sama tulisan pengarangnya aja, tapi isinya sih ringan sweet ala ala 80-an gitu deh. Banyak kosa kata yang saya ngga ngerti, bahasa gaulnya jaman itu, hahaha. Yah, lumayan terhibur sih. Eginya suka baca buku sama jago main gitar sih ;____;
Profile Image for Dewayanie prasetio.
151 reviews140 followers
January 27, 2010
ini buku jadul yak...? lupa2 inget niih.... hihihiiii covernya 80'an buanget .. inget si 'anita cemerlang'.....:)
Profile Image for Andi.
Author 22 books12 followers
February 21, 2011
dari jaduler untuk jaduler! btw, foto mba leila di halaman terakhir cantik dan langsing mantap! ;))
Profile Image for Rahma.
138 reviews8 followers
May 17, 2013
novel ini dibeli bareng dari jendela smp di pameran buku di istora..., termasuk jejeran novel pertama yg aku baca...
suka ama ceritanya...dan udah dibaca berulang-ulang...
21 reviews3 followers
August 12, 2019
Salah satu chick-lit yang favorit di jamannya. Sebenarnya plot cerita mudah di duga. Entah kenapa walaupun sudah ketebak, saya selalu menikmati jenis cerita romantis seperti ini. Ini adalah The Sound of Music, An Old Fashioned Girl-nya Louisa May Alcott atau Mannsfield Park-nya Jane Austen. Seorang gadis lugu yang tidak mempunyai apa-apa kecuali optimisme dan ketulusan hati, yang harus masuk ke dalam kehidupan keluarga lain dengan sang pemuda di keluarga baru yang tampak ngga peduli, sombong, tapi ternyata sensitif dan tentunya tampan. Saya masih sangat menikmati perasaan deg degan yang selalu baru saat mengikuti perkembangan hubungan antara pemuda dan pemudi ini, tapi yang menurut saya tak akan usang oleh waktu adalah kemenangan hati yang tulus dalam mendapatkan cinta si pemuda arogan dan cuek tapi sensitif itu. Bukan cerita yang luar biasa, tapi menurut saya lumayan bermakna di tengah kehidupan yang penuh materialisme, kecongkakan dan kepalsuan.
Profile Image for Deon Talahatu.
15 reviews3 followers
September 5, 2022
Namanya juga selera, ya Subyektif. Tapi yang namanya selera, saya lebih suka karya Leila yang seperti ini.

Saat ia menulis di zaman kecemasan remajnya, ia menulis tanpa beban tema, ngalir begitu saja, diksi yang segar, elaborasi penjelajahan yang tidak melulu cinta: remaja yang lain. Namanya Subyektif saya jauh menyukai karya Leila yang ini ketimbang Pulang, terlebih lagi Laut Bercerita.
Profile Image for way.
22 reviews1 follower
March 16, 2020
akhirnya kelar juga! bukunya gak terlalu tebel dan bahasanya ringan, mungkin ala ala teenlit tapi era 80an. menurutku alurnya ala ala fiksi remaja banget, gampang ketebak, tapi entah kenapa untuk yang ini, aku suka--walaupun aku jarang bisa tahan lama lama baca teenlit. kayanya karna aku percaya aja sama mbak leila sebab mbak leila nggak pernah mengecewakanku, dan novel ini pun juga nggak mengecewakanku hehe.
Displaying 1 - 10 of 10 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.